Anda di halaman 1dari 68

Wildan Insan Fauzi

 Teori belajar kita kelompokkan menjadi empat


golongan atau aliran, yaitu aliran tingkah laku,
kognitif, humanistik dan sibernetik.
 Aliran tingkah laku menekankan pada hasil dari
proses belajar.
 Aliran kognitif menekankan pada proses belajar.
 Aliran humanis menekankan pada isi atau apa
yang dipelajari.
 Aliran sibernetik menekankan pada sistem
informasi yang dipelajari.
 belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon.
 perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon.
 Meskipun semua penganut aliran ini setuju
dengan premis dasar ini, namun mereka berbeda
pendapat dalam beberapa hal penting.
 Berikut ini kita kaji hasil karya dari beberapa
penganut aliran ini yang paling penting, yaitu:
Thorndike, watson, Hull, Guthrie, dan Skinner.
 Mementingkan pengaruh lingkungan
 Mementingkan bagian-bagian
 Mengutamakan peranan reaksi
 Hasil belajar terbentuk secara mekanis
 Mementingkan pembentukan kebiasaan
 Pemecahan masalah dilakukan dengan cara
trial and error
 belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya
berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
 Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap pancaindera dengan kecenderungan
untuk untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan
respon (S-R).
 teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respon.
 Bagaimana terjadinya hubungan antara stimulus dan respon
ini dapat kita gambarkan sebagai berikut :
 Ketika seseorang melihat hidangan yang lezat yang ada
didepan meja dapat menjadi stimulus yang dapat
mengakibatkan munculnya respon untuk mencoba
memakannya.
 belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan
respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan,
ataiu gerakan).
 perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu
yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret
(tidak dapat diamati).
 Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana
cara mengukur berbagai tingkah laku yang non
konkret itu (pengukuran adalah salah satu hal yang
menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku,
tetapi teori Thorndike ini telah banyak memberikan
inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya.
 Teori Thorndike ini juga sebagai aliran “Koneksionis”.
 Hukum kesiapan (law of readiness): hubungan antara
stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada
kesiapan dalam diri individu. Keberhasilan belajar
seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya
kesiapan.
 Hukum Latihan (law of execise): kemungkinan kuat dan
lemahnya hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau
relevansi antara kondisi(yang merupakan perangsang )
dengan tindakn akan menjadi lebih kuat karena latihan
(law of use) dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah
karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan (law of
disuse)
 Hukum ini memperlihatkan bahwa koneksi stimulus dan
respon akan semakin kuat manakala terus-menerus dilatih
atau diulang;
 Hukum Akibat (law of effect): kuat atau
lemahnya hubungan stimulus dan respons
tergantung kepada akibat yang
ditimbulkannya.
 Apabila respons yang diberikan seeorang
mendatangkan kesenangan, maka respons
tersebut dipertahankan atau diulang,
 sebaliknya apabila respons yang diberikan
mendatangkan atau diikuti oleh akibat yang
tidak mengenakan, maka respon tersebut
akan dihentikan dan tidak akan diulang lagi.
 stimulus dan respon tersebut harus berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati (observable).
 Dengan kata lain Watson mengabaikan berbagai
perubahan mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang
tak perlu diketahui.
 Bukan berarti semua perubahan mental yang
terjadi dalam benak siswa tidak penting.
 Semua itu penting. Tapi faktor-faktor tersebut
tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar
sudah terjadi atau belum.
 Hanya dengan asumsi demikianlah, kata Watson,
kita dapat meramalkan perubahan apa yang
bakal terjadi pada siswa.
 Hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu
tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu-
ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik.
 Kita lihat di sini, penganut aliran tingkah laku
lebih senang memilih untuk tidak memikirkan
hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu
penting. Teori Watson ini juga disebut sebagai
aliran Tingkah laku (behaviorism).
 Seperti halnya Thorndike,Pavlov dan Watson yang menjadi
tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan
memiliki prinsip yang sama dengan manusia
 Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan
kondisi tertentu.
