Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PERKEMBANGAN MANUSIA 2

COGNITIVE DEVELOPMENT IN ADOLESCENT

15 SEPTEMBER 2016

OLEH:

KELOMPOK 7
KELAS GANJIL (A)

Devilia Margaretha (15-061)


Amalia Rahma Dani (15-063)
Kevin Capril (15-065)
Windy Winestri (15-069)
Alicia Winarti (15-071)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
ADOLESCENT COGNITION

Tahapan-Tahapan Kognitif

TEORI KOGNITIF PIAGET


Teori piaget menyatakan bahwa manusia secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif.
Usaha secara kognitif untuk membangun pemahaman mengenai dunianya itu
melibatkan dua proses yaitu, organisasi dan adaptasi.
Untuk membuat dunia masuk akal, kita cenderung berusaha
mengorganisasikan pemahaman-pengalaman-pengalaman kita. (Carpendale,
muller, & Bibok, 2008). Kita berusaha memisahkan gagasan-gagasan yang kurang
penting dan kita juga berusaha mengaitkan antara gagasan-gagasan yang satu dan
gagasan yang lainnya. Selain berusaha untuk mengorganisasikan kita juga
beradaptasi, yakni menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru dari
lingkungan. (Byrnes, 2008).
Piaget berpendapat ada empat tahapyang kita lalui ketika berhadapan
dengan dunia luar. Setiap tahapan berkaitan dengan usia dan mengandung cara
berpikir tertentu, cara yang berbeda dalam memahami dunia luar.
Tahapan tahapan tersebut menurut Piaget adalah :
 Tahap sensorimotorik, berlangsung pada usia 0- 2 tahunan., adalah
tahapan pertama menurutb Piaget. Bayi mulai membangun pemahaman
mengenai dunia dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensori.
 Tahap praoperasi , tahapan ini kurang lebih 2-7 tahun. Adalah tahap
kedua menurut Piaget. Anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-
kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara
informasi sensoris dan tindakan fisik.
 Tahap operasi konkret, berlangsung usia 7-11 tahun, adalah tahap ketiga
menurut Piaget. Dalam tahap ini anak dapat melakukan operasi yang
melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu
diterapkan dengan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh
hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret.
 Tahap praoperasional Usia 11-15 tahun remaja mulai memasuki tahapan
formal operasional yang dikemukakan Piaget. Karakteristik seseorang
yang telah memasuki tahapan ini yakni mulai berpikir logis, abstrak dan
idealistik dibandingkan dengan anak usia 7-11 tahun. Piaget juga
berpandangan bahwa dari segi kuantitas orang dewasa memiliki lebih
banyak pengetahuan bila dibandingkan remaja. Dan juga, penambahan
pengetahuan orang dewasa secara khusus terjadi dalam bidang tertentu.
Misalnya pengetahuan seorang psikolog dalam bidang psikologi.
Pemikiran formal operasional adalah tahapan terakhir perkembangan
kognitif dan tahapan ini adalah ciri dari orang dewasa maupun remaja.
Namun, ada orang dewasa yang sama sekali tidak mencapai tahapan
berpikir formal operasional (Keating, 2004).

