Anda di halaman 1dari 22

02/04/2015

TEORI BELAJAR
BEHAVIORISME

KELOMP
OK 2 B
ANGGO
TA
KELOMP
OK:

02/04/2015

Muhammad Nur Rohim


(K4413043)
Rita Fatmarani
(K4413052)
Sativa Permatasari
(K4413056)
2

Pengertian Teori Belajar


Behaviorisme
Teori
Teori belajar
belajar behaviorisme
behaviorisme adalah
adalah sebuah
sebuah teori
teori yang
yang dicetuskan
dicetuskan oleh
oleh Gage
Gage dan
dan
Berliner
tentang
perubahan
tingkah
laku
dari
sebuah
pengalaman.
Berliner tentang perubahan tingkah laku dari sebuah pengalaman.
Teori
Teori behaviorisme
behaviorisme adalah
adalah teori
teori perkembangan
perkembangan perilaku,
perilaku, yang
yang dapat
dapat diukur,
diukur, diamati
diamati
dan
dan dihasilkan
dihasilkan oleh
oleh respons
respons pelajar
pelajar terhadap
terhadap rangsangan
rangsangan
Aliran
Aliran ini
ini menekankan
menekankan pada
pada terbentuknya
terbentuknya perilaku
perilaku yang
yang tampak
tampak sebagai
sebagai hasil
hasil
belajar.
belajar.
Teori
Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang
memandang individu
individu sebagai
sebagai makhluk
makhluk reaktif
reaktif yang
yang memberi
memberi
respons
terhadap
lingkungan.pengalaman
dan
pemeliharaan
akan
membentuk
respons terhadap lingkungan.pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku
perilaku mereka.
mereka.
Hasil
Hasil yang
yang diharapkan
diharapkan dari
dari penerapan
penerapan teori
teori behaviorisme
behaviorisme ini
ini adalah
adalah terbentuknya
terbentuknya
suatu
perilaku
yang
diinginkan.
Perilaku
yang
diinginkan
mendapat
penguatan
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan
positif
positif dan
dan perilaku
perilaku yang
yang kurang
kurang sesuai
sesuai mendapat
mendapat penghargaan
penghargaan negatif.
negatif.

Tujuan Pembelajaran
Behaviorisme
Tujuan pembelajaran menurut teori
behaviorisme ditekankan pada
penambahan pengetahuan, yang di ukur
dengan tes dan evaluasi.
pembentukan kedisiplinan dan rasa
tanggung jawab siswa.
Pemahaman individu pada buku teks
kurikulum yang di sesuaikan oleh guru.
02/04/2015

Jhon B. Watson
Watson menekankan pada pentingnya pendidikan dalam
perkembangan tingkah laku,ia percaya bahwa seorang
manusia bisa dikondisikan dengan cara cara tertentu agar
mempunyai sifat tertentu pula.
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk
memahami perilaku manusia.
Aliran behaviorisme menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar

Menurut teori ini, dalam belajar yang penting


adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respons,
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behaviorisme adalah soal penguatan , bila
penguatan ditambahkan, maka respons akan
semakin kuat, begitu sebaliknya
Watson tidak mempercayai unsur keturunan
sebagai penentu perilaku, perilaku manusia adalah
hasil belajar

Ciri teori behaviorisme


menurut watson
Bersifat mekanistik
Menekankan peranan guru/lingkungan
Mementingkan pembentukan reaksi
dan respons
Menekankan pentingnya latihan
Mementingkan mekanisme hasil belajar
02/04/2015

Ivan Petrovich Pavlov


Classic conditioning ( pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa
dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya.

Penerapa
n prinsipprinsip
kondisioni
ng klasik
dalam
kelas
antara
lain

Memberikan suasana yang


menyenangkan ketika
memberi tugas pada siswa
Membantu siswa mengatasi
secara bebas dan sukses
situasi yang mencemaskan
atau menekan
Membantu siswa untuk
mengenal perbedaan dan
persamaan terhadap
situasi-situasi sehingga
mereka dapat
membedakan dan
menggeneralisasikan
secara tepat

Edward Lee Thorndike


Dalam teorinya:
Perhatian

Thorndike

dikemukakan

setelah

melakukan eksperimen berbagai penelitian tentang


hewan.
Dalam penelitiannya, Thorndike berkeyakinan
bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya
sama dengan yang berlaku pada manusia yaitu
berupa koneksifitas (hubungan).
Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike


Pemikiran tahap pertama
Thorndike menggagas beberapa ide penting berkaitan dengan
hukum-hukum belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan,
hukum akibat, dan hukum sikap.
Dalam hukum kesiapan (law of readiness) ini, semakin siap
suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip hukum Iatihan adalah koneksi antara kondisi (yang
merupakan perangsang} dengan tindakan akan menjadi lebih
kuat karena iatihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi
antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
Hukum Sikap (Attitude) atau watak (disposition) menjelaskan
bahwa perilaku belajar sesaorang tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dengan respons saja, tetapi juga ditentukan
keadaan yang ada dalam diri individu, baik menyangkut aspek
kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