 Pavlov mencoba melakukan penelitian dengan seokor
anjing untuk membentuk tingkah laku tertentu.
 Percobaannya yaitu anjing dalam keadaan lapar,sebelum
diberi makanan dibunyikan lonceng, diperlihatkan
makanan, dan air liur anjing keluar.keadaan tersebut terus
diulang sehinnga secara spontan anjing tersebut ketika
lonceng berbunyi air liurnya keluar dengan ini anjing
belajar bahwa kalu lonceng berbunyi pasti ada makanan
sehingga mengeluarkan liur
 Clark Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang
dikembangkan oleh Chasles Darwin.
 Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup.
 Karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi
sentral.
 Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-
macam bentuknya.
 Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan
teorinya, ternyata tidak banyak digunakan dalam
dunia praktis, meskipun sering diterapkan dalam
berbagai eksperimen dalam laboratorium.
 Menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak harus
berbentuk kebutuhan biologis.
 Hal penting dalam teori Guthrie adalah, bahwa
hubungan antar astimulus dan respon cenderung
bersifat sementara.
 Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang
sering agar hubungan itu menjadi lebih
langgeng.
 Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan
bahkan menjadi kebiasaan) bila respon tersebut
berhubungan dengan berbagai macam stimulus.
 Itulah sebabnya mengapa kebiasaan merokok
(sekedar contoh), sulit ditinggalkan.
 Seringkali terjadi, perbuatan meroko tidak hanya
berhubungan dengan satu macam stimulus
(misalnya kenikmatan merokok), tetapi juga
dengan stimulus-stimulus lain seperti minum
kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin
tampak gagah, dan lain-lain.
 Maka, setiap kali salah satu (atau lebih) stimulus
ini muncul, maka segera pula keinginan merokok
itu timbul.
 Edwin Guthrie juga percaya bahwa,
“hukuman” memegang peran penting dalam
proses belajar.
 Menurutnya, suatu hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat, akan mampu merubah
kebiasaan seseorang.
 faktor hukuman ini tak lagi dominan dalam
teori-teori tingkah laku, terutama setelah
Skinner makin mempopulerkan ide tentang
“penguat” (reinforcement).
 “menyederhanakan” kerumitan teorinya serta
menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam
teorinya itu.
 Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara
stimulus dan respon untuk menjelaskan
perubahan tingkah laku (dalam hubungannya
dengan lingkungan) menurut versi Watson
tersebut diatas adalah deskripsi yang tidak
lengkap.
 Respon yang diberikan pada siswa tidaklah
sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap
stimulus yang diberikan berinteraksi dengan
lainnya, dan interaksi ii akhirnya mempengaruihi
respon yang dihasilkan tersebut.
 Sedangkan respon yang diberikan juga
menghasilkan berbagai konsekuensi yang
pada gilirannya akan mempengaruhi
tingkahlaku siswa.
 Karena itu untuk memeahami tingkah laku
siswa secara tuntas, kita harus memahami
hubungan antara satu stimulus dengan
stimulus lainnya, memahami respon itu
sendiri dan berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respon tersebut (Bell-
Gredler, 1986).
 Skinner juga menjelaskan bahwa menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingklah laku hanya akan membuat
segala sesuatunya menjadi bertambah rumit,
sebab “alat” itu akhirnya juga dijelaskan lagi.
 Misalnya, bila kita mengatakan bahwa “seorang
siswa” berprestasi buruk sebab siswa ini
mengalami frustasi akan menuntut kita untuk
menjelaskan “apa itu frustasi”.
 Dan penjelasan tentang frustasi ini besar
kemungkinannya akan memerlukan penjelasan
lain. Begitu seterusnya.
 Dari semua pendukung teori tingkah laku,
mungkin teori Skinner-lah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar.
 Beberapa program pembelajaran seperti
Teaching Machine, Mathematics atau program
lainnya yang memakai konsep stimulu,
respon, dan faktor penguat adalah contoh
program yang memanfaatkan teori Skinner
ini.
 Skinner membedakan dua macam respons, yakni
respondent response (reflexive response) dan operan
respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu, seperti perangsang stimulus makanan
menimbulkan keluarnya air liur.