Evaluasi Teori Piaget


Piaget telah dikenal dalam berbagai macam penelitian tentang tahapan
operasional dimana Piaget menyatakan sebuah pernyataan yaitu hanya satu
diantara tiga remaja lainnya yang memiliki tahapan operasional dalam berpikir
formal dan banyak dari orang dewasa yang ada di negara Amerika tidak pernah
menjadi seorang pemikir yang melalui tahap operasional seperti itu. Pada tahap
perkembangan operasional formal yang dimulai pada usia diatas 11 tahun, Piaget
menyatakan kemampuan anak yang sudah berada pada tahap berpikir abstrak
dimana mereka sudah mampu untuk mengajukan hipotesa dan mampu berpikir
secara logis (Yulianto, 2014).
Pada saat bersamaan, Piaget menilai terlalu tinggi sebagian kemampuan
anak-anak yang sudah berusia lebih tua. Dalam sebagian besar menurut Piaget,
perhatian Piaget hanya sedikit ditujukan pada perbedaan individual, variasi kinerja
anak-anak dalam jenis tugas dan terhadap pengaruh sosial dan budaya.
Selain itu, teori Piaget juga telah memberikan banyak pengaruh terhadap
pendidikan dalam membantu tahap perkembangan anak (Papalia, 2008).
Pendidikan merupakan bagian dari sains atau ilmu sains dan matematika secara
logika dalam mengembangkan tahap perkembangan operasional. Seperti yang kita
ketahui bahwa masih banyak remaja yang berpikir secara operasional atau mulai
menguasai operasi formal secara langsung dan beberapa orang dewasa tidak
berpikir melalui tahap operasional. Model perkembangan pemikiran awal Piaget
mulai dipandang khususnya tentang operasi formal dan mempengaruhi pemikiran
anak dimana Piaget menyatakan bahwa proses kognitif anak sangat terkait
dengan apa yang dipikirkan oleh anak-anak dan juga pda konteks permasalahan
serta pemikiran yang dianggap penting oleh adanya budaya atau kultur (Papalia,
2008). Piaget merupakan salah satu tokoh penemu perkembangan kognitif dan
telah mengembangkan berbagai jenis konsep dari adanya kekuatan dan daya tarik,
disamping itu terdapat asimilasi, akomodasi, objek yang bersifat permanen,
konservasi dan lainnya. Dalam ilmu psikologi juga diajarkan untuk menjadi
seorang yang mempunyai pemikiran yang aktif dari masa kanak-kanak atau yang
disebut dengan pemikir yang berkonstruktif.
Observasi yang dilakukan pada anak-anak juga dilakukan oleh Piaget dan
menemukan cara bagaimana anak-anak dapat beradaptasi dengan dunia mereka.
Piaget juga menunjukkan bagaimana anak-anak membutuhkan skema pengalaman
yang mereka miliki lalui diakomodasikan dengan pengalaman mereka. Teori
Piaget tidak memberikan penekanan terhadap aspek kecerdasan anak seperti peran
pengalaman dan intuisi anak (Papalia, 2008).

ADOLECENT EGOCENTRISM
Egosentrisme remaja adalah meningkatnya kesadaran diri pada remaja.
Egosentrisme remaja memiliki dua komponen utama, yaitu imaginary audience
yang merupakan keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya
sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, termasuk juga tingkah laku mencari
perhatian agar diperhatikan. Hal ini biasanya timbul pada remaja awal. Komponen
selanjutnya adalah personal fable yang merupakan bagian dari egosentrisme
remaja yang mengandung penghayatan bahwa dirinya unik dan tidak terkalahkan.
Anak yang sedang berada dalam masa remaja cenderung merasa dirinya yang
terhebat bila dibandingkan dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya.
Hormon-hormon dalam diri mereka yang terlepas seketika membuat mereka
menjadi pribadi yang tidak stabil secara emosional.
Perasaan ingin dihargai namun di sisi lain merasa bahwa tidak seorangpun
dapat mengerti kondisi diri mereka. Persaan tidak dimengerti oleh siapapun ini
bercampur dengan perasaan bahwa dirinya adalah yang terhebat, kuat dan kebal
dari situasi apapun membuat remaja sulit mengendalkan diri dan tidak sedikit
yang akhirnya berkembang ke arah yang salah seperti masuk geng mobil/motor,
merokok, penggunaan narkoba, penggunaan alat kontrasepsi, dan sebagainya.

INFORMATION PROCESSING
Deanna Kuhn (2009) mengidentifikasi beberapa karakteristik penting pada
remaja, bagaimana cara mereka memproses suatu informasi dan berfikir. Menurut
pendapatnya, pada tahun terakhir dan menuju remaja, tingkat kognitif mungkin
atau mungkin tidak tercapai. Berbeda dengan tingkat kognitif universal yang
dapat dicapai anak-anak. Pada remaja, memiliki variasi dalam fungsi kognitif
masing-masing individu. Variasi tersebut dapat membantu mereka untuk
perkembangan diri yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak.
Khun (2009) , peningkatan dalam cognitive function merupakan kognitif
yang paling penting yang terjadi pada masa remaja. Cognitive function itu sendiri
melibatkan aktivitas seperti penalaran, membuat keputusan, memonitor
bagaimana cara berpikir serta memonitor perkembangan seseorang. Aktivitas
kognitif yang lebih tinggi tersebut dapat membantu proses belajar remaja menjadi
lebih baik yaitu bagaimana memberikan perhatian, memutuskan suatu hal
(mengambil keputusan) dan berpikir kritis.

Cognitive Control
Cognitive control yaitu mengontrol pemikiran termasuk mengontrol
perhatian, mengurangi keikutcampuran dan menjadi pemikiran yang fleksibel.
Cognitive control terus meningkat saat remaja dan muncul ketika dewasa.
Tidak semua hal harus terlibat dalam pemikiran remaja, remaja perlu
mengontrol pikiran seperti mengikuti situasi :
 Membuat upaya untuk tetap dengan aktivitas sendiri, dan menghindari
keikutcampuran dalam berpikir dari lingkungan.
 Berhenti dan berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak sehingga
terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
 Mengerjakan sesuatu yang penting namun akan bosan ketika ada yang
lebih menarik untuk dilakukan, menghambat perilaku mereka dan
mengerjakan tugas yang membosankan namun penting , mengatakan
kepada diri mereka sendiri “Saya harus melakukan disiplin diri untuk
menyelesaikan tugas ini.”

Control Attention and Reduse Interfering Thought


Mengontrol perhatian merupakan aspek penting untuk belajar dan berpikir
pada remaja dan dewasa. Gangguan yang dapat mengganggu perhatian remaja dan
dewasa dapat diakibatkan oleh lingkungan luar atau gangguan yang berasal dari
pemikiran untuk bersaing dengan individu lain. Pemikiran seperti khawatir, rasa
ragu, dan ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam memfokuskan
perhatian.

Be Cognitive Flexible
Pemikiran yang fleksibel melibatkan pilihan alternative yang ada dan
menyesuaikan dengan situasi. Sebelum remaja dan dewasa menyesuai perilaku
dengan situasi, mereka harus menyadari bahwa cara berpikir harus berubah atau
lebih baik dan memotivasi diri dalam melakukan kegiatan.
Memiliki kepercayaan bahwa mereka mampu untuk menyesuaikan cara
pikir dengan situasi tertentu merupakan suatu aspek kepercayaan diri. Jadi
pemikiran yang fleksibel merupakan suatu hal penting yang dapat membantu
perkembangan sehingga menjadi lebih baik.

Decision Making
Masa remaja adalah masa dimana seseorang dihadapkan pada banyak
situasi yang pada penghujung situasi remaja harus dapat mengambil keputusan.
Dengan arti lain setiap ada situasi yang terjadi pada seorang remaja maka ia harus
mengambil keputusan atas situasi tersebut. Seberapa kompetenkah pengambilan
keputusan pada remaja tersebut? Dalam sebuah riset diketahui bahwa remaja yang
lebih tua lebih kompeten dalam pengambilan keputusan dari pada remaja awal,
dan remaja awal lebih kompeten dibandingkan dengan anak-anak (Keating,1990).
Sebagian besar orang mengambil sebuah keputusan dengan baik apabila
mereka dalam kondisi tenang dibandingkan ketika sedang emosi. Secara khusus
hal ini berlaku pada remaja yang memiliki emosi yang tidak stabil. Ketika emosi
dalam diri seseorang sedang stabil maka semakin bijaksanalah keputusan yang
didapatkan, sebaliknya ketika emosi sedang tidak stabil maka semakin buruklah
kualitas keputusan yang dihasilkan. Dalam kondisi demikian, emosi sering sekali
menghambat kemampuan mengambil sebuah keputusan.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kehadiran teman sebaya akan
sangat mempengauhi remaja dalam mengambil sebuah keputusan. Salah satu
model dalam pengambilan keputusan pada remaja adalah model proses-ganda
(dual-process model), yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh dua sistem kognitif yaitu analitis dan pengalaman yang saling
berkompetisi. Dengan kata lain bahwa ketika seseorang dihadapkan pada sebuah
keputusan maka ia akan mengalami dua pemikiran dalam pengambilan keputusan
tersebut. Pertama, analisis yaitu pengambilan sebuah keputusan dengan menelaah
terlebih dahulu apa yang harus dilakukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Kedua, pengalaman yaitu pengambilan keputusan dengan melihat apa-apa saja
yang sudah terjadi sebelumnya dan belajar dari masa lalu yang berfungsi dalam
pengambilan keputusan tersebut.
. Dalam dunia remaja sekarang ini banyak sekali remaja yang salah
menggunakan keputusan. Remaja seolah – olah tidak memikirkan secara matang
terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan. Banyak keputusan yang
diambil oleh remaja sekarang ini menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, contoh
remaja saat ini lebih banyak mementingkan lifestile daripada mementingkan
urusan sekolah. Kurangnya kematangan pengambilan keputusan pada remaja
mengakibatkan banyak sekali dampak negatif seperti berhubungan seks diluar
nikah, obat-obatan terlarang, kebut – kebutan, hal ini banyak sekali dijumpai pada
remaja. Sebenarna, remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih
dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis.

