Disusun oleh :
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan
seluruh sumber daya yang ada di muka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah swt.
sebagai khalifah di bumi untuk mengelola bumi dan sumber daya yang ada di
dalamnya demi kesejahteraan manusia sendiri, makhluk dan seluruh alam semesta,
karena pada dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini sengaja
diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia. Hal ini sangat jelas
ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat Al-Jatsiyah ayat 13:
ٍ ض َج ِميعًا ِم ْنهُ ۚ إِ َّن فِي َٰذَلِكَ َليَا
َت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون ِ ت َو َما فِي ْاْل َ ْر َّ س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال
ِ س َم َاوا َ َو
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”
Oleh karena itu sumber daya yang ada ini harus dikelola dengan benar karena
merupakan amanah yang diemban manusia yang akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Untuk mendapatkan pengelolaan yang
baik, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan. Di dalam surat ar-
Rohman ayat 33, Allah telah menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu seluas-
luasnya tanpa batas dalam rangka membuktikan ke-Mahakuasaan Allah SWT. Dan
ilmu pengetahuan yang dimaksud harus diarahkan kepada pengkajian terhadap Al-
Qur’an dan Hadits. Manusia memiliki potensi menjadi semulia-mulianya makhluk
dan pula potensi menjadi serendah-rendahnya makhluk. Oleh karena itu, Allah
menganugerahkan manusia berupa akal dan hati agar dimanfaatkan untuk
mempelajari serta mengkaji pesan-pesan Allah dan Rasulullah dalam mengelola
alam semesta ini agar selamat dunia dan akhirat.
1.1 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 68.
dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu
beragama Yahudi, Nasrani atau majusi.” (HR. al-Bukhari)
Dalam suatu lembaga pendidikan Islam, aset paling penting yang harus dimiliki
dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah manusia (SDM). Samsudin
mengatakan, mereka inilah yang merancang dan menghasilkan inovasi pendidikan,
mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial,
serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Sumber daya manusia
inilah yang membuat sumber daya lainnya dapat berjalan.2
2.2 Karakteristik Sumber Daya Manusia Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan
al-Hadits
Manusia sebagai sumber daya penggerak suatu lembaga pendidikan,
terutama pendidikan Islam, harus mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang
diilhami dari shifat al-anbiyaa’ atau sifat-sifat para nabi dan Rasul. Sifat-sifat
tersebut yaitu: shiddiq (benar, jujur), amanah (bertanggung jawab, dapat dipercaya
dan kredibilitas), tabligh (komunikatif), dan fathanah (cerdas dan bijaksana).3
Sebagaimana firman Allah swt.:
Kualitas sumber daya manusia yang baik adalah manusia yang memiliki
etos kerja, seperti yang telah dijabarkan oleh Faisal Badroen, antara lain sebagai
berikut:4
a. Tujuan manusia dalam melakukan pekerjaan adalah beribadah kepada Allah dan
memakmurkan kehidupan dengan mengelola bumi beserta isinya.
b. Kerja adalah usaha untuk mewujudkan keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan jiwa dan jasmani.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
2
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 21.
3
Ismail Nawawi, Islam dan Bisnis (Jakarta: Vivpress, t.th.), 746.
4
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 145-157.
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”
c. Bekerja keras untuk mendapatkan rezeki disertai dengan tawakal dan takwa
kepada Allah.
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
e. Keimanan bahwa seluruh materi di dunia ini hanya milik Allah, sedang manusia
bertugas sebagai khalifah.
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.5
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian)
dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang gugur dalam memperjuangkan penjagaan hartanya,
maka ia telah gugur secara sahid.” (H.R. Muslim)
5
Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak
milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
g. Jujur dan amanah.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
6
Mardiah Baginda, “Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Diklat Menurut
Pandangan Al-Qur’an”, Jurnal Ilmiah, (t.th), 4.
2.2 Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Training and
Development)
Pegawai yang telah dimiliki lembaga pendidikan Islam, harus diberi
wahana untuk proses pembinaan dan pengembangan agar memberikan kontribusi
yang sebaik-baiknya bagi lembaga. Oleh karena itu, Islam mendorong untuk
melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan
(training) terhadap para pegawai dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan
kemampuan teknis pegawai dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaannya.7
Allah menjelaskan bahwa dalam melakukan pembinaan dan pengembangan
terhadap pegawai atau SDM, hendaknya melalui hikmah, sebagaimana firman-
Nya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah8 dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik….”
7
Sinn, Manajemen Syariah, 117.
8
Hikmah berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
tugas/kewajiban karyawan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja
atau mengingatkan kembali motivasi kerja yang sebenarnya;
c. Metode Tazkiyyah, implikasinya pelatihan untuk mengubah perilaku dan
kinerja yang perlu diperbaiki;
d. Metode Hikmah, yaitu kemampuan untuk menarik suatu pelajaran
tersembunyi atau pengetahuan filosofis dari suatu kejadian.
