Anda di halaman 1dari 181

1

Kelompokk 1

TEORI JEAN PIAGET

2
NAMA KELOMPOK 1 :
I MADE NANDA DUTA WIKRAMA ; 2215061012
GEDE AGUS ADI SASTRAWAN ; 2215061012

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2022/2023

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk


berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan pesertadidik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaiman
acar individu mempelajari dan memikirkan lingkungan.

Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah
satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga

1 4
berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan
akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang Jean Piaget?
2. Bagaimana teori perkembangan Piaget?
3. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
4. Bagaimanakah implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam
pembelajaran AUD?

C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang Jean Piaget
2. Mengetaui teori perkembangan kognitif piaget.
3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
4. Mengetahui implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran AUD.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang ilmuawan


yang dilahirkan di Neuchatel, Swiss. Piaget
merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya
terbit pada usia 12 tahun. pada usia 18 tahun
meraih gelar sarjanadan mendapatkan gelar doktor
pada usia 21. Piaget adalah seorang ahli dibidang
biologi dan tertarik pada pola cara pikir anak-anak
Pada tahun 1940, Ia menjadi ketua
Experimental Psikologi, direktur laboratorium
psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun 1942, ia
memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan Nazi
di Perancis.
Piaget juga menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia menerima salah
satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas
Brasil pada tahun 1949. Pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya,
“Pengantar Epistemologi Genetika”
Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia
menciptakan International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat
sebagai direktur hingga sisa hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan
Sekolah Ilmu di Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan
publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss.
Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan
banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980. Jean Piaget
dikenal sebagai salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.

3
6
B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
. Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism)

Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya


tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan
yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif
terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun
kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)


kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial,
yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam
diri organisme agar dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

1. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak


memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung
dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan
dan kegiatan belajar sendiri.

2. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan


baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman
tersebut.

7
3. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman


fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif

4. Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur interaksi spesifik


dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial
dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan
secara terpadu dan tersusun baik.

Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk


beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi
berbeda bagi setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses,
yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.      Asimilasi

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema


yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah
mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan dapat terbang.
Pemahaman baru ini akan dapat diterima dan akan masuk ke dalam skemabaru
anak-anak. Pada saat anak-anak melihat seekor burung merpati yang masih
memenuhi ciri-ciri tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.

2.      Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema
yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi
menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok
keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak
perlu mengakomodaikan pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa
semua burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena
ada burung yang tidak dapat terbang.

8
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara
mekanisme yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadan disekuilibrium ke
ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya (skema)..Apabila terjadi keseimbangan maka
seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan
akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan
belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan
menyesuaikan materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui
oleh anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam
menghadapi pengalaman yang lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)

C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama


serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama
tersebut meliputi: periode sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional
(usia 2-7 tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode
operasional formal (11 tahunsampai dewasa).

1.         Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam
bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian
berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan
(Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase, berikut
penjelasanya:

9
Sensorimotor (0-2 tahun)
No Periode Implikasi
1 Reflexes Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
(umur 0-1 bulan) spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan

Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan
dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-
lain.
2 Primary Circular Reaction Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba
(umur 1-4 bulan) dan mengulang-ulang suatu tindakan

Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap
jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat
tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan
akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat
melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu
kebiasaan mengisap ibu jari

3 Secondary Circular Reaction Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah
(umur 4-8 bulan) dan memanipulasi objek apapun yang ada di
sekitarnya

Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang.
Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia
mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka,
ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama

4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan


Reaction hasil tindakannya.

(umur 8-12 bulan)


Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan

10
Sensorimotor (0-2 tahun)
No Periode Implikasi
tersebut

5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru


(umur 12-18 bulan) untuk mencapai tujuan dengan eksperimen

Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia
akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan

memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya

Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan
memindahkan kursi yang menghambat tersebut,
padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut,
6 Symbolic Thought tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila

(umur 18-24 bulan) penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada
dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.

2.    Periode Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)


Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun
kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoprasional dapat
dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir
secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

a. Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)

11
Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-benda di
sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan
tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara
sederhana. Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi, jadi
menggambar hanya menggunakan simbol-simbol saja.

b. Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)

Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh ketidakmampuan anak


untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar,
bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut
dengan istilah egoisentris.

c. Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)

Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah
tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran
logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan
panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan
atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration), animism (Nafisah:
2014)

Concentration:

12
Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak hanya fokus
keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan kata lain anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik
suatu kejadian.

3.         Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak
pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih
mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

Contoh:

Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation
adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di

13
dalam kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan
susuna lurus dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa
oprasionalkonkrit akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama.
Sedangkan anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang
disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.

4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai
kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46).
Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan
dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep persepsi.

D. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam


Pembelajaran AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang digunakan
adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan membiarkan berpikir/bertanya
pada dirisendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak
tersebut. Karena anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun dan
mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak untuk
terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan pengalaman
belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan
dengan objek nyata, dan melalui pengalan konkret. Anak mempunyai kesempatan
untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.

14
Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran yang efektif
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada
pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak
untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang
terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang).
Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya
memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan
menemukan jawaban yang benar
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah
objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya
gambar
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir
dan mengemukakan pikiranya.
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak
akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami
pesan-pesan yang ingin disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat
pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh

15
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial
karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan
dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses dan peristiwa

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari
interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk tunggal
skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan asimilasi
senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium

Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah:


tahap sensorimotor (sejak lahir hingga usia sekitar 2 tahun), tahap praoprasional
(usia sekitar 2-7 tahun), tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), tahap
oprasional formal (usia sekitar 11-15 tahun).
Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran
Aud menurut teori dari Piaget adalah memberikan ruang untuk anak agar anak
dapat membangun pemahamnya yang ada pada dirinya. Sedangkan metode yang
sesuai dalam pembelajaran adalah: praktik langsunbg, cerita, tanya jawab, proyek,
bermain peran dan demonstrasi.

13

17
B. Saran
Dalam perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget, intelegensi
anak berkembang melalui suatu proses active learning, pada intinya anak
membangun kemampuan kognitifnya melalui interaksinya dengan dunia
disekitarnya. Dalam menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini
disarankan untuk:
1. Memperhatikan karakteristik perkembagan kognitif anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembanganya, sehingga perkembangan kognitif anak dapat
berkembang secara optimal.
2. Pada dasarnya setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang
berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang unik, maka disarankan sebagai
seorang pendidik dapat memfasilitasi dan tidak memaksakan anak.
3. Peranan pendidik dalam mendampingi anak diperlukan namun perananya
tidak dominan, dengan kata lain pendidik memberikan kesempatan anak
untuk bereksplorasi dan membangun pemahamnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, luluk.2008. Pengelolahan Kegiatan Pengembngan Anak Usia


Dini.Jakarta:Universitas Terbuka

Nirmala, Indah. Perkembangan Kognitif Piaget, (online),


http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-
jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01
Maret 2013 9:04:06

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru.


Penerbit: Psikologi Press

Program pensiswazanaguru sekolah rendah (PGSR)2008. Perkembangan


Kognitif Kanak-Kanak.Malaysia.Sektor Pembangunan
ProfesionalismeKeguruan Kementerian Malaysia

Nafisah, Vivi. 2014. Perkembangan Kognitif Anak oleh Psikolog Ana Surti
Arianai. (online).
(http://anakjempolan.wordpress.com/2014/02/06/perkembangan-kognitif-
anak-oleh-psikolog-anna-surti-nina/) diakses 19 Oktober 2014

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit Salemba Humanika.

Sudarma. Paud Berkarakter.2014. Yogyakarta: PT Genius Publisher

Sujiono, Yuliani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Din. Jakarta:PT


Indeks

Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif.Yogyakarta: Penerbit


Kanisius

19
Kelompok 2

20
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. I Putu Suka Arsa,. S.T., M.T

Disusun Oleh:
TIARA ELOK RISKYTA (2215061008)
RITA SETIA BUDI ASTUTIK (2215061002)

21
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

SEJARAH LANDASAN TEORI MARIA MONTESSORI.


