Anda di halaman 1dari 11

PAPER PERKEMBANGAN KETRAMPILAN, KREATIVITAS, DAN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK


Dosen Pengampu: Arsan Shanie, M.Pd.

KELOMPOK 2

TAUFIQUL HUDA 23030960047


FEBI KHOERUN NISA 23030960048
ZAHROTUN ISANAENI 23030960049
RIZQYAH LAILATUS S. 23030960050
ELY SUSANTI 23030960051
NURUL ERLINA 23030960052

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO SEMARANG
2023/2024
BAB 1

PENDAHULUAN

Kreativitas merupakan hal penting dalam kehidupan khususnya pada anak usia dini
karena dapat membuat manusia lebih produktif. Selain itu juga meningkatkan kualitas hidup
serta dapat mempermudah mencari jalan keluar dari sebuah permasalahan.
Pengembangan kreativitas sangat penting dikembangkan sejak usia dini karena
kreativitas sangat berpengaruh sekali dalam pengembangan aspek-aspek perkembangan anak
usia dini, apabila kreativitas anak tidak dikembangkan sejak dini maka kemampuan
kecerdasan dan kelancaran dalam berfikir anak tidak berkembang karena untuk menciptakan
suatu produk dan bakat kreativitas yang tinggi diperlukan kecerdasan yang cukup tinggi pula.
Misalnya, ketika anak diminta untuk membuat sesuatu dari bentuk-bentuk persegi, kalau anak
membuat persegi itu menjadi rumah, buku, kotak obat, atau peti maka hal ini menunjukkan
kelancaran anak mengungkapkan ide karena ide yang dihasilkan bervariasi.
Fungsi perkembangan kreativitas anak adalah untuk mengembangkan kecerdasan dan
kemampuan anak dalam mengekspresikan serta menghasilkan sesuatu yang baru. Jika potensi
yang dimilikinya dikembangkan dengan baik maka anak akan dapat mewujudkan dan
mengaktualisasikan dirinya menjadi manusia yang sejati. Contohnya seorang anak membuat
boneka batu, anak dapat melakukan kreasi untuk membuat benda-benda lainnya yang
diinginkan.
Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini; (a) Anak yang
kreatif cenderung aktif, (b) Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main,
mengajukan pertanyaan, menebak, (c) Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain
bahasa, bercerita, (d) Berkonsentrasi untuk tugas tunggal dalam waktu cukup lama, (e)
Menata sesuatu sesuai selera, (f) Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa, (g) Mengulang
untuk tahu lebih jauh.
Kemudian beberapa ciri anak kreatif antara lain; (a) Lancar berpikir, (b) Fleksibel
dalam berpikir, (c) Orisinil (asli) dalam berpikir, (d) Elaborasi, (e) Imaginatif, (f) Senang
menjajaki lingkungannya, (g) Banyak ajukan pertanyaan, (h) Mempunyai rasa ingin tahu
yang kuat, (i) Suka melakukan eksperimen, (j) Suka menerima rangsangan baru, (k) Berminat
melakukan banyak hal, (l) Tidak mudah merasa bosan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kreativitas Anak


Kreativitas merupakan kombinasi dari inovasi, flexibilitas, dan sensitivitas
yang membuat seseorang mampu berpikir produktif berdasarkan kepuasan pribadi dan
kepuasan lainnya (Stenberg, dalam Dadvar, 2012).
Terdapat beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan kreatif, misalnya
Guilford (1967) dan Torrance (1963) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
dapat dikembangkan melalui intruksi secara langsung (Fasko, 2001). Tehnik
pembelajaran antara berfikir konvergen dan divergen sangat penting untuk
merangsang berpikir kreatif dan lebih banyak tantangan untu siswa yang kreatif
(Karnes, dalam Fakso, 2001). Dalam penelitian “The Relationship Between Creative
Thinking Ability and Creative Personality of Preschoolers”, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara berpikir kreatif dengan kepribadian kreatif pada anak- anak
prasekolah (Lee, 2005).
Kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru.
Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu
konsep baru (Semiawan, 2009). Menurut Barron, kreativitas didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (Ngalimun, dkk, 2013). Sedangkan
menurut Munandar (2009), kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan
lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik
itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif,
maka
kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif Jean Piaget,
menurutnya ada empat tahap perkembangan yaitu:
a. Tahap sensori (sensori motor)
Perkembangan kognitif tahao ini terjadi pada usia 0-2 tahun. Kata kunci
perkembanagn kognitif tahap ini adalah prpses “decentration”. Artinya, pada
usia ini bayi tidak bisa memisahkan diri dengan lingkungannya. Ia “centered”
pada dirinya sendiri. Tahap ini pemikiran anak mulai melibatkan penglihatan,
pendengaran, pergeseran dan persentuhan serta selera. Artinya anak memiliki
kemampuan untuk menagkup segala sesuatu melalui inderanya.
b. Tahap pra-operasional (pre-operational)
Fase perkembangan kemmapuan kognitif ini terjadi para rentang 2-7 tahun.
Pada tahap ini, anak mulai mempresentasiakan dunia dengan kata-kata dan
gambar. Kata-kata dan gambar ber-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi inderawu
dan tindakan fisik.tahap ini sifat anak tidak sistematis, tidak konsisten, dan
tidak logis. Hal ditandai dengan ciri-ciri:
 Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau
deduktif tetapi tidak logis.
 Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal sebab
akibat secara tidak logis.
 Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti
dirinya
 Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan
itu mmpunyai jiwa seperti manusia
 Perceptually bound,yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang
dilihat atau di dengar
 Mental experiment yaitu anak menciba melakukan sesuatu untuk
menemukan jawaban dari persoalan yang dihapinya
 Centration,yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri
yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya
 Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut
kehendak dirinya.
c. Tahap operasi konkrit (concrete-operational)
Tahap operasi konkrit terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap ini
akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasian benda-benda ke dalam betuk-bentuk yang berbeda. Operasi
konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek
konkret nyata. Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentring di usia
tujuh tahun. Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan unuk
mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumplah benda cair.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan
mempertahankan ingatn terhadap subtansi. Di usia 9 atau 10 tahun, kemampuan
terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai diasah, yakni ingatan tentang
ruang. Dalam tahapa ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan
(classification) dan pengurutan (seriation).
d. Tahap operasi formal (formal operational)
Tahap operasi formal ada pada tentang usia 11 tahun-dewasa. Pada fase ini
dikenal juga dengan masa remaja.
B. Perkembangan Seni Rupa Anak
Seni rupa merupakan salah satu dari beberapa cabang seni yang menurut
Sofyan Salam (2001:1) Menyatakan bahwa keindahannya diwujudkan melalui media
garis, warna, tekstur, bidang, volume, dan ruang. Sofyan Salam menambahkan ruang
lingkup seni rupa meliputi “seni gambar/lukis, seni cetak/desain grafis, seni patung,
seni kerajinan/desain produk, seni bangunan/desain lingkungan”. Sedangkan menurut
Franz Cizek ( Widiyastuti, 2007: 145) menyatakan bahwa seni rupa anak adalah seni
rupa yang hanya bisa diciptakan oleh anak dan gambar anak haruslah diberi
kebebasan untuk tumbuh bagaikan kembang bebas dari gangguan orang dewasa.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut
para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan
dengan teori yang telah kita pelajari.
Menurut Lowenfeld dan Lambert W. Brittain (1980:116) tahap perkembangan
seni rupa anak ada lima, yaitu 1) tahap coreng-moreng, 2) tahap prabagan, 3) tahap
bagan, 4) tahap permulaan realisme, dan 5) tahap realisme semu.
a. Tahap Coreng-moreng (2-4 tahun)
Sejak usia 2 tahun, anak-anak berusaha menggerakkan seluruh anggota
badannya karena pengaruh syaraf motorik. Goresan anak saat menggambar pada
tahap ini semula tidak terarah, tebal tipis, bengkok, putus-putus, panjang pendek
tetapi anak akan memiliki kepuasan. Lama-kelamaan anak dapat menggerakkan
anggota badannya dengan tujuan yang jelas saat coret-coret. Pada usia ini, anak
membutuhkan stimulasi untuk meningkatkan imajinasinya. Gambar anak berusia
2 sampai 4 tahun (masa pra sekolah) berada pada tahapan Coreng-Moreng (The
Scribbling Stage). Pada periode ini anak menciptakan goresan coreng-moreng
dengan arah yang belum terkendali dan merupakan pengalaman kegiatan motorik

Gambar 1 gambar coreng moreng tak beraturan

b. Tahapan Prabagan (4-7 tahun)


Tahap selanjutnya yaitu tahap prabagan, pada tahap ini anak telah dapat
mengendalikan motoriknya dan dapat melihat hubungan antara yang dihasilkan
dengan bentuk objek yang sebenarnya. Telah terjadi perubahan dari coret-coret ke
arah bentuk yang lebih esensial, sehingga bentuk yang dihasilkan oleh anak dapat
ditafsirkan, lama-kelamaan akan terbentuk bagian-bagian lain yang lebih
menunjang imajinasinya. Masalah ruang belum dapat dipecahkan, warna
cenderung tidak sesuai dengan warna pada objek yang sebenarnya. Artinya pada
tahap ini, anak masih memerlukan pengenalan teknik menggambar yang paling
mudah, seperti menggambar kepala hanya dengan lingkaran, langit hanya dengan
goresan asal, pohon dengan gambar yang paling sederhana dan lain-lain.
Memperkenalkan objek gambar yang lain kepada anak, misalnya dengan rekreasi,
atau sejenisnya, sehingga dapat dihasilkan variasi gambar yang lain.
Gambar 2 gambar prabagan anak

c. Tahap Bagan (7-9 tahun)


Tahap ini merupakan tahap tentang bentuk dasar dari pengalaman kreatif, anak
pada usia ini telah memiliki konsep cerita yang banyak. Pengamatan terhadap
objek semakin teliti dan semakin tahu siapa dirinya dalam hubungan dengan
lingkungannya. Pada usia ini pengaruh guru sangat besar. Anak telah memiliki
pengalaman sosial, yaitu hal-hal yang sebenarnya sudah diketahui, disikapi karena
desakan emosi subjektifnya. Karena kesadaran meningkat, anak mulai gelisah dan
secara kritis mengontrol dirinya antara pengamatan dan hasil hasil gambar masa
lalu. Peran guru adalah mengaktifkan pengalaman anak tersebut.
Penggambaran ruang telah muncul sekalipun masih sederhana, terutama dalam
memahami lingkungannya. Sebagian pengalaman ruang masih sederhana dan
diletakkan dalam satu garis vertikal sebagai garis dasar. Komposisi objek masih
tumpuk-menumpuk atau tersusun ke atas. Tentang warna telah mendekati warna
pada objek yang sebenarnya. Misalkan warna pohon diberi dengan warna hijau
dan matahari diberi dengan warna kuning atau orange.

Gambar 3 gambar tahap bagan anak


d. Tahap Permulaan Realisme (9-11 tahun)
Anak usia 9-11 tahun dimasukkan dalam tahap permulaan realisme, pada tahap ini
anak semakin cerdas dalam mengungkapkan imajinasinya. Objek semakin
mendetail dan lebih proposional, seiring dengan meningkatnya intelektual anak.
Rasio mulai digunakan di samping emosi subjektif. Penggambaran objek yang
dilebih-lebihkan sudah ditinggalkan karena fungsi aktifnya. Artinya, anak
menggambar figur-figur atau bentuk-bentuk yang lebih bebas pada seluruh bidang
gambar. Tetapi, anak merasa kesulitan dalam hal perspektif. Ciri-ciri umum yang
paling terlihat pada usia ini adalah kedekatan objek yang lebih nyata, walaupun
pada segi warna tidak terlalu sesuai dengan objek yang sebenarnya.

Gambar 4 gambar tahap permulaan realisme

e. Tahap Realisme Semu (11-13 tahun)


Tahap realisme semu telah banyak dipengaruhi oleh intelegensi yang semakin
matang. Ada pendekatan realistis dengan alam sekitar, meskipun belum
sepenuhnya kesadaran sebaik orang dewasa. Tingkah laku anak semakin gelisah,
banyak bergerak dan ada gejala suka membentuk grup sebagai manifestasi
kesadaran akan perlunya kerjasama, sehingga pada usia ini anak lebih mendekati
perangai remaja yang memiliki seluk-beluk yang sangat bervariatif. Untuk pola
gambar sudah cukup matang dan pewarnaan juga sudah sesuai dengan objek yang
sebenarnya, namun bentuk yang sudah realis masih kurang kuat. Artianya, gambar
yang dihasilkan oleh anak telah realistis tetapi masih ada kekurangan sedikit
dalam bentuk gambarnya.

Gambar 5 naturalisme anak


KESIMPULAN
Pengembangan kreativitas sangat penting dikembangkan sejak usia dini karena
kreativitas sangat berpengaruh sekali dalam pengembangan aspek-aspek perkembangan anak
usia dini,apabila kreativitas anak tidak dikembangkan sejak dini maka kemampuan
kecerdasan dan kelancaran dalam berfikir anak tidak berkembang karena untuk menciptakan
suatu produk dan bakat kreativitas yang tinggi diperlukan kecerdasan yang cukup tinggi pula.
Misalnya, ketika anak diminta untuk membuat sesuatu dari bentuk-bentuk persegi, kalau anak
membuat persegi itu menjadi rumah, buku, kotak obat, atau peti maka hal ini menunjukkan
kelancaran anak mengungkapkan ide karena ide yang dihasilkan bervariasi.

Menurut Lowenfeld dan Lambert W. Brittain (1980:116) tahap perkembangan seni


rupa anak ada lima, yaitu 1) tahap coreng-moreng, 2) tahap prabagan, 3) tahap bagan, 4)
tahap permulaan realisme, dan 5) tahap realisme semu.
DAFTAR PUSTAKA
Dianah Fauziah, (2015), gambar hasil karya anak-anak PAUD karakter pelangi nusantara:
kajian pada periodasi perkembangan, tipe dan bnetuk ungkapan gambar, Skripsi,
Pendidikan Seni Rupa, Semarang: Universitas Negri semarang.

Marinda, Leny. (2020), teori perkembangan kognitif jean piaget dan problematikanya pada
anak usai sekolah dasar, jurnal an-nisa: jurnal kajian perempuan & keislaman, vol.
13, no.1

Saripah. (2021), teori perkembangan seni rupa anak usia dini, jurnal kajian pendidikan dasar
dan anak usia dini, vol. 2, no. 2.

Anda mungkin juga menyukai