Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI DAKWAH

MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Dosen Pengampu :

Waizul Qarni, MA

Disusun Oleh :

Nurhaini (0104212098)

Dewa Wahyuda Nasution (0104212126)

Raju Panawan Harahap (0104212087)

Ilham Syahputra (0104212099)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MANUSIA DALAM
PANDANGAN ISLAM.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Waizul Qarni, MA pada matakuliah Psikologi Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang proses penciptaan manusia, hakikat manusia, keistimewaan
manusia, dan juga kelemahan manusia dalam Al-qur‟an.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Waizul Qarni, MA selaku Dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Dakwah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Selasa, 04 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ...…………………………………………………………….…………………………. 1

KATA PENGANTAR ………………………………………………..……………………….... 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….……………... 3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….. 5

A. Manusia Menurut Pandangan Islam ……………………………..………………………. 5


B. Proses Penciptaan Manusia ………………………………………………………. 7
C. Keistimewaan Manusia ………………………………………………...………………... 9
D. Kelemahan Manusia ……………………………………………………...…………….. 12

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………… 16

Kesimpulan …………………………………………………...………………….…………….. 16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut kisah
yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah menciptakan
manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.

Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang
paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan. Allah SWT sudah menciptakan manusia
ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar
manusia dapat memelihara dan mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam
semesta ini.

Dalam tulisan ini kami ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaiman Islam memandang
Manusia baik dari sisi dari apa manusia diciptakan, bagaiman proses penciptaanya? bagaimana
tugas manusia diciptakan kemudian bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah SWT. 1

Manusia selain diciptakan sebagai makhluk Allah yang paling mulia, ia juga diciptakan
sebagai khalifah dimuka bumi dan berfungsi sebagai makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah
yang dilahirkan dengan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik. Mendidik manusia
bukan hanya sekedar mendidik, namun kita harus mengetahui apa hakikat dari manusia itu.2

1
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016, hal. 130
2
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No. 2; Desember 2021, hal. 66

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Menurut Pandangan Islam

Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu: 3

1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)


Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku pencipta
karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. 4 Bentuk pengabdian
manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja,
melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam Al-
qur‟an: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyambah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus…,”5

2. Manusia Sebagai Al-Nas


Manusia, didalam Al-qur‟an juga disebut dengan al-nas. Konsep al-nas ini cenderung
mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat
disekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam
hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-
pasangan seperti dijelaskan dalam Al-qur‟an:

ۚ ‫سا اء‬ ‫ث ٍِ ْْ ُٖ ََا ِز َج ااًل َمثِ ا‬


َ َِّٗ ‫يسا‬ ِ َٗ ‫اس اتَّقُ٘ا َزبَّ ُن ٌُ اىَّرِي َخيَقَ ُن ٌْ ٍِ ِْ َّ ْف ٍس‬
َّ َ‫احدَةٍ َٗ َخيَقَ ٍِ ْْ َٖا شَ ْٗ َج َٖا َٗب‬ ُ َّْ‫يَا أَيُّ َٖا اى‬
‫عيَ ْي ُن ٌْ َز ِقيباا‬
َ َُ‫َّللاَ َما‬ َ ‫سا َءىَُُ٘ ِب ِٔ َٗ ْاْل َ ْز َح‬
َّ َُّ ‫اً ۚ ِإ‬ َ َ ‫َّللاَ اىَّرِي ت‬
َّ ‫َٗاتَّقُ٘ا‬

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah pada tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta

3
Desmita, Psikologi Perkembangan…, hal. 18-31
4
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan Al-Bana, Jakarta:Bulan Bintang,1994, hal. 135
5
Q.S. Al-Bayyinah: 5

5
satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.6

3. Manusia Sebagai Khalifah Allah


Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam Al-qur‟an:
“Ingatlah ketika tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:“sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:”mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji engkau dan mensucikan engkau?” tuhan berfirman:”sesungguhnya aku
mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”7

4. Manusia Sebagai Bani Adam


Sebutan manusia sebagai Bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan dalam A-
qur‟an yang menjalaskan bahwa manusia adaah keturunan Adam dan bukan berasal
dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin.
Dalam Al-qur‟an dijelaskan: “Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari
tanda-tanda kekuasaaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam
janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapakmu dari surga,…”8

5. Manusia Sebagai Al-Insan


Manusia disebut al-insan dalam Al-qur‟an mengacu pada potensi yang diberikan
tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara, kemampuan
menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu, dll. Namun selain memiliki
potensi positif ini, manusia sebagai al-insan juga mempunya kecenderungan
berperilaku negative (lupa). Misalnya dijelaskan dalam surah Hud ayat 9: “Dan jika

6
Q.S An-Nisa: 1
7
Q.S. Al-Baqarah: 30
8
Q.S. Al-A‟raf: 26-27

6
kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut
daripadanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih.” 9

B. Proses Penciptaan Manusia

Al-Quran tidak memaparkan secara rinci asal-usul manusia tercipta. Al-Quran hanya
menerangkan tentang prinsipnya saja. Terdapat Ayat-ayat Al-Quran mengenai penciptaan
Manusia terdapat pada beberapa surah. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah
10 11
kepada-Nya . Manusia ditugaskan untuk mengemban amanah (tugas keagamaan) .
12
Manusia ditugaskan untuk menjadi pengelola (khalifah) di bumi . Manusia juga ditugaskan
untuk menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar 13.

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam


istilah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam
unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak
terdapat dalam Al-Quran secara rinci.

Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya
hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia
diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti
dapat terjadi. Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS.
bukan manusia yang pertama diciptakan.

Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang
manusia diciptakan berasal dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada
pada tanah turut mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaiman pernyataan bahwa tumbuh-
tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur kimia yang
ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya sebagian saja.
14

9
Q.S. Hud: 9
10
Q.S. Adz-Dzariyat: 56
11
Q.S. Al- Ahzab: 72
12
Q.S. Al-Baqarah: 30
13
Q.S. Ali Imran: 110
14
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016, hal. 131

7
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari sari pati tanah, maksudnya proses kejadian
manusia itu berasal dari sari pati tanah yang menghasilkan berbagai jenis makanan yang
kemudian dikonsumsi oleh manusia. Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan
berangsur. Pertumbuhan fisik dan mental manusia diawali dari proses konsepsi. Pada tahap
selanjutnya menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua,
hingga meninggal. Dalam Al-qur‟an, Allah SWT berfirman:

‫طفَتَ َعيَقَتا فَ َخيَ ْقَْا‬


ْ ُّْ‫) ث ُ ٌَّ َخيَ ْقَْا اى‬21( ِ‫ي‬ ٍ ‫طفَتا ِفي قَ َس ٍاز ٍَ ِن‬ ْ ُّ ُٓ‫) ث ُ ٌَّ َجعَ ْيَْا‬21( ِ‫ي‬ ٍ ‫سالىَ ٍت ٍِ ِْ ِط‬ ُ ِْ ٍِ َُ‫سا‬ َ ّْ ‫َٗىَقَ ْد َخيَ ْقَْا اإل‬
ٌَّ ُ ‫) ث‬21( َِ‫سُِ ْاىخَا ِىقِي‬ َ ْ‫َّللاُ أَح‬
َّ َ‫ازك‬ َ َ‫اً ىَحْ اَا ث ُ ٌَّ أ َ ّْشَأَّْآُ خ َْيقاا آخ ََس فَتَب‬ َ ‫ظ‬َ ‫س َّْ٘ا ْاى ِع‬ َ ‫ضغَتَ ِع‬
َ ‫ظا اٍا فَ َن‬ ْ َُ ‫ضغَتا فَ َخيَ ْقَْا ْاى‬ْ ٍُ َ‫ْاىعَيَقَت‬
21( َُُ٘‫) ث ُ ٌَّ ِإَّّ ُن ٌْ يَ ْ٘ ًَ ْاى ِقيَا ٍَ ِت ت ُ ْبعَث‬21( َُُ٘‫ِإَّّ ُن ٌْ بَ ْعدَ ذَىِلَ ىَ ََ ِيّت‬

Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah
itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. 15

َ ُّ ُِ ْ‫ض َخ ِييفَتا ۖ قَاىُ٘ا أَتَجْ َع ُو فِي َٖا ٍَ ِْ يُ ْف ِسدُ فِي َٖا َٗيَ ْس ِفلُ اى ِدّ ٍَا َء ََّٗح‬
‫س ِبّ ُح‬ ِ ‫اع ٌو فِي ْاْل َ ْز‬ ِ ‫َٗ ِإ ْذ قَا َه َزبُّلَ ِى ْي ََ َالئِ َن ِت ِإ ِّّي َج‬
ََُُ٘ َ‫ِس ىَلَ ۖ قَا َه إِ ِّّي أ َ ْعيَ ٌُ ٍَا ًَل ت َ ْعي‬ ُ ّ‫بِ َح َْدِكَ َُّٗقَد‬

Artinya: “Ingatlah ketika tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:“sesungguhnya aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:”mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan engkau?” tuhan berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui apa yang kamu tidak
ketahui.”16

Dalam proses nabi Adam ketika Allah hendak menciptakannya untuk menegakkan
kekhalifahan dibumi ini, para malaikat mengajukan protes serta berbagai pertanyaan-
15
Q.S Al-Mu‟minun: 12-16
16
Q.S. Al-Baqarah: 30

8
pertanyaan tentang penciptaan nabi Adam tersebut seperti yang telah dipaparkankan pada
ayat di atas, ini menjadikan suatu hal yang memang sudah jelas dinyatakan dalam kitab Al-
Qur‟an dan disitu timbul perdebatan antara Allah dengan para malaikat. Tidak semudah yang
kita bayangkan seperti dalam lafaz “Kun Fayakun”. Jika ditinjau lebih dalam, ternyata proses
penciptaan nabi adam,itu lebih rumit dan menimbulkan kisah yang panjang dibandingkan
dengan proses penciptaan nabi Isa „Alaihi Sallam.

Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaanNya
yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal manusia yang
mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta, dan menundukkan alam semesta baginya
agar dia dapat memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan
hidup di alam semesta ini.

Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya,
dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar,
hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu
taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan dan semua
sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi
khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan
dusta dalam beragama.

C. Keistimewaan Manusia

Dalil al-Qur‟an yang berhubungan dengan manusia sangatlah banyak, secara umum Felix
Siauw menyampaikan dalil-dali tentang manusia dengan baik dan kekinian melalui
kontekstualisasi ayat yang relevan bagi masyarakat indonesia. Dalam sudut pandang Felix
Siauw yang dinamakan mahkluk hidup adalah yang mempunyai potensi kehidupan yaitu
hewan dan manusia.

Manusia memiliki beberapa potensi dalam dirinya, diantaranya adalah kebutuhan


jasmani, naluri, akal dan pikiran, dan kebutuhan terhadap agama. Sehingga dengan potensi
yang dimilikinya menjadikan manusia istimewa.

9
1. Kebutuhan Jasmani
Merupakan kebutuhan dasar bagi setiap makhluk yang hidup yang sifatnya assasiyah.
Apabila tidak terpenuhi kebutuhan ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
Misalnya kebutuhan terhadap makan, dan minum. Kebutuhan ini merupakan sesuatu
yang sudah allah tetapkan qadarnya termasuk qadarnya manusia memiliki kebutuhan
jasmani. Allah telah menjelaskan didalam Al-qur‟an:

ٍ ‫ض ِي ِٔ ۚ ِإ َُّ فِي َٰذَىِلَ ََليَا‬


َُُ٘‫ث ِىقَ ْ٘ ًٍ يَ ْس ََع‬ ِ َٖ َّْ‫َٗ ٍِ ِْ آيَاتِ ِٔ ٍََْا ٍُ ُن ٌْ ِباىيَّ ْي ِو َٗاى‬
ْ َ‫از َٗا ْب ِتغَا ُؤ ُم ٌْ ٍِ ِْ ف‬

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan
siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. 17

‫اء ْاَل ِخ َسةِ َٗأَتْ َس ْفَْا ُٕ ٌْ فِي ْاى َحيَاةِ اىدُّ ّْيَا ٍَا َٰ َٕرَا إِ ًَّل بَش ٌَس ٍِثْيُ ُن ٌْ يَأ ْ ُم ُو‬
ِ َ‫َٗقَا َه ْاى ََ ََل ُ ٍِ ِْ قَ ْ٘ ٍِ ِٔ اىَّرِيَِ َمفَ ُسٗا َٗ َمرَّبُ٘ا بِ ِيق‬
َُُ٘‫ٍِ ََّا ت َأْ ُميَُُ٘ ٍِ ُْْٔ َٗيَ ْش َسبُ ٍِ ََّا ت َ ْش َسب‬

Artinya: Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang
mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka
dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia
makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. 18

2. Naluri
Merupakan fitrah penciptaan makhluk hidup yang tujuannya supaya manusia bisa
mempertahankan eksistensi keberadaannya, keturunan dan mencari petunjuk tentang
keberadaan sang pencipta. Sifat dari naluri tidak dapat diindra oleh manusia, akan tetapi
dapat dijangkau oleh akal melalui tanda-tanda atau fenomena yang terlihat. Naluri terbagi
menjadi 3 macam diantaranya:
1) Naluri untuk mempertahankan diri, naluri ini aka tampak ketika manusia sedang
dalam kondisi terancam dan bentuk dari adanya naluri ini untuk mempertahankan
eksistensi keberadaannya.

17
Q.S. Ar-Rum: 23
18
Q.S. Al-Mu‟minun: 33

10
2) Naluri menyukai lawan jenis, naluri ini tampak pada upaya manusia untuk
melestarikan jenisnya supaya tidak punah seperti menyukai lawan jenis, menikah,
memiliki keturunan, kecintaan teradap keluarga. Sebagaimana allah berfirman di
dalam QS. al-Baqarah: 124, dan Qs. al-Imran: 14 tentang bentuk naluri. Bentuk dari
naluri berdasarkan ayat ini salah satunya kecintaan terhadap keluarga, dimana pada
surat al-baqarah: 124 nabi Ibrahim memohon kepada Allah supaya keturunannya
menjadi pemimpin. Kemudian pada surat ali-imran: 14 yaitu kecintaan terhadap
lawan jenis yang merupakan hal yang normal dan lumrah baik itu kepada orang yang
sudah menikah atau belum. Bahkan nabi Muhammad juga merasakan hal yang sama
karena nabi Muhammad juga hanyalah manusia biasa. 19
3) Naluri beragama, beragama merupakan sesuatu yang fitrah bagi manusia. Sifat dari
manusia cenderung menyucikan sesuatu yang dianggap lebih kuat dan memiliki
kekuatan. Misalnya fenomena di Indonesia ada sebagian masyarakat meyakini pohon
besar ada penunggunya dan pikiran yang terbentuk secara tidak langsung bahwa
pohon kecil sepeti cabai tidak ada penunggunya. 20
3. Akal dan Pikiran
Merupakan sesuatu yang membedakan antara potensi yang dimiliki oleh hewan dan
manusia. Dimana dengan adanya akal dan pikiran membuat kehidupan manusia
senantiasa berubah dan berkembang. Sehingga manusia dapat mengolah sesuatu dengan
berbagai cara. Berbeda halnya dengan kehidupan hewan yang senantiasa statis seperti
makan sesuatu tanpa harus mengolahnya dengan cara lain. Allah menjelaskan dalam QS.
al-„Araf: 179 tentang perbedaan manusia dan hewan. Dijelaskan dalam ayat tersebut
bahwa Allah tidak ada yang tersembunyi pengetahuannya terhadap apapun juga. Maka
Allah mengetahui apa yang terjadi baik dahulu, sekarang dan yang akan datang. Allah
menyampaikannya kepada manusia sebagai penegasan supaya hati hati bahwa sedikit
orang yang taat kepada Allah, dalam ayat lain diakatakan bahwa kebanyakan dari
manusia suka mendebat, berasalan, dan sombong.
4. Kebutuhan terhadap agama ada dalam diri manusia karena adanya naluri untuk
menyucikan sesuatu. Hakikatnya semua makhluk yang Allah ciptakan senantiasa

19
Jurnal Keistimewaan Manusia, Volume 08, Nomor 01, Juni 2020, hal. 11
20
Jurnal Keistimewaan Manusia, Volume 08, Nomor 01, Juni 2020, hal. 12

11
bertasbih tetapi manusia tidak mengetahui cara makhluk lain bertasbih kecuali beberapa
yang dijelaskan dalam al-Qur‟an. Memeluk agama merupakan kebutuhan manusia di
sepanjang sejarah. Di setiap zaman manusia menyembah sesuatu, akan tetapi tidak semua
sesembahan manusia itu benar. Agama bagi manusia merupakan kebutuhan yang apabila
tidak terpenuhi akan menyebabkan kegelisahan. 21

D. Kelemahan Manusia

Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Masa
Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh
ketakwaan dan penuh tanggung jawab, oleh pencipta-Nya dianugerahi berbagai potensi.
Secara teoritis potensi yang ada pada manusia itu adalah:

a) Jasad, terdapat dalam surah alAnbiya‟ : 8, Shad : 34


b) Ruh, terdapat dalam surah al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya‟ :91 dan lain-lain
c) Nafsu, terdapat dalam surah al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain
d) Akal, terdapat dalam surah al Baqarah 76, al-Anfal 22, al Mulk 10 dan lain-lain
e) Qolbu, terdapat dalam surah Ali Imran 159, Al-Ara‟f 179, Shaffat 84 dan lain-lain

Potensi yang diberikan Allah tersebut di satu sisi sebagai kekuatan dan di sisi lain sebagai
kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada pada semua potensi itu harus menjadi bahan
perhatian para penggiat sumber daya manusia untuk menyusun sistem pendidikan dan
pemberdayaan yang ideal menurut Islam. Namun, di lain pihak, secara kodrati, manusia
memiliki kelemahan.22

1. Kelemahan Fisik Manusia


Manusia memiliki keterbatasan secara fisik. Ia akan kalah berlari dengan kijang, tidak
mampu melawan burung untuk terbang, tidak bisa mengalahkan monyet dalam
memanjat, dan tidak bisa bersaing dengan ikan dalam berenang. Di dalam ayat QS. Al-
Rum/30: 54 juga dijelaskan Allah bahwa manusia diciptakan pada awalnya memiliki fisik
yang kuat. Tapi setelah melewati beberapa masa, kekuatan itu semakin hilang dengan
bertambahnya umur.
21
Jurnal Keistimewaan Manusia, Volume 08, Nomor 01, Juni 2020, hal. 13
22
Q.S. An-Nisa: 28

12
Dalam Jalalain dijelaskan (Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan
lemah), yaitu dari air mani yang hina lagi lemah itu (kemudian Dia menjadikan kalian
sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanak kanak (menjadi kuat) masa muda
yang penuh dengan semangat dan kekuatan (kemudian Dia menjadikan kalian sesudah
kuat itu lemah kembali dan beruban) lemah karena sudah tua dan rambut pun sudah
putih.
Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu menjadi manusia yang lanjut usia dan
memasuki usia pikun; dan inilah yang dimaksud keadaan lemah sesudah kuat. Di fase ini
seseorang mulai lemah keinginannya, gerak, dan kekuatannya; rambutnya putih beruban,
sifat-sifat lahiriah dan batinnya berubah pula. Allah berfirman dalam Al-qur‟an:
“Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” 23

2. Kelemahan Manusia Dari Segi Akal


Akal manusia berguna untuk membedakan manusia dengan hewan, sumber ilmu
pengetahuan, instrumen memperoleh ilmu dan pengekang hawa nafsu. Akal manusia
yang dihinggapi sifat kebodohan akan membuat manusia itu lemah dan cendrung
memotivasi dirinya untuk berkhianat. Dalam QS. Al-Ahzab/33: 72 Allah menjelaskan
bahwa manusia sering kali tidak sadar menerima tanggung jawab padahal ia masih bodoh
dalam pekerjaan tersebut.
Dalam pendidikan Islam kelemahan akan diatasi dengan belajar. Makanya ayat yang
pertama sekali diturunkan Allah memerintahkan manusia untuk membaca, meneliti dan
menelaah ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Selain itu banyak sekali ayat-ayat yang
menyuruh manusia untuk menuntut ilmu.24

3. Kelemahan Dari Segi Qalbu


Secara bahasa kata qalb bermakna hati, isi, jantung dan inti. Qalb juga diartikan
dengan akal, kekuatan, semangat, dan yang murni. Qalbu bermakna membalik karena
sering kali berbolak balik, sekali senang, sekali susah, kadang setuju dan kadang

23
Q.S. Ar-Rum: 54
24
Jurnal Kelemahan Manusia Menurut Al-qur’an, Vol. 2, No. 2 Desember 2021, hal. 92

13
menolak. Qalb sangat berpotensi untuk tidak konsisten. Allah berfirman dalam Al-
qur‟an: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya” 25
Manusia sering kali tidak bisa mengontrol perasaannya sehingga salah dalam
mempersepsikan sesuatu. Kelemahan qalbu ini dalam pendidikan Islam diatasi dengan
banyak berzikir kepada Allah. Makanya dalam Islam ada ilmu tasauf yang khusus belajar
bagaimana mengasah qalbu yang ideal menurut Islam.

4. Kelemahan Dari Segi Nafsu


Kata nafsu berasal dari bahasa Arab al-nafs yang berarti jiwa, semangat, hasrat,
kehendak, selera, diri dan lainnya. Kata al-nafs bisa disepadankan dengan himmah/iradah
(hasrat/kehendak). Al-Ghazali membagi nafsu manusia menjadi tiga: nafsu
al muthmainnah, nafsu al-lawwâmah, dan nafsu al-ammârah. Al-Ghazali memasukkan
nafsu al-muthmainnah ke dalam kategori nafsu yang baik (al mahmûdah), sedangkan
nafsu al-lawwâmah dan al-ammârah ke dalam kategori nafsu yang buruk (al-su‟).
Manusia memiliki tingkatan nafsu, yaitu:
a) Al-ammarah bil al-su‟ (cendrung kepada keburukan)
b) Al-lawwamah (menyesal jika sudah melanggar)
c) Al-musawwalah (sama yang buruk dengan yang baik)
d) Al-mutmainnah (tentram jiwa dan melahirkan sikap baik)
e) Al-mulhamah (sudah dapat ilham untuk kebaikan)
f) Al-mardiyah (mencari keridhaan Allah)
g) Al-radiyah (ridha dengan ketentuan Allah)
h) Al-kamilah (manusia sempurna).

Salah satu ayat yang menunjukkan kelemahan manusia dalam menguasai nafsunya
adalah “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

25
Q.S. Qaaf, 50: 37

14
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“26

Dalam pendidikan Islam salah satu cara untuk mengendalikan nafsu itu adalah
dengan berpuasa. Selain itu, arahan dari nafsu tersebut dibentuk dan didorong kepada hal-
hal positif melalui pelatihan, training dan kegiatan kegiatan pembentukan karakter
lainnya.

26
Q.S. Al-Nisa/4: 28-29

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari sari pati tanah, maksudnya proses kejadian
manusia itu berasal dari sari pati tanah yang menghasilkan berbagai jenis makanan yang
kemudian dikonsumsi oleh manusia. Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan
berangsur. Pertumbuhan fisik dan mental manusia diawali dari proses konsepsi. Pada tahap
selanjutnya menjadi janin, kemudian lahir menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua,
hingga meninggal.

Ayat al-Qur‟an yang berhubungan dengan keistimewaan apabila ditinjau dari perspektif
maqashidi syari‟ah mengandung banyak pesan. Pesan tersebut pada dasarnya demi kebaikan
manusia itu sendiri supaya dapat terciptanya kemaslahatan dan menolak kemudharatan.
Maka dari itu penting bagi khalayak untuk mengetahui potensi manusia yang sekaligus
menjadi keistimewaan manusia dan maqashid ayat yang berhubungan dengan keistimewaan
manusia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan manusia dikategorikan


pada 4 apsek, yaitu (1) kelemahan pada aspek fisik; (2) kelemahan pada aspek akal; (3)
kelemahan pada aspek (kalbu); dan (4) kelemahan pada aspek nafsu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2007

Qardhawi, Yusuf, Pendidikan dan Madrasah Hasan Al-Bana, Jakarta: Bulan Bintang, 1994

Imam Syafe‟i (2009), Manusia Ilmu dan Agama: Sebuah Pendekatan Konseptual, dan
Kontektual, Quantum Press: Jakarta.

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016

Jurnal Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No. 2; Desember 2021

Daftar Buku. “Daftar Buku Felix Siauw,” Oktober 2019. https://www.daftar.co/buku-felix-


siauw/.

Perdana, Yogi Imam. 2019. Penafsiran Nafsu Ammarah bi al-Suk Menurut Syeikh Mutawalli al-
Sya’rawi (Menyoroti Siapa Musuh Paling Berbahaya Dalam Diri). El-Afkar Vol. 8 Nomor 2.

Jurnal Kelemahan Manusia Menurut Al-qur’an, Vol. 2, No. 2 Desember 2021

17

Anda mungkin juga menyukai