Anda di halaman 1dari 12

Nama : A.

Gipari

Jurusan/Kelas : Ilmu Komunikasi/B

NIM : 50700120039

Behaviorisme

Behaviorisme sebagai sebuah aliran dalam psikologi menempati posisi yang


sangat signifikan dalam beberapa dekade. Doktrin yang dikembangkan oleh
behaviorisme dianggap mampu memberikan solusi bagi psikologi untuk mengatasi
problem atau masalah introspeksi sebagai sebuah metode yang digunakan dalam
bidang studi psikologi. Adapun asumsi dasar dalam psikologi behavioris, antara lain:

1) Metode behavioris bersifat out-inside (dari luar ke dalam) sehingga fokus


studi psikologi adalah pada perilaku dan bukan pada kondisi mental internal.
Filosofi behavioris ini merupakan oposisi dari model berpikir cartesian yang
inside-out.
2) Tujuan dari psikologi adalah prediksi perilaku.
3) Tubuh manusia bersifat mekanis yang secara kualitatif tidak jauh berbeda
dengan hewan, hanya bersifat lebih kompleks saja, sehingga tidak ada
perbedaan secara kualitatif antara perilaku manusia dan non-manusia.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di atas, maka persoalan mendasar yang


kemudian muncul adalah sebagai berikut:

1) Diabaikan atau bahkan ditolaknya kesadaran sebagai bagian yang harus


dipertimbangkan dalam perilaku manusia.
2) Penjelasan yang sangat mekanis ala behavioris hanya mampu menjelaskan
perilaku manusia dalam term causa materialis, formalis, dan efficient, dengan
mengabaikan kausa finalis yang lebih menekankan pada intensi tindakan.
3) Behaviorisme terlalu dogmatis dalam tujuannya untuk memprediksi perilaku.
Terlepas dari persoalan-persoalan yang ada dalam asumsi psikologi
behavioris, aliran ini tetap mampu memberikan kontribusi dalam menjelaskan
perilaku masyarakat, mengingat pengaruh lingkungan (baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya dan ekonomi sebagai sumber stimulus yang efektif bagi perilaku
individu.

A. Latar Belakang Munculnya Behaviorisme


Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di
Amerika. Dan gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog
Amerika bernama John Broadus Watson (1878-1958) dengan makalahnya
berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada
tahun 1913. Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang
membahas perkembangan psikologi berdasarkan kesadaran dan proses mental.
Watson mendukung perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya
subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan psikologi. Sistem
Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap
stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan
pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi
Amerika.
Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari
perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan. Inti utama
behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan
pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan
empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristic yang
secara umum mengikuti pendapat para filsuf Inggris dan juga konsep locke
tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada
lingkungan.
Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi.
Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum
diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar
dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936). Tetapi kelompok ilmuwan Rusia tersebut memberikan dampak
besar bagi behaviorisme setelah publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan
sebagai kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya.
B. Definisi Teori Behavioristik
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah
bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan
bisa ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku
tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah.
Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku
tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah
laku yang dipelajari.1
Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku
dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau
mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme
menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati
secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi diri
dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah
perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat

1
Eni Fariyatul Fahyuni & Istikomah, Psikologi Belajar & Mengajar, (Sidoarjo: Nizamia Learning
Center, 2016), h. 26-27.
dipertanggungjawabkan keilmiahannya.2 Jadi, behaviorisme sebenarnya
merupakan sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam
mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai
wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan
Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E. L. Thorndike, I.
P. Pavlov, B. F. Skinner, J. B. Watson, dan lain-lain.
1. Thorndike
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran
tingkah laku, teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah
proses interaksi antara stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan
gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh
berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret
(tidak bisa diamati).
Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas
dari kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila
binatang terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-
macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-
sisi kotak, dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang
sehingga kotak terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat
makanan.3
2. Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)
adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap
hewan anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
44-45.
3
Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, (Sidoarjo:
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2004), h. 63-65.
reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan hewan
anjing bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu
dapat dikendalikan melalui cara dengan mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.4
3. John B. Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang
datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus
berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable). Dengan kata
lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin
terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak
perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi
dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi,
faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar
sudah terjadi atau belum.
4. Burrhus Frederic Skinner
Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan
lingkungan) menurut versi Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak
lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu,
sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu
dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons
yang dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan juga
menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkah laku siswa.

4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenamadia Group, 2013). H. 100-
102
C. Ciri Dari Teori Belajar Behaviorisme
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat
dipergunakan ciri-cirinya yaitu:
1) Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis).
2) Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhan (elentaristis).
3) Mementingkan peranan reaksi atau respon (psikomotor).
4) Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
5) Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu.
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7) Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal”
(trial and error).
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau Reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku
belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan
stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku
adalah hasil belajar.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih
menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum
dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut
disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek.
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan
teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi atau dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan
semakin kuat.
D. Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme
1. Reinforcement and Punishment
` Reinforcement dan Punishment merupakan perlakuan pendidik
kepada anak didiknya. Reinforcement dan punishment juga merupakan
strategi untuk mengajar dan mendidik siswa. Reinforcement dalam
dunia pendidikan anak diartikan sebagai penghargaan yang diharapkan
bisa meningkatkan sikap dan perkembangan positif pada anak didik.
Biasanya reinforcement berupa hadiah dan pujian.
2. Primary and Secondary Reinforcement
Reinforcement primer hampir selalu nyata. Mereka biasanya
terdiri dari sesuatu yang anak bisa memegang atau merasa tapi mereka
selalu melibatkan keinginan langsung. Contohnya termasuk bola
favorit, terowongan, mainan, video, atau hal-hal lain yang
membangkitkan indra seperti gelembung, menggelitik, pelukan atau
meremas, tekstur, atau musik. Salah satu penguat utama yang paling
mendasar adalah makanan. Makanan bisa menjadi penguat bahkan
ketika anak Anda tidak lapar, jika camilan yang disukai. Strategi ini
adalah untuk hanya memberikan jumlah yang sangat kecil dari
makanan setelah menetapkan jumlah tanggapan sukses atau tugas.
Camilan favorit bisa pergi sepanjang jalan jika dikelola dengan tepat.
Hal ini juga penting untuk tidak membiarkan hal itu camilan atau
objek menjadi terlalu memanjakan.
Reinforcement sekunder, sebagaimana disebutkan di atas
dipelajari. Mereka intrinsik dan bermanfaat pada tingkat internal,
memberikan siswa perasaan atau anticiaption sesuatu yang mereka
akhirnya bergaul dengan suatu kegiatan. Sebagai contoh, pembacaan
cerita pengantar tidur dapat dikaitkan dengan perasaan mengantuk jika
selalu membaca pada sekitar waktu yang sama, di tempat tidur,
sebelum tidur. Beberapa contoh lain dari penguatan sekunder meliputi
pujian verbal, tersenyum, token, thumbs up, dan bertepuk tangan.
Untuk siswa yang khas, pujian lisan biasanya cukup. Anak-anak
menyadari bahwa mereka melakukan sesuatu yang baik ketika mereka
mendapatkan kegembiraan dan senyum dari orang dewasa atau teman
sebaya di sekitar mereka. Dengan anak-anak yang kekurangan empati
sosial dan kemampuan untuk berhubungan dengan perasaan orang
lain, pujian lisan ini perlu dipasangkan dengan sesuatu yang lain. Jika
anak suka dipeluk atau diperas, Anda mungkin ingin memasangkan
pujian lisan dengan pelukan besar untuk menciptakan yang baik,
perasaan hangat.
3. Schedules of Reinforcement
Jadwal penguatan adalah aturan yang tepat yang digunakan
untuk menyajikan atau menghapus reinforcement atau punishment
mengikuti perilaku operant tertentu. Aturan-aturan ini didefinisikan
dalam hal waktu dan atau jumlah tanggapan yang diperlukan dalam
rangka untuk menyajikan menghapus sebuah penguat atau Punisher.
Jadwal yang berbeda jadwal penguatan menghasilkan efek berbeda
pada perilaku instrumental.
4. Contingency Management
Manajemen kontingensi atau penggunaan sistematis penguatan
merupakan jenis perawatan yang digunakan di bidang kesehatan atau
penyalahgunaan zat mental. Perilaku pasien dihargai (lebih jarang,
dihukum), umumnya, kepatuhan terhadap atau kegagalan untuk
mematuhi aturan program dan peraturan atau rencana pengobatan
mereka. Sebagai pendekatan untuk pengobatan, manajemen
kontingensi muncul dari terapi perilaku dan diterapkan analisis
perilaku tradisi dalam kesehatan mental. Dengan sebagian besar
evaluasi, prosedur manajemen kontingensi memproduksi salah satu
efek ukuran terbesar dari semua kesehatan mental dan intervensi
pendidikan.
5. Stimulus Control in Operant Learning
Kontrol stimulus dikatakan terjadi ketika organisme
berperilaku dalam satu cara dengan adanya stimulus yang diberikan
dan cara lain dalam ketiadaan. Misalnya, adanya tanda berhenti
meningkatkan kemungkinan bahwa "pengereman" perilaku akan
terjadi. Biasanya perilaku tersebut disebabkan oleh memperkuat
perilaku di hadapan satu stimulus dan menghilangkan penguatan
dengan adanya stimulus lain. Banyak teori percaya bahwa semua
perilaku berada di bawah beberapa bentuk kontrol stimulus. perilaku
verbal adalah berbagai rumit perilaku dengan berbagai rangsangan
pengendali.
E. Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik
Fakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembangan
adalah kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun
pertama, menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri
dalam kehidupan mereka selanjutnya. Erikson berpendapat bahwa masa bayi
merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidak percaya,
bergantung pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknya akan
makanan, perhatian, dan kasih sayang. Pola-pola perkembangan pertama
cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi
yang memungkinkan perubahan:
1) Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau
bimbingan untuk membuat perubahan.
2) Perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang yang dihargai
memperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif
dan tidak monoton).
3) Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk
membuat perubahan.
Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan
cenderung menetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan
perkembangan anak dimasa akan datang. Penganut aliran lingkungan
(behavioristk) yakin bahwa lingkungan yang optimal mengakibatkan ekspresi
faktor keturunan yang maksimal.
Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti:
1) Prinsip progressif merupakan perubahan yang terjadi bersifat maju
meningkat atau mendalam atau meluas secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2) Prinsip sistematik merupakan perubahan yang terjadi antar bagian dan
atau fungsi organisme itu terdapat interpedensi sebagai kesatuan
integral yang harmonis.
3) Prinsip berkesinambungan merupakan perubahan pada bagian atau
fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan dan tidak kebetulan
dan meloncat-loncat.
F. Kekurangan pendekatan behaviorisme
Kekurangan dari pendekatan behavioristik yaitu kurang menyentuh
aspek pribadi, bersifat manipulatif dan mengabaikan hubungan antar pribadi,
lebih terkonsentrasi kepada teknik, seringkali pemilihan tujuan ditentukan
oleh konselor, konstruk belajar yang dikembangkan dan digunakan tidak
cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan hanya dipandang sebagai
suatu hipotesis yang harus di tes, serta perubahan pada konseli hanya berupa
gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rizka. & Ahmad Nur Fadholi. (2018). Teori Behavioristik. Diakses pada 8
Juni 2023, dari https://core.ac.uk/download/pdf/151573599.pdf
Asfar, Irfan Taufan. Iqbal Akbar Asfar, dan Mercy F Halamury. (2019). Teori
Behaviorisme. Diakses pada 8 Juni 2023, dari
https://www.researchgate.net/profile/Amirfan-Asfar/publication/331233871_T
EORI_BEHAVIORISME_Theory_of_Behaviorism/links/
5c6da922a6fdcc404ec18291/TEORI-BEHAVIORISME-Theory-of-
Behaviorism.pdf
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Dwi, Anita. (2015). PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME. Diakses pada 8 Juni
2023, dari https://id.scribd.com/doc/261251540/PSIKOLOGI-ALIRAN-
BEHAVIORISME#
Fahyuni, Eni Fariyatul & Istikomah. 2016. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.
Haryanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar.
Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Jahja, Yudrik. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenamadia Group.
Muthmainnah, Lailiy. 2017. PROBLEM DALAM ASUMSI PSIKOLOGI
BEHAVIORIS (SEBUAH TELAAH FILSAFAT ILMU). Jurnal Filsafat. Vol.
27 (No. 2) h. 169-192.

Anda mungkin juga menyukai