Anda di halaman 1dari 15

PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARANNYA
“Karakteristik Peserta Didik Bedasarkan Teori Perkembangan Kognitif
dan Teori Perkembangan Sosial-Emosional”

Oleh Kelompok :

Nama : 1). Andi Aminah Riski


2). Devi Yustria Leha
3). Kasmawani.s
Kelas : A Rumpun Ilmu Sosial

PENDIDIKAN PROFESI GURU GELOMBANG 2


UNIVERSITAS Riau
2022
1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu
hari nanti.
Usia peserta didik 15 tahun

Buatlah Daftar Karakteristik Anak Tersebut BedasarkanTeori :


a. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah sebuah proses
genetik yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem
saraf. Semakin usia bertambah, maka susunan sel sarafnya semakin
kompleks sehingga kemampuannya pun turut meningkat. Dengan
demikian semakin bertambah usia anak maka karakteristik anak juga akan
berbeda. Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan
lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata
sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat
diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak.
Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap
pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh
struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur
kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman
terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat,
karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada
sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai
dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian
potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya.
Tahap Perkembangan Intelektual Perkembangan kognitif merupakan
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget
perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu: 1. Tahap
sensori-motor : 0 – 1,5 tahum 2. Tahap pra-operasional : 1,5 – 6 tahun 3.
Tahap operasional konkrit : 6 – 12 tahun 4. Tahap operasional formal : 12
tahun ke atas.
1) Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayi
belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera
mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. (
Diane,
E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman,
2008:212). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria (sensori)
dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu
melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan
pergerakannya.
2) Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam
menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat
memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda –tanda
dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
3) Tahap Operasional Konkrit
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan
pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang
ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan
terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan
kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik.
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap
operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
4) Tahap Operasional Formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini
anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks. Kemajuan pada anak
selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan
benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk
berpikir abstrak
Sesuai dengan usia anak didik di kelas III yang usianya kisaran 9
tahun dapat umur 9 tahun anak berada pada Tahap Operasional
Konkrit Pada tahap operasional konkrit di peroleh karakteristik anak
sebagai berikut:
1) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh: Pada tahap ini,
seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh
ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget,
adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan
lingkunganitu;
2) Melihat dari berbagai macam segi: Anak pada tahap ini mulai
mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki
menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam
mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang
bersamaan;
3) Seriasi: Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur
menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur
tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat
membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak
kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya;
4) Klasifikasi: Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan
12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat
klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan
yang terjadi;
5) Bilangan: Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap
praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi
satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi
konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan
kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti
konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang;
6) Ruang, waktu, dan kecepatan: Pada umur 7 atau 8 tahun seorang
anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat
intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah
sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn
waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep
waktu dan kecepatan;
7) Probabilitas: Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai
suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus
yang mulai terbentuk; dan
8) Penalaran: Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini
jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan
apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada
kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh;
9) Egosentrisme dan Sosialisme: Pada tahap ini, anak sudah tidak
begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain
dapat mempunyai pikiran lain.

b. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Menurut Bronfernbrenner


Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-
2005) berfokus pada konteks sosial di mana anak-anak hidup dan orang-
orang yang mempengaruhi perkembangan mereka. Teori ekologi
Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari
interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.
Bronfenbrenner menyebut sistem tersebut sebagai berikut :
1. Mikrosistem adalah lingkungan terkecil. Situasi individu dengan
pengaturan dalam lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah dan
lingkungan tempat tinggal. Dalam sistem ini, interaksi yang
memberikan pengaruh perilaku individu didapat dari hubungan secara
langsung dengan orang tua, teman, dan guru. Mikrosistem ini sangat
berhubungan dengan jenis pola asuh anak di rumah. Bagaimana cara
orang-orang dalam lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak akan
mempengaruhi bagaimana anak tersebut tumbuh. Dalam proses
interaksi mikrosistem, individu memiliki peran aktif. Individu
memiliki peranan sendiri dalam membangun interaksi pada
pengaturan mikrosistem sehingga mendapatkan pengalaman hubungan
interpersonal. Sistem ini memberikan pengaruh yang besar pada
perkembangan karakter individu terutama pada anak usia dini sampai
remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi agen
penting dalam membentuk karakter anak. Misalnya, dapat dilihat pada
anak yang memiliki keadaan rumah kurang harmonis, maka akan
berdampak pada perilaku anak ketika di sekolah.
2. Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda.
Mesosistem merupakan sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan
melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman dan keluarga
atau keluarga dan sekolah. Misalnya, anak yang ditolak orangtuanya di
rumah, maka akan memiliki hubungan yang tidak baik juga dengan
gurunya.
3. Ekosistem merupakan pengaturan lingkungan yang lingkupnya lebih
besar dibanding mikrosistem. Ekosistem terdiri dari sub sistem tempat
kerja orang tua, teman saudara, saudara diluar rumah, dan peraturan
sekolah. Pada sistem ini anak tidak mengalami interaksi secara
langsung, contohnya dengan koran, dan televisi. Namun, dampak yang
ditimbulkan dari sistem tersebut memberikan pengaruh pada
perkembangan karakter anak. Misalnya, ketika ayah sedang ada
masalah di tempat kerja, maka akan dilampiaskan pada anak di rumah.
4. Makrosistem merupakan lingkungan yang paling besar dan jauh dari
orang-orang, namun masih dapat memberikan pengaruh pada anak.
Sistem dapat berupa dari suatu budaya atau subkultur tertentu. Pada
sistem makrosistem terdiri dari subsistem ideologi negara, pemerintah,
tradisi, agama, hukum, adat istiadat, ekonomi, budaya, dan lain
sebagainya, dimana semua subsistem tersebut akan memberikan
pengaruh pada perkembangan karakter anak. Misalnya, anak-anak
yang dilahirkan dari keluarga miskin akan mengalami perkembangan
yang berbeda daripada anak yang tumbuh dari keluarga kaya.
5. Kronosistem yaitu pengaruh perubahan yang merupakan kelanjutan
lingkungan anak. Dimana dalam sistem ini mencakup keseluruhan
sistem dari waktu ke waktu sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan karakter anak. Misalnya, perkembangan zaman yang
diiringi dengan perkembangan teknologi seperti gadget, akan
menjadikan anak menggunakan gadget sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan dari pendidikan maupun hiburan. Sistem ini juga dapat
memberikan dampak pada anak karena suatu peristiwa secara
fisiologis pada individu seperti kematian.
Pendidikan karakter sejak usia dini sangat penting untuk
dilakukan. Melalui pendidikan karakter, anak akan dapat berperilaku
baik sesuai norma dan aturan yang berlaku. Selain itu, kelima sistem
yang terdapat dalam teori ekologi perkembangan di atas juga sangat
penting bagi anak, karena sistem-sistem tersebut memiliki pengaruh
dan kontribusi yang besar dalam pembentukan karakter anak.
pendidikan karakter sejak usia dini sangat penting untuk dilakukan.
Melalui pendidikan karakter, anak akan dapat berperilaku baik
sesuai norma dan aturan yang berlaku. Selain itu, kelima sistem yang
terdapat dalam teori ekologi perkembangan di atas juga sangat penting
bagi anak, karena sistem-sistem tersebut memiliki pengaruh dan
kontribusi yang besar dalam pembentukan karakter anak.
Teori ekologi perkembangan mengkaji tentang hubungan timbal
balik atau interaksi antara anak dengan lingkunganya. Ekologi
merupakan satu kajian ilmiah yang bertujuan untuk memahami
interaksi yang dinamis antara individu dan berbagai aspek
lingkungannya. Implikasi teori ekologi perkembangan dapat dilakukan
melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan moral, akhlak, dan budi pekerti anak yang dilakukan agar
anak memiliki karakter positif. Adapun tujuan dasar pendidikan
karakter adalah sebagai gambaran pembentukan karakter anak agar
dapat berperilaku baik sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Penerapan teori ekologi dalam perkembangan karakter dapat
dikaji dari lima sistem, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem,
makrosistem, dan kronosistem. Masing-masing sistem ini memberikan
kontribusi dan pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter
anak. Setiap sistem ini tidak dapat dihindari untuk berinteraksi dan
saling mempengaruhi aspek kehidupan seorang anak. Demikian,
penulis menyarankan bahwa kita hendaknya mengkaji dan
mempelajari penerapan teori ekologi dalam perkembangan dan
pendidikan karakter anak, karena melalui teori ekologi ini akan
membantu kita untuk memahami mengapa kita dapat berperilaku
berbeda di lingkungan yang berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter sangat penting bagi perkembangan anak.
c. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Menurut Erikson
Teori Sosial-Emosional menurut Erik Erikson memaparkan bahwa
perkembangan kehidupan masyarakat itu secara bertahap (rentang hidup).
Setiap individu berjuang melakukan pencarian identitas diridalam tiap
tahap kehidupannya. Hal ini dikarenakan identitas merupakan pengertian
dan penerimaan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Terdapat
beberapa tahapan perkembangan yang diungkapkan ketika manusia
melalui rentang kehidupannya.
1. Trsut an mistrust, tahap perkembangan kepercayaan membutuhkan
pemeliharaan yang penuh kehangatan, perasaan nyaman dan minim
rasa takut.
2. Autonomy vs Shame & Doubt, adalah tahap psikososial kedua
Erikoson. Hal ini terjadi pada akhir masa balita. Setelah memperoleh
kepercayaan pengasuh mereka, balita mulai menemukan bahwa
perilaku mereka adalah mereka sendiri. Jika bayi dibatasi atau
dihukum terlalu keras, maka mereka akan mengembangkan rasa malu
dan ragu.
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah) adalah tahap psikososial
ketiga Erikson. Hal ini terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun. Di usia ini
anak-anak harus terlibat secara aktif, perilaku yang memiliki tujuan
yang melibatkan inisiatif. Anak-anak mengembangkan perasaan
bersalah tidak nyaman jika mereka melihat diri mereka sebagai
individu yang tidak bertanggung jawab atau dibuat merasa cemas
yang berlebihan.
4. Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) adalah tahap
psikososial Erikson keempat. Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun
sampai pubertas atau remaja awal. Di tahap ini, anak mengarahkan
energi mereka terhadap pengetahuan dan menguasai keterampilan
intelektual. Bahaya di tahun-tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan
ketidakmampuan.
5. Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas)
adalah tahap psikososial Erikson kelima. Tahap ini terjadi pada usia
remaja. Di tahap ini, individu mulai mencari tahu siapa mereka,
mengenai apa yang mereka mau, dan dimana mereka hidup nantinya.
6. Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi) adalah tahap psikososial
Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (20 - 30
tahunan). Tugas perkembangan adalah membentuk hubungan positif
yang erat dengan orang lain.
7. Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi) adalah tahap
psikososial Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa
pertengahan (40 - 50 tahunan). Pembangkitan berarti mentransmisi
sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat
melibatkan peran seperti pengasuhan dan pengajaran di saat orang
dewasa membantu generasi berikutnya dalam mengembangkan hidup
yang bermanfaat.
8. Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa) adalah tahap
psikososial Erikson kedelapan. Tahap ini terjadi pada masa dewasa
akhir (60 tahun
- meninggal). Orang dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan
mereka, mencerminkan pada apa yang telah mereka lakukan.

Karakteristik anak usia 15 tahun


Anak usia 13-15 tahun termasuk ke dalam anak usia remaja awal. Samsunumyanti Mar’at
dalam Desmita (2009: 190) mengemukakan bahwa rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga hal, yaitu masa remaja awal berlangsung antara umur 12-15 tahun, masa
remaja pertengahan berlangsung antara 15-18 tahun, dan masa remaja akhir berlangsung pada
usia 18-21 tahun. Masa remaja awal ditandai dengan perubahan-perubahan fisik umum serta
perkembangan kognitif, psikologis dan sosial.

1. Perkembangan Fisik

Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang
berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis. Tinggi rata-rata anak laki-laki dan
perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi
rata-rata remaja laki-laki adalah 69 inci, sedangkan remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat
pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia 11 atau 12 tahun untuk anak perempuan dan 2 tahun
kemudian untuk anak laki-laki. Dalam tahun itu, tinggi kebanyak anak perempuan bertambah
sekitar 3 inci dan tinggi kebanyakan anak laki-laki bertambah lebih dari 4 inci. Seiring dengan
pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan selama masa remaja juga terjadi
pada proporsi tubuh. Perubahan-perubahan proporsi tubuh pada masa remaja terlihat pada
Perubahan-perubahan ciri-ciri wajah, di mana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi
yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar dan bibir menjadi lebih penuh.
Di samping itu, dalam perubahan struktur kerangka, terjadi percepatan pertumbuhan otot,
sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan
otot dari kedua jenis kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi meningkat. Akan tetapi,
perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot,
sehingga anak laki-laki cenderung lebih kuat dari anak perempuan.

2. Perkembangan Kognitif

Tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut
sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berfikir
secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan
atau mungkin terjadi. Di samping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berfikir secara
sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan
permasalahan. Dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja
mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang
manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan.

3 Perkembangan Kognisi Sosial

Kognisi sosial adalah kemampuan untuk berfikir secara ktritis mengenai isu-isu dalam
hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna
untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka.
Salah satu bagian penting dari perubahan perkembangan aspek kognisi sosial remaja ini adalah
apa yang diistilahkan oleh psikolog David Elkind dengan egosentrisme, yakni kecenderungan
remaja untuk menerima dunia dan dirinya sendiri dari perspektifnya mereka sendiri. Dalam hal
ini, remaja mulai mengembangkan gaya pemikiran egosentris, di mana mereka lebih
memikirkan tentang dirinya sendiri dan seolah-olah memandang dirinya dari atas.

4. Perkembangan Psikososial

Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam
perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Meskipun tugas
pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak maka pada
masa remaja anak menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-
perubahan fisik, kognitif, dan rasional.

3. Daftar karakteristik terkait anak pengalaman masa kecil Anda sendiri.

Teori Perkembangan Daftar Karakteristik


Teori Kognitif Jean Piaget Karakteristik saya sewaktu masa remaja yang
saya ingat pada usia 15 tahun saya duduk di
bangku kelasI Sekolah Menengah Atas. Saya ada
pada tahap operasional formal apabila ditelaah
melalui teori perkembangan kognitif menurut
Jean Piaget. Saya mulai mampu menganalis,
membandingkan , mencetuskan , dan menemukan
ide baru, dan saling berdiskusi, menalarkan ,
dalam satu materi pembelajaran
Sosial-Emosional Pengalaman saya pada usia 15 tahun, saya ada
Bronfenbrenner pada perkembangan Mikrosistem dimana
interaksi yang terjadi pada pengaruh lingkungan
antara saya dengan lingkungannya, seperti
keluarga, rekan sebaya, sekolah, dan lingkungan.
Pada umur 15 tahun kegiatan saya lebih banyak
bersama keluarga, bersama teman-teman dan guru
di sekolah. Sehingga perkembangan saya keluarga
dan teman-teman di sekolah sangat berpengaruh
terhadap perilaku dan perkembangan sosial.
Karena orang tua saya adalah seorang guru, jadi
saya sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah.
Kemudian teman-teman sangat mendukung
perkembangan sosial saya. Saya berkomunikasi
dengan baik sesuai anak umur 15 tahun pada
umumnya.
Sosial-Emosional Erikson Pengalaman saya pada umur 15 tahun, saya
memasuki tahap Identity vs Role
Confusion (Identitas vs Kebingungan
identitas), mulai mencari tahu siapa
mereka, terus berkutat dengan hobi dan
minat saya dan sudah
memiliki cita-cita yang ingin dicapai.
4. Perbandingan Kedua Daftar Karakteristik
a. Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi
kognitifnya serta sosio-emosionalnya?
1. Mengembangkan fungsi kognitif anak
Teori Belajar Piaget di Tahap Opersional Konkret dimulai dari
sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran
operasional konkret mencakup pengguna operasi. Penalaran logika
menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret.
Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada. Tetapi belum
bisa memecahkan problem-problem abstrak. Anak bisa
mengembangkan fungsi kognitifnya dengan cara.

a) Guru menberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan


konsep dan prinsip. Guru memberikan pertanyaan yang
berhubungan atau relevan tentang apa yang sedang dipelajari
atau dibahas untuk membantu siswa dalam memahami
beberapa aspek dari pembelajaran yang mereka ikuti. Jangan
memberi tahu jawaban pertanyaan secara langsung kepada
siswa. Biarkan mereka mencari jawaban sendiri dengan
pemikiran mereka sendiri. Dengan demikian fungsi kognitif
anak akan terbangun dengan sendirinya
b) Guru menghadapkan siswa dengan tugas-tugas operasional
dalam proses pembelajaran dikelas. Pada masa ini anak sudah
mendapatkan tugas berupa penjumlahan, pengurangan,
pembagian, pengurutan dan pembalikan. Sebaiknya
menggunakan benda benda kongkrit untuk tugas ini karena
anak belum sepenuhnya bisa berpikir dengan abstrak pada
fase ini,
apa bila sudah memungkinkan guru menggunakan simbol
matematika dalam pembelajaran dikelas tetapi tetap
menggunakan objek konkrit.
c) Pada tahap operasinal konkrit guru juga bisa merencanakan
aktivitas yang membuat siswa akan terus berlatih mengenai
konsep mengurutkan suatu objek secara menaik atau menurun.
Misalnya guru memberitahu siswa untuk mengurutkan
bilangan dari terkeci sampai paling besar begitu pula
sebaliknya. Guru juga dapat mengajak siswa untuk
mengurutkan benda mulai dari benda paling besar atau benda
paling kecil. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan
kognitif anak.
d) Dengan memberikan materi yang bisa digunakan agar mampu
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan yang bagus
untuk didiskusikan di kelas ini akan membuat siswa terkejut
dan mendorong mereka untuk berfikir lagi.
e) Guru juga memberikan siswa melakukan eksperimen dalam
pelajaran sains atau ilmu alam. Guru dapat menggunakan
materi kongkrit untuk pelajaran matematika, membuat dan
membacakan suatu karya dalam pelajaran sastra dan ajar
mereka berdiskusi tentang perspektif mereka, serta lakukan
perjalanan untuk pelajaran ilmu sosial dari siswa.
2. Cara anak bisa mengembangkan fungsi sosio-emosionalnya
Perkembangan sosio emosional adalah kemampuan peserta didik
untuk berinteraksi dengan lingkungan dan bagaimana peserta didik
menyikapi hal yang terjadi di sekitarnya. Berikut cara anak
mengembangkan fungsi sosio-emosional
a) Pada fase operasinal konkrit anak akan Memiliki
hubungan pertemanan yang lebih kompleks dan kuat
terhadap seseorang yang meraka kehendaki.
b) Pada fase ini anak sudah bisa mengatasi konflik dan
bernegosiasi dengan lingkungan disekitarnya.
c) Anak akan lebih terlihat aktif di dalam kegiatan dengan
teman ketimbang keluarga.
d) Memahami bahwa hubungan pertemanan bukan sekadar
tentang persamaan minat.
e) Mulai tertarik pada teman lawan jenis atau pura-pura
tertarik pada teman lawan jenis agar diterima oleh teman
sebaya
f) Lebih bisa mengendalikan emosi, tapi masih sering
mengalami mood swing dan rasa tidak percaya diri.

b. Penyesuaian yang seperti apa yang Anda butuhkan agar anak bisa
berinteraksi secara efektif bersama Anda?
Penyesuaian yang diperlukan agar dapat berinteraksi secara efektif
dengan anak, yaitu sebagai berikut.
1. Membentuk komunikasi yang harmonis antara siswa dengan guru,
guru diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan peserta didik,
sehingga peserta didik merasa aman, nyaman dan lebih terbuka
dengan guru. Dengan demikian komunikasi yang tercipta akan
lebih baik dan bermakna. Siswa mampu mengekspresikan keluh
kesahnya dan hambatan yang mereka rasakan, sehingga dengan
komunikasi yang baik dapat membantu memberikan solusi yang
terbaik.
2. Menyesuaikan kondisi sosial peserta didik dengan lingkungannya,
penyesuaian lingkungan peserta didik dengan perkembangan
sosialnya perlu diperhatikan agar siswa mampu berinteraksi dan
berkomunikasi sesuai dengan perkembangan sosialnya saat ini.
Misalnya mengajarkan siswa kelas I untuk berani berkomunikasi di
depan kelas, guru harus menyesuaikan kondisi perkembangan
siswa. Mungkin diawali dengan latihan memimpin doa, dan
membiasakan siswa agar terbiasa untuk berkomunikasi di depan
kelas

Anda mungkin juga menyukai