Anda di halaman 1dari 9

Tugas Tutorial 1

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak di SD

Nama Dosen/Tutor :
Feni Tristanti, M.Pd

Nama Mahasiswa : Sari Awaliyah


Program Studi : PGSD
NIM : 857514361
UPBJJ : Bandung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


FKIP UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
1. Salah satu teori yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah mengenai
Perkembangan Kognitif Anak SD.
a. Sebutkan dan Jelaskan mengenai tahapan perkembangan Kognitif yang sesuai
dengan tahapan anak di SD?
Jawaban :
Perkembangan kognitif anak adalah proses pertumbuhan dan perubahan dalam
kemampuan berpikir, memahami dan belajar yang terjadi seiring waktu selama masa
perkembangan anak. Hal ini mencakup perkembangan keterampilan kognitif, intelektual,
dan mental yang berkembang sejak lahir hingga dewasa.
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terbagi atas beberapa tahap
sesuai dengan rentang usianya, yaitu :
 Tahap Sensori Motor
Tahapan ini dialami oleh anak-anak yang berumur 0-2 tahun. Pada tahap
ini anak belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya menggunakan panca
Indera (sensori) seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan
pengecap. Selain panca Indera, anak juga menggunakan gerakan (motorik) seperti
mereka belajar untuk mengkoordinasikan gerakan fisik mereka dengan apa yang
mereka lihat, sentuh dan rasakan. Ini memungkinkan mereka untuk mencapai
tongkat, mainan, menggenggam benda, dan meraih objek.
Dalam tahap ini juga anak-anak belajar melalui eksperimen, mereka
mencoba berbagai tindakan dan pengulangan untuk memahami konsep dan fungsi
benda-benda di sekitar mereka. Di dalam tahap sensori motor terdapat 6
subtahapan perkembangan, antara lain :
- Perkembangan refleks, adalah perkembangan yang dialami oleh anak berusia
0-1 bulan. Di dalam perkembangan ini anak mengalami refleks yang lebih
umum, seperti refleks menghisap jari, refleks menggenggam, dan sebagainya.
Contoh bayi yang baru lahir hingga usia 1 bulan, dia akan menghisap botol
susu jika botol ada di dalam mulutnya.
- Reaksi sirkuler primer, reaksi ini dialami oleh anak yang berusia 1-4 bulan
yang dimana koordinasi tindakan bayi mulai berkembang. Contoh bayi yang
secara berulang-ulang menggerak-gerakkan tangannya di depan wajahnya.
- Reaksi sirkuler sekunder, reaksi ini dialami oleh anak berusia 4-8 tahun.
Dimana bayi akan lebih berorientasi pada objek dan kejadian luar yang
menurutnya menarik. Contoh menggerakan mainan, baby talk atau isyarat
fisik lainnya.
- Koordinasi skema sekunder, yaitu yang dialami oleh anak berusia 8-12 bulan,
aktivitas bayi sudah mulai terencana dan memiliki tujuan. Contoh saat si anak
melihat objek, dia akan meraih atau menggenggamnya secara simultan.
- Reaksi sirkuler tersier, yang dialami oleh anak berusia 12-18 bulan. Pada
subtahapan ini anak sudah mulai memperhatikan alam di lingkungan sekitar
dan mencoba hal-hal baru serta mencari cara baru untuk menghasilkan
pengalaman menarik. Contoh aneka ragam objek dapat diputar, dijatuhkan,
atau dilempar saat anak menemukan objek tersebut.
- Internalisasi dari skema, fungsi mental anak berubah menjadi simbolis dan
anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan symbol primitive.
 Tahap Praoperasional
Tahap ini dialami oleh anak berusia 2-7 tahun. Anak sudah mampu
menggunakan symbol-simbol berupa gambaran mntal, kata-kata atau Gerakan dan
anak juga sudah mampu menirukan perilaku yang dilihatnya maupun yang pernah
dilihatnya (imitasi). Tahap ini terdiri atas 2 subtahap yaitu :
- Prakonseptual, subtahap ini dialami oleh anak berusia 2-4 tahun. Anak
mengembangkan kemampuan untuk menggambar atau membayangkan secara
mental suatu objek yang tidak terlihat dengan sesuatu yang lain. Contohnya
coretan anak di kertas, anak membayangkan coretan tersebut adalah gambar
orang, mobil, awan dan lain-lain padahal yang anak gambar hanya beberapa
garis. Pada subtahap ini juga anak-anak cenderung egosentris, yang berarti
mereka melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri dan tidak bisa
memahami sudut pandang orang lain.
- Intuitif, subtahap ini dialami oleh anak yang berusia 4-7 tahun. Pengetahuan
akan symbol-simbol anak meninkat kompleks. Namun, proses penalaran dan
pemikirannya masih mempunyai keterbatasan tertentu. contohnya jika
terdapat 2 gelas yang berisi air tapi kedua gelas tersebut memiliki bentuk yang
berbeda, seperti misalnya gelas pertama ramping dan tinggi sedangkan gelas
kedua pendek dan lebar. Mereka mungkin akan menjawab gelas pertama lebih
banyak air sedangkan gelas kedua lebih sedikit air walaupun kedua gelas
tersebut diisi dengan air yang sama banyak. Dari pengalaman ini terlihat
bahwa anak masih belum bisa melihat dimensi lain.
 Tahap Operasional Konkret
Tahap ini biasanya dialami oleh anak berusia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-
anak mulai menunjukkan kemampuan untuk berpikir secara lebih konkret dan
logis mengenai lingkungan disekitar mereka. Anak juga sudah mampu mengertu
operasi logis dari pembalikan, misalnya jika anak mengerti 3 + 2 = 5, mereka juga
akan mengerti bahwa 5 – 2 = 3 atau 5 – 3 = 2. Selain itu, pada tahapan ini juga
anak sudah mampu untuk melakukan klasifikasi, konservasi dan mengurutkan.
- Klasifikasi, adalah kemampuan untuk mengelompokkan objek atau informasi
berdasarkan kesamaan atau perbedaan karakteristik tertentu. Klasifikasi pada
tahap operasional konkret melibatkan pemahaman konsep dasar seperti
pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. contohnya mereka dapat
mengelompokkan Binatang pemakan rumput, Binatang yang berkembang biak
dengan cara bertelur, atau Binatang yang hidup di darat dan di air (amphibi).
- Konservasi, yaitu sebuah gagasan yang menyatakan bahwa jumlah benda atau
materi tetap sama meskipun tampilannya berubah. Contohnya ketika anak
mengerti bahwa jumlah air dalam gelas tetap sama meskipun gelas tersebut
tampak lebih tinggi.
- Mengurutkan, anak-anak sudah mampu mengurutkan objek-objek berdasarkan
karakteristik tertentu atau berdasarkan kriteria tertentu. contohnya anak-anak
dapat mengurutkan objek-objek sesuai dengan warna, bentuknya, atau abjad
misalnya dengan mengelompokkan benda yang berinisial P seperti penghapus,
penggaris, pensil, pulpen dan sebagainya atau bisa juga mengurutkan benda
sesuai dengan beratnya.
 Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh remaja berusia 11-15 tahun. Pada tahapan ini,
remaja sudah mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik, mereka
juga mulai mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang etika,
moralitas dan nilai-nilai. Mereka dapat mempertimbangkan berbagai sudut
pandang dan konsekuensi etis dari tindakan mereka. Selain itu, mereka juga mulai
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang identitas pribadi
mereka, termasuk identitas sosial, budaya dan nilai-nilai pribadi.
Menurut pendapat saya, tahapan yang sesuai dengan anak di Sekolah Dasar (SD)
adalah tahap operasional konkret, karena di tahap ini mereka mengalami perkembangan
kognitif yang memungkinkan mereka untuk berpikir lebih konkret dan logis. Misalnya
mereka mulai memahami prinsip dasar matematika, seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Meskipun berdasarkan usia anak SD mengalami perkembangan
kognitif yang mencerminkan tahap operasional konkret, namun proses perkembangan
kognitif merupakan proses individual dan tidak semua anak bergerak pada tingkat yang
sama.
Sumber : Drs. Agus Taufiq, M.Pd , Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi , Hera Lestari
Mikarsa, Ph.D.2022.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan. Penerbit Universitas
Terbuka.
https://youtu.be/9gr3BccQeWo
b. Strategi apa yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran pada
siswa di kelas SD berdasarkan teori Kognitif tersebut?
Jawaban :
Penerapan teori perkembangan kognitif anak dalam pembelajaran di kelas khususnya di
tingkat SD melibatkan pemahaman tentang bagaimana anak-anak pada usia ini tumbuh dan
mengembangkan pemahaman mereka tentang dunia. Menurut pendapat saya, strategi yang
dapat digunakan untuk menerapkan teori kognitif di SD antara lain :
 Berfokus pada Tahap Perkembangan
Guru harus memahami tahap perkembangan kognitifnya seperti tahap sensori motor,
praoperasional, operasional konkret atau operasional formal. Hal ini akan membantu
dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif anak-anak di
SD. Misalnya, pada tahap operasional konkret guru akan memilih materi yang sesuai,
memberikan siswa kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas yang melibatkan
pemecahan masalah konkret, dan sebagainya.
 Aktivitas Berbasis Eksplorasi
Anak-anak di tahap sensori motor dan praoperasional cenderung belajar melalui
pengalaman langsung dan manipulasi. Guru dapat menyediakan aktivitas fisik yang
memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, mencoba dan bereksperimen. Namun, tidak
hanya anak-anak yang berada di tahap sensori motor dan praoperasional saja, aktivitas ini
juga bisa digunakan pada siswa SD kelas 1 misalnya dengan cara mengajak siswa
berkeliling sekolah kemudian minta siswa untuk menuliskan atau menggambarkan apa
yang mereka lihat contoh dengan menggambar pohon, burung, serangga, bunga dan
sebagainya.
 Memberikan refleksi
Guru dapat memberi waktu kepada siswa untuk merenungkan apa yang mereka
pelajari, mengajukan pertanyaan, dan menyusun pemahaman mereka sendiri. Contoh
saya akan melakukan refleksi ketika selesai pembelajaran dengan pertanyaan “Apa yang
kamu pelajari hari ini? Apakah kalian senang belajar hari ini?”
 Lakukan Penilaian Formatif
Penilaian formatif adalah proses evaluasi yang terjadi sepanjang pembelajaran untuk
memberikan umpan balik kepada siswa dan guru agar dapat memahami sejauh mana
pemahaman siswa tentang materi pelajaran. Contoh dengan memberikan kuis singkat,
dengan memberikan kuis singkat pada tengah atau akhir pelajaran yang mencakup materi
yang baru diajarkan. Ini dapat berupa pilihan ganda, pertanyaan singkat, atau pengisian
kata-kata.
 Penerapan Teori Konstruktivis
Teori kognitif Piaget memiliki banyak kesamaan dengan teori konstruktivis. Guru
dapat memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membangun
pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan materi dan pengalaman.
 Kreativitas dan Kesabaran
Sebagai seorang guru perlu untuk mendorong kreativitas dan bersabar dalam mendukung
siswa bpada proses pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan kognitif mereka.
Setiap anak berkembang secara individual, jadi penting bagi guru untuk memahami
perbedaan dalam perkembangan kognitif anak-anak pada tingkat SD dan menyusun
pembelajaran yang memenuhi kebutuhan mereka.
Sumber : Drs. Agus Taufiq, M.Pd , Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi , Hera Lestari
Mikarsa, Ph.D.2022.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan. Penerbit Universitas
Terbuka.
2. Sebagai guru yang baik Anda tentu perlu untuk memberi proses pembelajaran yang
merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Sebutkan
dan Jelaskan cara-cara yang dapat merangsang siswa untuk belajar secara kreatif
yang perlu anda lakukan dalam proses pembelajaran?
Jawaban :
Ada beberapa cara untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat menunjang anak
untuk kreatif menurut Utami Munandar (1987).
a. Menciptakan Lngkungan di dalam Kelas yang Merangsang Belajar Kreatif
Proses pembelajaran yang kreatif adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk
merangsang kemampuan berpikir kreatif siswa yang memungkinkan mereka untuk
mengembangkan ide-ide baru, inovatif, dan keterampilan kreatif lainnya. Menurut
Feldhusen dan Trefinger untuk menciptakan suatu lingkungan yang kreatif adalah dengan
cara :
 Memberikan Pemanasan
Pada umumnya dalam suatu proses belajar mengajar, guru lebih aktif bertanya namun
jarang mengajak siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pemberian pemanasan dapat
dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, dimana siswa tinggal menjawab ya
atau tidak. Selain itu, hal ini dapat membantu mereka memfokuskan perhatian mereka,
membangkitkan minat dan mempersiapkan pikiran untuk pembelajaran. Contohnya
dalam pembelajaran IPA minta siswa untuk duduk di luar kelas dan mengamati benda-
benda yang ada di sekitarnya. Berikan pertanyaan seperti “Apa yang kalian lihat ?adakah
benda yang merupakan benda padat, cair atau gas?”. Hal ini dapat memulai diskusi
mengenai wujud benda.
 Pengaturan fisik
Pengaturan fisik mempunyai peranan penting dalam menciptakan lingkungan kreatif
untuk siswa serta dapat mendorong kreativitas siswa. Pengaturan fisik dapat mencakup
pengaturan kelas dan lingkungan yang memungkinkan siswa merasa nyaman, focus dan
terlibat dalam proses pembelajaran. Contohnya dengan ruangan kelas yang teratur dan
bersih, menyusun meja dan kursi dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat
dengan mudah berdiskusi atau duduk melingkar di lantai secara berkelompok dengan
beralaskan tikar dan dapat dilakukan di halaman sekolah untuk Pelajaran IPA tentang
tumbuh-tumbuhan agar siswa dapat lebih terangsang kreativitasnya dengan mengamati
langsung.
 Kesibukan di dalam kelas
Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif melakukan
kegiatan fisik dan diskusi. Dengan kesibukan yang diberikan maka pembelajaran akan
terasa lebih menarik dan bermakna tetapi juga membantu siswa mengembangkan
keterampilan mereka termasuk pemahaman membaca, menulis, berbicara dan
mendengarkan. Selain itu, hal ini juga dapat merangsang imajinasi dan kreativitas
mereka. Contoh dengan menulis cerita, siswa akan diberikan tugas untuk membuat
sebuah cerita pendek lalu membacakan cerita yang mereka buat di depan kelas ; kegiatan
teater, dengan mengajak siswa berpartisipasi dalam aktivitas teater sehingga mereka
dapat memerankan karakter dari cerita berdasarkan naskah yang mereka tulis.
 Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memandu, mendukung, dan merangsang
kreativitas siswa. Contoh Guru dapat memberikan tantangan berbasis masalah yang
meminta siswa untuk mencari solusi kreatif. Contoh: "Bagaimana kita dapat
meminimalkan sampah plastik di sekolah kita?" sehingga siswa akan menuangkan ide-ide
untuk pertanyaan tersebut misalnya dengan menjawab “membuat ecobrick, membuat
tong sampah dari galon, membuat karpet dari bungkus kopi, dan sebagainya.”

b. Mengajukan dan Mengundang Pertanyaan


Mengajukan pertanyaan adalah tindakan guru atau fasilitator untuk memulai
pembelajaran dan merangsang pemikiran siswa. Pertanyaan dapat berfungsi sebagai
pengantar, pendorong, atau arah dalam pembelajaran. Pertanyaan seperti “Bagaimana
….? Mengapa …? Apa….?” Dapat merangsang diskusi dan imajinasi untuk menampilkan
gagasan baru, karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Sedangkan mengundang
pertanyaan adalah praktik yang mendorong siswa untuk aktif bertanya sendiri. Ini
merupakan langkah penting dalam mengembangkan rasa ingin tahu dan pemikiran
kreatif. Guru menciptakan ruang dimana siswa merasa nyaman untuk bertanya. Mereka
harus yakin bahwa pertanyaan mereka akan diterima dan dihargai. Kombinasi antara
mengajukan dan mengundang pertanyaan menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kreatif. Mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran kritis memicu proses
berpikir, sedangkan mengundang pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengambil
peran aktif dalam pembelajaran, mengejar minat pribadi, dan menggali lebih dalam ke
dalam topik-topik yang mereka temui. Keduanya penting untuk mengembangkan
pemikiran kreatif dan rasa ingin tahu siswa.

c. Memadukan Perkembangan Kognitif (Berpikir) dan Afektif (Sikap dan Perasaan).


Menggabungkan perkembangan kognitif (berpikir) dan afektif (sikap dan perasaan)
dalam menciptakan lingkungan belajar yang kreatif adalah kunci untuk merangsang
kreativitas siswa secara holistik. Ini menciptakan lingkungan yang tidak hanya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, tetapi juga
memupuk minat, motivasi, dan emosi positif siswa terhadap pembelajaran. Kegiatan
belajar yang menggabungkan keterampilan berpikir luwes dan ciri afektif adalah dalam
Pelajaran Bahasa Indonesia siswa diminta untuk membaca novel atau cerita yang mereka
pilih, kemudian diminta untuk menceritakan kembali. Untuk menceritakan kembali,
siswa akan menggunakan daya imajinatifnya , rasa ingin tahunya bahkan menuangkan
perasaannya.
Menurut pendapat saya, ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa yaitu :
a. Memberikan asesmen formatif, sama halnya dengan Feldhusen dan Trefinger asesmen
formatif ini dapat disebut juga sebagai pemanasan. Asesmen formatif bertujuan untuk
memberikan umpan balik sepanjang perjalanan pembelajaran sehingga siswa dapat terus
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman mereka. Ini berbeda dari asesmen
sumatif yang digunakan untuk menilai hasil akhir belajar. Contohnya, pada saat
pembelajaran seni rupa. Sebelum pembelajaran berlangsung, saya akan mengajukan
pertanyaan misalnya “Apa yang kamu ketahui dari garis?” sehingga siswa akan berpikir
kreatif untuk menjawab pertanyaan tersebut agar jawabannya tidak sama dengan teman
yang lain.
b. Proyek, dengan memberikan tugas proyek yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi ide-ide kreatif mereka. Ini bisa termasuk membuat karya seni, menulis
cerita, memecahkan masalah, atau mengembangkan produk kreatif. Biarkan mereka
memilih topik atau proyek yang mereka minati agar mereka lebih termotivasi untuk
berpikir kreatif. Contohnya dalam pembuatan kolase, siswa boleh memilih bahan yang
akan digunakan seperti kacang hijau, jagung, beras dan sebagainya. Mereka dapat
menggunakan 1 bahan atau lebih sesuai keinginan mereka.
c. Menciptakan lingkungan belajar yang kreatif, seperti ruang kelas yang penuh dengan
bahan seni, buku, dan materi yang merangsang imajinasi siswa.
d. Berikan waktu untuk berpikir, jangan terlalu terburu-buru dalam memberikan jawaban
atau mengejar kurikulum, tetapi biarkan siswa merenung dan menjelajahi ide-ide mereka.
Misalnya, Saat mengajarkan materi, hentikan sejenak setelah memberikan informasi atau
pertanyaan. Biarkan siswa merenung dan memproses informasi yang baru mereka terima
sebelum melanjutkan.
e. Umpan Balik, memberikan umpan balik yang efektif dalam proses pembelajaran yang
kreatif sangatlah penting. Umpan balik yang baik dapat membantu siswa memahami area
dimana mereka telah berhasil dan di mana mereka perlu meningkatkan kreativitas
mereka. Umpan balik harus positif dan mendorong. Fokuskan pada pencapaian siswa dan
upaya kreatif mereka, bahkan jika hasilnya belum sempurna. Ini akan meningkatkan rasa
percaya diri dan motivasi siswa. Selain itu, memberikan umpan balik yang spesifik
tentang apa yang baik dan apa yang perlu ditingkatkan dalam karya kreatif siswa.
Contohnya, berikan umpan balik bagaimana mereka berhasil menerapkan teknik tertentu
atau mengekspresikan ide mereka dengan jelas. Umpan balik yang efektif dapat
membantu siswa mengembangkan kreativitas mereka dan merasa dihargai dalam proses
pembelajaran. Ini juga merupakan alat yang kuat untuk membantu mereka meningkatkan
keterampilan kreatif mereka seiring berjalannya waktu.

Sumber : Drs. Agus Taufiq, M.Pd , Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi , Hera Lestari
Mikarsa, Ph.D.2022.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan. Penerbit Universitas
Terbuka.
3. Disiplin merupakan sebuah hal yang tentu sangat diperlukan untuk mencapai
keberhasilan pada setiap tujuan. Jelaskan apakah hal-hal penting yang diperlukan
anak SD berkenaan dengan disiplin!
Jawaban :
Disiplin adalah konsep yang mencakup kemampuan individu untuk mengatur diri
dan mengikuti aturan, norma, atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang.
Ini mencakup komitmen untuk menjalani tindakan yang tepat, bahkan jika hal itu
memerlukan pengorbanan atau kesabaran. Disiplin juga melibatkan kontrol diri,
kemampuan untuk mengendalikan emosi, dan tindakan yang konsisten dalam mencapai
tujuan atau mematuhi norma sosial. Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang
sesuai dengan kelompok sosialnya. Disiplin memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan anak. Ini membantu menciptakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan
pribadi dan sukses di masa depan.
Berikut adalah beberapa hal penting yang diperlukan anak-anak SD berkenaan
dengan disiplin:
a. Mengendalikan emosi, disiplin melibatkan kemampuan untuk mengendalikan emosi,
nafsu, atau tindakan yang mungkin tidak sesuai dengan tujuan atau aturan yang
ditetapkan. Contohnya anak-anak dapat diajarkan untuk mengambil napas dalam-dalam
ketika mereka merasa marah atau frustrasi. Ini membantu mereka merasa lebih tenang
dan mengendalikan emosi mereka sebelum bereaksi.
b. Patuh terhadap aturan sekolah, disiplin sering kali terkait erat dengan patuh terhadap
aturan dan peraturan. Siswa perlu memahami dan mematuhi aturan sekolah, seperti tata
tertib di kelas, aturan berpakaian, atau peraturan perpustakaan. Ini membantu
menciptakan lingkungan yang aman dan tertib di sekolah. Contoh tidak terlambat masuk
kelas, menggunakan seragam sesuai harinya atau tidak mencoret-coret buku Pelajaran.
c. Tanggung jawab, disiplin mencakup kesadaran akan tanggung jawab seseorang terhadap
tugas, pekerjaan, atau kewajiban. Contoh mengatur waktu belajar, mengerjakan tugas
tepat waktu, atau memeriksa dan mengecek tugas sebelum diserahkan kepada guru.
d. Tujuan dan focus, disiplin membantu seseorang tetap fokus pada tujuan mereka. Ini
termasuk kemampuan untuk merencanakan langkah-langkah menuju tujuan dan
melaksanakannya dengan tekun. Contohnya belajar dengan fokus
e. Perbaikan pribadi, disiplin bisa digunakan sebagai alat untuk perbaikan pribadi. Orang
yang disiplin cenderung belajar dari kesalahan mereka dan berusaha untuk menjadi lebih
baik dalam hal-hal tertentu.
Sumber : Drs. Agus Taufiq, M.Pd , Dra. Puji Lestari Prianto, M.Psi , Hera Lestari Mikarsa,
Ph.D.2022.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan. Penerbit Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai