Anda di halaman 1dari 6

Nama : A.

Gipari

Jurusan/Kelas : Ilmu Komunikasi/B

NIM : 50700120039

JEAN PIAGET

Cognition berasal dari kata “pengetahuan”, yang memiliki kata yang sama
dengan sciado (pengetahuan). Berdasarkan akar teori yang dibangun oleh Piaget,
beberapa penulis mendefinisikan mengetahui dengan istilah yang berbeda, tetapi
memiliki arti yang sama, yaitu aktivitas mental mengetahui dan mengetahui dunia.

Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat


konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus bcradaptasi secara fisik dengan
lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia.
Manusia bcrhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala Baru, dan persoalan yang
harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus
mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rind, atau perlu perubahan.
menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut.

Menurut Santrock, berpikir mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana


informasi masuk ke dalam pikiran, disimpan dan diubah, serta diingat dan digunakan
dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Dari pengertian diatas, kita memahami
bahwa kognisi adalah aspek perkembangan individu yang mengacu pada kemampuan
mental dan aktivitas yang berkaitan dengan proses penerimaan-pemrosesan, serta
penggunaan informasi dalam bentuk pemikiran, pemecahan masalah. dan
rekonsiliasi.1

1
Ujang Khiyarusoleh, Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada Anak Menurut Jean Piaget,
Vol. 5, Jurnal Dealetika Jurusan PGSD, No. 1, 2016, h. 4-5.
Kaitannya dengan perkembangan kognitif, Jean Piaget mengemukakan
tahaptahap yang harus dilalui seorang anal; dalam mencapai tingkatan perkembangan
proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang
psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan. Tahapan
tersebut adalah:

1. Tahap Sensori Motor (0-2 taltun)


Anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
perubahan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera).
Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai
berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghilang
dari pandangannnya, atau perpindahan terlihat. Contohnya anak mulai bisa
berbicara meniru suara kendaraan.
Pemisahan setiap objek. Kenali diri Anda sebagai seorang aktor dan
mulailah berakting dengan tujuan tertentu. Misalnya, menarik tali untuk
menggerakkan mobil atau menggoyangkan mainan untuk mengeluarkan
suara. Dan Anda menyadari bahwa benda-benda itu masih ada, meskipun
tidak lagi dapat diakses oleh indera. Selain itu, bayi dapat mempelajari jarak
yang harus mereka capai untuk mencapai suatu objek, yang terjadi ketika
mereka mendorong makan malam mereka ke tepi meja, dan belajar bahwa
tangan mereka adalah bagian dari tubuh mereka dan bagian dari kisi-kisi.
tempat tidur mereka bukan bagian dari tubuh mereka. Melalui pengalaman
yang tak terhitung jumlahnya, bayi mulai mengembangkan pemahaman
bahwa mereka terpisah dari dunia luar.
2. Tahap Pra Operasi (2- 6 Winn)
Pada tahap ini adalah tahap pengorganisasian operasi kongkrit. lstilah
operasi yang digunakan disini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif,
seperti mengklasifikasikan sekelompok objek. menata benda-benda menurut
Lyman tertentu dan membilang. Pada Wimp ini pemikiran anak lebih banyak
berdasarkan pengalaman konkrit dari pada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-objek yang kelihatan berbeda, maka ia mengatakan berbeda
pula. Contohnya jika ada lima kelereng yang sama besar di atas meja, lalu
kelereng itu diubah letaknya menjadi agak berjauhan maka anak pada tahap
ini akan mengatakan letak kelereng yang jauh lebih banyak.
Belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan
imajinasi dan kata-kata. Pemikirannya masih egois, yaitu sulit menerima
pendapat orang lain. Mengurutkan objek berdasarkan karakter, misalnya
mengelompokkan semua blok merah tanpa memandang bentuknya atau semua
blok persegi tanpa memandang warnanya.
3. Tahap Operasi Konkrit (6- 12 tahun)
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di
sekolah dasar. Ditahap ini anak: telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda- benda kongkrit. Kemampuan ini tenwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang bcrbeda secara objektif dan
berfikir ireversibel. Contohnya seorang anal diberi 20 bola kayu, 15 buah
diantaranya berwarna merah. Apabila ditanyakan manakah yang lebih banyak
bola kayu atau bola benvarna merah? Anak pada tahap pra operasional
menjawab bawa bola merah lebih banyak, sedangkan anak pada operasi
kongkrit menjawab bola kayu lebih banyak dari pada bola merah.
Mampu berpikir logis mengenai suatu objek dan kejadian. Misalnya,
mereka dapat mengatur objek menurut dimensi seperti tinggi atau berat. Anak
berusia lima tahun dapat menemukan jalan mereka sendiri ke teman-teman
mereka, tetapi mereka tidak dapat menunjukkan kepada Anda atau melacak
rute dengan kertas dan pensil. Mereka menemukan jalan karena mereka tahu
mereka harus berbelok di tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak
memiliki gambaran lengkap tentang rute tersebut. Di sisi lain, anak berusia 8
tahun dapat menggambar peta rute.
4. Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas)
Tahap ini rnerupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu mengadakan penalaran dengan
menggunakan halhal abstrak. Penalaran yang terjadi dalam struktur
kottnitifnya telah mampu tnenggunakan simbol-simboi, ide- ide, abstraksi dan
generalisasi. la telah memiliki kemampuan-kemampuan melakukan operasi-
operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan memahami
konsep. Contohnya anak dihadapkan pada dua gambar yaitu gambar "pak
pendek" dan "pak tinggi" anak disuruh mengukur tinggi kedua gambar
tersebut dengan menggunakan batang korek api dan dengan klip. Disini anak
diminta untuk membandingkan hasil dari pengukuran tersebut.
Mampu berpikir logis tentang pertanyaan abstrak dan secara sistematis
memeriksa hipotesis. Perhatian pada masalah hipotetis, masa depan dan masa
lalu ideologis.2

Berdasarkan hal tersebut, Jean Piaget berpandangan bahwa pada dasarnya


setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Menurut Sanjaya, "pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak
sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna sedangkan
pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitalman tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara,
setelah dilupakan".

Kaitannya dengan proses belajar, Uno menjelaskan bahwa Piaget membagi


proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu similes, akomodasi, dan equilibrasi. Proses
similes adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur
2
Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h.97.
kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Jean Piaget dalam Fatimah, lebih menitikberatkan pada pembahasan struktur


kognitif. Ia menyadari bahwa cara berpikir anak-anak tidak hanya lebih dewasa
daripada orang dewasa, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Teori Piaget sering
disebut epistemologi genetik (genetic epistemology), karena teori itu mencoba
menelusuri perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetika berkaitan dengan
pertumbuhan perkembangan, bukan hereditas biologis (keturunan).3

3
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget, Jurnal Intelektualita Vol.3, No. 1,
2015, h.28-29.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L., dkk. 1987. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Ibda, Fatimah. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Jurnal


Intelektualita. Vol. 3 (No. 1).

Khiyarusoleh, Ujang. 2015. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada


Anak Menurut Jean Piaget. Jurnal Dealetika Jurusan PGSD. Vol.5 (No. 1).

Anda mungkin juga menyukai