Pemikiran Tahap Kedua


la mencoba mengubah, meralat dan merevisi
beberapa hukum belajar yang pemah digagasnya,
pemikiran tahap kedua Thorndike ini terjadi setelah
tahun 1930
Hukum belajar yang direvisi Thorndike antara lain
hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat
(law of effect).
Jika semula hukum latihan mcngatakan bahwa
proses pengulangan akan memperkuat asosiasi,
memperkuat hubungan stimulus dan respons, dan
memperlancar
proses
belajar.
maka,
dalam
praktiknya ternyata tidaklah demikian. pengulangan
saja ternyata tidak cukup untuk memperkuat
hubungan stimulus respons, sebailiknya
tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus dan respons
belum tentu diperlemah.
Hukum akibat direvisi. Jika semula Thorndike
mengatakan bahwa suatu respons atau proses
belajar yang diikuti oleh kondisi yang menyenangkan
(hadiah, pujian) akan cenderung menguatkan hasil

Clark Leonard Hull


Untuk
menjelaskan
teori-teori
belajarnya,
Hull
mengembangkan beberapa definisi tentang kebutuhan
(need), dorongan (drive), dan penguatan (reinforcement),
Kebutuhan yang timbul akan menyebabkan terbentuknya
suatu perilaku yang akan mereduksi kebutuhan secara
berangsur-angsur yang dapat dipelajari responsnya. Stimulus
yang dapat menimbulkan respons adalah stimulus yang
mengenai
saraf
sensoris
atau
reseptor
kemudian
menimbulkan impuls yang masuk afferent, yaitu saraf gerak
dan dapat mengaktifkan otot-otot maskuler.
Menurut Hull tingkah laku bersumber pada kebutuhan yang
merupakan tuntutan hidup.
Pada dasarnya, teori belajar Hull berpusat pada perlunya
memperkuat suatu pengetahuan yang sudah ada.

Metode Deduktif
Teori belajar ini dikembangkan Hull dengan menggunakan metode
deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus
didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena
individual
Matematika Deduktif
Teori belajar ini merupakan satu perlakuan sistematis dari belajar
berdasarkan teori pengkondisian klasik dan dinyatakan dalam bentuk
postulat-postulat deduktif dan akibat-akibatnya yang bersifat wajar.
Menurat teori Hull, kondisi yang disusun secara optimal akan
mempermudah siswa untuk belajar. Belajar di kelas dapat diklasifikasikan
dalam tiga tipe yaitu: perbedaan stimulus (stimulus discrimination),
perbedaan rcspons (response differentiation), dan akibat dari
hadiah/hukuman (reward/punishment consequence).
Proses belajar dibedakan menjadi belajar tentang kebiasaan dan belajar
tentang dorongan atau perangsang (incentive).
Dengan adanya dorongan belajar, maka belajar merupakan penguatan.
Makin banyak belajar, makin banyak penguatan (reinforcement), maka
menjadi makin besar motivasi untuk menggunakan respons menuju
keberhasilan belajar. Belajar dipandang sangat erat dengan adaptasi
kelangsungan hidup (survival).

Edwin Ray Guthrie


Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus
berhubungan dengan kebutuhan atau pemenuhan biologis
sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark Hull. Guthrie
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin
diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap.

Dalil yang kedua menyatakan bahwa pola stimulus


mempunyai korelasi dan atau keterkaitan yang tinggi dengan
Edwin Ray Guthrie

respons yang ditimbulkannya pertama kali.

Burrhus Frederic Skinner


B.F Skinner dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan model pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses
pengkondisian operan

Skinner mendefinisikan belajar sebagai


proses perubahan perilaku.
Skinner membagi penguatan ini menjadi
dua antara lain penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif
sebagai stimulusdapat meningkatkan
terjadinya pengulangan tingkah laku itu,
sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau
menghilang

adanya Skinner menganggap


reward dan reinforement
merupakan faktor penting dalam
belajar.
Menurut Skinner hubungan
antara stimulus dan respons
yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku
Dalam proses pembelajaran
Skinner tidak mengenal tentang

Aplikasi dan Implikasi Pembelajaran


Behaviorisme
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung
dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau pembelajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai
objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum
yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar.

Karena Teori Behaviorisme memandang bahwa


pengetahuan telah tersturuktur rapi dan
tertatur, maka siswa haru dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan secara
ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar sehingga pembelajaran
lebih banyak dikaitkan dengan penegakkan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan
dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebgai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.

Kelebihan dan Kekurangan Teori


Belajar Behaviorisme
Kelebihan
Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi hadiah atau pujian
Teori belajar Behaviorisme berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati, maka kontrol dan
rekayasa terhadap proses belajar dan pembelajaran
atau lebih luas lagi rekayasa terhadap pendidikan
bisa dilakukan secara terarah, jelas dan pasti

Kekurangan
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru
(teachercenteredlearning), bersifat meanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati
dan diukur. Murid tidak mampu berkembang
sesuai potensi yang dimiliki sendiri
Teori Behaviorisme juga cenderung
mengarahkan siswa untuk berpikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif
Proses belajar manusia dianalogikan dengan
hewan sangat sulit diterima, mengingat ada
perbedaan mencolok antara hewan dan
manusia.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai