2208056090
PENDIDIKAN MATEMATIKA
A. TEORI PIAGET
Jean Piaget lahir pada tahun 1989 di Neuchatel, Swiss. Ibunya adalah individu yang
dinamis, cerdas, dan religius, dan ayahnya adalah seorang profesor yang berspesialisasi
dalam sejarah abad pertengahan. Sebagai anak muda, Piaget sangat menyukai alam, dia
lebih suka mengamati burung, ikan, dan makhluk di alam. Oleh karena itu, dia sangat
terinspirasi oleh ilustrasi sains di sekolah. Dia menerbitkan esai pertamanya tentang burung
pipit albino di majalah Loodusteauds ketika dia berusia 10 tahun. Piaget juga mulai
mempelajari moluska dan menulis sejumlah esai tentangnya. Karena keterampilan
menulisnya yang baik, ia mendapat pekerjaan sebagai kurator moluska di Museum Sejarah
Alam Jenewa ketika ia berusia 15 tahun. Karena dia harus menyelesaikan sekolah
menengah, dia menolak tawaran itu.. (Paul, 2006)
Pada tahun 1916, Piaget memperoleh gelar sarjana biologi dari Universitas Neuchatel.
Pada usia 21 tahun, ia menyelesaikan tesis tentang moluska dan meraih gelar doktor dalam
bidang filsafat. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Piaget memutuskan untuk
belajar psikologi di Zurich.Pada tahun 1919 dia meninggalkan Zurich dan pergi ke Paris.
Selama dua tahun ia tinggal di Universitas Sorbonne dan mempelajari psikologi klinis,
logika, dan epistemologi. Studinya yang mendalam tentang filsafat meyakinkannya bahwa
perlunya pemikiran yang murni spekulatif dilengkapi dengan pendekatan faktual.. (Abdi,
Syahri, & Fitriany, 2011)
Dia belajar biologi untuk waktu yang lama dan semakin tertarik padanya. Belakangan, ia
mengalihkan perhatiannya pada perkembangan intelektual- termasuk tahapan perkembangan
anak-dan menjadi pengaruh signifikan pada konsep kognitif perkembangan kepribadian.
Piaget, ahli biologi yang paling terkenal dengan pekerjaannya sebagai psikolog anak yang
mempelajari perkembangan intelektual, menghabiskan ribuan jam mengamati anak-anak
bermain dan bertanya tentang perilaku dan emosi mereka. Dia berfokus pada bagaimana
anak-anak belajar, berbicara, berpikir, membuat keputusan, dan akhirnya membentuk
penilaian moral daripada mengembangkan teori sosialisasi yang komprehensif. Dia pertama
kali memeriksa anak-anaknya yang lahir pada tahun 1925, 1927, dan 1931 dengan istrinya,
Valentine Catenay, yang dinikahinya pada tahun 1923. Temuan mereka dipublikasikan di
bab-bab tahap sensorimotor buku The Origins of Intelligence in Children dan The
Construction of Realitas pada Anak. Menurut pendapat ahli biologi (Ibda, 2015), ia memiliki
bakat atau talenta tertentu untuk memanipulasi benda- benda di lingkungannya sejak ia
masih kecil. Fungsi ini, yang berupa fungsi sensor motor, masih sangat sederhana. Anak-
anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan keseimbangan dalam
pemahaman aktif. 2008 Santorock). Menurut skema Piaget, otak anak-anak yang sedang
berkembang menghasilkan skemata ketika mereka berusaha memahami dunia. Informasi
diatur melalui operasi mental atau representasi. Ketika seseorang menambahkan informasi
baru ke skema pengetahuan yang ada, ini disebut asimilasi, pemahaman mereka tentang data
baru.
Kelebihan Teori
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Kelemahan Teori
1. Menyatakan bahwa teori Piaget tidak mampu menjelaskan struktur, proses dan fungsi
kognitif dengan jelas.
2. Tidak adanya kebenaran wujud dari empat tingkat perkembangan kognitif yang
direkomendasikan oleh Piaget (Gelman dan Baillargeon, 1983). Dapat dikatakan masa
anak-anak melalui setiap tingkat perkembangan kognitif berbasis set operasi yang
khusus, maka saat anak tersebut berhasil memahirkan set operasi tertentu, mereka
seharusnya juga dapat menyelesaikan semua masalah yang membutuhkan set operasi
yang sama. Misalnya, ketika anak menunjukkan kemampuan konservasi yaitu yang
terdapat pada tahap operasi konkrit, maka berdasarkan teori Piaget, dia seharusnya dapat
menunjukkan kemampuan konservasi dalam angka dan berat pada waktu yang sama.
Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Klausmeier dan Sipple (1982)
menunjukkan kondisi yang berbeda di mana anak-anak selalu menunjukkan kemampuan
konservasi berat lebih lewat dari konservasi angka. Kondisi ini adalah bertentangan
dengan teori Piaget.
3. Dari segi metodologi ini, metode klinis yang digunakan dalam penelitian Piaget di mana
penelitian dengan metode klinis sulit untuk diulang. Jadi, kesahihannya adalah
diragukan. Pengkritiknya juga menuduh Piaget membuat generalisasi dari sampel-
sampel yang ukurannya terlalu kecil dan tidak memenuhi standar.
B. TEORI BRUNER
Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.
Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan
berpikir. Dalam mempelajari manusia, la menganggap manusia se- bagai pemproses,
pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988:118).
Jerome S. Bruner dalam teorinya (dalam Suherman E., 2003:43) menya- takan
bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada
konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok baha- san yang diajarkan,
di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam ba- han yang sedang dibicarakan,
anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi
yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat
anak.
Bruner, melalui teorinya itu (dalam Suherman E., 2003), mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda
(alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung
bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang
diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan
keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keakti- fannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Suwarsono, 2002:25), belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia un- muk menemukan hal-hal
baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang
siswa yang mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting
dan menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan
sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang
kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda dengan
Teori Pia- get).
Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih
berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktural-struktural
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait
antara konsep-konsep dan struktur-struktur.
Bruner, dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya
diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga
tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat
dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa
dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap, yaitu :
a. Tahap Enaktif Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan
mental, yang merupkan gambaran dari objrk-objrk yang dimanipulsinya. Anak tidak
langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif.
c. Tahap Simbolik Dalam tahap ini siswa memanipulasi sombol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap
sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.
Teorema Teorema Cara Belajar Dan Mengajar Matematika Menurut Bruner
Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa kesimpulan yang
melahirkan dalil-dalil. Di antaranya dalil penyusunan (constructive theorem). Dalil
kekontrasan, dalil keanekaragaman (contras and variation theorem), dan dalil pengaitan
(connective theorem).
1) Dalil Penyusunan (konstruksi)
Dalil ini menyatakan bahwa siswa, selalu ingin mempunyai kemampuan dalam hal
menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus dialtih
melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam
pikiran siswa, harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukan sendiri. Dengan
demikian, konsep yag dilakuakn dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut,
maka siswa akan lebih memahaminya.
Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut disertai bantuan
benda-benda konkret, maka siswa akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajarinya
itu. Dalam tahap ini siswa akan memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya
dengan benda-benda konkret yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai akibat
penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya dalam tahap awal pemahaman
konsep diperlukan aktiivitasaktivitas konkret yang mengantar siswa kepada pengertian
konsep.
2) Dalil Notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan
penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan mentala siswa. Sebagai contoh notasi untuk
menyatakan fungsi :
F(x) = 3x – 2
Kita menggunakan notasi
0 = (3x x ∆) – 2
Bagi siswa yang mempelajari konsep fungsi lebih lanjut diberikan notasi fungsi.
{(x,y) |y = 3x – 2, x y € R)
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling
sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperi ini dalam matematika merupakan
pendekatan spiral.
D. TEORI VYGOTSKY
Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di kota Orsha Rusia, dari
keluarga kelas menengah keturunan Yahudi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
Gymnasium, Vygotsky memperoleh beasiswa untuk studi hukum di Universitas Negeri
Moskow. Namun perhatian pemuda cemerlang, bersemangat, dan penuh rasa ingin tahu
ini meluas ke bidang-bidang lain, seperti psikologi, filsafat, kritik seni, sastra, dan bahkan
kedokteran (Solso, 1991:383). Penelitiannya sebagian besar di bidang-bidang linguistik,
bahasa, dan psikologi (Taylor, 1993:4). Vygotsky melakukan banyak penelitian mengenai
proses berpikir anak antara tahun 1920 – 1934 (Ormrod, 1995:179). Dalam pengantar
buku The Collected Works of L. S. Vygotsky (1987), Bruner mengemukakan bahwa
Vygotsky bukan hanya seorang ahli psikologi, tetapi juga teoretisi kebudayaan. Bagi
Vygotsky, teori pendidikan adalah teori tentang transmisi kebudayaan dan juga teori
tentang perkembangan (Taylor, 1993:4). Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan
yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut ideologi politik di Rusia
untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya. Setelah dia meninggal pada usia yang
masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun 1934 akibat menderita penyakit
tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap
dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar
tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi pendidikan di Rusia yang
kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini. Berkat
karyanya yang luar biasa di bidang psikologi, bangsa Rusia menjulukinya “Mozartnya
psikologi” (Solso, 1991:383).
Dalam masa hidupnya yang sangat singkat tetapi sangat produktif itu, Vygotsky
menghasilkan banyak teori psikologi mengenai perkembangan intelektual (Confrey,
1995:38). Gagasan-gagasan orisinal Vygotsky ini tertuang dalam dua bukunya yang
terkenal yang terbit pada tahun 1934 dalam bahasa Rusia, yaitu Mind in Society dan
Thought and Language. Teori-teori itu antara lain menyangkut: peranan interaksi sosial
dalam perkembangan kognitif, dialektika pikiran dan bahasa, perkembangan konsep, dan
daerah perkembangan terdekat (zone of proximal development). Artikel ini membahas
dua di antara teori-teori Vygotsky itu, yaitu peranan interaksi sosial dan daerah
perkembangan terdekat (zone of proximal development), beserta implikasinya dalam
pembelajaran Matematika.
Ada beberapa asumsi yang diutarakan oleh vygotsky ini yang menjadi inti
pandangan darinya yaitu
1) Keahlian kognitif dapat dipahami apabila di teliti dan di tafsirkan secara berkaitan
dengan asal usulnya dan perubahan dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya;
2) Kemampuan dalam memperoleh pengetahuan baru dengan kata, bahasa, yang
berfungsi sebagai alat berpikir untuk membantu mentransformasi aktivitas mental;
3) Kemampuan kognitif berasal dari hubungan timbal balik sosial dan dipengaruhi olch
kultur.
E. TEORI POLYA
Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada abad 20. Riset
mendasar yang dilakukan pada bidang analisis kompleks. fisika matematikal, teori
probabilitas, geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi
perkembangan matematika. Sebagai seorang guru yang piawai, minat mengajar dan
antusiasme tinggi tidak pernah hilang sampai akhir hayatnya. Semasa di Zurich, karya-
karya di bidang matematika sangat beragam dan produktif. Tahun 1918, mengarang
makalah tentang deret, teori bilangan, sistem voting dan kombinatorik. Tahun berikutnya,
menambah dengan topik-topik seperti astronomi dan probabilitas. Meskipun pikiran
sepenuhnya ditumpahkan untuk topik-topik di atas, namun Polya mampu membuat hasil
mengesankan pada fungsi-fungsi integral.
Tahun 1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller Fellowship dan kali ini dia
pergi ke Princeton. Saat di Amerika, Polya diundang oleh Blichfeldt untuk mengunjungi
Stanford yang menarik minatnya. Kembali ke Zurich pada tahun 1940, namun situasi di
Eropa menjelang perang dunia II, memaksa Polya kembali ke Amerika. Bekerja di
universitas Brown dan Smith College selama 2 tahun, sebelum menerima undangan dari
Stanford yang diterimanya dengan senang hati. Sebelum meninggalkan Eropa, Polya
sempat mengarang buku How to Solve It yang ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah
mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya dialihbahasakan ke dalam bahasa
Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini ternyata menjadi buku best seller
yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa. Buku
ini berisikan metode-metode sistematis guna menemukan solusi atas masalah yang
dihadapi dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri karena
memang sudah ada dan dapat dicari.
Pengertian dan Ciri-ciri Teori Belajar Polya dalam Pembelajaran Matematika
Newell dan Simon menulis bahwa, Seseorang dihadapkan dengan masalah ketika
menginginkan suatu dialog dan tidak tahu dengan serangkaian tindakan apa yang harus
lakukan untuk mendapatkannya.
Polya mendefinisikan problem solvingsebagai pencarian beberapa tindakan yang
tepat untuk mencapai tujuan yang jelas dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana
tidak ada kesulitan, maka tidak ada masalah. Menurut Michaelis adalah aktivitas atau
proses yang dilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu masalah. Adapun
menurut Fisher problem solvingadalah suatu proses dimana anak dapat belajar untuk
menggunakan pengetahuan mereka, berdasarkan konsep proses keterampilan yang ada
pada diri anak. Keterampilan yang harus dimiliki anak adalah kritis, kreatif dalam proses
strategis seperti mengamati, perancangan, pengambilan keputusan, kerjasama kelompok,
pengungkapan pendapat, menerapkan proses mengevaluasi solusi.
Dari beberapa pemyataan tersebut dapat dikatakan Problem solving sebagai
rangkaian tindakan yang tepat digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk memperoleh
kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harusmemiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak yang diberi banyak latihan memiliki nilai lebih tinggi dalam tes problem
solvingdibandingkan anak yang lebih sedikit latihannya.
Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan masalah
menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis proses disintesis dalam,
usaha mencari pemecahan atau jawabannya masalah oleh siswa. Jadi ini memberikan
tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. problem solvingdapat
berlangsung bila seseorang dihadapkan suatu persoalan pada yang didalamnya terdapat
sejumlah jawaban kemungkinan. Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan
merupakan suatu proses pemecahan masalah.
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu penemuan melaui
pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan (eksperimen) atau data dari lapangan.
Belajar problem solving dapat berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan ilmu-
ilmu dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika. Oleh sebab bentuk
belajar ini menekankan pada penemuan pemecahan masalah, maka pembelajaran
bertujuan membentuk kemampuan yang memecahkan masalah, lebih menekankan
penyajian bahan pada dalam, bentuk masalah penyajian yang menuntut proses penemuan
pemecahan masalah.
Problem solving menekankan pada kegiatan belajar siswa yang yang optimal
bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan jawaban atau terhadap suatu
permasalahan semacam ini memungkinkan belajar siswa mencapai pemahaman terhadap
apa yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses belajar menekankan prinsip-
prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. Dengan demikian,
diharapkan menguasai siswapun prosedur melakukan penemuan ilmiah, proses mampu
melakukan proses berpikir analitis.
1. Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalah
(trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses
mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada
penggunaan strategi ini.
2. Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan gambar untuk mempermudah memahami masalah
dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal
yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan
lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalah akan lebih mudah dianalisis
dan akan lebih mudah ditemukan.
4. Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran,
sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
5. Menemukan pola
6. Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai. Tujuan pada
bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri oleh para
pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan ada
satu alternatif yang terabaikan.
8. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang
sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
Dalam strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan,
bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk dicapai pemecahan
masalahnya.
Dalam strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang diketahui
dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan
6. Problem solving ini perlu dibiasakan pada diri siswa sebab kenyataan hidup manusia
pada hakekatnya memerlukan keahlian ini untuk memecahkan secara cerdas serangkaian
masalah yang dia hadapi.
3. Cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa.
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara gun menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilakukan langsung bagi
siswa pendidikan dasar
4. Dapat dikendalikan
Mulai dari identifikasi kapabilitas yang akan dipelajari, analisis tugas atas tujuan,
pemilihan peristiwa pembelajaran yang cocok, semua dapat disusun Sehingga
pembelajaran yang diinginkan dapat dikendalikan guru agar mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada teori ini, analisis tugas merupakan kunci bagi pengajaran yang efektif.
Untuk mengajarkan tugas apapun. paling tidak guru harus memastikan bahwa semua
komponen yang diperlukan telah dipelajari, yaitu bisa jadi mensyaratkan pengajaran-
pengajaran setiap komponen pembelajaran.
Kekurangan teori Gagne
5m
B 3m C
Jawab :
AB2 = AC2 – BC22
AB = √ AC2 – BC2
AB = √52 – 32
AB = √25 – 9
AB = √16 AB = 4 m
b. Sifat Asosiatif pada Perkalian
Contoh soal :
Andi mempunyai 2 kotak mainan. Setiap kotak diisi 3 bungkus kelereng. Setiap
bungkus berisi 4 butir kelereng. Berapa jumlah kelereng Andi?
Jawab :
Cara pertama menghitung banyak bungkus.
Kemudian, hasilnya dikalikan banyak kelereng tiap bungkus.
Banyak bungkus × banyak kelereng tiap bungkus = (3 bungkus + 3 bungkus) × 4 butir
= (3 + 3) × 4
= (2 × 3) × 4 = 24 butir
c. Dalam belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya
dengan materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan pertidaksamaan
linear serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan
program linier. Dan sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa
mengkaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mampu mengaplikasikannya.
Contoh soal :
Lia ingin membuat puding buah dan es buah. Untuk membuat puding buah, ia
membutuhkan 3 kg mangga dan 2 kg melon. Sedangkan untuk membuat es buah, ia
membutuhkan 1 kg mangga dan 4 kg melon. Lia memiliki persediaan 11 kg mangga
dan 14 kg melon. Buatlah model matematika dari persoalan tersebut.
Jawab :
Misalkan : x = banyaknya pudding buah
y = banyaknya es buah
3x + y ≤ 11 … pers. 1)2x
+ 4y ≤ 14 … pers. 2)x ≥
0 … pers. 3)
y ≥0 … pers. 2)
d. Pertidaksamaan Kuadrat
Contoh soal :
x 2 + 4x +5 > 0 jawab :
x 2 + 4x +5 = 0
(x + 5) (x – 1) = 0
x = -5 atau x = 1
Y=(X+5) (X-1)
X -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2
Y 7 0 -5 -8 -9 -8 -5 0 7