2.2 Penilaian Prestasi Kerja
Pada dasarnya, menurut Sadili Samsudin, penilaian prestasi kerja merupakan
suatu evaluasi terhadap penampilan kerja SDM dalam suatu institusi. Jika
pelaksanaan pekerjaan sesuai atau melebihi uraian pekerjaan, maka SDM dalam
lembaga tersebut melakukan pekerjaan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, bila
pelaksanaan pekerjaan menunjukkan hasil di bawah uraian pekerjaan, berarti
pelaksanaan tersebut kurang baik.9 Mengapa kita harus melakukan penilaian
prestasi kerja? Jawabannya adalah karena Allah telah memberikan perintah dalam
surat at-Taubah ayat 105:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
2.3 Kompensasi
Werther & Davis dalam Wibowo mendefinisikan kompensasi sebagai apa
yang diterima SDM sebagai tukaran atas kontribusinya kepada lembaga.10
Penentuan upah bagi para pegawai sebelum mereka mulai menjalankan
pekerjaannya, telah dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang berbunyi:
“Barangsiapa mempekerjakan seorang pekerja, maka harus disebutkan
upahnya.” Dalam hadis tersebut, Rasulullah memberikan petunjuk bahwa dengan
memberikan informasi gaji yang akan diterima, diharapkan akan memberikan
dorongan semangat bagi pegawai untuk memulai pekerjaan, dan memberikan rasa
ketenangan.11
9
Sadili, Manajemen, 162.
10
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 348.
11
Sinn, Manajemen Syariah, 113.
Upah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini merupakan asas pemberian
upah sebagaimana ketentuan yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya surat al-
Ahqaf ayat 19:12
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”13
Selain itu, cara pemberian gaji kepada pegawai dalam Islam telah digariskan
sesuai dengan sabda Nabi SAW:14
12
Ibid., 113.
13
Al-Qur’an, 46: 19.
14
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, 140.
15
Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 8.
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar dan faktor ajar (lingkungan)
dengan berpedoman pada nilai-nilai ke-Islaman. Faktor dasar
dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan
kebiasaan berpikir, bersikap, dan bertingkah laku menurut norma Islam.
Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu
melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola
kehidupan yang sejalan dengan pola-pola kehidupan Islam.
c. Dimensi Kecerdasan, merupakan dimensi yang dapat membawa kemajuan,
yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, dll. Dimensi kecerdasan dalam
pandangan psikologi merupakan suatu proses yang mencakup tiga proses
yaitu analisis, kreativitas, dan praktis. Tegasnya dimensi kecerdasan ini
berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan.
Dari uraian di atas, hemat penulis, kunci dari segala upaya membangun
SDM yang unggul serta Qur’ani yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan wadah
untuk mendidik, membina, membimbing, melatih, mengembangkan, mengolah,
mengelola serta mendayagunakan sumber daya manusia. Pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan akhlak, pendidikan intelektual, dan pendidikan
budaya, yang dilandasi oleh sumber ajaran Islam.
Secara rinci, upaya yang dapat dilakukan yaitu antara lain:
a. Menanamkan akhlakul mahmudah melalui teladan dan pembiasaan;
b. Mengembangkan pola pikir dengan mempertimbangkan kebaikan atau
keburukan tentang suatu hal tertentu;
c. Membangun dan mengembangkan mental SDM yang mandiri, dan
berjiwa kompetitif;
d. Saling tolong menolong dalam kebaikan;
e. Menghayati nilai-nilai moral yang berlaku;
f. Menerapkan proses humanisasi;
g. Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, informasi, teknologi;
h. Mengaplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam proses pendidikan;
i. Mengaplikasikan metode tilawah, taklim, tazkiyyah, dan hikmah seperti
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
BAB III
PENUTUP
Pada dasarnya setiap organisasi tidak akan lepas dari keberadaan sumber daya
manusia yang dapat membantu melaksanaan serangkaian aktivitas dalam
pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan pula peran aktif manajer dalam
memahami dan mengelola orang- orang yang ada dalam organisasi.
Pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara efektif dan efisien.
Manajemen sumber daya manusia ini tidak saja mengandalkan pada fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian,
namun pada implementasinya, mengandalkan pada fungsi operasional manajemen
SDM seperti rekrutmen, seleksi, penilaian prestasi, pelatihan dan pengembangan,
serta praktek pemberian kompensasi. Dari sisi pandangan agama Islam, hal ini juga
tidak mengalami perbedaan. Semua praktek manajemen sumber daya manusia
semuanya dijalankan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan apa yang sudah ada
dalam al-Quran dan al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam. Ciputat: Ciputat Press, 2005.
Samsudin, Sadili. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer. Terj. Dimyauddin Djuwaini. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Suyanto, M. Muhammad Business Strategy & Ethics: Etika dan Strategi Bisnis Nabi
Muhammad SAW. Yogyakarta: Andi Offset, 2008.