 Respons ini relatif tetap. Artinya, setiap ada stimulus
semacam itu akan muncul respons tertentu.
 Dengan demikian perangsang-perangsang yang demikian
ini mendahului respons yang ditimbulkannya.
 Operant respons atau instrumental respons adalh respon
yang ditimbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu yang bisa disebut
renforcer, karena perangsang tersebut memperkuat
respons yang telah dilakukan organisme.
 Skinnner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah
laku tertentu perlu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi
bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik.
 Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang
diharapkan maka perlu diberikan hadiah (reinforce) agar
tingkah laku itu terus-menerus diulang, serta memotivasi
agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya
sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak
yang diharapkan.
 Teori operant Conditioning dari Skinner ini sangat besar
pengaruhnya dalam bidang teknologi pengajaran seperti
Pengajaran berprograma,pengajaran dengan komputer,
mengajar dengan mesin.

 Perilaku Operan: Stimulusnya tidak diketahui,
Contoh: gerak refleks
 Pengkondisian tipe S
 Responden behaviour: ditimbulkan stimulus
yang diketahui, tampak spontan
 Pengkondisian Tipe R
 Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih
baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
 Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
 Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral
terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling).
 Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial
mana yang perlu dilakukan.
 Teori ini dikritik karena sering tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal di dunia
pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon.
 Kita ambil contoh, suatu saat seorang siswa mau belajar giat
setelah diberi stimulus tertentu.
 Tetapi karena satu dan lain hal, siswa itu tidak mau belajar
lagi, padahal kepadanya sudah diberikan stimulus yang sama
atau yang lebih baik dari pada itu. Di sinilah persoalannya.
 Ternyata teori tingkah laku ini dianggap tidak mampu
menjelaskan alasan- alasan yang mengacaukan hubungan
antara stimulus dan respon tersebut.
 Tentu saja kita dapat mengganti stimulus dengan stimulus
lain sampai kita mendapatkan respon yang kita inginkan.
Tetapi kita tahu hal ini belum menjawab pertanyaan
sebernarnya.
 teori tingkah laku dianggap cendserung
mengarahkan siswa untuk berpikir linier,
konvergen dan tidak kreatif.
 Dengan prosesnya yang disebut “pembentukan”
(shaping), misalnya siswa digiring untuk sampai
pda suatu target tertentu padahal banyak hal
dala hidup ini yang tidak sesederhana itu.
 Skinner dan ahli lainnya penyokong teori belajar
ini memang tidak menganjurkan adanya
hukuman digunakan dalam proses belajar.
 Tetapi apa yang mereka sebut penguat negatif
senderung membatasi keleluasaan siswa untuk
berimajinasi dan berpikir.
 menurut Gutrie, hukuman memegang peranan penting
dalam proses belajar.
 Skinner tidak percaya akan asumsi Guthrie ini, karena ada
tiga alasan.
1. pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku
sanagt bersifat sementara.
2. dampak psikologis yang buruk mungkin akan
terkondisikan (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila
hukuman berlangsung lama.
3. hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain
(meskipun itui salah dan dinilai buruk) agar ia terbebas
dari hukuman.
 hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-
hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan
pertama yang diperbuat sebelumnya.
 Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut
sebagai penguat negatif. Ini tidak sama dengan
hukuman.
 Ketidaksamaan tersebut adalah, bila hukuman
diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang
timbul berbeda dari biasanya ada, sedangkan
penguat negatif (sebagai penguat negatif) harus
dikurangi agar respon yang sama menjadi
semakin kuat. Misalnya seorang siswa perlu
dihukum untuk suatu kesalahan yang dibuatnya
(teori Guthrie).

 Jika siswa masih bandel, maka hukuman harus
ditambah. Tetapi, jika sesuatu yang tidak
mengenakkan si siswa itu dikurangi (bukan
malah ditambah), dan pengurangan ini
mendorong siswa itu untuk memperbaiki
kesalahannya, maka inilah yang disebut “penguat
negatif” (tori Skinner)
 Lawan dari penguat negatif dalah penguat positif.
Keduanya bertujuan memperkuat respon.
 Namun bila penguata positif harus ditambah,
maka penguat negatif harus dikurangi agar
memperkuat respon.
 Mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri.
 Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu,
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Tetapi teori ini sangat berhubungan erat dengan teori
Sibernetik.
 Pada masa-masa awal mulai diperkenalkannya teori ini,
para ahli mencoba menjelaskan bagaimana siswa tersebut
dapat mengolah stimulus dan bagaimana siswa tersebut
dapat sampai pada respon tertentu (pengaruh alirean
tingkah laku masih terlihat di sini).
 Namun lambat laun, perhatian tersebut mulai bergeser.
Saat ini, perhatian mereka terpusat pada proses
bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu
sebelumnya telah dikuasai oleh siswa.
 Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui
proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
 Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, dan
melalui proses mengalir, bersambung-sambung dan
menyeluruh.
 Ibarat seseorang yang memainkan musik, ia tidak memahami
not-not balok yang tertampang di partitur sebagai informasi
yang saling berlepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan
yang secara utuh masuk dalam pikiran dan perasaannya.
 Seperti juga ketika anda membaca tulisan ini, bukan alfabet-
alfabet yang terpisah-pisah yang anda serap dan kunyah dalam
pikiran.
 Tetapi adalah kata, kalimat, paragraf – yang kesemuannya itu
selolah jadi satu, mengalir, menyerbu secara total bersamaan.
 Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam tahap-tahap
perkembangan yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar-
bermakna”-nya Ausubel, dan belajar penemuan bebas (free
discovery learning) oleh Jerome Bruner.
 proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi (penyeimbangan).
1. Proses Asimilasi, adalah proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
2. Proses Akomodasi, adalah penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
3. Proses Equilibrasi, adalh penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
 Katakanlah seorang siswa yang sudah
mengetahui prinsip pejumlahan. Jika gurunya
memperkenalkan prissip perkalian, maka proses
pegintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang
sudah ada dalam benak siswa) dengan prinsip
perkalian (sebagai informasi baru), inilah yang
disebut proses asimilasi.
 Jika siswa ini diberi soal dari prinsip perkalian,
maka situasi ini disebut akomodasi, yang dalam
hal ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip
perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan
spesifik.
 Agar siswa tersebut dapat terus mengembangkan
dan menambah ilmunya, tetapi sekaliguis
menjaga stabilitas mental dalam dirinya,
diperlukan proses penyeimbangan.
 Proses inilah yang disebut equilibrasi –proses
penyeimbangan antara “dunia luar” dan “dunia
dalam”. Tanpa proses ini, perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan
tidak teratur (disorganized).
 Dalam hal ini, dua orang yang mempunyai jumlah
informasi yang sama di otaknya mungkin
mempunyai kemampuan equlibrasi yang
berbeda.
 Seseorang dengan kemampuan equlibrasi
yang baik akan mampu “menata” berbagai
informasi ini dalam urutan yang baik, jernih,
logis.
 Sedangkan rekannya yang tidak memiliki
kemampuan equlibrasi sebaik itu akan
cenderung menyimpan semua informasi yang
ada secara kurang teratur, karena itu orang
ini juga cenderung mempunyai alur berpikir
ruwet, tidak logis, berbelit-belit.
 Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan
dengan tahap perkembagan kognitif yang dilalui
siswa
 Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu

1. tahap Sensorimotor (ketika anak berumur 1,5


sampai 2 tahun),
2. tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun)
3. tahap Operasional Konkret (7/8 sampai 12/14
tahun)
4. tahap Operasional Formal (umur 14 atau lebih).
 Proses belajar yang dialami seorang anak
pada tahap sensorimotor tentu berbeda
dengan proses belajar yang dialami seorang
anak yang telah mencapai umurnya tahap
kedua (praoperasional) dan berbeda pula
dengan apa yang dialami anak lain yang telah
sampai ke tahap yang lebih tinggi
(operasional konkret dan operasional formal).
 Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif
seseorang, semakin teratur (dan juga
semakin abstrak) cara berpikirnya.
 guru seyogyanya memahami tahap-tahap
perkembangan siswa serta memberikan pelajaran
dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan
tahap-tahap tersebut.
 Guru yang mengajar, tatapi tidak menghiraukan
tahapan-tahapan iniakan cenderung menyulitkan
siswanya.
 Misal saja, mengajarkan konsep-konsep abstrak
tentang Pancasila kepada sekelompok siswa
kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk
“mengkonkretkan” konsep-konsep tersebut,
tidak hanya akan percuma, tetapi justru akan
lebih membingungkan anak didik.
 pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
 Pengetahuan yang dikontruksi oleh anak sebagai
subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Sedangkan pengetahuan yang hanya
diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna.
 Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat tapi
setelah itu akan dilupakan.
 Mengkonstruksi menurut Piaget dilakukan melalui
proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema
yang ada.
 Skema terbentuk memalui proses pengalaman ,
sedangkan asimilasi adalah proses perubahan skema
 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya
dirasakan baru tetapi tidak asing.
 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
 Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temanya.
 keterampilan yang tidak dapat siswa lakukan.
 keterampilan mungkin dapat siswa lakukan.
 keterampilan bahwa siswa dapat lakukan
dengan bantuan.
 Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan
baik, jika apa yang disebut “pengatur
kemajuan (belajar)” (Advance Organizer)
didefinisikan dan dipresentasikan dengan
baik dan tepat kepada siswa.
 Pengatur kemajuan belajar adalah konsep
atau informasi umum yang mewadahi
(mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa.
 Ausubel percaya bahwa “advance organizer”
dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni:
1. dapat menyediakan suatu kerangka konseptual
untuk materi pelajaran yanga akan dipelajari
oleh siswa.
2. dapat berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara apa yang dipelajari
siswa saat ini dengan apa yang akan dipelajari,
sedemikian rupa sehingga
3. mampu membantu siswa untuk memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
 Untuk itu, pegetahuan guru terhadap hal isi
mata pelajaran harus sangat baik.
 Hanya dengan demikian seorang guru akan
mampu menemukan informasi yang menurut
Ausubel sangat abastrak, umum, dan inklusif,
yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu.
 Selain itu, logika berpikir guru juga dituntut
sebaik mungkin.
 Tanpa memiliki logika-logika berpikir yang baik,
maka guru akan kesulitan dalam memilah-milah
mata pelajaran, merumuskannya dalam rumusan
yang singsingkat dan padat, serta
mensistematiskan materi demi materi ke dalam
struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.
 Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free
discovery learning.
 Menurut teori ini,proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
(termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya)
melalui contoh-contoh yang menggambarkan
(mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.
 Dengan kata lain, siswa dibimbing secara kinduktif
untuk memahami suatu klebenaran umum.
 Untuk memahami konsep “kejujuran”, misalnya, siswa
tidak semata-mata menghafal definisi kata kejujuran
tersebut, melainkan dengan memepelajari contoh-
contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan
kata kejujuran.
 Lawan dari pendekatan ini disebut “belajar
eksipositori” (belajar dengan cara menjelaskan).
 Dalam hal ini, siswa disodori sebuah informasi
umum dan diminta untuk menjelaskan informasi
tersebut melaluig contoh-contoh khusus dan
konkret.
 Dalam contoh di atas, maka siswa pertama-tama
diberi definisi tentang kejujuran dan dari definisi
itulah siswa diminta untuk mencari contoh-
contoh konkret yang dapat menggambarkan
makna kata tersebut.
 Proses belajar ini jelas berjalan secara deduktif.
 Teoti Gestalt termasuk pada kelompok aliran kognitif
holistik.
 Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan
Wertheimer.
 Teori ini berbeda dengan teori yang telah dijelaskan
terdahulu.
 Menurut Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan
insight.
 Insight adalah pemahaman terhadap hubungan
antarbagian di dalam suatu situasi permesalahan.
 Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap
belajar atau tingkah laku itu bersifat makanistis., sehingga
mengabaikan atau mengingkari peranan insight.
