Anda di halaman 1dari 15

TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF

Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget dan Vygotsky

1. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI JEAN PIAGET

A. PENGERTIAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET


Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,
orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk
membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

B. KONSEP-KONSEP YANG MENDASARI TEORI PERKEMBANGAN


KOGNITIF DARI PIAGET
Untuk memahami teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget, ada beberapa
konsep yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu :
a. Inteligensi
Piaget mengartikan intelegensia secara lebih luas dan tidak mendefinisikannya
secara ketat. Ia memberikan beberapa definisi yang umum yang lebih
mengungkapkan orientasi biologis, seperti: Yang terdapat dalam Suparno
(2001) :Intelegensi adalah suatu contoh khusus adaptasi biologis……(Origin of
Intelligence). Secara progressif, dapat dikatakan bahwa : Inteligensi membentuk
keadaan ekuilibrium kearah mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimotor dan
kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan akomodasi antara organisme
dan lingkungan mengacu (Piaget,1981).
b. Organisasi
Menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan sistematisasi dan
mengorganisasi proses-proses mereka dalam sustu system yang koheren, baik
secara fisis maupun psikologis (Suparno: 2003). Contoh : bayi menggabungkan
kemampuan melihat dan menjamah.
c. Skema
Skema adalah struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan
berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah benda yang
nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam system
kesadaran seseorang. Skema tidak mempunyai bentuk fisik dan tidak dapat dilihat.
(Wadsworth,1989 dalam Suparno).
d. Asimilasi
asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi,konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
di dalam fikirannya.

e. Akomodasi
Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema yang
lama, hal ini terjadi karena dalam menghadapi rangsangan/pengalaman baru,
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema
yang telah ia miliki, hal ini terjadi karena pengalaman baru itu tidak cocok dengan
skema yang telah ada.
f. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi (imbang) adalah tindakan untuk mencapai keseimbangan.
Equilibrium adalah keadaan harmoni atau stabilitas. Dalam teori Piaget, relatif
(atau sementara) ekuilibrium terjadi setiap kali asimilasi dan akomodasi berada
dalam keseimbangan dengan satu sama lain (Peterson, 1996).
g. Adaptasi
Adaptasi dalam teori Piaget terdiri dari interaksi antara proses asimilasi dan
akomodasi (Peterson, 1996). Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-
tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap secara berurutan. Setiap
tahapan ditandai dengan tingkah laku tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan
masalah tertentu pula. Tahap pertama disebut sebagai sensory-motor, untuk anak
yang barulahir kira-kira anak berusia 18 bulan sampai dua tahun. Tahap per-
operasional. Untuk anak yang berusia dari dua tahun hingga tujuh
tahun. Operasional yang terbagi menjadi tahapkonkret operasional berawal dari
anak usia 7 tahun dan formal operasional yang berawal dari anak berusia 11
tahun.

C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF


Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut:

1. Tahap Sensorimotorik
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2
tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera
serta kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini,
maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan
dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode,
yaitu:
a. Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
b. Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
c. Periode 3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
d. Periode 4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
e. Periode 5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
f. Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)

2. Tahap Pemikiran Pra-Operasional


Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut
Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia,
namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”,
yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
a. Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau
dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak
sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-
tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri
atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b. Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru
kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain
dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi
“kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur
gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru
sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil
atau alat tulis lainnya.
d. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman
yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis.
Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan
kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh yang digunakan
Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau
kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain
tentang peristiwa kepada orang lain.

3. Tahap Operasional Konkret


Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan
perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis.
Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
a. Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau
ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian
benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk
gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda
lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan).
c. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
gelas kecil yang tinggi.
d. Reversibel
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
e. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi gelas lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan
ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah
itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam
kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Baim.

4. Tahap Operasional Formal


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul
saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya
ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Pada tahap ini, remaja telah memiliki
kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan
untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang
ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih
dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya
habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya
pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.

D. PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI PIAGET


Dalam hail ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa penerapan
atau implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan
dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan
anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan
perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda. 

2.      TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI VYGOTSKY

A. PENGERTIAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI VYGOTSKY


Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan.
Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran
dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan internalisasi anak terhadap
tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan
orang lain, kemampuan ini disebut pengaturan diri (self regulation).

B. KONSEP-KONSEP YANG MENDASARI TEORI PERKEMBANGAN


KOGNITIF DARI VYGOTSKY
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif
menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental
memiliki koneksi-koneksi sosial. Berikut adalah konsep-konsep dari Vygotsky:

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)


Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk
rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat
diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang
terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan
celah antara actual development dan potensial development, dimana antara
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah
tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas
adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak
dengan bantuan seorang instruktur.

2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah
istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana
orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan
anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang
anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam
dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis dan rasional.

3. Bahasa dan Pemikiran


Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas.
Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa
unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan
kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-
pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan
menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka
membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.

C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF

1. Tahap pertama ialah belajar bahwa tindakan dan suara mempunyai makna
2. Tahap kedua melibatkan praktik
3. Tahap ketiga melibatkan penggunaan tanda untuk berfikir dan memecahkan
masalah tanpa bantuan orang lain.

D. PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DARI VYGOTSKY

a. Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas
bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran.
Implikasi atau penerapannya guru lebih akurat tatkala menyusun strategi
mengajarnya, sehingga tidak selalu memberikan bimbingan kepada siswa.
Dampak pengiringnya adalah siswa dapat belajar sampai tingkat keahlian yang
diharapkan dan mencapai ZPD pada batas-batas atas.
b. Untuk mengembangkan pembelajaran yang komunikatif seorang guru perlu
memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
Dalam pembelajaran seorang guru sebaiknya menggunakan teknik scaffolding
dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri, sehingga mereka dapat
mencapai keahlian pada batas atas ZPD.
TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA

A. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006 ) Tahap
perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap pralinguistik dan tahap
linguistik.
1) TAHAP PRALINGUISTIK(MASA MERABAN)
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi –
bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan tetapi secara
keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu.
Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami oleh
anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan, yaitu:
a)   Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok ini
bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak.
 Usia 0 - 2 bulan sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah dapat membedakan
suku kata, mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara
manusia misalnya, mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau
sebaliknya mereka akan menangis jika mendengar suara dengan nada marah.
Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi – bunyi refleksif untuk menyatakan rasa lapar,
sakit atau ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel, serta bunyi
vegetative yang berkaitan dengan aktivitas tubuhseperti batuk, bersin, sendawa, telanan
(makanan), dan tegukan(menyusu atau minum). Umumnya, bunyi seperti bunyi vokal
dengan suara yang agak serak. Sekalipun bunyi – bunyi itu tidak bermakna secara bahasa,
tetapi bunyi – bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
 Usia 2 - 5 bulan. Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan suara laki – laki dan
perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi – bunyi vokal yang bercampur
dengan bunyi – bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon terhadap
senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.
 Pada usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi (rentang
waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan
nasal/m/n sudah mulai muncul.

b)   Tahap Meraba Kedua


 Usia 6 – 12 bulan, anak  mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada
tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau
pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a da/.
Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat labial /p, b/ nasal /m, n, g/,
dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan reduplikasi ini berubah lebuh bervariasi.
Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/, dan konsonan frikatif pun, seperti /s/
sudah mulai muncul.
 Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan samapi satu tahun. Secara
fisik ia sudah mulai melakukan gerakan – gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan ini
lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan menangis saja tapi ditambah
dengan memegang, mengangkat atau menunjuk.
2) TAHAP LINGUISTIK
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada tahapan
ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap linguistik
terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini disebut
holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu
kata yang diucapkannya itu.
Contoh :
VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum
Akut! (sambil menunjuk laba - laba) Saya takut laba - laba
Takit!(sambil mengacungkan jarinya) Jariku sakit

b) Ucapan Dua Kata


Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki tahap pertama
kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia
sampaikan adalah bertanya dan meminta.
Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Tuturannya
mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata – kata yang penting
saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
Mamah, makan! Mama, saya mau makan
Ajar, bobo! Fajar mau tidur!
Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh! Saya mau kueh!

c) Pengembangan Tata Bahasa


Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai dengan
penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia
sekita 2 sampai 5 tahun.

d) Tata Bahasa Menjelang Dewasa


Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh anak yang
sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini anak – anak sudah mulai menerapkan
struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit.
Tahap – tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan mereka atas system
bahasa yang dipelajarinya. System bahasa itu, terdiri atas subsistem berikut:
1. Fonologi yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi – bunyi tersebut
sebagai sesuatu yang bermakna.
2. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure tuturan.
3. Semantik leksikal(kosa kata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu kepada
sesuatu hal.
4. Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara untuk
berbagai keperluan.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA


ANAK
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, yaitu:
1. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat
lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa
seseorang.
2. Pola Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat
perkembangan bahasa keluarganya.
3. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa
anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan
yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4. Posisi Urutan Kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki
arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke
atas saja.
5. Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu
atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara
bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar
rumah dia menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi,
jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh
perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional
formal. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu
mengaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada
setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola
hubungan secara komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi
dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret dalam
mengomunikasikannya.
TAHAP PERKEMBANGAN MOTORI KASAR DAN MOTORIK HALUS

A. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK KASAR DAN HALUS


      Rentang usia pada anak usia dini yang berkisar antara 0 - 8 tahun menurut UNESCO dan
bedasarkan UU sisdiknas  berada di range 0-6 tahun. Menjelaskan bahwa pada dasarnya
sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Meliputi beberapa
aspek didalamnya termasuk aspek pengembangan kemampuan motorik.

      Perkembangan fisik motorik secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: motorik kasar
dan motorik halus. Yang pada prakteknya merupakan dasar  dari perkembangan lainnya. Hal
ini dikemukakan oleh Catron dan Alen,  bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak
dalam mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
lingkungannya. Bermain adalah bagian dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya
bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak (Catron dan Allen dalam Yuliani
Nurani,2009: 63). Lebih lanjut menyoroti tentang kebutuhan anak akan bermain, tentu saja
melibatkan gerakan motorik. Dengan demikian perkembangan motorik yang baik akan
berdampak pada aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang
luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan , aktivitas sensori motor yang
meliputi pengguanaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi
perkembangaan perseptual motorik ( Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani, 2009:63).

      Meskipun setiap anak adalah unik tetapi perkembangan fisik seorang anak berlangsung
secara teratur dan memiliki pola. Pengamatan atas perkembangan fisik mengungkapkan
bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalo-caudal (proses pertumbuhan dimulai dari
kepala hingga kaki) dan juga proximo-distal (proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan
ke arah luar), serta perkembangan motorik kasar akan mulai berkembang terlebih dahulu
sebelum motorik halus berkembang.

1. Motorik Kasar
Beberapa  pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar diantaranya adalah:
 Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.
 Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-otot besar
pada tubuh manusia .
 Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui
syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Lebih lanjut Gallahue menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang
dapat dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:
 Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot besar yang ada pada
tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh anak-anak
untuk berjalan, berlari dan melompat.
 Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah tempat atau gerak
ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat, mengayunkan
satu kaki, berdiri dengan satu kaki .
 Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang menguasai berbagai
macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan tangan dan kaki.
Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola, menangkap objek, memutar
tali atau menggiring bola.

      Telah disinggung di atas mengenai  perkembangan fisik seorang anak berlangsung secara
teratur dan mengikuti  pola yang berurutan (tahap-tahap perkembangan). Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak akan terlebih dahulu mampu berdiri
sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun
dalam beberapa kasus ada anak yang melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung
dapat berdiri tanpa melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih
dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari
yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan
suatu gerakanmelalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan
penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan, gerakannya
masih kaku, dan kurang terkoordinasi.
2. Tahap Asosiatif. Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan
gerakan yang telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai
konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.
3. Tahap otomatis. Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap
otomatis. Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya
yang terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan
semakin berkurang.

      Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh kondisi-
kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun menjadi
penghambat perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami anak.

2. Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua orang
tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang yang
menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan fisik dan kekuatannya
merupakan faktor akan mendorong perkembangan motorik kasar ke arah yang
positif.
3. Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah anak itu
dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak dilahirkan. Dapat
berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama masa kehamilan.
4. Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam
perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal kehidupannya.
sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan perhatian lebih
dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang mencukup.
5. Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa pengaruh
bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik
memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap
perkembangan dan kesiapan anak.
6. Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya,
masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat lingkungan
sangat dekat dan erat serta bersentuhan langsung dengan dunia anak.Dukungan dari
orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk bergerak akan
melatih keterampilan motorik anak.
7. Stimulasi. Stimulasi dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan apabila
diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah memiliki
kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya dengan baik.

      Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi kompetensi dan
harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski demikian, hal ini bukanlah harga
mati yang menentukan cepat-lambatnya perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak
adalah unik dan kompetensi yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu.
Berikut adalah tabel perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi  dari Yuliani Nurani
Sujiono, 2009:65.

0-3 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun


-Keterampilan fisik -Peningkatan -Melompat dengan Keterampilan fisik
berkembang dengan keterampilan fisik kaki bergantian menjadi hal penting
cepat dalam perkembangan
konsep diri
-Duduk dan -Mengendarai sepeda -Mengendarai sepeda -Adanya pe ningatan
merayap; merangkak roda tiga roda dua energi yang tinggi
-Mulai berjalan dan -Berlari -Bermain skate -Tingkat
berlari pertumbuhan
semakin melambat
Mondar-mandir naik -Mengambil bagian
turun tangga dengan di dalam permainan
kaki bergantian yang menuntut
keterampilan fisik
-Berjalan pada balon -Melakukan putaran
keseimbangan atau jungkir balik
-Melompat dengan -Melakukan
dua kaki lemparan yang wajar
dan teliti
-Memanjat dengan
peralatan bermain

2. Motorik Halus

      Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak usia dini
sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami karena untuk
melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap otot-otot halus pada
tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti menggambar,
menempel, menggunting dan lain sebagainya.

      Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian singkat
dibawah ini:

 Teori John W Santrock


Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus seperti
ketangkasan jari.
 Teori Hurlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus ayau sebgaian
anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila sering
dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan keluasaan
kesempatan belajar dan mengeksplorasi.
 Teori Magil
Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol otot-otot
ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi koordinasi mata-tangan
ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk pekerjaan dengan ketelitian
tinggi.

      Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting, menempel,
bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai dan lain-lain, adalah
keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat ketelitian yang tinggi serta melibatkan
koordinasi mata dan jari. Dalam pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk
belajar dan berlatih agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

      Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting
dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot halus melakukan gerkan-
gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan melalui beberapa
tahapan perkembangan motorik halus. Dave, menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai
berikut:

1. Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang dilihat
atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu,
kemudian anak akan meniru.
2. Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk yang
diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh pengerjaan, tetapi
cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan mereka akan dapat
mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3. Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan
produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat mengancingkan baju tepat dengan
korelasi satu-satu.
4. Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara berurutan
sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri
sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna dan memiliki
makna.
5. Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan sendirinya)
tanpa adanya contoh ataupun petunjuk  yang diberikan oleh guru. Contohnya anak akan
segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali sepatunya apabila terlepas
simpulnya.
      Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya akan dapat
dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan orang tua serta
lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah penting adalah memberikan
kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih. Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi
kemampuan motorik halusnya. Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak
adanya ruang bagi anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang
pensil atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai media
pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua sering mengambil alih
pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan terluka karenanya. Padahal untuk
menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan. Agar kedua pihak,- dalam hal ini orang tua dan
anak-, dapat sama-sama terpenuhi keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk
menjembatani kebutuhan anak untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan
anak. Dalam kasus belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada
anak sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa pengawasan
selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret tembok, anak dapat diajak
berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah dari media tembok ke media kertas untuk
melatih coretannya agar menjadi bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun
orang tua tidak dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan
orang dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua untuk 
lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi karena anak adalah
penjelajah ulung.

      Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini dalam aspek
perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini dan merupakan
adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep Dasar PendidikanAnak Usia
Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono, 2009.
0-3 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun
-Keterampilan -Dapat melepaskan -Adanya peningkatan -Pengendalian
motorik yang pakaian dan perkembangan otot motorik halus yang
berkembang dengan berpakaian sendiri yang kecil: bagus; dapat
baik: dpat mengambil koordinasi mata dan mengsiis surat-surat
objek yang kecil dari tangan berkembang dengan baik
dalam tumpukan dengan baik
-Mengatur sendok -Menangkap bola -Dapat menggunakan
atau garpu untuk dengan pensil, gunting dan
memberi makan menggunakan lengan lain-lain
-MUlai dapat -memegang krayon -Memotong pada
menggenggam dan dengan jari garis
melepaskan suatu
objek
-Mencetak beberapa
surat
-Pekerjaan
ketrampilan tangan
semakin baik
- Dapat menjiplak
gambar geometris
-Dapat bermain pasta
dan lem
B. PENGARUH PENDIDIKAN BAGI PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK
DAN PERAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGAKAN FISIK MOTORIK
ANAK USIA DINI

      Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus, serta
tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini yang dapat indikatornya dapat dilihat 
melalui pencapaian kompetensi berdasarkan usia  , maka untuk mendukung
perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di dalamnya. Pendidikan anak usia dini
dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

      Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 butir 14
dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

      Selanjutnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan fisik-motorik anak usia dini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan pemenuhan
keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan.
2. Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan seluas-
luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan menggerakan otot-
ototnya.
4. Anak lebih  termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas di dalam
lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.
5. Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan membahayakan
perkembangan fisiknya.
6. Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang melekat pada
dirinya.

      Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik dalam membimbing
dan membantu anak dalam melaksanakan tugas perkembangan yang diembannya menurut
tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran pendidik dalam mengembangkan
fisik-motorik anak usia dini adalah :

· Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf


perkembangan anak;
· Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode bermain, belajar di dalam
kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia dini menyerap informasi;
· Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik
atau cara-cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan bermacam-macam media
kreatif; dan
· Memberikan sebanyak mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.

Anda mungkin juga menyukai