Disusun Oleh
KELOMPOK OTAK BIRU 1
❖ Maharani 239031485298
❖ Marisa Dwi Adiningsih 239031485151
❖ Marie Irene Didu 239031485313
❖ Mariana 239031485218
❖ Maulidah Hasanah 239031485286
❖ Maulvi Maulidah H 239031485191
A. PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Jean Piaget lahir di Neuchatel, sebuah kota kecil di Swiss. Piaget memulai karirnya
sebagai seorang ahli biologi, khususnya tentang mollusca (kerang-kerangan). Namun
ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan sejarah ilmu pengetahuan segera diikuti
dengan ketertarikannya pada keong. Karena dia semakin larut dalam penyelidikan
bagaimana proses pikiran yang bekerja dalam sains, akhirnya dia tertarik pula untuk
menyelidiki apa sesungguhnya pikiran itu, khususnya tahap-tahap perkembangannya.
Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan
tertentu untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Kemampuan ini masih
sangat sederhana, yakni dalam bentuk kemampuan sensor motorik.
Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema,
asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Dengan kemampuan inilah balita akan
mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikannya dasar bagi pengetahuan tentang
dunia yang akan dia peroleh kemudian, serta akan berubah menjadi
kemampuankemampuan yang lebih maju dan rumit. Kemampuan-kemampuan ini
disebut Piaget dengan skema. Sebagai contoh, seorang anak tahu bagaimana cara
memegang mainannya dan membawa mainan itu ke mulutnya. Dia dengan mudah
membawakan skema ini. Lalu ketika dia bertemu dengan benda lain— katakanlah jam
tangan ayahnya—dia dengan mudah dapat menerapkan skema “ambil dan bawa ke
mulut” terhadap benda lain tersebut. Peristiwa ini oleh Piaget disebut dengan asimilasi,
yakni pengasimilasian objek baru kepada skema lain. Ketika anak tadi bertemu lagi
dengan benda lain, misalnya sebuah bola, dia tetap akan menerapkan skema “ambil dan
bawa ke mulut”. Tentu skema ini tidak akan berlangsung dengan baik, karena bendanya
sudah jauh berbeda. Oleh karena itu, skema pun harus menyesuaikan diri dengan objek
pada tahap ini anak tidak berhasil, maka kedepannya anak akan menjadi pribadi
yang rendah diri (minder) dan tidak mampu menjadi pemimpin.
e. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada tahap ini individu
melakukan pencarian atas jati dirinya (identitasnya). Jika ia gagal pada tahp ini,
mak ia akan merasa tidak utuh.
f. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu mulai
keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal pada tahap ini, maka ia
akan merasa kosong dan terisolasi.
g. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini individu memiliki
keinginan untuk menciptakan dan mendidik generasi selanjutnnya. Jika ia
tidakberhasil dalam tahap ini, maka ia akan merasa bosan dan tidak
berkembang.
h. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini individu akan
menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan dan ia capai dalam hidupnya.
Jika ia berhasil pada tahp ini, maka ia akan mencapai integritas (penerimaan
akan kekurarangan diri, sejarah kehidupan, dan memiliki kebijakan), sebaliknya
jika ia gagal, maka ia akan merasa menyesal atas apa yg telah terjadi dalam
hidupnya.
Emosional
Perkembangan emosional mencakup pengendalian diri, ketentuan, dan satu
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, sebagai pakar menyatakan bahwa EQ
disebut juga sebagai kecerdasan bersikap. Emosi adalah pengalaman yang efektif
yang sertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan
fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap juga dapat diperhatikan dengan
tingkah laku yang jelas dan nyata.
Menurut teori maslow, ia merasa bahwa psikologi hanya memandang manusia
dari segi negatifnya, sehingga ia melihat psikologi dari sisi yang lain, yaitu lebih ke
sisi positifnya. Maslow berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus melawan
kesedihan, ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus mencari
kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya manusia
itu baik, tidak jahat (We are basically good, no evil). Menurut Maslow ada 4 hal
yang harus ditekankan mengenai hal ini. 1.
Kebutuhan anak akan bantuan, perhatian, dan dukungan orang lain membuat
anak memperhatikan cara-cara berperilaku yang dapat diterima lingkunganya.
Namun, berbeda dengan anak yang bebas ia cenderung mengabaikan ini.
pemberian penghargaan bagi siswa dan guru yang rajin serta aktif membaca.
Semua guru mengharapkan peserta didik memiliki rasa tanggung jawab,
menghargai, setiakawan, disiplin baik di lingkungan sekolah maupun di
rumah.selanjutnya setiap budaya ada sisi lemahnya, ada yang positif dan
negatif, akan tetapi pada prinsipnya budaya yang berkembang di sekolah harus
mendukung bagi siswa.
Budaya sekolah yang berkembang juga mendukung hubungan personal
siswa dengan seluruh warga sekolah agar berjalan baik yaitu hubungan personal
antar siswa terjalin dengan baik, sehingga tercipta suasana kondusif, setiap
siswa diwajibkan untuk selalu mengucapkan salam dan menghormati warga
sekolah, dan bersikap santun, kemudian seluruh kegiatan yang telah
dipergunakan berjalan dengan baik dengan melibatkan siswa dan warga sekolah
Budaya sekolah juga mendukung mendukung dan mengimplementasikan 5K
(Keimanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan dan Kenyamanan sekolah)
Melalui program 5K dan jadwal piket, agar dapat dilaksanakan didalam kelas
dan dilingkungan sekolah.
2. Proyek Seni dan Kreativitas: Siswa diberikan tugas untuk membuat karya seni
atau kreatif yang mengeksplorasi konsep dan teknik tertentu.
3. Proyek Kewirausahaan: Siswa diberikan tugas untuk mengembangkan rencana
bisnis atau proyek kewirausahaan. Mereka akan belajar tentang konsep-konsep
bisnis, merancang strategi pemasaran, menghitung keuangan, dan membuat
presentasi.