Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG

TUGAS DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN MENURUT PIAGET DAN


VYGOTSKY

OLEH :

PUTRI RAHMAYANTI

18053027

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
TUGAS DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN

I. Jean Piaget
A. Teori Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget

Jean Piaget merupakan seseorang yang terkenal dengan teori kognitifnya yang
berpengaruh penting terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Psikolog Swiss yang
hidup tahun 1896-1980 ini pada awalnya lebih tertarik pada bidang biologi dan filsafat
khususnya epistemologi. Namun dalam perjalanan karirnya sebagai peneliti di Binet
Testing Laboratory di Paris, Piaget lebih fokus pada bidang psikologi Pengertian
kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu.

Piaget menyatakan bahwa :

1. Perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan


pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara
keduanya.
2. Anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam
pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia
individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
3. Struktur kognitif sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-
skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Piaget memakai istilah scheme dengan
istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang.
Scheme berhubungan dengan:
 Refleks-refleks pembawaan: misalnya bernapas, makan, minum.
 Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of
operation. (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap,
pola tingkah laku yang dapat diamati).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif yaitu:

1. Fisik

Interaksi antara seorang individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan
baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

2. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak


memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan dapat
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan
membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan
kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan
belajar sendiri.

3. Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.

4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
C. Tahap-Tahap Perkembangan

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang


berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Penjelasannya :

a. Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.

b. Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.

Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.

c. Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.

· d. Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam


teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam
dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.

D. Implikasi Pendidikan Dan Pembelajaran Di Kelas

Perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada individu diberikan


suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari
apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi.
Dengan adanya area baru ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat
mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan
kognitif.

Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di
kelas :
1. Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding
dengan orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir
anak,bukan sebaliknya anakyangberadaptasidenganguru.
2. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini
adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru
tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas
khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan
menyelesaikan masalah sendiri.
3. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya
ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah
yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali
agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi
sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah,
dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
4. Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran
materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.

Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak


mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang
mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang.
Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan ;
masing-masing . mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan
pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis
yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
II. Vygotsky
A. Teori Perkembangan Menurut Vygotsky

Vygotsky mempunyai nama lengkap Semyonovich Lev Vygotsky. Beliau lahir pada
tanggal 17 November 1896. Saat ia remaja, dia dikenal oleh teman-temannya
sebagai “profesor kecil” karena dia selalu mengarahkan percakapan mereka kepada
diskusi, dan perdebatan.

Vygotsky menyatakan bahwa :

 Perkembangan anak pada masa awal menuju kesiapan bersekolah dipicu oleh
jenis-jenis interaksi yang dimiliki anak dengan lingkungan sosial berpusat pada
pencapaian tugas perkembangan penting.
 Perkembangan anak mencakup perubahan kualitatif dan kuantitatif. Saat
perubahan kualitatif terjadi, seluruh sistem fungsi mental mengalami
restrukturisasi besar, yang berakibat pada munculnya bentuk kognitif dan sosial-
emosional baru atau pencapaian perkembangan.
 Dengan adanya periode dimana tidak ada pembentukan baru yang terjadi, tapi
anak-anak masih mengembangkan kemampuan mereka yang ada. Selama
periode ini, pertumbuhan terjadi sebagai perubahan kuantitatif dalam jumlah hal
yang bisa diingat dan diproses oleh anak.
Meskipun secara tegas bukan “stage theory” (teori bahwa perkembangan
berlangsung melalui beberapa tahap), pandangan Vygotsky mencakup konsep
“periode usia” masa bayi, usia prasekolah dan taman kanak-kanak, usia sekolah
dasar dan remaja, setiap masa berdasar pada masa sebelumnya dan setiap masa
ditentukan oleh rangkaian pencapaian perkembangannya yang unik.
 Kemajuan anak-anak dari satu periode ke periode berikutnya di satu sisi
ditentukan oleh interaksi anatara kemampuan anak yang ada dan yang muncul,
dan disisi lain oleh situasi sosial perkembangan. Situasi sosial
perkembangan terdiri dari apa yang diharapkan oleh masyarakat pada anak di
usia tertentu, jenis kegiatan dan interaksi apa yang ada untuk mereka dan jenis
peranti mental apa yang dibantu penguasaannya oleh orang dewasa.
 Bagi Vygotsky, situasi sosial perkembangan “mewakili momen awal semua
perubahan dinamis yang terjadi dalam perkembangan selama periode tertentu.
Ini secara keseluruhan dan sempurna menentukan bentuk dan jalan yang dilalui
anak untuk menguasai karakteristik kepribadian yang lebih baru, menarik
mereka dari kenyataan sosial dari sumber dasar perkembangan, jalan yang
dilalui dimana makhluk sosial menjadi pribadi”.
 Perubahan dalam situasi sosial perkembangan sebagai mekanisme yang
memajukan perkembangan dengan memberikan peranti mental yang baru dan
lebih maju yang terus membentuk kempuan anak yang berkembang.
 Pencapaian perkembangan dan kegiatan utama menurut pandangan Vygotsky
pada periode usianya yang asli disempurnakan dan diperluas untuk membentuk
teori perkembangan anak yang berisi tahap-tahap yang ditentukan dengan jelas
bersama dengan penjelasan mekanisme yang mendasari perpindahan anak dari
satu tahap ke tahap berikutnya.

Vygotsky berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap


perkembangan kognitif seorang anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan
sosial yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karna pertama-tama anak
menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya. Bermain merupakan cara berpikir anak
dan cara anak memecahkan masalah.Anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena
bagi mereka meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu.

Vygotsky membedakan 2 tahap perkembangan :

1. Aktual (Independent Performance).


2. Potensial (Assisted Performance).
Menurut Vygotsky, bermain adalah self help tool. Bermain dapat memajukan
ZPD (Zone of Proximal Development), potensi dalam ZPD adalah kondisi transisi
dimana anak membutuhkan bantuan khusus atau scaffolding berupa dukungan orang
yang lebih ahli. Dalam bermain, anak dapat menciptakan scaffolding secara mandiri
baik dalam kontrol diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan kerja sama dengan teman
lain (Bodrova & Leong dalam Johnson,1999).

Dibanding dengan situasi lain, dalam bermain anak memiliki perhatian (atensi),
daya ingat, bahasa dan aspek sosial yang baik. Vygotsky memandang bermain identik
dengan kaca pembesaran yang dapat menelaah kemampuan baru dari anak yang bersifat
potensial sebelum diaktualisasikan dalam situasi lain. Pandangan vygotsky mengenai
bermain bersifat menyeluruh dalam pengertian selain untuk perkembangan kognisi,
bermain juga mempunyai peran penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak.

Ada tiga klaim dalam hal ini menurut pandangan Vigotsky (Tappan, 1998):
1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan
secara developmental.
2. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas
mental.
3. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.

Menurut Vigotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti memahami


fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk
awal ke bentuk selanjutnya. Jadi, tindakan mental tertentu seperti menggunakan
“ucapan batin” (inner speech) tidak bisa dilihat dengan tepat secara tersendiri tetapi
harus dievaluasi sebagai satu langkah dalam proses perkembangan bertahap.

Klaim kedua Vigotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus
memriksa alat yang diperantarai dan membentuknya.
Klaim ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland, dkk., 2001). Dia percaya
bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika dan
strategi memori. Dalam satu kultur, ini mungkin berupa pembelajaran berhitung dengan
menggunakan komputer. Di kultur lain, ini mungkin berupa pembelajran berhitung
menggunakan batu atau jari.

Teory Vygotsky menarik banyak perhatian karena teorinya mengandung


pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif (Bearison
dan Dorval, 2002, Maynard, 2001). Artinya pengetahuan didistribusikan diantara orang
dan lingkungan, yang mencakup objek, artifak, alat, buku dan komunitas dimana orang
berada. Ini menunjukkan bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik
melalui interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama.

Di dalam ketiga klaim dasar ini Vygotsky mengajukan gagasan yang unik dan
kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini secara khusus
merefleksikan pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Salah
satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone of proximal development.

Zone of proximal development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian


tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan
bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi, batas bawah dari ZPD
adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas atasnya
adalah tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak dengan
bantuan dari instruktur yang mampu.

Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti penting


dari pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran, terhadap
perkembangan kognitif anak (Hasse, 2001).
Vygostsky (1987) memberi contoh para menilai ZPD anak. Misalkan,
berdasarkan tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah 8 tahun. Menurut
Vygotsky, kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. Kita harus menentukan bagaimana
masing-masing anak akan berusaha menyelesaikan problem yang dimaksudkan untuk
anak yang lebih tua. Kita membantu masing-masing anak dengan menunjukkan,
mengajukan pertanyaan dan memperkenalkan elemen awal dari solusi. Dengan bantuan
atau kerja sama dengan orang dewasa ini, salah satu anak berhasil memecahkan
persoalan yang sesungguhnya untuk level anak usia 12 tahun, sedangkan anak yang
satunya memecahkan problem untuk level anak 9 tahun.

Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan
bekerja sama dengan orang dewasa akan mendefinisikan ZPD. Jadi, ZPD melibatkan
kemampuan kognitif anak yang berada di dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja
mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999). Salah satu aplikasi
konsep zone of proximal development Vygotsky adalah tutoring tatap muka yang
diberikan guru di Selandia Baru dalam program Reading Recovery. Tutoring ini dimulai
dengan tugas membaca yang sudah dikenal baik, kemudian pelan-pelan
memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan kemudian menyerahkan
kontrol aktivitas kepada si anak sendiri.
Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran:
a. Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik, sehingga
siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi -
strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone
of proximal development mereka
b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menerapkan scafolding
yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal
bantuan pembelajarn, kemudian siswa mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
c. Memaklumi adanya perbedaan perbedaan individu dalam hal
kemajuan pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA

Fuller, B. (2010). Learning From Latinos:contexs,families. and child development in


motion. developmental physcholy , 559-565.

Syah, M. (2003). psikologi pendidikan. bandung: Rosdakarya.

Syamsudin, A. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suyadi, dkk, Konsep Dasar PAUD, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 112.
Jaipaul L. Roopnarine dan James E. Johnson, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Berbagai Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm 251-252.

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta : Prenada Media Group,
2010), hlm. 103-105.

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), hml
62.

Anda mungkin juga menyukai