Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan Belajar 1

Teori-Teori Perkembangan Kognitif dari Perspektif Sosial Budaya

Hewan-hewan melakukan adaptasi untuk tetap bertaahan hidup , missal dari serangan pemangsa
dan faktor lingkungan. Manusia juga melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi
manusia berlangsung terus menerus sejak mereka masih bayi hingga tubuh dewasa. Adaptasi
dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bentuk adaptasi manusi berbeda-beda
menurut tahap perkembangannya. Anak yang berumur satu memiliki respons yang berbeda
dengan anak yang berumur 5 tahun ketika diberikan mainan yang dapat mengeluarkan suara ,
misalnya Anak akan mengalami tahap ketika mereka hanya bisa melakukan hal-hal tertentu dan
baru akan melakukan hal yang lebih kompleks seiring bertambah usia

B. KARAKTERISTIK TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET

Ketika Piaget meneliti bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan, ia sampai pada
kesimpulan bahwa pengetahuan bukan merupakan kondisi, tetaapi proses. Pengetahuan
didefinisikan sebagai hubungaan antaraa subjek (manusia) dan apa yang diketahuinyaa. Ini
adalah salah satu karakteristik dari teori Piaget yang disebut sebagai epistemology genetis.
Proses memperoleh pengetahuan dilakukan secara mandiri oleh anak ketika mereka membangun
pengetahuan tersebut. Pengetahuan pada anak berubaah seiring perekembangan kognitif
mereka.Keseimbangan ekuilibrum adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
terjadinya kondisi yang sesuai anatara pemahaman anak dan lingkungannya. Teori
perkembangan kognitif Piaget juga bersifat biologis. Seorang anak beradaptasi secara
psikologis.proses adaptasi ini bersifat universal. Selanjutnya konsep strukturalisme digunakan
Piaget karena menurutnya pemikiran pada anak bersifat sistematis. Mereka memiliki struktur
mental dasar atau skemata yang dijadikan landasan untuk menyerap pengetahuan-pengetahauan
baru. Membangun pengetahuan dilakukan dengan menyelaraskan skemata yang telah anakmiliki
dengan skemata baru yang diketahui. Dari proses inilah pengetahuan dan kecerdasan
berkembang.

1. Skemata
Skemata adalah sebuah representasi atau pemahaman dasar yang dimiliki anak tentang
hal-hal sekitarnya. Perkembangan kognitif adalah perkembangan skemata-skemata.
Skemata tidak hanya dibangun, tetapi juga dimodifikasi. Proses ini dikenal dengan proses
intelektual.
Contoh Skemata adalah sebagai berikut
Skemata pertama yang dimiliki oleh Santi mengenai rumah adalah bangunan berbentuk
segi empat dengan atap yang berbentuk segitiga di atas. Pada tembok rumah dibawah
atap, terdapat dua jendela yang terbuka.
Menurut Anton, rumah adalah bangunan bertingkat dua dengan halaman luas di depannya
yang terdapat anjing peliharaan dan banyak pohon yang tumbuh di halam tersebut.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa skemata dimiliki tiap anak berbeda-beda.
Hal ini karena pengalaman yang dimiliki kedua naak pun berbeda-berbeda. Anak akan
melakukan organisasi ketika mereka mendapat skemata-skemata baru untuk beradaptasi
dengan pengetahuan. Atau lingkungan baru mereka.
a. Asimilasi adalah proses seorang anak menginterpretasikan pengalaman baru dengan
skemata yang sudah mereka miliki.
Contoh:
Lia tahu bahwa pohon berwarna hijau dengan batang berwarna cokelat. Namun pada
kemudian hari, ia bahwa daun-daun pada pohon juga bisa berwarna kuning atau
merah. Skemata awal yang dimiliki Lia tentang pohon bertambah ketika ia
menemukan jenis-jenis pohon lain yang belum pernah dilihatnya. Skemata awal
tersebut membantu Lia memahami skemata baru.
b. Akomodasi adalah modifikasi skemata atau struktur yang sudah ada untuk memahami
pengalaman baru.
Contoh :
Andi tahu bahwa kucing dan anjing berkaki empat. Ketika ia melihat binatang dengan
belalai panjan, ia belum tahu apa nama binatang tersebut meskipun sama-sama
berkaki emapat seperti anjing dan kucing.
Ada modifikasi skemata yang terjadi saat Andi memahami bahwa binatang berkaki
empat tidak hanya anjing dan kucing tetapi juga gajah.
Menurut Piaget,asimilasi dan akomodasi bekerja sama untuk membantu
perkembangan kognitif dengan tujuan akhir untuk beradaptasi atau mencapai
keseimbangan ekuilibrum(Miller,2011).
2. Pendekatan tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Teori tahap perkembangan Piaget memiliki lima ciri-ciri berikut:
a. Setiap tahap merupakan satu kesatuan keseimbangan ekuilibrum yang terstruktur.
Pengetahuan dan pengalaman yang dialami anak pada setiap tahap akan berbeda
sehingga menghasilkan skemata yang berbeda pula.
Misalnya, Ketika anak masih berumur enam tahun mereka senagn setiap kali
dibelikan es krim. Perasaan senang ini muncul ketika mereka bisa menikmati
makanan favorit tersebut. Akan tetapi, pada usia 17 tahun, perasaan senang muncul
ketika mereka bisa melakukan hal-hal yang mereka sukai dan merasa mandiri.
b. Tahap-tahap dalam perkembangan kognitif Piaget akan berkesinambungan dengan
tahap sebelumnya.
Ketika kita menyembunyikan sebuah barang, pada tahap awal perkembangan, anak
hanya akan bingung ketika benda tersebut hilang, Seiring perkembangan anak mampu
mencari barang yang disembunyikan di bawah bantal.
c. Tahap-tahap perkembangan terjadi secara berurutan atau tidak bisa dibolak-balik
Tidak ada tahap yang bisa terlewati. Dengan kata lain, semua tahap akan dialami oleh
anak

d. Tahap-tahap perkembangan bersifat universal


Anak yang tinggal di berbagai belahan dunia akan melewati tahap yang sama.
Walaupun demikian, penting untuk diingat bahwa umur setiap anak dalam tahap yang
mereka lewati bisa berbeda-berbeda.
e. Setiap tahap perkembangan memiliki prosesnya masing-masing akan selalu ada trial
and error dalam setiap tahap
Keterampilan dan pengetahuan anak yang belum sempurna menjadi tanda bahwa
terjadi transisi dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Perubahan untuk
menyempurnakan ketrampilan dan pengetahuan anak yang belum sempurna menjadi
tanda bahwa terjadi transisi dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Perubahan untuk
menyempurnakan keterampilan dan pengetahuan ini tidak terjadi dalam sekali waktu,
tetapi butuh proses. Pada setiap tahap anak akan memasuki kondisi keseimbangan
ekuilibrum ketika mereka akhirnya berhasil melakukan adaptasi dengan pengetahuan
dan pengalaman baru dan menyelaraskan dengan Skemata yang mereka miliki
3. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Setiap bayi atau anak juga terlahir memiliki reflex untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Contoh sederhana dari adanya reflex adalah ketika kita menyentuh
bibir bayi dengan jari, bayi akan menghisap jari tersebut. Tidak selamanya refleks
terjadi karena danya stimulus. Ada saat refleks terjadi karena anak melatih
kemampuan motor mereka
b. Tahap preoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap preoperasional, mereka membangun pengetahuan tentang objek,hubungan
kausalitas, ruang , dan waktu melalui media atau representaasi mental. Kemampuan
representasi mental dalah kemampuan anak memahami suatu benda yang
disimbolkan dengan benda lain.
Misalnya, orang tua yang menyuapi anaknya dengan sendok pura-pura bahwa sendok
yang melaang di udara adalah pesawat. Anak memiliki skemata awal bahwa pesawat
terletak di udara. Dalam hal ini, media atau representasi mental yang digunakan
adalah gesture. Selain gestur, media lain yang juga digunakan adalah gambar dan
kata-kata.
c. Tahap operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap operasional konkret anak lebih sadar akan hubungan dalam keluarga,
tema, atau ruang lingkup sosial yang lebih besar. Walaupun demikian, operasi
konkret tetap membutuhkan permasalahan konkret yang dapat dilihat anak. Mereka
belum mampu memcahkan atau memikirkan masalah atau konsep abstrak
d. Tahap operasional formal (11-15 tahun)
Pada tahap operasional formal, anak mulai mampu memikirkan konsep abstrak,
berpikir logis dan menarik kesimpulan. Mereka bisa membuat prediksi tentang
kemungkinanyang dapat terjadi dari sebuah isu. Dengan mencapai tahap operasional
formal, berakhirlah rangaikan tahap perkembangan kognitif. Namun Pemikiran
bersifat logis, abstrak dan fleksibel. Pemikiran dapat terus berubah dan berkembang
karena operasional formal diaplikasikan ke dalam berbagai macam situasi dan
konteks.

C. KRITIK DAN EVOLUSI TEORI PIAGET

Konsep bahwa anak membangun sendiri pengetahuan mereka dapat diterima oleh
masyarakat luas saat ini, tetapi dulu sangat bertentangan dengan keyakinan umum. Dalam tahap-
tahap perkembangan yang dicetuskannya, deskripsi yang ia berikan untuk setiap tahap dinilai
masuk akal jika kita merefleksikan pengalaman kita sendiri. Beberapa detai mungkin tidak tepat,
tetapi secara garis besar benar.

Kritik yang ditunjukkan pda Piaget menyebutkan bahwa Piaget meremehkan kemampuan
kognitif bayi, balita dan murid-murid TK. Piaget berfokus pada kompetensi-kompetensi pada
setip tahap perkembangan yang menurutnya menentukan bagaimana performa anak dalam tugas
kognitif yang bervariasi. Piaget berasumsi bhawa jika anak tidak bisa menyelesaikan suatu
masalah, anak tersebut tidak memahami konsepnya.

Namun, asumsi ini dinilai tidak valid karena peforma anak tidak hanya dipengaruhi oleh
kompetensi. Misalnya, nak yang berumur 5 tahun sudah bisa memahami konsep benda hidup dan
mati. Namun, ketika diuji, anak tersebut dinilai gagal karena ia tidak tahu cara menjelaskannya.
Umur yang dijadikan patokan dalam tahap kognitifnya sering kali melesat karena Piaget
mengabaikan factor motivasi dan familiaritas anak dengan tugasnya.

Kritik lain yang ditunjukkan pada Piaget adalah ia tidak menaruh perhatian besar pada
pengaruh sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif anak. Anak-anak tinggal di
lingkungan sosial dan budaya yang berbeda-beda. Hal ini tentu turut memengaruhi pemahaman
anak tentang duania atau lingkungan di sekitas mereka. Budaya tidak hanya memengaruhi
kecepatan perkembangan kognitif, tetapi juga bagaimana anak berpikir.

Interaksi sosial memiliki peran besar terhadap bagaimana anak berkembang. Menurut
Piaget, konflik antarteman jika terjadi interaksi sosial akan memberikan dampak negative pada
keseimbangan ekuilibrum yang sudah tercapai. Namun, saat ini interaksi sosial dengan orang
tua , guru, saudara, dan teman membantu mengembangkan kognitif anak. Hal ini sejalan dengan
teori lain tentenag perkembangan kognitif dari Lev Vygostky.
D. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY

Dua hal yang ditekankan oleh Vygotsky tentang perkembangan kognitif sebagai berikut:

1) Perkembangan kognitif terjadi dalam konteks sosiokultural yang memengaruhi


perkembangan tersebut
2) Banyak kemampuan kognitif penting ada anak yang berkembang dari adanya interaksi
sosial dengan orang tua, guru dan oranglain yang memiliki kompetensi lebih tinggi dari
seorang anak.

Beberapa ide Vygotsky tentang Teori Perkembangan Kognitif antara lain:

1. Zona Perkembangan Proksimal ( Zone Of Proximal Development)


Anak-anak adalah pembelajar yang selalu merasa ingin tahu yang aktif dalam belajar
dan menemukan hal baru. Penemuan-penemuan penting yang diperoleh anak terjadi
karena adanya kolaborasi seseorang yang memberikan contoh dan interaksi dengan
anak yang memahami intruksi tersebut dan mengaplikasikannya. Zona perkembangan
proksimal didefiniskan sebagai gap antara apa yang anak bisa lakukan sendiri dan apa
yang dia mampu lakukan dengan adanya bantuan. Ketika seseorang ingin membantu
anak menguasai keterampilan baru, mereka harus memastikan bahwa keterampilan itu
masih dalam zona perkembangan proksimal.
2. Scaffolding
Scaffolding adalah bantuan belajar yang diberikan pada seorang anak dalam proses
belajar sbelum akhirnya anak mampu memahami atau menyelesaikan sebuah
masalah. Contoh kasus puzzle dan cerita Rani di atas adalah contoh terjadinya
scaffolding.
Sebelum ayah Rani memberikan scaffolding, rani tidak bisa menaiki dan
mengendarai sepedanya tanpa bantuan. Setelah diberikan scaffolding atau bantuan
dari ayahnya. Kini Rani bisa mengedarai sepedanya sendiri.
3. Peran Kakak dalam Scaffolding
Bacalah cerita berikut dengan saksama
Daniel sudah mengenal huruf-huruf dalam alphabet. Namun, ketika harus membaca
rangkaian huruf dalam kata, ia masih merasa kesulitan . Sarah,Kakak, Daniel,
membantu Daniel belajar mengeja, mulai dari kata-kata yang memiliki dua suku kata
higga tiga suku kata. Seseorang kakak dalam keluarga umumnya baik disadari
maupun tidak memiliki peran sebagai pengasuh untuk adik mereka. Peran merekka
sangat bermacam-macam bagi sang adik: guru, teman, atau sumberdukungan
emosional. Mereka juga bisa mengajarkan hal-hal yang tidak diketahui sang adik.
Adik sering bertanya apa yang dilakukan oleh kakak mereka ketika bermain tau
melakukan pekerjaan rumah tangga. Kakak menadi sosok model atau tutor bagi adik
mereka.
4. Implikasi Teori Vygotsky terhadap Pendidikan
Vygotsky dan Piaget menekankan pada pmbelajaran aktif. Perbedaan dari kedua teori
ada pada peran instruktur. Dalam teori Piaget, aktivitas yang dilakukan anak bersifat
mandiri. Sementara itu, dalam teori Vygotsky, seorang instruktur akan membantu
seorang anak belajar.
5. Cooperative Learning
Cooperative Learning penting karena anak menjadi lebih termotivasi ketika mereka
menyelesaikan masalah bersama. Selain itu, jika anak melakukan Cooperative
Learning, mereka harus menyampaikan pendapat mereka kepada orang. Dengan
berbicaralah mereka bisa mengevaluasi dan bisa lebih baik dalam penyampaian agar
bisa dipahami orang lain.

E. PERBANDINGAN TEORI PIAGET DAN VYGOTSKY

Vygotsky Piaget
Bersifat variatif karena budaya yang berbeda- Secara umum bersifat universal sehingga yang
beda sehingga setiap anak akan berbeda beda terjadi pada siifat salah satu anak akan terjadi
pula pada anak yang lain
Perkembangan kognitif berasal dari interaksi Perkembangan kognitif sangat dipengaruhi
sosial ketika anak belajar dengan bantuan dari oleh eksplorasi mandiri yang dilakukan anak.
orang lain dalam zona proksimalnya masing- Mereka membangun pengetahuan secara
masing mandiri tanpa bantuan orang lain
Proses sosial yang terjadi dengan adanya Proses individual yang anak alami menjadi
interaksi sosial akan menjadi proses psikologi peoses sosial. Dengan berkurangnya sifat
individu ketika anak menginternalisasi egosentris, anak semakin mampu melihat
pengetahuan yang mereka dapatkan sesuatu dari perspektif orang lain,selain dari
mereka sendiri
Peran orang dewasa penting untuk membantu Peran teman-teman penting bagi anak karena
proses belajar dengan adanya interaksi, anak belajar
memahami perspektif lain.

F. PERAN KEMAMPUAN BERBAHASA DALAM PERKEMBANGAN KOGNITIF

Menurut Piaget kemampuan berbahasa tidak relevan dengan pemikiran representasi anak.
Namun, bahasa memiliki peran dalam perkembangan kognitif.

1. Teori Piaget dalam Bahasa


Menurut Piaget, anak-anak usia prasekolah yang berbiara satu sama lain sebetulnya tidak
benar-benar melakukan pecakapan satu sama lain. Dalam bercakap-cakap, kita harus
mampu memahami apa yang lawan bicara katakana dan sebaliknya . Akan tetapi, hal ini
tidak terjadi pada anak-anak usia prasekolah. Mereka tidak melakukan dialog, tetapi
monolog. Piaget menyebutnya sebagai percakapan egosentris.
Percakapan egosentris adalah percakapan yang tidak ditunjukan pada siapa-pun dan tidak
diartikan dengan sungguh-sungguh untuk dipahami lawan bicara seseorang.

2. Teori Vygotsky dalam Bahasa


Menurut Vygotsky pemikiran dan kemampuan berbahasa anak pada akhirnya akan saling
memengaruhi. Percakpan egosentris sebetulnya merupakan transisi dari tahap ketika anak
belum mengenal bahasa sampai mereka mampu bernalar.. Monolog yang dilakukan anak
muncul dalam konteks-konteks tertenu ketika anak sedang mencoba memecahkan
masalah. Dengan melakukan monolog yang disebut Vygotsky sebagai private speech,
anak merencanakan solusi dan perilaku mereka agar dapat menyelesaikan suatu masalah.
Dalam teori Vygotsky, bahasa memiliki peran penting untuk perkembangan konitif
karena membantu anak menyelesaikan masalah dengan cara yang efisien dan terstruktur.

Anda mungkin juga menyukai