TENTANG
OLEH :
PUTRI RAHMAYANTI
18053027
I. Jean Piaget
A. Teori Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget
Jean Piaget merupakan seseorang yang terkenal dengan teori kognitifnya yang
berpengaruh penting terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Psikolog Swiss yang
hidup tahun 1896-1980 ini pada awalnya lebih tertarik pada bidang biologi dan filsafat
khususnya epistemologi. Namun dalam perjalanan karirnya sebagai peneliti di Binet
Testing Laboratory di Paris, Piaget lebih fokus pada bidang psikologi Pengertian
kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu.
1. Fisik
Interaksi antara seorang individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan
baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun
baik.
C. Tahap-Tahap Perkembangan
Penjelasannya :
a. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
b. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di
kelas :
1. Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding
dengan orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir
anak,bukan sebaliknya anakyangberadaptasidenganguru.
2. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini
adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru
tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas
khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan
menyelesaikan masalah sendiri.
3. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya
ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah
yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali
agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi
sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah,
dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
4. Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran
materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.
Vygotsky mempunyai nama lengkap Semyonovich Lev Vygotsky. Beliau lahir pada
tanggal 17 November 1896. Saat ia remaja, dia dikenal oleh teman-temannya
sebagai “profesor kecil” karena dia selalu mengarahkan percakapan mereka kepada
diskusi, dan perdebatan.
Perkembangan anak pada masa awal menuju kesiapan bersekolah dipicu oleh
jenis-jenis interaksi yang dimiliki anak dengan lingkungan sosial berpusat pada
pencapaian tugas perkembangan penting.
Perkembangan anak mencakup perubahan kualitatif dan kuantitatif. Saat
perubahan kualitatif terjadi, seluruh sistem fungsi mental mengalami
restrukturisasi besar, yang berakibat pada munculnya bentuk kognitif dan sosial-
emosional baru atau pencapaian perkembangan.
Dengan adanya periode dimana tidak ada pembentukan baru yang terjadi, tapi
anak-anak masih mengembangkan kemampuan mereka yang ada. Selama
periode ini, pertumbuhan terjadi sebagai perubahan kuantitatif dalam jumlah hal
yang bisa diingat dan diproses oleh anak.
Meskipun secara tegas bukan “stage theory” (teori bahwa perkembangan
berlangsung melalui beberapa tahap), pandangan Vygotsky mencakup konsep
“periode usia” masa bayi, usia prasekolah dan taman kanak-kanak, usia sekolah
dasar dan remaja, setiap masa berdasar pada masa sebelumnya dan setiap masa
ditentukan oleh rangkaian pencapaian perkembangannya yang unik.
Kemajuan anak-anak dari satu periode ke periode berikutnya di satu sisi
ditentukan oleh interaksi anatara kemampuan anak yang ada dan yang muncul,
dan disisi lain oleh situasi sosial perkembangan. Situasi sosial
perkembangan terdiri dari apa yang diharapkan oleh masyarakat pada anak di
usia tertentu, jenis kegiatan dan interaksi apa yang ada untuk mereka dan jenis
peranti mental apa yang dibantu penguasaannya oleh orang dewasa.
Bagi Vygotsky, situasi sosial perkembangan “mewakili momen awal semua
perubahan dinamis yang terjadi dalam perkembangan selama periode tertentu.
Ini secara keseluruhan dan sempurna menentukan bentuk dan jalan yang dilalui
anak untuk menguasai karakteristik kepribadian yang lebih baru, menarik
mereka dari kenyataan sosial dari sumber dasar perkembangan, jalan yang
dilalui dimana makhluk sosial menjadi pribadi”.
Perubahan dalam situasi sosial perkembangan sebagai mekanisme yang
memajukan perkembangan dengan memberikan peranti mental yang baru dan
lebih maju yang terus membentuk kempuan anak yang berkembang.
Pencapaian perkembangan dan kegiatan utama menurut pandangan Vygotsky
pada periode usianya yang asli disempurnakan dan diperluas untuk membentuk
teori perkembangan anak yang berisi tahap-tahap yang ditentukan dengan jelas
bersama dengan penjelasan mekanisme yang mendasari perpindahan anak dari
satu tahap ke tahap berikutnya.
Dibanding dengan situasi lain, dalam bermain anak memiliki perhatian (atensi),
daya ingat, bahasa dan aspek sosial yang baik. Vygotsky memandang bermain identik
dengan kaca pembesaran yang dapat menelaah kemampuan baru dari anak yang bersifat
potensial sebelum diaktualisasikan dalam situasi lain. Pandangan vygotsky mengenai
bermain bersifat menyeluruh dalam pengertian selain untuk perkembangan kognisi,
bermain juga mempunyai peran penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak.
Ada tiga klaim dalam hal ini menurut pandangan Vigotsky (Tappan, 1998):
1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan
secara developmental.
2. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas
mental.
3. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
Klaim kedua Vigotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus
memriksa alat yang diperantarai dan membentuknya.
Klaim ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari
hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland, dkk., 2001). Dia percaya
bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika dan
strategi memori. Dalam satu kultur, ini mungkin berupa pembelajaran berhitung dengan
menggunakan komputer. Di kultur lain, ini mungkin berupa pembelajran berhitung
menggunakan batu atau jari.
Di dalam ketiga klaim dasar ini Vygotsky mengajukan gagasan yang unik dan
kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Ide ini secara khusus
merefleksikan pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Salah
satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone of proximal development.
Perbedaan antara usia mental dan tingkat kinerja yang mereka capai dengan
bekerja sama dengan orang dewasa akan mendefinisikan ZPD. Jadi, ZPD melibatkan
kemampuan kognitif anak yang berada di dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja
mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli (Panofsky, 1999). Salah satu aplikasi
konsep zone of proximal development Vygotsky adalah tutoring tatap muka yang
diberikan guru di Selandia Baru dalam program Reading Recovery. Tutoring ini dimulai
dengan tugas membaca yang sudah dikenal baik, kemudian pelan-pelan
memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan kemudian menyerahkan
kontrol aktivitas kepada si anak sendiri.
Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran:
a. Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik, sehingga
siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi -
strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone
of proximal development mereka
b. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menerapkan scafolding
yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal
bantuan pembelajarn, kemudian siswa mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
c. Memaklumi adanya perbedaan perbedaan individu dalam hal
kemajuan pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Suyadi, dkk, Konsep Dasar PAUD, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 112.
Jaipaul L. Roopnarine dan James E. Johnson, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Berbagai Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hlm 251-252.
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta : Prenada Media Group,
2010), hlm. 103-105.
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), hml
62.