Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-
benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan
penalaran yang benar-benar abstrak.
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda
dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara
hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau
suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan
pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang
remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan
yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia),
masih banyak sekali remaja yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki
pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia
banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis
belajar seorang anak kurang terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus
sudah mencapai tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan
mencari solusi terbaik.
c. Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar suatu
masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji
pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan keputusan
oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya, bagaimana
lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu pengambilan
keputusan pada remaja.