 Teori Gestalt justru mengganggap bahwa insight adalah
inti dari pembentukan tingkah laku.
 kemampuan insight seseorang tergantung
kepada kemampuan dasar orang tersebut.
 kemampuan dasar tersebut tergantung pula
pada usia dan posisi individu dalam kelompok.
 Insight dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalunya yang relevan
 insight tergantung kepada pengaturan dan
penyediaan lingkungannya.
 Pengertian merupakan inti dari insight
 Apabila insight telah didapat, maka dapat
digunakan untuk menghadapi persoalan, msks
dapat digunakan untuk menghadapi persoalan
dalam situasi lain.
 Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku.
 Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
obyek atau peristiwa.
 Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran.
 Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari.
 Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
 Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas
dan logis dengan proses kehidupannya.
 Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku
terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai.
 Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
 Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai
arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
 Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada.
 Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
 Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.
 Teori medan dikembangkan oleh kurt Lewin.
 Sama seperti teori gestalt,teori medan menganggap
bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah.
 Beberapa hal yang berkaitan dengan proses
pemecahan masalah menurut Lewin dalam belajar
adalah :
1. Belajar adalah perubahan struktur kognitif setiap
orang akan dapat memecahkan masalah jika ia bisa
mengubah struktur kognitif.
2. Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang
dapat mendorong individu untuk berprilaku.
Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu.
Disamping itu , motivasi itu juga bisa muncul karena
pengalaman yang menyenangkan, misalnya
pengalaman kesuksesan.
 Teori Kognitif, terutama teori yang
dikembangkan oleh Piaget, sering dikritik
karena sukar untuk diprektekkan (terutama
ditingkat-tingkat lanjut).
 Selain itu beberapa konsep tertentu (seperti,
intelenjensia, belajar atau pengetahuan) yang
mendasari tori ini sukar dipahami, dan
pemahaman itu sendari pun masih belum
tuntas.
 Proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Dari keempat teori belajar teori humanistik
inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia
filsafat daripada dunia pendidikan.
 Meskipun teori ini dangat menekankan pentingnya “isi”
dari proses belajar, dalam kenyataannya ateori ini lebih
banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknua yang paling ideal. Dengan kata lain, teori
inii lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada nelajar seperti aapa adannya, seperti
apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar
jika teori ini sangat bersifat ekletik. Teori apapun dapat
dimanfaatkan alasal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri, dan sebagainya itu)
dapat tercapai.
 Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud
dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel
yang disebut “belajar bermakan” atau Meaningful
Learning.
 Sebagai catatan, teori Ausbel ini juga dimasukan
ke dalam aliran kognitif. Teori ini juga terwujud
dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk
Taksonomi Bloom yang terkenal itu. Selain itu,
empat pakar lain yang juga termasuk ke dalam
kubu teori ini dalah Kolb, Honey dan mumford,
serta Habermas.
 Kogniitif, terdiri dari dari enam tingkatan:
◦ Pengetahuan (mengingat, menghafal)
◦ Pemahaman (menginterpretasikan)
◦ Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
◦ Analisis (menjabarkan suatu konsep)
◦ Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi satu konsep yang utuh)
◦ Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya)
 Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:
◦ Peniruan (meniru gerak)
◦ Penggunaan (mengguinakan konsep untuk melakukan suatu gerakan)
◦ Ketepatan ( melakukan gerak dengan benar)
◦ Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
◦ Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
 Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan:
◦ Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
◦ Merepon (aktif berpartisipasi)
◦ Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai yang dipercayai)
◦ Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
◦ Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
 Taksonomi Bloom, seperti yang telah kita ketahui,
berhasil memberikan inspirasi kepda banyak pakar
lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan
pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis,
taksonomi ini telah banyak membantu praktisi
pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan
belajar dalam bahasa yang mudah dipahami,
operasional, serta dapat diukur. Dari beberpa
taksonoi belajar, mungkin taksonomo Bloom inilah
yang paling populer (setidaknya di Indonesia)
 Selain itu, teori Bloom ini juga banyak dijdikan
pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian,
bahkan oelah orang-orang yang sering mengkritik
taksonomi tersebut.
 Sementara itu, seorang ahli lain yang bernama Kolb membagi
tahapan belajar menjadi empat, yaitu:
1. Pengalaman Konkret
2. Pengamatan aktif dan reflektif
3. Konseptualisasi
4. Eksperimentasi aktif
 Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa
hanya sekedar mampu ikut mengalami suatiu kejadian. Dia
belum mempunyai kesadaran tentang hakekat kejadian tersebut.
Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian
harus terjai seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama
proses belajar.
 Pada tahap ke dua, siswa tersebut lambat laun mampu
mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai
berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang
lebih terjadi pada tahap pengamatan aktif dan reflektif.
 Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi
atau teori tentang sesuatu hal yang pernah diamatinya. Pada
tahap ini, siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat
aturan-aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian
yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai
landasan aturan yang sama.
 Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam
dunia matematika, misalnya, siswa tidak banyak memahami
asal-usul sebuah rumus, tetapi ia yang belum pernah ia temukan
sebelumnya.
 Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran si pelajar.
Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya kita mampu
membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya,
namun dalam praktek peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya
itu seringkali terjadi begitu saja, sulit kita tentukan kapan
beralihnya.
 Berdasarkan teori Kolb, Honey dan Mumford membuat
penggolongan siswa. Menurut mereka, ada empat macam atau
tipe siswa, yakni aktivis, reflektor, teori dan pragmatis.
 Siswa tipe aktivis adalah merak yang suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cenderung
berpikiranterbuka dan mudah diajak dialog. Namun terhadap
siswa yang semacam ini biasanya kurang skeptis terhadap
sesuatu. Ini kadangkala identik dengan sikap mudah percaya.
Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti
brainstorming atau problem solving. Tetapi mereka cepat merasa
bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dalam
implementasi.
 Siswa tipe reflektor, sebaliknya, cenderung sangat berhati-hati
mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputuisan,
siswa tipe ini cenderung konservatrif, dalam arti merekalebih
suka menimbang-nimbang secara cermat baik-buruk suatu
keputusan.
 Siswa tipe teoris biasnya sangat kritis, senang
menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau
penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka,
berpikir secara rasional adalah sesuatu yang sangat
penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis, dan
tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
 Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada
aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori memang
penting, kata mereka. Namun bila teori tidak bisa
dipraktekkan, untuk apa? Mereka tidak suka bertele-
tele membahas aspek teoritis-filosofis dari sesuatu.
Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan
baik hanya jika bisa dipraktekkan.
 Habermas percaya bahwa belajar sangat
dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia.
Dengan asumsi ini, dia membagi tipe belajar
menjadi tiga macam, yaitu:
1. belajar teknis(tecnical learning);
2. belajar praktis (practical learning);
3. belajar emansipatoris(emancipatory learning)
 Dalam “belajar teknis”, siswa belajar bagaimana
berinteraksi dengan alam sekelilingnya. Mereka
berusaha menguasai dan mengelola alam dengan
cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan
yangyang dibutuhkan untuk itu
 Dalam “belajar praktis”, siswa juga belajar
berinteraksi,tetapi pada tahap ini yang lebih
dipentingkan adalah interaksi antara siswa
dengan orng-orang disekelilingnya.
 Pada tahap ini,pemahaman siswa terhadap alam
tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang
kering dan dan terlepas kaitannya dengan
manusia.
 Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan
jika dan hanya jika berkaitan dengan
kepentingan manusia
 Sedangkan dalam belajar emansipatoris, siswa
berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran
yang sebaik mungkin tentang perubahan
(transformasi) kultural dari suatu lingkungan.
 Bagi Habermas, pemahaman clan kesadaran
terhadap transformasi kultural dianggap tahap
belajar yang paling tinggi, sebab transformasi
kultural dianggap sebagai tujuan pendidikan
yang paling tinggi.
 Teori humanistik sering dikritik karena sifatnya
yang terlalu deskriptif (meskipun semua teori
belajar sebenarnya bersifat deskriptif; lain
dengan teori pembelajaran, atau disebut juga
teori instruksional, yang lebih bersifat
preskriptif).
 Kelemahan lain adalah sukarnya menerjemahkan
teori ini ke langkah-langkah yang lebih praktis
dan konkrit.
 Tapi, karena sifatnya yang deskriptif itulah, maka
teori ini seolah memberi arah proses belajar.
 Semua tujuan pendidikan bersifat ideal, clan teori
humanistik inilah yang menjelaskan bagaimana
tujuan ideal itu seharusnya.
 Seperti teori-teori belajar yang lain, teori humanistik
akan sangat membantu kita memahami proses
belajar serta melakukan proses belajar dalam dimensi
yang lebih luas, jika kita mampu menempatkannya
pada konteks yang tepat.
 Kalau pun teori ini sukar diterjemahkan ke dalam
langkah-langkah praktis proses belajar, namun ide-
ide, konsep-konsep, dan taksonomi-taksonomi yang
dibahas dalam teori ini telah membantu membuka
mata kita untuk lebih memahami hakikat jiwa
manusia.
 Dan ini pada gilirannya akan membantu kita
menentukan strategi belajar yang tepat secara lebih
sadar dan terarah, dan tidak semata-mata tergantung
pada intuisi kita.
 Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan
informasi.
 Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori
kognitif yang mementingkan proses.
 Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun,
yang lebih penting lagi adalah "sistem informasi" yang
diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan
proses.
 Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak
ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala
situasi, yang cocok untuk semua siswa.
 Sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa
dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang
sama mungkin , akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda.
 ada dua macam proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir
algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu
target tertentu. Kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir
divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.
 Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari
itu atau masalah yang hendak dipecahkan atau dalam istilah yang lebih
teknis: sistem informasi yang hendak dipelajari diketahui ciri-cirinya.
Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial,
satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk "terbuka" dan
memberi keleluasaan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
 Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika,
mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus ini
disajikan secara algoritmik. Alasannya adalah, sebuah rumus
matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah
teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun, untuk memahami
makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi
(misalnya konsep "kemerdekaan"), maka akan lebih baik jika proses
berpikir siswa dibimbing ke arah yang 'menyebar" (heuristik), dengan
harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatis, linier.
 Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott itu sama
dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir
"menyeluruh" (Wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara
berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat
ke depan, langsung ke "gambaran lengkap" sebuah sistem
informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detildetil yang kita amati
lebih dahulu, tapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu
ke bagian-bagian yang lebih kecil.
 Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi
menekankan beberapa hal seperti "ingatan jangka pendek" (short
term memory), "ingatan jangka panjang" (long term memory),
dan sebagainya, yang berhubungan dengan apa yang terjadi
dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita lihat
pengaruh aliran neurobiologis sangat terasa di sini. Namun,
menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan
seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu
dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi
mekanisme itu pun perlu diketahui.
 Teori sibernetik dikritik, sebab tidak membahas proses belajar secara
langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Karena alasan ini
pula, maka kita mendapat kesulitan untuk menggolongkan, apakah teori
sibernetik ini lebih dekat ke teori konformis, atau ke teori liberal.
 Jika teori humanis lebih dekat ke dunia filsafat, teori sibernetik ini lebih
dekat ke psikologi dan informasi. Selain itu, pemahaman kita terhadap
mekanisme kerja otak yang masih terbatas mengakibatkan pengetahuan
kita tentang bagaimana informasi itu diolah juga menjadi sangat
terbatas.
 Karena alasan ini pula, maka banyak pakar mendapat uham untuk
(makin) mengembangkan teori kognitif. Jika teori sibernetik lebih
tertarik kepada kerja otak. Teori kognitif lebih tertarik kepada hasil kerja
otak itu. Sepetti kata seorang pakar kognitif: "untuk menemukan
perhitungan akar 437, misalnya, apakah kita perlu tahu lebih dahulu
bagaimana sebuah kalkulator bekerja?" Pendeknya, untuk
mengembangkan suatu teori belajar, kita tak harus mengetahui seluk
beluk kerja otak kita sampai ke detil-detilnya.

Anda mungkin juga menyukai