Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM


STUDI AL-QURAN DAN AL HADITS MANAJEMEN
Dosen Pembimbing : H.MISBAHUL MUNIR,Lc, M.El

Disusun oleh :

Melania Galih Safitri (17510161)


Nur Sakinah (17510162)
Muhammad Miftahul Huda (17510182)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
SDM
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Bapak H.MISBAHUL MUNIR,Lc, M.El
selaku Dosen mata kuliah STUDI AL-QURAN DAN AL HADITS
MANAJEMEN yang telah membimbing saya untuk memahami mata

kuliah yang diampu.


Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan antara
negara, agama, dan pancasila. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Malang, 9 APRIL 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan
seluruh sumber daya yang ada di muka bumi. Manusia diciptakan oleh Allah swt.
sebagai khalifah di bumi untuk mengelola bumi dan sumber daya yang ada di
dalamnya demi kesejahteraan manusia sendiri, makhluk dan seluruh alam semesta,
karena pada dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini sengaja
diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia. Hal ini sangat jelas
ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat Al-Jatsiyah ayat 13:
ٍ ‫ض َج ِميعًا ِم ْنهُ ۚ إِ َّن فِي َٰذَلِكَ َليَا‬
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَتَفَ َّك ُرون‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َو‬
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”

Oleh karena itu sumber daya yang ada ini harus dikelola dengan benar karena
merupakan amanah yang diemban manusia yang akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Untuk mendapatkan pengelolaan yang
baik, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan. Di dalam surat ar-
Rohman ayat 33, Allah telah menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu seluas-
luasnya tanpa batas dalam rangka membuktikan ke-Mahakuasaan Allah SWT. Dan
ilmu pengetahuan yang dimaksud harus diarahkan kepada pengkajian terhadap Al-
Qur’an dan Hadits. Manusia memiliki potensi menjadi semulia-mulianya makhluk
dan pula potensi menjadi serendah-rendahnya makhluk. Oleh karena itu, Allah
menganugerahkan manusia berupa akal dan hati agar dimanfaatkan untuk
mempelajari serta mengkaji pesan-pesan Allah dan Rasulullah dalam mengelola
alam semesta ini agar selamat dunia dan akhirat.
1.1 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Daya Manusia dalam Al-Qur’an dan al-Hadits


Salah satu unsur yang cukup menentukan dalam upaya manajemen sumber
daya manusia pada suatu organisasi adalah manusianya.1 Manusia merupakan
mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
ciptaan Allah swt yang lainnya. Karakteristik dan juga potensi manusia banyak
dituliskan dalam Al-Qur’an. Dengan seperangkat organ tubuh yang diberikan oleh
Allah swt kepada manusia, manusia mempunyai daya atau potensi yang apabila
dikembangkan akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, dan akan
menjadikan manusia yang sadar akan tanggung jawabnya baik tanggung jawabnya
sebagai hamba Allah swt dan sebagai khalifah Allah swt. Sehingga dapat dipahami
bahwa sumber daya manusia menurut Al-Qur’an adalah potensi manusia yang
dapat dikembangkan untuk melaksanakan tugasnya baik sebagai hamba Allah swt
ataupun sebagai khalifah Allah swt. Dalam mengemban tugas tersebut, manusia
diberikan potensi oleh Allah swt. yang berupa naluri beragama sejak manusia itu
dilahirkan. Potensi ini disebut dengan fitrah, sebagaimana Allah telah berfirman
dalam surat ar-Ruum ayat 30:
‫ين ْالقَيِ ُم‬ ِ َ‫َّللاِ ۚ ََٰذلِك‬
ُ ‫الد‬ ‫ِق ه‬ِ ‫علَ ْي َها ۚ ََل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ َ َ‫َّللاِ الهتِي ف‬
َ ‫ط َر النه‬
َ ‫اس‬ ْ ‫ِين َحنِيفًا ۚ ِف‬
‫ط َرتَ ه‬ ِ ‫فَأ َ ِق ْم َوجْ َهكَ ِللد‬
ِ ‫َولَ ِك هن أ َ ْكث َ َر النه‬
َ‫اس ََل َي ْع َل ُمون‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Rasulullah saw juga mempertegas bahwa selain memiliki potensi fitrah,


manusia juga memiliki potensi kesucian, yaitu bahwa manusia dilahirkan dalam
keadaan suci. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Hurairah,
sesungguhnya dia berkata: Rasulullah saw bersabda: setiap anak dilahirkan

1
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 68.
dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu
beragama Yahudi, Nasrani atau majusi.” (HR. al-Bukhari)
Dalam suatu lembaga pendidikan Islam, aset paling penting yang harus dimiliki
dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah manusia (SDM). Samsudin
mengatakan, mereka inilah yang merancang dan menghasilkan inovasi pendidikan,
mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial,
serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Sumber daya manusia
inilah yang membuat sumber daya lainnya dapat berjalan.2
2.2 Karakteristik Sumber Daya Manusia Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an dan
al-Hadits
Manusia sebagai sumber daya penggerak suatu lembaga pendidikan,
terutama pendidikan Islam, harus mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang
diilhami dari shifat al-anbiyaa’ atau sifat-sifat para nabi dan Rasul. Sifat-sifat
tersebut yaitu: shiddiq (benar, jujur), amanah (bertanggung jawab, dapat dipercaya
dan kredibilitas), tabligh (komunikatif), dan fathanah (cerdas dan bijaksana).3
Sebagaimana firman Allah swt.:
Kualitas sumber daya manusia yang baik adalah manusia yang memiliki
etos kerja, seperti yang telah dijabarkan oleh Faisal Badroen, antara lain sebagai
berikut:4
a. Tujuan manusia dalam melakukan pekerjaan adalah beribadah kepada Allah dan
memakmurkan kehidupan dengan mengelola bumi beserta isinya.
b. Kerja adalah usaha untuk mewujudkan keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan jiwa dan jasmani.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

2
Sadili Samsudin, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 21.
3
Ismail Nawawi, Islam dan Bisnis (Jakarta: Vivpress, t.th.), 746.
4
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 145-157.
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”

c. Bekerja keras untuk mendapatkan rezeki disertai dengan tawakal dan takwa
kepada Allah.
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

d. Usaha yang halal dan menghindari usaha yang haram.


“Katakanlah: "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-
orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

e. Keimanan bahwa seluruh materi di dunia ini hanya milik Allah, sedang manusia
bertugas sebagai khalifah.
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.5
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian)
dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”

f. Menjaga kepemilikan materi.


“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal
kamu mengetahui.”

Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang gugur dalam memperjuangkan penjagaan hartanya,
maka ia telah gugur secara sahid.” (H.R. Muslim)

5
Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak
milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
g. Jujur dan amanah.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

Dalam hadits, Rasulullah juga bersabda yang artinya: “Seorang pedagang


yang jujur dan dapat dipercaya akan dibangkitkan bersama kelompok para Nabi,
orang sholeh dan para syuhada’.” (H.R. Tirmidzi)
SDM pendidikan Islam yang berkualitas adalah SDM yang memiliki keluasan ilmu
pengetahuan, fleksibel serta responsif terhadap perkembangan di berbagai bidang,
terutama pendidikan. Dalam Al-Qur’an surat Mujadalah ayat 11, Allah
mengangkat derajat orang yang memiliki ilmu pengetahuan: "Allah mengangkat
orang-orang yang beriman dari golonganmu semua dan juga orang-orang yang
dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat". Kemudian dalam firman
Allah Q.S. Zumar: 9, Allah memberi perbedaan orang yang berilmu pengetahuan
dan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan: "Katakanlah: Adakah sama
orang-orang yang berilmu pengetahuan dan orang-orang yang tidak berilmu
pengetahuan".6 Dengan berbekal ilmu pengetahuan tersebut, SDM diharapkan
mampu mengantarkan lembaganya untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan.

6
Mardiah Baginda, “Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Diklat Menurut
Pandangan Al-Qur’an”, Jurnal Ilmiah, (t.th), 4.
2.2 Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Training and
Development)
Pegawai yang telah dimiliki lembaga pendidikan Islam, harus diberi
wahana untuk proses pembinaan dan pengembangan agar memberikan kontribusi
yang sebaik-baiknya bagi lembaga. Oleh karena itu, Islam mendorong untuk
melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan
(training) terhadap para pegawai dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan
kemampuan teknis pegawai dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaannya.7
Allah menjelaskan bahwa dalam melakukan pembinaan dan pengembangan
terhadap pegawai atau SDM, hendaknya melalui hikmah, sebagaimana firman-
Nya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah8 dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik….”

Menurut Yusanto, SDM yang profesional adalah SDM yang kafa’ah


(memiliki keahlian), amanah (terpercaya), serta himmatul amal (memiliki etos
kerja yang tinggi). Untuk menciptakan SDM yang profesional tersebut, diperlukan
pembinaan yang bertumpu pada tiga aspek, yaitu: (1) Syakhshiyyah Islamiyyah
atau kepribadian Islamnya, (2) skill atau keahlian dan keterampilannya, dan (3)
kepemimpinan dan kerjasamanya dalam tim.
Selain itu, Cecep Darmawan mengungkapkan, pola pembinaan dan pengembangan
sumber daya manusia yang dilakukan Rasulullah diwujudkan dalam empat jenis,
yaitu:
a. Metode Tilawah, implikasinya adalah membudayakan membaca Al-Quran
sebagai bentuk pembinaan psikologis untuk meningkatkan kesalehan
pribadi, dengan mengajak pegawai untuk membaca ayat Allah;
b. Metode Taklim, implikasinya ialah dengan mengajarkan kepada karyawan
perihal etos kerja, sosialisasi nilai-nilai, teori-teori, kiat-kiat sukses, kiat
kerja produktif, aturan, atau tata tertib, visi, misi lembaga serta

7
Sinn, Manajemen Syariah, 117.
8
Hikmah berarti perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
tugas/kewajiban karyawan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja
atau mengingatkan kembali motivasi kerja yang sebenarnya;
c. Metode Tazkiyyah, implikasinya pelatihan untuk mengubah perilaku dan
kinerja yang perlu diperbaiki;
d. Metode Hikmah, yaitu kemampuan untuk menarik suatu pelajaran
tersembunyi atau pengetahuan filosofis dari suatu kejadian.
2.2 Penilaian Prestasi Kerja
Pada dasarnya, menurut Sadili Samsudin, penilaian prestasi kerja merupakan
suatu evaluasi terhadap penampilan kerja SDM dalam suatu institusi. Jika
pelaksanaan pekerjaan sesuai atau melebihi uraian pekerjaan, maka SDM dalam
lembaga tersebut melakukan pekerjaan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, bila
pelaksanaan pekerjaan menunjukkan hasil di bawah uraian pekerjaan, berarti
pelaksanaan tersebut kurang baik.9 Mengapa kita harus melakukan penilaian
prestasi kerja? Jawabannya adalah karena Allah telah memberikan perintah dalam
surat at-Taubah ayat 105:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

2.3 Kompensasi
Werther & Davis dalam Wibowo mendefinisikan kompensasi sebagai apa
yang diterima SDM sebagai tukaran atas kontribusinya kepada lembaga.10
Penentuan upah bagi para pegawai sebelum mereka mulai menjalankan
pekerjaannya, telah dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang berbunyi:
“Barangsiapa mempekerjakan seorang pekerja, maka harus disebutkan
upahnya.” Dalam hadis tersebut, Rasulullah memberikan petunjuk bahwa dengan
memberikan informasi gaji yang akan diterima, diharapkan akan memberikan
dorongan semangat bagi pegawai untuk memulai pekerjaan, dan memberikan rasa
ketenangan.11

9
Sadili, Manajemen, 162.
10
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 348.
11
Sinn, Manajemen Syariah, 113.
Upah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini merupakan asas pemberian
upah sebagaimana ketentuan yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya surat al-
Ahqaf ayat 19:12
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”13
Selain itu, cara pemberian gaji kepada pegawai dalam Islam telah digariskan
sesuai dengan sabda Nabi SAW:14

َّ ‫ قَ ْب َل أ َ ْن َي ِج‬,ُ‫ط ْوا ْاْل َ ِجي َْر أ َ ْج َره‬


ُ‫ف َع َرقُه‬ ُ ‫أ َ ْع‬
“Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
2.4 Upaya Membangun SDM yang Qur’ani dalam Pendidikan Islam
Dalam upaya membangun sumber daya manusia yang Qur’ani dan unggul,
diperlukan adanya aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Said Agil Husin al-Munawar bahwa secara normatif, proses
aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau
aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan yaitu:15
a. Dimensi Spiritual, yakni iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Dimensi ini
ditekankan kepada akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial
bagi individu dan masyarakat. Pendidikan akhlak dalam Islam tersimpul
dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan kebajikan serta
menjauhi keburukan dan kemungkaran” berhubungan erat dalam upaya
mewujudkan tujuan dasar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan,
dan beribadah kepada Allah SWT. Terbinanya akhlak yang baik dapat
menjadikan terbentuknya individu dan masyarakat dalam kumpulan suatu
masyarakat yang beradab.
b. Dimensi Budaya, yakni kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan

12
Ibid., 113.
13
Al-Qur’an, 46: 19.
14
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, 140.
15
Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 8.
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar dan faktor ajar (lingkungan)
dengan berpedoman pada nilai-nilai ke-Islaman. Faktor dasar
dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan
kebiasaan berpikir, bersikap, dan bertingkah laku menurut norma Islam.
Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu
melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola
kehidupan yang sejalan dengan pola-pola kehidupan Islam.
c. Dimensi Kecerdasan, merupakan dimensi yang dapat membawa kemajuan,
yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, dll. Dimensi kecerdasan dalam
pandangan psikologi merupakan suatu proses yang mencakup tiga proses
yaitu analisis, kreativitas, dan praktis. Tegasnya dimensi kecerdasan ini
berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan.

Dari uraian di atas, hemat penulis, kunci dari segala upaya membangun
SDM yang unggul serta Qur’ani yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan wadah
untuk mendidik, membina, membimbing, melatih, mengembangkan, mengolah,
mengelola serta mendayagunakan sumber daya manusia. Pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan akhlak, pendidikan intelektual, dan pendidikan
budaya, yang dilandasi oleh sumber ajaran Islam.
Secara rinci, upaya yang dapat dilakukan yaitu antara lain:
a. Menanamkan akhlakul mahmudah melalui teladan dan pembiasaan;
b. Mengembangkan pola pikir dengan mempertimbangkan kebaikan atau
keburukan tentang suatu hal tertentu;
c. Membangun dan mengembangkan mental SDM yang mandiri, dan
berjiwa kompetitif;
d. Saling tolong menolong dalam kebaikan;
e. Menghayati nilai-nilai moral yang berlaku;
f. Menerapkan proses humanisasi;
g. Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, informasi, teknologi;
h. Mengaplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam proses pendidikan;
i. Mengaplikasikan metode tilawah, taklim, tazkiyyah, dan hikmah seperti
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
BAB III
PENUTUP
Pada dasarnya setiap organisasi tidak akan lepas dari keberadaan sumber daya
manusia yang dapat membantu melaksanaan serangkaian aktivitas dalam
pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan pula peran aktif manajer dalam
memahami dan mengelola orang- orang yang ada dalam organisasi.
Pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara efektif dan efisien.
Manajemen sumber daya manusia ini tidak saja mengandalkan pada fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian,
namun pada implementasinya, mengandalkan pada fungsi operasional manajemen
SDM seperti rekrutmen, seleksi, penilaian prestasi, pelatihan dan pengembangan,
serta praktek pemberian kompensasi. Dari sisi pandangan agama Islam, hal ini juga
tidak mengalami perbedaan. Semua praktek manajemen sumber daya manusia
semuanya dijalankan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan apa yang sudah ada
dalam al-Quran dan al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam. Ciputat: Ciputat Press, 2005.

Arsyad, Azhar. Pokok-Pokok Manajemen: Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan


Eksekutif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006.

Baginda, Mardiah. “Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Diklat Menurut


Pandangan Al-Qur’an”. Jurnal Ilmiah, t.th.

Gustiawan, Willson & Fahruna, Yulyanti. Pengembangan Sumber Daya Manusia:


Pelatihan sebagai Pengembangan Sumber Daya Manusia Suatu Perspektif Syariah.
Bandung: t.p., 2009.
Qomar, Mujamil Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2009.
Rivai, Veitzal & Sagala, Ella Jauvani. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Lembaga: dari Teori ke Praktek. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Samsudin, Sadili. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer. Terj. Dimyauddin Djuwaini. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Suyanto, M. Muhammad Business Strategy & Ethics: Etika dan Strategi Bisnis Nabi
Muhammad SAW. Yogyakarta: Andi Offset, 2008.

Ula, S. Shoimatul. Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif. Yogyakarta:


Berlian, 2013.

Yusanto, Muhammad Ismail & Widjajakusuma, Muhammad Karebet. Manajemen


Strategis Perspektif Syariah. Jakarta: Khairul Bayaan, 2003.

Anda mungkin juga menyukai