Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Kognitif Anak Menurut Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif yang paling banyak digunakan dan diterima para ahli adalah
teori perkembangan kognitif Jean Piaget. 
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan
semakin bertambahnya umur seseorang, susunan sel saraf semakin kompleks dan
semakin meningkat pula kemampuannya. 
Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah: 
  Tahap Sensorimotor 
  Tahap Praoperasional 
  Tahap Operasional Konkret
  Tahap Operasional Formal

Tahap Sensorimotor (0-24 bulan)


Pada tahap sensorimotor, kemampuan bayi terbatas pada gerak refleks dan panca indera.
Berbagai gerak refleks tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan. Jika
seorang anak telah mulai memiliki kemampuan untuk merespon perkataan verbal orang
dewasa, hal tersebut lebih bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan berpikir. 
Kemampuan yang dimiliki bayi pada periode ini antara lain :
 Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
 Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
 Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
 Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
 Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
 
Tahap Praoperasional (2-7 tahun) 
Pada tahap pra-operasional, aktivitas kognitif anak dimulai dengan memahami realitas
dengan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak
konsisten, dan tidak logis. 
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri: 
1. Transductive reasoning, cara berpikir yang bukan induktif atau deduktif tidak logis.
Yaitu anak menghubungkan dua hal yang tidak berhubungan tetapi seolah
berhubungan. Misalnya anak menganggap awan berwarna putih karena seseorang
mengecatnya dengan warna putih. 
2. Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat, anak mengenal hubungan sebab akibat
secara tidak logis. Misalnya, anak mengatakan, “Saya belum tidur siang, jadi saat ini
hari belum sore.” 
3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya.
Misalnya bonekanya, mobil-mobilannya, sehingga dia menganggap mereka bisa
bicara dan berpikir sebagaimana dirinya. 
4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu dibuat oleh
manusia. Misalnya hujan adalah seseorang yang naik ke langit dan menuangkan air.

1
5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau
didengar. Misalnya anak menganggap gunung adalah benda segitiga pipih seperti
penggaris.
6. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan
jawaban dari persoalan yang dihadapinya. Misalnya anak menuangkan air dari satu
wadah ke wadah yang lain untuk mengetahui kapasitas wadah-wadah tersebut.
7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling
menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya. Misalnya ketika membandingkan dua
box, anak akan menganggap box yang lebih tinggi adalah box yang lebih besar,
tanpa memperhatikan aspek lebar dan panjang box tersebut.
8. Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut sudut pandang dan
kehendak dirinya. Misalnya, ketika bermain petak umpet, seorang anak mengira kita
tak bisa melihat dirinya ketika dia menunduk di belakang sofa sehingga ia tidak
dapat lagi melihat kita, walaupun kita bisa melihat bagian atas kepala atau bagian
tubuhnya yang lain. Atau ketika anak menginginkan hujan, ketika hujan turun, maka
ia berpikir dirinya lah yang menyebabkan hujan turun.
 

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) 


Pada tahap operasional konkret, anak akan dapat berpikir secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam
bentuk bentuk yang berbeda. 

Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentering di usia tujuh tahun. Sebagian
besar anak telah memiliki kemampuan untuk mempertahankan ingatan tentang ukuran,
panjang atau jumlah benda cair. Maksud ingatan yang dipertahankan di sini adalah
gagasan bahwa satu kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat
berubah.
Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan kemampuan
mempertahankan ingatan terhadap substansi. Jika anda mengambil tanah liat yang
berbentuk bola kemudian memencetnya jadi pipih atau dibagi menjadi sepuluh bola yang
lebih kecil, dia pasti tahu bahwa itu semua masih tanah liat yang sama.

Di usia 9 atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan ingatan mulai diasah,
yakni ingatan tentang ruang. Jika anda meletakkan 4 buah benda persegi 1 x 1 cm di atas
kertas seluas 10 cm persegi, anak yang mampu mempertahankan ingatannya akan tahu
bahwa ruang kertas yang ditempati keempat benda kecil tadi sama, walau di manapun
diletakkan. 

Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan (classification) dan
pengurutan (seriation). 

2
Tahap Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada tahap operasional formal, anak telah mampu berpikir secara abstrak dan
mengembangkan hipotesis dengan logis. Anak mampu memecahkan masalah dan
membentuk argumen karena kompetensi operasionalnya berkembang menjadi lebih
kompleks. Anak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia dapat
memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai. 

Anak juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi abu-
abu” di antaranya. Kemampuan ini penting karena akan membantunya melewati masa
peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata.

Pada tahap ini, anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang
mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. 
Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
 Bekerja secara efektif dan sistematis.
 Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan
penyebabnya, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
 Berpikir secara proporsional.
 Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
 Menurut Teori Piaget, tingkatan perkembangan intelektual manusia turut dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti kedewasaan, penalaran moral, pengalaman logika-matematika,
transmisi sosial, dan pengaturan sendiri. 

Anda mungkin juga menyukai