Critical Thinking
Masa remaja adalah periode transisi yang penting dalam perkembangan
berfikir kritis pada remaja. Seandainya keterampilan dasar seperti literasi dan
matematika tidak dikembangkan semasa anak anak maka keterampilan berfikir
kritis pada masa remaja akan kurang. Para remaja yang kurang mengembangkan
keterampilan dasar semacam itu(belajar literasi dan metematika pada masa kanak
- kanak) kurang memiliki kemampuan untuk dapat berfikir kritis. Adapun fungsi
dari berfikir kritis adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kecepatan, keotomatisan, dan kapasitas pemrosesan
informasi dalam berbagai aspek kedepannya.
2. Mempunyai pengetahuan yang luas diberbagai bidang
3. Meningkatkan kemampuan untuk membangun ilmu pengetahuan baru
4. Dapat menciptakan strategi dalam mengaplikasikan dan memperoleh
pengetahuan seperti perencanaan, mempertimbangkan berbagai
alternatif.

HIGH SCHOOL
Sebagaimana terdapat kekhawatiran terhadap pendidikan sekolah
menengah pertama di Amerika, demikian pula yang terjadi pada sekolah
menengah atas. Dunia pendidikan di AS sangat mengkhawatirkan keberadaan
remaja karena fenomena putus sekolah. Fenomena ini terjadi dengan berbagai
alasan, seperti alasan tidak suka sekolah atau dikeluarkan dari sekolah, alasan
ekonomi, dan sepertiga persen dari siswa perempuan menyatakan alasan pribadi
seperti hamil atau menikah. Sehingga tidak sedikit dari para remaja yang memiliki
kemampuan membaca, menulis, dan matematika yang tidak memadai. Mereka
bahkan tidak memiliki kemampuan untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi
kecuali beberapa remaja yang harus menempuh jalur remedial terlebih dahulu.
Sangat banyak remaja yang tetap mengikuti sekolah menengah atas pula namun
tetap tidak memenuhi keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh pekerjaan
yang layak, apalagi menjadi warga negara berpengetahuan.

Menurut hasil penelitian, program yang oaling efektif untuk mencegah


putus sekolah adalah dengan menyediakan program membaca awal, tutoring,
konseling, dan mentoring (Lehr dkk, 2003). Seluruh remaja diperlakukan khusus
dengan proses belajar yang lebih private. Siswa-siswi yang tampak beresiko putus
sekolah akan didampingi oleh guru yang sama dengan tujuan agar guru dapat
memahami siswanya, hubungan mereka meningkat, dan para guru akan mampu
mengawasi dan membimbing para siswa hingga lulus dari sekolah menengah
pertama.
Salah satu program mencegah putus sekolah bernama “I Have a Dream” di
AS, mengusung program pencegahan tingkat putus sekolah yang komprehensif,
inovatif, dan berjangka panjang. Progam ini berjalan dengan mengadopso seluruh
anak-anak (biasanya kelas tiga atau emapat) dari sekolah negeri atau dari tempat
belajar publik lainnya. Para siswa diberi aktivitas akademis, sosial, budaya, dan
rekreasional selama masa sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas.

MASA TRANSISI KE SMP ATAU SMA


Tahun pertama di masa SMP atau SMA akan menjadi sangat sulit
(Anderman, 2012; Duchesne,Ratelle, & Feng, 2014). Masa transisi ke SMP atau
SMA menyita begitu banyak perubahan baik dalam individu, keluarga, dan di
sekolah, dan itu terjadi secara serentak (Eccles & Roeser, 2013).
Ketika murid bertransisi menjadi SMP atau SMA, mereka akan mendapat
pengalaman top-dog phenomenon yaitu suatu siklus perubahan dari posisi teratas
di Sekolah Dasar menjadi posisi terbawah di Sekolah Menengah Pertama atau
Sekolah Menengah Atas. Perubahan dari yang tertua, terbesar, dan paling
berkuasa di Sekolah Dasar menjadi yang termuda, terkecil, dan kekuasaan
terlemah di SMP maupun SMA.
Namun transisi ke SMP atau SMA memiliki dampak positif juga bagi
murid. Murid-murid akan merasakan bagaimana rasanya bertumbuh, lebih banyak
pelajaran untuk dipilih, memiliki lebih banyak peluang untuk menghabiskan
waktu dengan teman-teman sebaya, dan menikmati peningkatan kemandirian dari
pengawasan langsung orangtua. Mereka juga mungkin menjadi lebih tertantang
untuk menjadi lebih cerdas dengan kegiatan akademik.

SEKOLAH YANG EFEKTIF UNTUK REMAJA


Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas seharusnya
menawarkan lebih banyak aktivitas yang mencerminkan berbagai perbedaan
individu pada masa dewasa awal secara biologis dan perkembangan psikologis.
Untuk mengetahui seorang individu yang fokus utamanya adalah karir yaitu
dengan cara peningkatan pembelajaran dann cara belajar di Sekolah Menengah
Pertama.

EXTRACURRICULAR ACTIVITIES
Bertolak dari sekolah-sekolah di AS, setiap sekolah memiliki beragam
aktivitas ekstrakurikuler yang disediakan bagi seluruh siswa. Kegiatan
ekstrakurikuler umumnya dilakukan setelah jam sekolah selesai. Namun beberapa
sekolah yang menerapkan jadwal sekolah Senin sampai Jum’at cenderung
mengadakan kegiatan ekstrakurikuler di hari Sabtu. Kegiatan esktrakurikuler pada
umumnya seperti olahraga, klub akademik, band, drama, atau klub matematika.
Penelitian membuktikan bawah ekstrakurikuler cenderung meningkatkan nilai
yang diperoleh siswa, tidak putus sekolah, meningkatkan kemungkinan
meneruskan kuliah, meningkatkan harga diri, dan juga menurunkan tingkat
depresi, kenakalan remaja, dan penyalahgunaan obat terlarang (Fredrick & Eccels,
2010; Mahoney, dkk, 2009).
Selain meningkatkan potensi diri dan berkembang sesuai minat dan bakat
mereka, esktarkurikuler juga merupakan sarana untuk meningkatkan keterlibatan
diri di sekolah, aktivitas yang menantang dan berani, serta meningkatkan
keterampilan yang ada. Disamping itu, kegiatan ini juga dapat dijadikan sarana
meningkatkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa, dimana siswa wajib
menjalani aktivitas yang telah dipilih untuk dikerjakan.

SERVICE LEARNING
Adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan mengembangkan
tanggung jawab sosial dan layanan kepada masyarakat. Dalam aktivitas ini siswa
melakukan aktivitas-aktivitas seperti mengajar, membantu orangtua, bekerja di
rumah sakit, membantu di pusat penitipan anak, atau membersihkan tanah kosong
agar menjadi tempat bermain. Aktivitas ini dilakukan untuk meningkatkan rasa
simpati dan empati remaja terhadap lingkungan sekitar dan agar remaja tidak
berpusat pada dirinya sendiri. Dua hal yang mendorong efektifitas kegiatan ini
adalah: (1) memberikan pilihan aktivitas pelayanan yang dapat dipilih siswa, dan
(2) memberikan kesempatan pada siswa untuk memikirkan partisipasinya.
Ciri utama dari service learning adalah bahwa kegiatan itu menguntungkan
baik siswa sebagai sukarelawan maupun orang yang menerima bantuan.
Peningkatan perkembangan remaja terkait kegiatan ini mencakup nlai yang
membaik, penetapan tujuan yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, merasa
lebih mampu membuat sesuatu bagi orang lain, dan meningkatkan kecenderungan
untuk menjadi sukarelawan dalam diri remaja di masa depan (Hart, Matsuba,
&Atkins, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. (2015) Life-Span Development. (15th ed). Dallas: McGraw-Hill.
Papalia, E. D. (2008). Psikologi Perkembangan. (9th ed). Jakarta: Kencana.
Aditya, 2015, 5 Manfaat Anak Ikut Kegiatan Ekstrakurikuler, (13 Oktober 2015)
<http://health.liputan6.com/read/2338843/5-manfaat-anak-ikut-kegiatan-
ekstrakurikuler>

Anda mungkin juga menyukai