Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Perkembangan Kognitif Tahap perkembangan kognitif dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus belanjut sampai pada remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lerner & Hustlsch, dalam Desmita 2009:195). Pada tahap ini anak susah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis, selain itu anak juga sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik untuk memecahkan masalah. Sebuah mobil yang tiba-tiba mogok misalnya, bagi anak yang berada pada tahap konkret operasional segera diambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab-akibat dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tersebut mogok, seperti mungkin businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial yang baru menjadikan pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan identitas lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Pandangan Piaget tentang pemikiran masa remaja, kognisi sosial pada masa remaja, dan pengambilan keputusan (Santrock, 2002:10). Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengolah informasi. Skema Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Teori Piaget menyatakan bahwa perkembangan mendahului pembelajaran (Slavin: 2008:59).

Tahap-tahap Perkembangan menurut Piaget: 1. Tahap Sensorimotor (pada Saat Lahir hingga Usia 2 Tahun) Selama tahap ini, bayi dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera mereka dan kemampuan motor mereka, yaitu gerakan-gerakan dan tindakantindakan fisik. Contoh: Ketika tangan ditempelkan ke mulut bayi, bayi langsung menghisap tangan tersebut. 2. Tahap Praoperasional (Usia 2 hingga 7) Dalam tahap ini, anak-anak mulai menggunakan simbol untuk melambangkan objek dalam pikiran mereka. Contoh: Pada saat didekatkan pada suatu benda, anak mampu mengenalinya dan menyebutkan namanya. 3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 hingga 11) Tahap ini merupakan tahap dimana seorang anak belum bisa menerima penjelasan yang abstrak. Mereka lebih memahami penjelasan yang bersifat konkret dan berpikiran praktis. Contoh: Saat ditanya tentang fungsi pisau, anak mampu menjawabnya dengan pengertian sederhana bahwa pisau sebagai alat untuk mengiris dan memotong. 4. Tahap Operasional Formal (Usia 11 hingga Dewasa) Tahap dimana anak sudah mampu berfikir abstrak dan lebih kedepan, bukan pada saat ini saja.

Contoh: Pisau yang fungsi sederhanya sebagai alat untuk mengiris dan memotong, anak mampu mengubah fungsi pisau sebagai alat mencungkil sesuatu.

Teori piaget adalah teori perkembangan kognitif remaja yang paling dikenal dan paling banyak dibicarakan. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakannya itu merupakan penyesuaian diri biologis. Dalam pandangan Piaget, remaja membangun dunia kognitifnya sendiri; informasi tidak hanya tercurah ke dalam benak mereka dari lingkungan. Untuk memahami duianya, remaja mengorganisasikan pengalaman mereka. Mereka memisahkan gagasan yang penting dari yang kurang penting. Mereka mengaitkan satu gagasan dengan yang lainnya. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman mereka, tapi juga menyesuaikan cara piker mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih dalam. Piaget (1945) percaya bahwa remaja menyesuaikan diri dengan dua cara: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi (assimilation) terjadi ketika seorang menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah dimilikinya. Akomodasi (accommodation) terjadi ketika seseorang menyesuaikan dirinya terhada informasi baru. Misalkan seorang gadis 16 rahun ingin belajar komputer, orang tuanya membelikan sebuah komputer pada hari ulang tahunnya. Sebelumnya ia tidak pernah menggunakan komputer. Meski demikian , berdasarkan pengamatan, ia tahu bahwa sebuah disket software harus dimasukkan ke dalam pemutar disket dan tombol on harus ditekan agar komputer dapat mulai bekerja. Sejauh itu, ia sudah menggabungkan perilakunya kedalam suatu kerangka konseptual yang sudah dimilikinya sebelumnya (asimilasi). Kemudian, suatu saat ia menekan beberapa tombol dan membuat kesalahan. Saat itu ia tahu bahwa ia butuh seseorang untuk belajar menggunakan komputer secara lebih efisien atau ia

memilih untuk mengikuti kursus di sekolahnya. Penyesuaian ini menunjukan kesadarannya akan adanya kebutuhan untuk mengubah konsep yang dimilikinya (akomodasi). Ekuiblirisasi adalah mekanisme dalam teori piaget yang menjelaskan bagaimana seorang anak dan remaja beralih dari satu tahap pemikiran ke tahap selanjutnya (Santrock, 1996:105). Peralihan ini terjadi sejalan dengan dialaminya konflik kognitif atau disekuilibrium dalam usahannya untuk memahami dunia. Akhirnya, anak atau remaja tersebut berhasil mengatasi konflik dan mencapai kesimbangan atau ekuilibrium dari pemikiran. Piaget yakin bahwa terjadi pergeseran antara tahap keseimbangan kognitif (ekuilibrium) ketahap ketidakseimbangan kognitif ketika asimilasi dan akomodasi berlangsung sehingga menimbulkan perubahan kognitif. Misalnya, bila seorang anak percaya bahwa jumlah cairan akan berubah hanya karena dipindahkan ke tempat yang berbeda, ia mungkin akan bertanya-tanya dari mana kelebihan cairan itu berasal dan apakah memang benar air minumnya menjadi bertambah. Anak ini pada akhirnya berhasil memecahkan teka-teki tersebut sejalan dengan kemajuan perkembangan kemampuan berpikirnya. Dalam kehidupan seharihari, anak senantiasa dihadapkan pada kejadian yang saling bertentangan dan tidak kosisten.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. P.T. Remaja Rosda Karya

Santrock, J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi 6. Alih bahasa: Adelar B. S & Saragih, S. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai