Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Kognitif Anak Menurut Jean Piaget

Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap pra-operasional, aktivitas kognitif anak dimulai dengan memahami realitas dengan
simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak
logis.

Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

Transductive reasoning, cara berpikir yang bukan induktif atau deduktif tidak logis. Yaitu anak
menghubungkan dua hal yang tidak berhubungan tetapi seolah berhubungan. Misalnya anak
menganggap awan berwarna putih karena seseorang mengecatnya dengan warna putih.

Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat, anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis.
Misalnya, anak mengatakan, “Saya belum tidur siang, jadi saat ini hari belum sore.”

Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya. Misalnya bonekanya,
mobil-mobilannya, sehingga dia menganggap mereka bisa bicara dan berpikir sebagaimana dirinya.

Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu dibuat oleh manusia.
Misalnya hujan adalah seseorang yang naik ke langit dan menuangkan air.

Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau didengar.
Misalnya anak menganggap gunung adalah benda segitiga pipih seperti penggaris.

Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapinya. Misalnya anak menuangkan air dari satu wadah ke wadah yang lain
untuk mengetahui kapasitas wadah-wadah tersebut.

Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan
mengabaikan ciri yang lainnya. Misalnya ketika membandingkan dua box, anak akan menganggap
box yang lebih tinggi adalah box yang lebih besar, tanpa memperhatikan aspek lebar dan panjang
box tersebut.

Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut sudut pandang dan kehendak
dirinya. Misalnya, ketika bermain petak umpet, seorang anak mengira kita tak bisa melihat dirinya
ketika dia menunduk di belakang sofa sehingga ia tidak dapat lagi melihat kita, walaupun kita bisa
melihat bagian atas kepala atau bagian tubuhnya yang lain. Atau ketika anak menginginkan hujan,
ketika hujan turun, maka ia berpikir dirinya lah yang menyebabkan hujan turun.

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap operasional konkret, anak akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk bentuk yang berbeda.

Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentering di usia tujuh tahun. Sebagian besar anak
telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah
benda cair. Maksud ingatan yang dipertahankan di sini adalah gagasan bahwa satu kuantitas akan
tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan mempertahankan ingatan
terhadap substansi. Jika anda mengambil tanah liat yang berbentuk bola kemudian memencetnya
jadi pipih atau dibagi menjadi sepuluh bola yang lebih kecil, dia pasti tahu bahwa itu semua masih
tanah liat yang sama.

Di usia 9 atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai diasah, yakni
ingatan tentang ruang. Jika anda meletakkan 4 buah benda persegi 1 x 1 cm di atas kertas seluas 10
cm persegi, anak yang mampu mempertahankan ingatannya akan tahu bahwa ruang kertas yang
ditempati keempat benda kecil tadi sama, walau di manapun diletakkan.

Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan (classification) dan pengurutan
(seriation).

Tahap Operasional Formal (11-16 tahun)

Pada tahap operasional formal, anak telah mampu berpikir secara abstrak dan mengembangkan
hipotesis dengan logis. Anak mampu memecahkan masalah dan membentuk argumen karena
kompetensi operasionalnya berkembang menjadi lebih kompleks.

Anak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia dapat memahami konsep yang
bersifat abstrak seperti cinta dan nilai.

Anak juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi abu-abu” di
antaranya. Kemampuan ini penting karena akan membantunya melewati masa peralihan dari masa
remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata.

Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka
inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain.

Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :

Bekerja secara efektif dan sistematis.

Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya,
anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.

Berpikir secara proporsional.

Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.

Menurut Teori Piaget, tingkatan perkembangan intelektual manusia turut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti kedewasaan, penalaran moral, pengalaman logika-matematika, transmisi sosial, dan
pengaturan sendiri.

1. Perkembangan Kognitif: Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun)

Menurut Piaget, anak pada usia 7 tahun akan memasuki tahap operasional konkret, dimana anak
sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret
(aktual). Namun, bagaimanapun juga dalam kemampuan berpikir mereka masih terbatas pada
situasi nyata.

Pada tahap operasional konkret ini, anak memiliki kemajuan kognitif atau pemahaman yang lebih
baik dibandingkan dengan anak pada tahap pra-operasional dalam hal hubungan spasial,
kategorisasi, penalaran, dan konversi.

Hubungan spasial. Pada tahap operasional konkret ini, anak sudah mampu mengingat rute atau
penanda jalan dengan baik dan dapat menghitung jarak antara satu tempat ke tempat lain dengan
baik juga tanpa mengukur terlebih dahulu.

·Kategorisasi. Suatu kemampuan untuk mengategorisasikan sesuatu sehingga dapat membantu


dalam meningkatkan kemampuan logika anak. Kategorisasi disini meliputi beberapa keahlian yang
rumit, seperti rangkaian urutan, pengambilan kesimpulan secara lengkap, dan inklusi kelas (keahlian
untuk melihat hubungan antara suatu keseluruhan dengan bagiannya).

·Penalaran. Penalaran disini dapat dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu penalaran induktif dan
deduktif. Menurut Piaget, anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran
induktif saja. Yang dimaksud dengan penalaran induktif adalah tipe pemahaman logika yang dimulai
dari observasi objek atau peristiwa untuk menyimpulkan keseluruhan dari objek yang telah
diobservasi tersebut. Penalaran induktif ini masih bersifat sementara karena masih ada kesempatan
untuk munculnya informasi baru yang tidak mendukung kesimpulan tersebut.

·Konservasi. Pada tahap operasional konkret, anak mampu menyimpulkan sesuatu tanpa melihat,
mengukur ataupun menimbang objeknya secara langsung.

2. Kognitif dan Bahasa

Menurut Jean Piaget, pada masa remaja perkembangan kognitif sudah mencapai tahap puncak,
yaitu tahap operasi formal (11 tahun - dewasa) (Gunarsa, 1982); suatu kapasitas untuk berpikir
abstrak, dimana penalaran remaja lebih mirip dengan cara ilmuwan mencari pemecahan masalah
dalam laboratorium (Berk, 2003).

Mengacu pada teori perkembangan kognitif dari Piaget, Berk (2003: 244-249) mengemukakan
beberapa ciri dari perkembangan kognitif pada masa ini sebagai berikut:

Mampu menalar secara abstrak dalam situasi yang menawarkan beberapa kesempatan untuk
melakukan penalaran deduktif hipotetis (hypotetico-deductive reasoning) dan berpikir proposisional
(propositional thought). Penalaran deduktif hipotetis adalah suatu proses kognitif, dimana saat
seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, maka ia memulai dengan suatu “teori umum” dari
seluruh faktor yang mungkin mempengaruhi hasil dan menyimpulkannya dalam suatu hipotesis
(atau prediksi) tentang apa yang mungkin terjadi (akibatnya). Berbeda dengan anak pada tahap
operasi konkret, dimana anak memecahkan masalah dengan memulai dari realita yang paling nyata
sebagai prediksi dari suatu situasi; jika realita tersebut tidak ditemukan, maka ia tidak dapat
memikirkan alternatif lain dan gagal memecahkan masalah (Berk, 2003). Jadi pada tahap operasi
formal ini, remaja sudah bisa berpikir sistematis, dengan melakukan bermacam-macam
penggabungan, memahami adanya bermacam-macam aspek pada suatu persoalan yang dapat
diselesaikan seketika, sekaligus, tidak lagi satu persatu seperti yang biasa dilakukan pada anak-anak
masa operasi konkret. (Gunarsa, 1982: 160).
 Memahami kebutuhan logis dari pemikiran proposisional, memperbolehkan penalaran tentang
premis (alasan) yang kontradiktif dengan realita. Pemikiran proposisional merupakan karakteristik
penting kedua dalam tahap operasi formal. Remaja dapat mengevaluasi logika dari proposisi
(pernyataan verbal) tanpa merujuk pada keadaan dunia nyata (real world circumstances).
Sebaliknya, anak pada tahap operasi konkret mengevaluasi logika pernyataan hanya dengan
mempertimbangkan dengan mendasarkan pada bukti-bukti konkret.

 Memperlihatkan distorsi kognitif yaitu pendengar imajiner/khayal dan dongeng pribadi (personal
fable), yang secara bertahap akan menurun dan menghilang di usia dewasa. Kapasitas remaja untuk
berpikir abstrak, berpadu dengan perubahan fisik menyebabkan remaja mulai berpikir lebih tentang
diri sendiri. Piaget yakin bahwa telah terbentuk egosentrisme baru pada tahap operasi formal ini,
yaitu ketidakmampuan membedakan perspektif abstrak dari diri sendiri dan orang lain (Inhelder &
Piaget, 1955/1958, dalam Berk, 2003).

Anda mungkin juga menyukai