Metode montessori adalah metode pendidikan, namun meode ini
merupakan metode yang meliliki tujuan yang sama seperti bimbingan dan
konseling pada anak usia dini. metode montessori adalah metode pendidikan,
namun meode ini merupakan metode yang meliliki tujuan yang sama seperti
bimbingan dan konseling pada anak usia dini. Metode montessori diperkenalkan
oleh seorang dokter bernama Maria Montessori, yang merupakan salah satu
pendidik besar. Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle,
Italia. Dia adalah anak tunggal dari Alessandro montessori dan Renilde Stoppani.
Alessandro montessori adalah seorang manajer bisnis di perusahan monopili
tembakau milik negara dan Renilde Stoppani adalah perempuan berpendidikan
dari sebuah keluarga terpandang.
Setelah lulus, ia bekerja di klinik Ortofrenik di Roma, menangani pasien
yang terkena penyakit saraf dan mental. Di sanalah dia kemudian tertarik pada
masalah anak-anak dan setelah mempelajari karya tentang penanganan terhadap
orang-orang cacat oleh Itard dan Seguin dan menghabiskan beberapa waktu di
Klinik Bourneville di Paris, seiring dengan kerja medisnya, mencoba mendidik
anak-anak ini, setelah beberapa waktu, dia sampai pada kesimpulan bahwa anak-
anak cacat terebut dapat diikutsertakan pada ujian untuk anak-anak normal di
Roma. Ketika mereka berhasil lulus dalam ujian-ujian ini, Montessori melihat
keajaiban yang sangat penting. Kemudian ia mulai melihat bahwasannya terdapat
sebuah rahasia dalam diri seorang anak yang selama ini tidak di ketahui, sebuah
kunci menuju potensi yang tersembunyi. Jika anak-anak yang dianggap cacat saja
dapat mendekati anak normal, lalu apakah persoalan dalam pendidikan anak
normal sehingga mereka tidak dapat hasil-hasil yang lebih baik? Hanya beberapa

22
tahun kemudian ia telah memperolah sebuah kesempatan untuk bekerja dengan
anak-anak normal dan kemudian, pada 1907, dibuktikan “cassa dei Bambina”
atau “Rumah Anak-Anak” yang pertama di San Lorenzo di Roma.
6 Januari 1907, di sebuah sudut kota Roma yang terkenal dengan
kejahatan, kebodohan, kebuta hurufan dan kemiskinan dari para penduduknya,
dimulai sebuah kerja yang kemudian menyebar keseluruh dunia. yaitu
kebangkitan dan kemajuan children house yang ia dirikan untuk anak-anak
terlantar, anak-anak cacat tersebut. Walaupun ada beberapa kritik mengenai
system ini, tetapi Montessori tetap mengembangkan model ini berdasarkan
perkembangan psikologi anak dan pendekatan pendidikan anak dari usia 0-3, 3-6
dan 6-12 tahun.
Sekarang sekolah-sekolah Montessori menyebar di banyak negara di
seluruh dunia. Metode Montessori telah bangkit kembali di Amerika dan
Montessori telah memperoleh banyak perhatian, baik yang setuju maupun yang
tidak setuju, yang tertarik maupun yang skeptis, di banyak wilayah Amerika.
Tetapi seiring dengan ketertarikan yang murni dan dipadukan dengan keinginan
yang nyata untuk mengetahui, terdapat banyak kebingungan, ketidakpastian dan
kesalahpahaman dengan apa sebenarnya nilai dari kerja Maria Montessori bagi
Amerika dan umat manusia sekarang ini. Montessori menghadapi penentangan
dari para pendukung metode-metode pendidikan Ortodoks menganggap sistem
yang dibawa Montessori mendorong kebebasan untuk bergerak, sebagai merusak
disiplin, tetapi Montessori mendapat dukungan dari para reformer yang antusisas.
Dari tahun1900 sampai tahun 1907 Maria Montessori mengajar antropologi
pendidikan di Universitas Roma dan pada 1922 Montessori ditunjuk oleh
pemerintah menjadi inspektur sekolah-sekolah di Italia. montessori menulis lebih
dari enam buku tentang pembelajaran dan perkembangan anak-anak dan sistem
pendidikan yang Montessori kembangkan menggunakan nama Montessorinya
sendiri. Tahun-tahun selanjutnya mengurus kursus-kursus pelatihan di Spanyol,
India, Inggris, dan Belanda. Montessori meninggal di Noordwijk, Belanda pada
06 Mei 1952 di usianya yang ke 81 tahun. Setelah kematiannya, anak laki-
Iakinya Mario Montessori menggantikannya sebagai direksi Association
Montessori International dengan kantor pusat di Amsterdam.

23
PRINSIP PRINSIP TEORI MONTESSORI
A. Kebebasan

Metotode montessori dilandaskan pada kebebasan, yaitu kebebasan yang disiplin,


bebas tetapi disiplin. Kebebasan yang sepertinya belum dipahami dengan baik di
seluruh dunia, pada dasarnya manusia memiliki kekuatan untuk merasakan naluri
esensi dari kebebasan ini. Dalam konteks anak, kebebasan disini adalah
kebutuhan untuk menyempurnakan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang
membutuhkan organisasi otot lebih baik. Maka, kebebasan apa saja yang harus
diberikan pembimbing kepada anak dalam lingkungan, yaitu:
1) Kebebasan Bergerak Anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana saja
baik di dalam ruangan maupun dilingkungan luar
2) Kebebasan Memilih Anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri dalam
kelas
3) Kebebasan Berbicara Anak bebas berbicara dengan siapapun yang ia mau
4) Kebebasan untuk Tumbuh Anak memiliki kebebasan untuk tumbuh dan
mengembangakan kemampuan mental dalam lingkungannya
5) Bebas untuk Menyayangi dan di Sayangi
6) Bebas dari Bahaya Anak diberi pengetahuan melalui pelatihan, bagaimana
membawa barang mainan dengan cara yang benar, yang jika tidak demikian,
maka akan membahayakan dirinya.
7) Bebas dari Persaingan Tidak ada kompetisi, hadiah atau hukuman dalam
metode montessori. Keberhasilan anak tidak dinilai menurut sudut pandang
orang dewasa.
8) Bebas dari Tekanan Anak tidak dipaksa untuk melakukan hal yang tidak
disukainya, atau suatu hal yang belum sesuai dengan usianya, anak diberi
tugas sesuai perkembangan diri dan kecepatan dirinya.

24
Prinsip kebebasan ini tidak hanya memungkinkan anak untuk tumbuh dan
berkembang secara bebas, tetapi memungkinkannya berkembang secara khas
menurut ciri kepribadiannya. Anak tidak menyerahkan dirinya pada kekuatan
luar yang hendak memaksa dan membentuknya dari luar sebagai sebuah
kekuatan luar yang memandunya. Kebebasan akan menunjang anak memiliki
kekuatan secara mental dan spiritual, tidak hanya kekuatan secara fisik.
Faktor jasmani sesungguhnya merupakan faktor sekunder, karena jasmani
yang lebih kuat dan lebih sempurna akan menuntut sebuah pertumbuhan yang
seimbang dari jiwa dan kecerdasan.

B. Kemandirian

Kemandirian adalah segala sesuatu yang di kerjakan oleh diri sendiri.


Seorang bisa benjadi bebas, karena ia mandiri, karenanya, manifestasi-
manifestasi aktif pertama dari kemerdekaan individu anak harus dipandu dengan
baik, sehingga melalui kegiatan ini anak dapat mencapai kemandirian. Metode
montessori memelihara kemandirian ini melalui dua cara. Pertama, dalam jangka
pendek, maksudnya memberikan kebebasan dan kemandirian dalam belajar.
Kedua, dalam jangka panjang, metode ini membantu anak untuk memperoleh
perangkat yang dibutuhkan dalam hidup, yaitu keterampilan dan kemampuan
yang mampu memperluas pilihan hidup seseorang, serta membuatnya bebas dari
ketergantungan terhadap orang lain. Untuk membantu anak menangkap gagasan
bahwa pengambilan keputusan yang matang perlu melibatkan evaluasi diri,
penting bagi pembimbing untuk memberikan aktivitas-aktivitas awal yang jelas
berbeda, menyajikan suatu kontras yang bisa dengan mudah dipahami oleh anak.
Jenis kemandirian selanjutnya, yaitu yang dipelihara oleh lingkungan
montessori adalah ditanamkannya berbagai keterampilan dan ilmu pengetahuan
yang dapat membantu seseorang untuk hidup mandiri, seperti kemampuan
menulis, membaca, berhitung, geografi, sopan santun, keluwesan jasmani dan
keterampilan rumah tangga. Montessori menandai pertumbuhan anak secara
bertahap menjuju kemandirian sebagai suatu pembebasan yang berkelanjutan
menjuju ruang baru yang lebih besar untuk beradaptasi. Dalam lingkungan
montessori, ada baiknya pembimbing untuk memahami kemajuan anak melalui

25
kerangka ini. Hal ini menandakan bahwa orang dewasa (guru, orang tua), selaku
pembimbing, dapat membekali anak untuk mengatasi setiap adaptasi dengan
ruang kecerdasan bawaan, kemudian secara bertahap menuntutnya untuk muncul
dan keluar mengahadapi ruang lebih luas dengan berbagai peluang dan tantangan
yang baru.
C. Penghapusan Hadiah Dan Bentuk-Bentuk Hukuman Luar

Metode montessori tidak menggunakan bentuk hadiah ketika anak


mendapatkan keberhasilan dalam aktivitasnya, karena menurut Maria Montessori
hadiah-hadiah dan bentuk-bentuk hukuman akan menyusul secara alami.
Manusia yang didisiplinkan melalui kemerdekaan, mulai menginginkan
kesejatian dan satu-satunya hadiah adalah kemunculan kekuatan dan
kemerdekaan manusia di dalam jiwanya yang menjadi sumber daya bagai
aktivitas-aktivitasnya. Maka menurut Montessori menumbuhakan motivasi anak
secara tepat yaitu menggunakan kendali, kesalahan, pengulangan dan
pengevaluasian, bukan dengan hadiah ekstrinsik.
D. Disiplin

Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Kemerdekaan adalah


kegiatan. Ini adalah sebuah prinsip besar. Jika disiplin dilandaskan pada
kemerdekaan atau kebebasan, maka disiplin itu sendiri harus bersifat aktif.
Disiplin itu bukan ketika seseorang dibuat diam seperti orang bisu dan dibuat tak
bergerak seperti orang lumpuh. Cara seperti itu bukan arti disiplin dan
mendisiplinkan, tetapi menihilkan.
Prinsip-prinsip semacam ini harus ditempatkan di sekolah dan di rumah,
karena hal ini bermanfaat untuk anak-anak yang sedang memperlihatkan
manifestasi psikis pertama dalam kehidupan mereka. Maka agar setiap tindakan
pembimbing dapat mujarab, maka tindakan itu haruslah yang cenderung
membantu menuju penjabaran yang utuh dari kehidupan. Agar menjadi berguna,
harus dihindari kegiatan yang menghalangi gerakan-gerakan yang spontan dan
pembebanan tugas-tugas secara sewenang-wenang. Pembimbingpun tentunya
paham bagaimana mendisiplinkan anak-anak. Gerakan anak-anak dari keadaan
ketertiban menjadi lebih terkoordinasi dan sempurna seiring perjalanan waktu,
bahkan mereka belajar untuk bercermin pada tindakan-tindakan mereka sendiri.

26
BENTUK-BENTUK MATERIAL METODE MONTESSORI
Metode montessori mempunyai berbagai bentuk material, yang dimaksudkan
adalah alat beserta ragam aktivitas yang digunakan untuk membantu
perkembangan anak dengan alat yang disediakan. Sebelum menjelaskan ragam
aktivitas dan materialnya, terlebih akan menyebutkan beberapa prinsip dalam
penggunaan material sebagai berikut:
i. Setiap benda atau material harus memiliki tujuan dan bermakna bagi
anak
ii. Setiap benda atau material harus harus menunjukkan perkembangan
dari sederhana kerumit dalam desain dan penggunaannya.
iii. Setiap benda atau material dirancang untuk menyiapkan anak secara
tidak langsung untuk belajar hal-hal yang akan dihadapi nantinya.
iv. Setiap benda atau material dimulai dari hal kongkrit dan secara
bertahap mengarahkan mereka pada representasi yang lebih abstrak.
v. Setiap benda atau alat material dirancang agar memungkinkan
terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda
tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan membimbing
anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan ia
menyadari kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.

Dalam konteks pembahasan teori, macam-macam aktivitas ini mampu


memberikan rangsangan dan pengalaman yang memperkaya pikiran penyerap,
memenuhi kebutuhan periode sensitif dan struktur intelektual dalam, sekaligus
mengikuti proses belajar. Agar perubahan anak dapat terlihat perubahannya,
maka pembimbing harus mengetahui urutan-urutan dalam mempresentasikan
aktivitas. Untuk itu Montessori mengatur aktivitas kedalam lima disiplin. Dalam
sudut pandang anak perbedaan aktivitas ini tidak begitu jelas terlihat, namun
memberi pengalaman yang berbeda disetiap aktivitasnya. Daftar ragam aktivitas
harus diberikan secara berurutan, namun tidak menekankan anak, pembimbing
memperbolehkan anak menggunakan material yang mereka inginkan, jika

27
mereka ingin mencoba material yang lebih tinggi, namun jika sudah mencoba
anak tidak mampu, maka pembimbing harus bisa mengarahkan anak untuk
melalui aktivitas yang sebelumnya, aktivitas yang belum dilaluinya.
Perlu diingat, montessori menamai aktivitas bermain anak dengan kata
“bekerja” bukan kata “bermain” karena antara bermain dan bekerja memiliki arti
berbeda. Meski kata bermain diganti dengan kata bekerja, namun montessoripun
percaya bahwa masa kanak-kanak seharusnya menyenangkan dan bebas. Tetapai
ketika anak melakukan hal yang sepele, berlarian, melakuakan hal yang konyol,
maka anak akan cepat merasa bosan dan hal ini membuat anak terhibur dalam
jangka waktu singkat, setelahnya anak masih merasa gelisah dan tidak puas.
Justru dengan lima aktivitas yang diterapkan montessori, seorang anak menjadi
produktif setelah melakukan lima aktivitas tersebut. Anak menyukai aktivitas
yang mendorongnya untuk bekerja lebih lama, dibandingkan bermain. Anak yang
bermain hanya membutuhkan waktu sebentar, karena mereka akan cepat merasa
bosan. Berbeda dengan kegiatan bekerja. aktivitas anak yang bersifat bekerja
akan dijelaskan dalam lima pokok bahasan dibawah ini. Terdapat Alat peraga
atau material untuk aktivitas perkembangan anak yang digunakan dalam metode
montessori:
1) Aktivitas Praktik Sehari-hari

Montessori meyakini bahwa anak yang sedang bermain di rumah, taman


kanak-kanak, atau dilingkungan manapun mempunyai kebutuhan sama
layaknya orang dewasa yang sedang “bekerja”. Orang dewasa lebih suka
pekerjaan menantang, ketimbang kegiatan sepele yang menyibukan diri, orang
dewasa mengharap adanya latihan, peralatan yang memadai serta ruang kerja
yang kondusif, seorang anakpun demikian pada dasarnya. Montessori telah
mengamati hal yang sama, yaitu bahwa saat bermain, anak-anak mencari
aktivitas bermanfaat yang bebas mereka pilih sendiri, alat yang memadai,
ruang khusus untuk anak, dan anakpun ingin berkonsentrasi saat bekerja dan
dihargai setelah mereka usai mengerjakannya. Aktivitas bekerja orang dewasa
dan anak memiliki tujuan yang sama. Jika orang dewasa memiliki tujuan agar
menjadi masyarakat yang mandiri dan toleran, maka aktivitas bermain anak
kecil pun memiliki tujuan yaitu untuk membentuk seorang anak/bayi menjadi

28
pribadi mandiri, deasa dan penuh simpati. Aktivitas praktik adalah aktivitas
pertama yang dilakukan dilingkungan montessori. Hal ini dilakukan karena
aktivitas didalmnya dapat memuaskan hasrat.
2) Aktivitas Sensori/Indrawi Ranah indrawi
yang dialami oleh anak hampir terbatas pada penglihatan dan pendengaran
saja, dilain pihak pengalaman sentuhan tidak akan banyak diperbolehkan
dengan pengecualin benda-benda dari plastik. Tujuan utama dari berbagai
aktivitas indrawi adalah untuk membantu anak memilah semua kesan yang
diperoleh dari sekitarnya. Dalam hal ini aktivitas indrawi membantu anak
melalui empat cara, yaitu dengan mengembangkan, menata, memperluas
dan mengasah persepsi indrawi. Bahan yang digunakan dalam aktivitas
indrawi disesuaikan dengan sifat bawaan anak yang tidak bersifat dengan
hal-hal teknologi, dan bukan menarik berdasarkan orang dewasa, yaitu
pertama, dibuat dari bahan-bahan yang memang disukai anak, misalnya
kayu, biji-bijian, jerami, kapas, sutra, wol, kapas dan batu. Kedua, bahan
indrawi dibuat dengan proporsi klasik dan harmonis dalam dimensi yang
menarik, dirancang sesuai dengan ukuran tangan anak yang mungil dan
menggemaskan. Ketiga, bahan indrawi memiliki penampilan yang jelas
dan sedehana dengan lapisan warna alami enamel dan desain bentuk yang
mendasar. aktivitas indrawi meliputi penglihatan, sentuhan, pendengaran,
pengecapan dan penciuman. Material berupa menara satu set 10 kubus
dengan ukuran yang berbeda, tujuh macam tekstil yang berbeda
kualitasnya, mulai dari yang halus sampai yang kasar, cylinder blocks,
constructive triangles, knobless cylinders, berfungsi untuk pertumbuhan
intelektual, mengembangakan fungsi indera untuk membantu kecerdasan
anak
Aktivitas Matematika Landasan dari pemikirin Matematika adalah
dorongan untuk menyederhanakan dunia atau merumuskannya menjadi
gagasan. Gagasan adalah suatu wujud imajiner yang hanya mengandung
satu macam kualitas. Sebagai
3) contoh, sebuah gagasan tentang kubus hanya akan hadir dalam suatu
bentuk padat yang memiliki sisi persegi sama panjang, tanpa adanya aspek

29
lain seperti bobot, warna ataupun tekstur. Setiap cabang matematika dapat
dikaitkan dengan suatu gagasan tentang kualitas fisik tertentu. Hal ini
seyogyanya ada dalam kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karenanya
untuk mengenalkan matematika pada anak harus menggali dua hal terlebih
dahulu, yaitu menggali dan menerima pemikiran tentang adanya hal
tentang kualitas terpisah serta berlatih untuk mengasah keterampilan
intelektual yang dibutuhkan. Pertama, agar anak mengenal gagasan
tentang hal dan pemisahan kualitas. Mereka telah dibekali dalam aktivitas
indrawi sebelumnya. Kedua, agar anak-anak mempunyai keterampilan
intelektual yang dibutuhkan. Anak dilatih dari berbagai aspek kognitif
dalam aktivitas matematika dan indrawi. Seperti menuang biji kacang dari
poci sampai dengan yang lebih rumit.
4) Aktivitas Bahasa Aktivitas bahasa yang paling awal mempersiapkan anak
untuk membaca dan menulis dengan cara memperkaya keterampilan
berbicara yang telah diperoleh semasa balita. Aktivitas bahasa yang paling
pertama yaitu kategorisasi gambar, membantu anak untuk pengartikan dan
menanta beragam kesan dengan mengaitkan kesan-kesan ini kedalam
kategori yang lebih sederhana dan jelas. Barulah setelah itu anak anak
mampu menamai kesan-kesan ini, menghubungkan kesan yang saling
berkaitan, serta memisahkan kesan yang tidak berkaitan. Aktivitas kunci
untuk mengenalkan menulis adalah memalui alfabet geser (membunyikan
wicara dengan suatu gambar untuk merangkai kata). Sedangkan aktivitas
kunci untuk mengenalkan membaca adalah melalui presentasi kotak objek
yang diletakan diatas meja, anak akan menebak objek mana yang sedang
pembimbing pikirkan, kemudian anak diberi petunjuk berupa nama tertulis
dari objek tersebut. Persiapan awal sebelum masuk dalam kegiatan bahasa
berupa lima belas set kartu berupa gambar alat rumah tangga dan kartu
pemandangan, subjek, situasi, buku bacaan anak analogi puisi dan lagu.
5) Aktivitas Budaya Aktitivitas bedaya ini mencakup sejumlah
“kecenderungan manusia” dan aspek budaya yang berkaitan dengan
kebudayaan negara dan daerah. Terdapat aktivitas geografi untuk
mengenalkan anak agar mampu menjelajah lingkungan dan mengetahui

30
budaya yang berbeda-beda, lalu aktivitas sejarah alam, berfungsi untuk
mengenalkan banyaknya jenis tanaman dan hewan yang dapat dilihat
ketika di penjelasajahn serta menekankan keberagaman hidup dan
tantangan dalam bertahan hidup, mengenalkan ilmu alamiah alam, seperti
magnet dan optik. Materialnya berupa globe daratan dan air. Globe
bertekstur bulat dan datar; peta; gambar macam-macam tempat; gambar
binatang; organ tubuh binatang; organ tumbuhan berupa gambar dan
kabinet daun yang terbuat dari kayu dengan karakter hampir sama seperti
aslinya; tanaman sungguhan dan pot nya; mengenalkan zat dan energi
dengan menyiapkan air dan kemagnetan; mengenalkan gravitasi dengan
irama musik, menyusun balok, optik; menceritakan kisah dimasa lampau
dan budaya-budaya yang terdapat di negara dan setiap daerah, dan
mengenalkan alat musik tradisional angklung, gamelan dll, wayang,
membantu anak untuk menyukai dan menghargai seni dan budaya.

TAHAPAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MENURUT MARIA


MONTESSORI

31
Dr.Montessori juga membagi tahap perkembangan anak menjadi empat
bagian, yakni “first plane (early childooa, masa usia 0-6 tahun), second plane
(childhood, masa usia 6-12 tahun), third plane (masa usia 12-18 tahun), dan
fourth plane (masa usia 18-24 tahun).”
Dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.) Periode I (0-6 tahun) yaitu periode penangkap dan pengenalan dunia luar
dengan panca indera. Pikiran anak begitu mudah menyerap informasi dan
meniru apa yang dilihat. Masa ini penting bagi perkembangan eksplorasi
dan pertumbuhan fisiologi.
2.) Periode II ( 6-12 tahun) yaitu periode abstrak dimana anak-anak mulai
menilai perbuatan manusia atas dasar baik dan buruk. Fase ini disebut fase
berpikir untuk melatih berpikir mandiri. Logika, imajinasi dan
kemampuan memberi pendapat anak semakin berkembang.
3.) Periode III ( 12-18 tahun) yaitu periode penemuan diri dan dekat sosial.
Fase ini disebut sebagai fase benak manusiawi dan merupakan transisi
kehidupan anak dari konteks keluarga ke masyarakat menjadi independen
secara sosial.
4.) Periode IV ( 18-24 tahun) yaitu perioe pendidikan tinggi. Fase ini disebut
fase benak yang mendalami bidang khusus.

32
PERTANYAAN
1. Dasar dasar yang mendorong pemikiran teori perkembanga menurut mentessori?
Dan Jenis jenis apa yang terjadi pada perkembangan montessori?(jesika
2215061010)

2. 6 buku maria montessori(kadek mei 2215061003)

3. Kenapa tidak ada periode lanjutan pendidikan tinggi (Sanca 2215061005)

4. Apa hubungan dari material metode dan prinsip prinsip menurut maria mentesori
dengan perkembangan peserta didik (Made bayu 2215061016)

5. kenapa maria mentessori sangat tertarik dengan masalah anak anak (Alberto
2215061017)

33
Kelompok 3

34
TEORI MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ANGGOTA KELOMPOK 3

GEDE SANCA DWIPA UGRASENA (2215061005)

NYOMAN SATYA GITAPRATAMA (2215061007)

S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2022

35
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena
sudah di berikan kesehatan sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul.
TEORI MENURUT KI HAJAR DEWANTARA selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini, penulis tidak lupa menghaturkan
ucapan terima kasih khususnya kepada,
1. Kedua orang tua yang selalu memotivasi saya untuk maju dan dapat
menyelesaikan makalah ini;
2. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini
dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini
di kemudian hari. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Ki Hadjar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta

dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat (SS), putra GPH Soerjaningrat,

atau cucu Sri Paku Alam III. Dari genealoginya Soewardi Soerjaningrat

adalah keluarga bangsawan Pakualam. Sebagai bangsawan Jawa,

Soewardi Soerjaningrat mengenyam pendidikan ELS (Europeesche Lagere

School) – Sekolah Rendah untuk anak-anak Eropa. Kemudian Soewardi

Soerjaningrat mendapat kesempatan masuk STOVIA (School tot

Opleiding voor Inlandsche Artsen) biasa disebut sekolah Dokter Jawa.

Namun karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan sehingga

Soewardi Soerjaningrat tidak tamat dari sekolah ini. (Perjuangan Ki Hajar

Dewantara: Dari Politik ke Pendidikan. 2017. hal.10) Profesi yang digeluti

oleh Ki Hadjar Dewantara pada awalnya adalah dunia jurnalisme yang

berkiprah di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu: Sediotomo,

Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja

Timoer, dan Poesara. Yang melontarkan kritik sosial-politik kaum

bumiputra kepada penjajah. Tulisannya komunikatif, halus, mengena,

tetapi keras. (Perjuangan Ki Hajar Dewantara: Dari Politik ke

Pendidikan. 2017. hal.10) Melalui program-


1
program dan pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah, pemerintah

Kolonial Belanda berupaya untuk mengalihkan perhatian golongan

bumiputra agar mereka tidak mengadakan pemberontakan dan tidak

mendirikan organisasi atau partai politik yang menentang pemerintah

penjajah. Semua golongan bumiputra (generasi muda Indonesia kelak)

yang belajar di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) yaitu sekolah

setingkat SD (Sekolah Dasar) sekarang. Dibentuk sedemikian rupa

mentalitasnya agar mereka sedapat mungkin tidak menjadi pemimpin

pergerakan kemerdekaan bagi bangsanya, tetapi menjadi pegawai (kuli,

buruh) bagi kepentingan Pemerintah Kolonial. Tepatnya, pendidikan khas

pemerintah penjajah Belanda adalah upaya sistematik mereka untuk

menjinakkan semangat juang geenerasi muda 2 Indonesia, baik dalam

bidang politik maupun jurnalistik, agar sikap kritis mereka menjadi tumpul

atau “jinak” dan taat (“membeo”) begitu saja pada segala kebijakan

pemerintah Belanda. Ia dibuang ke negeri Belanda bersama dengan Dr.

Tjipto Mangunkusumo dan Ernest François Eugène Douwes Dekker atau

biasa di singkat E.F.E Douwes Dekker (Danudirdjo Setyabudhi) pada

tahun 1913 – September 1919. Dalam masa pembuangannya itu ia

memakai kesempatan untuk mempelajari masalah-masalah pendidikan dan

berhasil merumuskan pernyataan asas pengajaran nasional. Mengetahui

golongannya disetir cara berpikirnya secara sistematis melalui lembaga

pendidikan yang menguntungkan penjajah, Ki Hadjar Dewantara merasa

tertantang dan terpanggil untuk menerapkan wawasannya tentang

pendidikan yang

2
dipelajarinya selama di tanah pembuangan. Gelora nasionalismenya

membara. Bersama kelompok mistik Jawa yang diikutinya setelah kembali

dari tanah pembuangan, Kelompok mistik Jawa yang dimaksudkan adalah

Paguyuban Selasa-Kliwon. Ki Hadjar Dewantara terlibat secara intensif

dalam kegiatan ini karena ia tertarik oleh tujuannya, yakni

membahagiakan diri, membahagiakan bangsa dan membahagiakan

manusia. (Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, 2013: 69). Ki Hadjar

Dewantara berusaha merintis dan menciptakan suatu sistem pendidikan

yang benar-benar bersifat pribumi, yang visinya merangkul semua

golongan (yang non- pemerintah dan non-Islam) dan membangun

kesadaran semua golongan untuk maju bersama sebagai sebuah bangsa

dan bersatu melawan segala bentuk penjajahan. (Visi Pendidikan Ki

Hadjar Dewantara. 2013). Impian dan harapan Ki Hadjar Dewantara untuk

meretas dan menumbuhkan kesadaran setiap golongan bumiputra akan

hak-haknya yang dibelenggu oleh kepentingan pihak penjajah, mulai

menunjukkan kepastian sejak sekolah Perguruan Taman Siswa resmi

berdiri tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. (Visi Pendidikan Ki Hadjar

Dewantara.2013) Ki Hadjar Dewantara yang telah mengenal dunia

pengajaran dan pendidikan selama satu tahun di sekolah Adi Dharma

menjadi semakin yakin diri bahwa 3 ia bisa mendirikan sistem pendidikan

yang lebih baik daripada sistem pendidikan penjajah. Di sekolah ini Ki

Hadjar Dewantara berusaha memadukan pengetahuannya tentang

pendidikan gaya Eropa yang modern dengan seni-seni Jawa tradisional.

Sejak Perguruan Taman Siswa berdiri,

3
Ki Hadjar Dewantara secara total mengabdikan dirinya demi

membangkitkan kesadaran setiap golongan bumiputra akan hak-haknya

sebagai manusia. Baginya, perjuangan sebuah bangsa yang terjajah dalam

arti seluas-luasnya adalah dalam melalui pendidikan yang humanis-

nasionalis. (Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 2013). Ki Hadjar

Dewantara memandang pendidikan adalah pilar utama dalam

pembangunan kesadaran manusia di Indonesia akan hak-haknya sebagai

manusia. Dari sanalah kesadaran mereka sebagai sebuah bangsa terbentuk,

bahwa bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang memiliki kebebasan

dan dapat menegaskan eksistensi kemanusiaannya secara utuh dan penuh.

Dalam perspektif itu, pendidikan adalah juga aktivitas pembentukan

kesadaran akan pentingnya menjadi pribadi yang humanis dan

bertanggung jawab terhadap eksistensi kemanusiaan sesame manusia.

Maka segala bentuk tindakan dehumanisasi bertentangan dengan asas-asas

dan tujuan pendidikan sejati. Sekolah Taman Siswa, pada masa itu berarti

ia mengesampingkan pendekatan politik akan tetapi, ternyata ia dapat

mewujudkan keinginan bangsanya, karena usaha untuk mendidik angkatan

muda dalam jiwa kebangsaan Indonesia merupakan bagian penting dari

pergerakan Indonesia dan dianggap merupakan dasar perjuangan

meninggikan derajat rakyat. (Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 2013).

Taman Siswa memiliki 7 asas yang secara singkat dapat diuraikan sebagai

berikut: Pasal 1 dan 2 mengandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap

orang untuk mengatur dirinya sendiri. Jika ditetapkan kepada

pelaksanaan

4
pengajaran hal itu merupakan usaha mendidik murid-murid supaya dapat

berperasaan, berpikiran, dan bekerja merdeka di dalam batas-batas tujuan

mencapai tertib damainya hidup bersama. Mewajibkan guru-guru sebagai

“pemimpin yang berdiri di belakang” tetapi mempengaruhi dengan

memberi kesempatan kepada 4 anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah

yang disebut dengan semboyan Tut Wuri Handayani. Di samping itu,

sudah barang tentu guru diharapkan dapat membangkitan pikiran murid

yang disebut Ing Madyo Bangun Karso, bila berada di tengah-tengah

murid- murid dan memberi contoh bila di depan mereka dan disebut Ing

Ngarso Sung Tulodo. Pasal 3 menyinggung kepentingan-kepentingan

sosial, ekonomi dan politik. Kecenderungan bangsa kita untuk

menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan kebarat-baratan

menimbulkan berbagai kekacauan. Sistem pengajaran yang timbul

dianggap terlampau mementingkan kecerdasan pikiran, yang timbul

dianggap terlampau mementingkan kecerdasan pikiran yang melanggar

dasar-dasar kodrati yang terdapat dalam kebudayaan sendiri, sehingga

tidak menjamin keserasian dan dapat memberi kepuasan. Inilah yang

disebut sebagai dasar budaya. Pasal 4 mengandung dasar kerakyatan.

“Tidak ada pengajaran, bagaimanapun tingginya, dapat berguna, apabila

hanya diberikan kepada sebagian kecil orang dalam pergaulan hidup.

Daerah pengajaran harus diperluas”. Pasal 5 merupakan asas yang sangat

penting bagi semua orang yang ingin mengejar kemerdekaan hidup yang

sepenuhnya. Pokok asas ini ialah percaya kepada kekuatan sendiri. Pasal

6 berisi persyaratan dalam

5
mengejar kemerdekaan diri dengan jalan keharusan untuk membelanjai

sendiri segala usaha. Itulah yang disebut Zelfbedruipings-Systeem. Pasal 7

mengharuskan adanya keikhlasan lahir batin bagi guru-guru untuk

mendekati anak didiknya. (Abdurrachman Surjomihardjo, 1979: 99-100).

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memberikan pembelajaran dan

ilmu pengetahuan yang di lakukan oleh manusia kepada manusia lainnya

yaitu dengan cara mentransfer ilmu tersebut baik melalui lembaga

pendidikan formal, informal maupun non formal dengan tujuan untuk

mencerdaskan, merubah pola pikir manusia dari primitif menjadi modern,

dan memanusiakan manusia. Berdasarkan wacana tersebut diatas penulis

tertarik untuk meneliti dan menulisnya dalam bentuk skripsi sekaligus

sebagai tugas akhir penulis dengan 5 topik masalah sebagai berikut :

“Peranan Taman Siswa di bawah pimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam

memajukan Pendidikan Indonesia tahun 1922.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul Teori menurut Ki Hajar Dewantara?


2. Bagaimana Pemikiran Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara?
3. Bagaimana riwayat hidup Ki Hajar Dewantara?

C. Tujuan Penelitian

6
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Ki Hadjar Dewantara
2. Untuk mengetahui apa yang mendorong Ki Hadjar
Dewantara membentuk Taman Siswa tahun 1922.
3. Untuk mengetahui peran Taman Siswa dalam memajukan pendidikan di
Indonesia tahun 1922.
D. Manfaat Penelitian

Sesuai tujuan yang telah di kemukakan diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna baik secara teoretis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan
teoretis bagi para peneliti lainnya dalam rangka memperkokoh hasil
penelitian yang sudah ada, dan untuk memperkaya konsep atau teori
yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan sejarah, diharapkan
juga dapat memberikan kontribusi positif baik untuk akademik
maupun non akademik. Serta dapat dijadikan landasan teoretis bagi
para peneliti selanjutnya dalam meneliti hal yang sama dengan
penelitian ini yaitu “Peranan Taman Siswa di bawah pimpinan Ki
Hadjar Dewantara dalam memajukan Pendidikan Indonesia tahun
1922”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis Manfaat praktis bagi penulis adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Peranan Taman Siswa di bawah
pimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan pendidikan
Indonesia Tahun 1922.
b. Bagi Pembaca Manfaat praktis bagi pembaca adalah untuk
menjadi referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
terkait Peranan Taman Siswa di bawah pimpinan Ki Hadjar
Dewantara

7
dalam memajukan pendidikan Indonesia Tahun 1922.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ki Hajar Dewantara

Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh


dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga
ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan
Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan
lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas
Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor
Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di
Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus
perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki
Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan
berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan
risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah
direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional. Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan
pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-
bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi,
status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai
kemerdekaan yang asasi. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di
belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan
memberi teladan).

9
B. Asal Usul Teori Perkembangan Ki Hajar Dewantara

Pahlawan dan sebagai Pendidik asli Indonesia,Ki Hajar Dewantara melihat


manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia
memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia
seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.
Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau
mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual
belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Para
guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan
kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan
juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan
bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-
tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru
kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar
Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan
kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah
seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan,
sekaligus masalah- masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai
Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan
kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara
Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu
mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri handayani.
Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri
handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari
semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya
mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa

10
sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau
contoh tindakan baik). Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan
konsep belajar
3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar
dikelas dengan jumlah dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak
ada ), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak
antara di dalam kelas dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori
dan praktek disekolah, tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia.
Sekolah dan Dunia menurut konsep ini berarti tidak terpisah. Dengan itu
diharapkan para guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di dunia dan
juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal
yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru mereka masing-
masing. Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat mampu
hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari sekolah.

C. Pandangan Dasar Ki Hajar Dewantaratentang Teori Belajar


Konstruktivisme
Ki Hajar Dewantara adalah seorang pemimpin muda Indonesia yang
diasingkan oleh kolonial Belanda pada tahun 1910-an. Namun di Belanda,
ia
memperoleh kesempatan untuk belajar mengenai konsep pemberlajaran
yang
terinspirasi oleh Froebel "Kinderen Garten". Setelah kembali ke Indonesia,
ada inisiatif luar biasa dari Dewantara yang mulai percaya bahwa
pendidikan yang lebih baik dapat mengubah warganya untuk masa depan
yang lebih baik. Dari sanalah Ki Hajar Dewantara mendapatkan
pengetahuan mengenai
pembelajaran konstruktivisme. Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922
mengembangkan Taman Siswa dengan konsepnya Tut Wuri Handayani.
"Tut Wuri" atau "untuk mengikuti" dan "Handayani" atau bantuan untuk
memaksimalkan potensi, yang berarti bahwa para guru harus membantu
dan memfasilitasi siswa mereka seolah- olah mereka adalah bunga yang

11
akan

12
mekar. Dari jargon tersebut diketahui bahwa arah pendidikan Dewantara
menuju konsep belajar konstruktivisme.5Pengaruh konstruktivisme yang
sudah besar pengaruhnya sejak periode 1930-an dan 1940-an di Amerika
dan Eropa, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemikiran
Ki Hajar. Dasar pertama yang dari pendekatan konstruktivisme dalam
pendidikan
adalah ‘teori konvergensi’ yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia
merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor
pengasuhan
(nurture). Menurut Ki hajar baik ‘dasar’ (faktor bawaan) maupun ‘ajar’
(pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang.Dalam
konteks itu pula, mendidik anak manusia haruslah berangkat dari
pengakuan pada keunikan dan penghormatan pada potensi-potensi yang
ada dalam dirinya. Segala alat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai
dengan kodratnya keadaan. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-
istiadat setiap rakyat. Semua proses pendidikan diarahkan menuju suatu
kehidupan yang tertib- damai/harmoni.
Sistem barat dipandangnya tidak cocok di terapkan di Indonesia, karena
dasar-dasarnya adalah perintah, hukuman dan ketertiban yang bersifat
paksaan. Pendidikan model ini, menurut Ki Hajar, merupakan upaya
sistematik “pemaksaan” terhadap kehidupan batin anak-anak. Hal itu jelas
berbahaya bagi perkembangan budi pekerti anak-anak sebab pendidikan
demikian tidak membangun budi pekerti anak-anak, melainkan
merusaknya.
Paksaan dan hukuman dalam proses pendidikan yang kadangkala tidak
setimpal dengan kesalahan anak didik bukannya memperkuat mentalitas
anak-anak, melainkan memperlemahnya di kemudian hari. Anak tidak
menjadi pribadi yang mandiri, tidak memiliki inisiatif, tidak kreatif. Dalam
kehidupan nyata ia tidak dapat bekerja kalau tidak dipaksa dan diperintah.
Jadi, produk pendidikan barat, di hadapan Ki Hajar, adalah manusia-
manusia

13
pasif yang dangkal kesadarannya untuk berkreasi secara mandiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara, metode pendidikan yang cocok dengan
karakter dan budaya orang Indonesia adalah dengan memberi peserta didik
ruang yang seluasnya untuk melakukan eksplorasi potensi-potensi dirinya
dan
kemudian berekspresi secara kreatif, mandiri dan bertanggungjawab

D. Taman Siswa dan Teori Belajar Konstruktivisme

Kondisi pendidikan pada saat Ki Hajar hidup sungguh memprihatinkan.


Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa Pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah belanda sangat eksklusif. Hanya dari golongan ningrat yang
boleh mengenyam pendidikan semisal MULO, HIS dan STOVIA.
Pendidikan masa Belanda hanya mendidik tenaga priyayi birokrat belanda
BB / binnenlands bestuur (mantri, asis wedana, wedana, bupati), itupun
masih dalam kendali pemerintah Belanda. Artinya pendidikan Belanda
terbatas, dan tidak membentuk manusia merdeka secara utuh. Selain itu,
pendidikan Belanda menciptakan pribadi negative yang intelek, individual
dan material yang bertolak belakang dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara. Pertama, intelektualisme. Intelektualisme yakni merajalelanya
fikiran menjadi diktator didalam jiwa orang; perasaan tak diindahkan; oleh
karenanya budi pekerti tak berkembang dan menimbukan sifat egoisme.9
Intelektualisme khas pendidikan Belanda yaitu dengan menciptakan kasta-
kasta atau golongan-golongan tertentu. Masyarakat pribumi kala itu
tercabik-cabik menjadi beberapa kelas sosial, yang menyebabkan kesulitan
menggalang persatuan. Ada kelas bawah dan kelas atas, ada golongan
ningrat dan golongan miskin, ada golongan pro Belanda dan golongan
penentang Belanda Sistem kognisi (intelektualisme) lulusan Belanda yang
tidak mau berbaur dengan masyarakat miskin dan membelanya, justru
menjadi golongan priyayi yang menindas pribumi. Tenaga Birokrat yang

14
menjadi kaki tangan pihak belanda, melalui kebijakan-kebijakan pajak
yang tidak rasionalistis. Intelektualisme yang dibawa oleh pendidikan
Belanda dikritik oleh Ki hajar Dewantara. Beliau mendirikan lembaga
pendidikan Taman Siswa dengan tujuan seluruh lapisan masyarakat dapat
mengenyam pendidikan yang memerdekakan. Menjadikan tenaga Birokrat
yang profesional yang membantu kemerdekaan Indonesia, serta melek dari
penjajahan. Kedua, Individualisme. Individualisme khas pendidikan
Belanda jelas menentang ajaran gotong royong yang membudaya di
masyarakat Indonesia. Belanda dengan VOC-nya hadir ke Indonesia
mengusung politik kapitalisme. Bagaimana kekayaan pribadi dan hak
milik pribadi dikedepankan dari pada kepentingan umum. Sering
kehidupannya hanya untuk memikirkan keahagiaan dirinya sendiri, tanpa
memikirkan bagaimana nasib orang yang terjajah. Lewat politik tanam
paksa yang mengikat, mereka mewajibkan menanam tanaman-tanaman
produktif yang siap dijual di pasar. Individualisme yang dibawa
pendidikan oleh Belanda ditentang oleh Ki hajar Dewantara dengan
menggagas komunitas- komunitas yang saling bekerja sama satu sama
lain. Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi-organisasi
kemasyarakatan semisal Boedi Utomo sebagai seksi propaganda, Indische
Partij bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, tiga
serangkai, dan ketua serikat Islam cabang Bandung. Ketiga. Materialisme.
Materialisme adalah “kemurkaan” benda yang hanya mementingkan
keduniawian.10 Materialisme sebuah ajaran yang
mementingkan materi/ indrawi, dan tidak menghiraukan aspek metafisik.
Ini terlihat dari pembelajaran Belanda yang tidak memasukkan pelajaran
pendidikan agama dalam kurikulumnya. Dan juga munculnya teori evolusi
manusia, yang mengungkapkan manusia awalnya dari kera. Ki Hajar
tentunya tidak menyetujui ajaran tersebut, selain juga ki Hajar juga
penganut ajaran sufisme. Ki Hajar juga mendakwahkan pentingnya aspek
batiniyah dalam perkembangan moral perserta didik Tawaran Ki Hajar
Dewantara untuk menghalau intelektualisme, individualisme dan

15
materialisme dari Barat yaitu dengan mendirikan perguruan Taman Siswa.
Dalam Taman Siswa Ki Hajar mengenalkan sebuah sistem among yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Karena pendidikan adalah “tuntunan”,
maka bagi seorang guru harus memiliki jiwa pengayom. Ki Hajar
menyebutnya dengan among, momong dan ngemong. Dengan maksud
menghambakan diri kepada anak, agar anak bisa berkembang secara
lahiriyah dan batiniyah secara maksimal. Itulah pendidikan yang
memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara. 11
Manusia yang merdeka adalah manusia yang secara lahir dan batin
tidak tergantung kepada orang lain, tetapi dengan bersandar pada
kekuatan diri sendiri. Pengajaran bisa memerdekakan kita secara lahir,
sedangkan pendidikan bisa memerdekakan kita secara batin. 12 Prinsip
pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu:
berdiri sendiri (zelfstandig), tidak bergantung pada orang lain
(onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheld, zelf
beschikking). Ketiga prinsip inilah yang selalu dipegang teguh oleh Ki
Hajar
Dewantara yang sejalan dengan konsep konstruktivisme. Melalui ketiga
pemikiran tersebut, beliau juga melarang adanya subsidi dari pemerintah
belanda pada kala itu, karena diyakini akan membuat hutang budi kepada
yang memberi subsidi. Sehingga masyarakat yang diberi subsidi tidak
berani untuk berontak, artinya dia tidak memiliki jiwa kemerdekaan.
Hanya dengan berfikir merdeka, dan memegang prinsip “hanya boleh
menerima subsidi dikala kita tidak terikat secara lahir dan batin”, sehingga
tidak mempengaruhi jiwa kemerdekaan kita. Pada akhirnya, Ki Hajar
Dewantara memilih jalan swasta dalam mengembangkan perguruan
Taman Siswa, agar tidak dapat pengaruh subsidi yang mengikat dari
siapapun.13 Taman siswa berupaya membentuk karakter bangsa dengan
mempertahankan ciri khasnya dalam bidang kesenian. Hubungan guru
dengan muridnya bagaikan orang tua dengan anak. Adalah hal biasa jika
seringkali guru mengunjungi rumah siswa, atau sebaliknya. Guru-pun

16
bersedia mengantar anak didiknya pulang sampai ke rumahnya untuk
memastikan agar anak tersebut pulang dengan selamat, meskipun jalan
yang ditempuh guru dengan murid tersebut tidak searah. Taman siswa
dengan segala kelebihan dan konsepnya tentang belajar konstruktivisme,
membuat lembaga ini sempat digandrungi oleh masyarakat Indonesia
sebelum pemerintah me-Negerikan sekolah-sekolah formal.

E. Menekankan Kesetaraan antara Peserta Didik dan Guru

Konsep pertama mengenai Teori Belajar Konstruktivisme dapat


digali dari gagasan prinsip kesetaraan antara peserta didik dan guru.
Biasanya guru lebih minta dihormati dan dihargai, namun Ki Hajar
Dewantara mengingatkan bahwa menghormati dan menghargai guru
dengan tidak jalan memaksa, namun tumbuh dari dalam dirinya siswa.
Cara Ki Hajar Dewantara mengubah nama aslinya Raden Mas Suwardi
Suryaningrat dengan tujuan untuk menutupi status sosialnya yang lebih
tinggi dari keluarga kerajaan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta, sudah
merupakan bukti yang jujur dari pesannya. Dia dengan jelas menyebutkan
bahwa dia tidak ingin membuat perbedaan antara dia dan rakyatnya. "Ki"
dalam bahasa Jawa berarti orang awam yang dapat memberikan bantuan,
seperti "Ki Juru Martani" (penolong petani). Dewantara juga menyatakan
bahwa ia tidak ingin gelar
doktornya disebutkan dalam buku-bukunya yang menyusun semua
artikelnya. Kutipan dari kata-kata Dewantara yang berisi inisiatif menuju
keadilan dalam pendidikan. 14 Ki Hajar dan konstruktivisme sama-sama
memandang pengajar sebagai mitra para siswa untuk menemukan
pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
guru ke murid melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Kegiatan mengajar di sini adalah sebuah
partisipasi dalam proses belajar. Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam
membentuk

17
pengetahuan, mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan
memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam
konteks ini adalah membantu siswa untuk berpikir secara kritis, sistematis
dan logis dengan membiarkan mereka berpikir sendiri. Dalam tradisi
Taman Siswa, hubungan guru dengan muridnya bagaikan orang tua
dengan anak. Adalah hal biasa jika seringkali guru mengunjungi rumah
siswa, atau sebaliknya. Guru-pun bersedia mengantar anak didiknya
pulang sampai ke rumahnya untuk memastikan agar anak tersebut pulang
dengan selamat, meskipun jalan yang ditempuh guru dengan murid
tersebut tidak searah. Hal-
hal seperti itulah yang diinginkan Ki Hajar Dewantara dalam mendidik
siswanya. Atas dasar kesetaraan antara pendidik dan murid terbukalah
konsep konstruktivisme gagasan dari Ki Hajar Dewantara. Karena posisi
guru hanya sebagai fasilitator, tidak menggurui dan memberikan
kebebasan kepada muridnya untuk mengembangkan minat, bakat dan
pengetahuannya.

F. Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan dan Budaya

Kondisi Indonesia pada waktu Ki Hajar Dewantara hidup, masih dalam


penjajahan Belanda dan Jepang. Walaupun belajar dari Barat, Ki Hajar
Dewantara tidak ingin secara penuh terhegemoni dari Barat. Dia sadar
pemilihan terhadap barat juga membawa resiko adanya ketercabutan jiwa,
ketidak merdekaan dan ketidak pedean kebudayaan sendiri, dia
menyebutnya dengan istilah inferiority complex dan imitation. Era dimana
Belanda menjadi pusat, dan Indonesia menjadi pihak yang ter-hegemoni.
Termasuk pemilihan
nama dan bahasa, kala itu orang merasa lebih berkelas ketika
menggunakan bahasa dan nama Belanda.16 Atas dasar ingin berjiwa

18
merdeka dan bebas

19
dari hegemoni barat, Ki Hajar memilih memperjuangkan kemerdekaan
lewat jalur
pendidikan dan kolaborasinya dengan kebudayaan.17 Di sisi lain,
kebudayaan yang luhur dari Timur juga ikut mempengaruhi kehidupannya
sehari-hari. Karena Ki Hajar Dewantara adalah keturunan ningrat. Dengan
sistem patriarki yang tinggi di jawa, selalu diajarkan unggah-ungguh,
sopan santun dan tata krama yang baik serta menjaga tradisi yang
agung.18 Memanfaatkan peristiwa dan instrumen budaya sebagai sumber
belajar merupakan ciri belajar konstruktivisme. Bergesernya sumber
belajar tunggal yaitu guru menuju lingkungan dan kebudayaan, membuka
pintu murid untuk mengeksplorasi budaya dan lingkungannya. Beliau
tidak hanya menekankan pentingnya belajar dari kenyataan, tetapi juga
pembelajaran yang lebih kontekstual dan
pembelajaran kolaboratif; dua dasar pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Dia juga menyadari tingkat siswa sebelum memilih berbagai
jenis sumber belajar kontekstual. Dia menggunakan lagu-lagu dan
tarian tradisional Jawa untuk merangsang panca indera (kemampuan
mendengarkan dan kemampuan pengamatan) untuk anak kecil di
bawah 7 tahun. Beliau menggunakan instrumen budaya yang sama untuk
melatih anak-anak yang lebih tua agar dapat memainkan "Gamelan"
atau instrumen musik Jawa dalam kolaborasi yang harmonis. Beliau
menggunakan banyak permainan anak tradisional Jawa untuk
merangsang kegiatan fisik bagi anak-anak yang lebih tua. Dewantara juga
menekankan pada 'live-in' bersama seperti di sekolah asrama, untuk
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menganggap teman dan guru
mereka sebagai keluarga kedua mereka.19Dewantara telah menekankan
pada tiga pusat pembelajaran yaitu pembelajaran dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.

20
G. Pembelajaran Berbasis Observasi

Belajar dari kesalahan dengan umpan balik yang konstruktif dan refleksi,
adalah salah satu prinsip unsur prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat
pada siswa yang ditekankan dalam literatur Pendidikan saat ini. Pada
pertengahan abad 20 Dewantara telah menyebutkan pentingnya membantu
siswa untuk belajar dari kesalahan mereka dengan pengamatan yang
memadai seperti yang dilakukan pengasuh. Di antara metode yang
dijelaskan oleh Dewantara adalah menekankan 'pembelajaran
memfasilitasi berbasis observasi' untuk mempromosikan pembelajaran
mandiri. Sebagian besar program pendidikan biasanya dilaksanakan oleh
tradisi rutin, tanpa kesadaran
dan refleksi yang tepat (bahasa Jawa:“ Keinsyafan ”) tentang apa yang
sedang terjadi. Jika ada kesadaran, seharusnya tidak hanya didasarkan
pada perasaan tetapi juga pada bukti yang memadai. Pengalaman saja
tidak cukup jika kita tidak mencerminkan dan belajar dari keluarga
Ki Hajar Dewantara secara khusus merujuk pada terminology pengasuh
yang merawat anak dengan pengamatan ekstra hati-hati dan ekstra.
Dengan menganalisis secara mendalam etika dan profesionalisme dan
dengan mengeksplorasi peran utama keluarga, berdasarkan karakteristik
budaya Indonesia, Dewantara telah memberdayakan orang tua dan
keluarga, untuk membantu anak-anak mereka dan membantu setiap
anggota keluarga menjadi pemikir independen dan orang yang
bertanggung jawab. Untuk meminimalisir
kesenjangan antara sikap dan perilaku, untuk memberikan teladan dan
banyak peluang bagi setiap orang untuk dapat berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran kehidupan mereka sendiri.20 Gagasan Dewantara
tentang belajar mandiri sangat terkait dengan dua prinsip lainnya yaitu
pembelajaran kolaboratif danpembelajaran kontekstual. Keduanya adalah
dasar dari. Pengamatan dekat dan partisipasi partisipasi seperti yang

21
disebutkan oleh Vigotsky, salah seorang konstruktivis, harus dilakukan
ketika kita membantu siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.
Dewantara dengan konsepnya, di mana guru harus hadir pada waktu dan
tempat yang sama dengan siswa, telah menekankan fondasi untuk
memberikan umpan balik dan refleksi berbasis
observasi ke dalam proses pembelajaran. Itulah alasan sekolah asrama
Taman Siswa didirikan, di mana siswa dan guru tinggal di daerah yang
sama dan bahwa guru akan berfungsi sebagai orang tua kedua bagi siswa.
Di sekolah Taman Siswa, siswa tidak menyebut guru mereka sebagai
'guru' tetapi sebagai 'wali'.

H. Pembelajaran yang Merdeka ( Merdeka Belajar )

Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hajar teori


konvergensi diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan
siswa atau yang disebutnya ‘sistem merdeka’. Apa itu sistem merdeka?
Jika dicermati, maka ‘sistem merdeka’ dari Ki Hajar sejalan dengan
pandangan konstruktivisme. Dasar pemikiran konstruktivisme:
pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Orang yang belajar
tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang
yang diajarkan, melainkan menciptakan sendiri pengertian. Menurut ahli
konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain
karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri. Konsep
konstruktivisme Ki Hajar Dewantara dalam Taman Siswa yaitu
menghindari paksaan, perintah dan hukuman karena tidak sesuai dengan
sistem pengasuhan dari budaya timur. Pandangan konstruktivisme tentang
pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hajar yang menekankan
pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Baginya perlu
dihindari pendidikan yang hanya
menghasilkan orang yang sekadar menurut dan melakukan perintah

22
(dhawuh). Ki Hajar mengartikan mendidik sebagai “berdaya-upaya
dengan sengaja untuk memajukan hidup-tumbuhnya budi-pekerti (rasa-
fikiran, rokh) dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan
dan pembiasaan.” Menurutnya, jangan ada perintah dan paksaan dalam
pendidikan. Pendidik adalah orang yang mengajar, memberi teladan dan
membiasakan anak didik untuk menjadi manusia mandiri dan berperan
dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Jika pun ada ganjaran dan
hukuman, maka “ganjaran dan hukuman itu harus datang sendiri sebagai
hasil atau buahnya segala pekerjaan dan keadaan.” Ini mengingatkan saya
kepada teori perkembangan dari tokoh psikologi kognitif, Jean Piaget
(1954), bahwa anak
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalaman bertemu
dengan objek-objek di lingkungan. Merujuk Piaget, anak adalah
pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui
dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan- tindakannya. Teori
Piaget juga merupakan salah satu dasar dari konstruktivisme. Ini
menunjukkan adanya kesesuaian antara pemikiran Ki Hajar dan
konstruktivisme. Berangkat dari uraian di atas, kita dapat menangkap
pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai konsep konstruktivisme beliau,
yakni upaya konkret untuk memerdekakan manusia secara utuh dan
penuh.Baginya, pendidikan adalah pintu masuk menuju kemerdekaan
lahiriah dan batiniah manusia, baik sebagai
makhluk individual maupun sebagai anggota
masyarakat dan warga dunia. Dengan demikian, pendidikan menjadi
wadah untuk membangun otonomi intelektual, otonomi eksistensial, dan
otonomi sosial.

I. Konsep Tut Wuri Handayani

Sejalan dengan konstruktivisme, Ki Hajar yang memakai semboyan “Tut


Wuri Handayani”, menempatkan pengajar sebagai orang yang berada di

23
belakang siswa, membimbing dan mendorongsiswa untuk belajar,
memberi teladan, serta membantu siswamembiasakan dirinya untuk
menampilkan perilaku yang bermakna dan berguna bagi masyarakatnya.
Pengajar harus banyak terlibat dengan siswa agar ia memahami konteks
yang melingkupi kegiatan belajar siswa. Ia juga melibatkan siswa dalam
menentukan apa yang
hendak dibicarakan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga siswa
benar-benar terlibat. Keterlibatan pengajar dengan siswa pada saat-
saat siswa sedang berjuang menemukan berbagai pengetahuan sangat
diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya siswa baik pada dirinya
sendiri maupun pada pengajar. Pengajar harus memiliki fleksibilitas
pikiran yang tinggi agar dapat memahami dan menghargai pemikiran
siswa karena seringkali siswa menampilkan pendapat yang berbeda
bahkan bertentangan dengan pemikiran pengajar. Apa yang dikatakan oleh
murid dalam menjawab sebuah pertanyaaan adalah masuk akal bagi
mereka saat itu. Jika jawaban itu jauh bertentangan dengan prinsip-
prinsip keilmuan atau membahayakan, maka pengajar harus hati-hati
dalam memberi pengarahan. Jangan sampai pengarahan yang diberikan
menghilangkan rasa ingin tahu siswa atau menimbulkan konflik
antara pengajar dengan siswa. Dalam perkataan Ki Hajar, “Si pendidik
hanya boleh membantu kodrat-iradatnya keadilan, kalau buahnya
segala pekerjaan dan keadaan itu tidak timbul karena adanya rintangan,
atau kalau buahnya itu tidak terlihat nyata dan terang.” Berangkat dari
keyakinan akan nilai-nilai tradisional itu, Ki Hajar yakin pendidikan yang
khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai Indonesia juga. Maka ia
menerapkan tiga semboyan pendidikan yang menunjukkan kekhasan
Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya seorang
guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan
ditiru dalam perkataan
dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, artinya seorang
guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya

24
dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk
berkarya. Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah
pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah
yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya.

J. Metode “Among” Ki Hajar Dewantara

Senada dengan semboyan pendidikan di atas adalah metode


pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang sepadan
dengan makna “paedagogik”, yakni Momong, Among dan Ngemong, yang
berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Mendidik adalah
mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Praksis pendidikan dalam
perspektif ini memang mementingkan ketertiban, tapi pelaksanaannya
bertolak dari upaya membangun kesadaran, bukan berdasarkan paksaan
yang bersifat “hukuman”. 23 Pembagian usia 0-7, 7-14, dan 14-21 dalam
proses pendidikan yang digagas Ki Hajar Dewantara bukan tanpa landasan
pedagogik. Pembagian demikian berdasarkan fase- fase di mana masing-
masing menuntut peran pendidik dengan isi dan nilai yang berbeda-beda.
Metode Ngemong, Momong, Among dan semboyan Ing ngarso sung
tulodho, Ing Madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani bukan berasal
dari sebuah
pemikiran Ki Hajar Dewantara yang terpisah. Pendidikan bukan hanya
masalah bagaimana membangun isi (kognisi) namun juga pekerti (afeksi)
anak-anak Indonesia, yang tentunnya diharapkan “meng-Indonesia” agar
mereka kelak mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang “meng-
Indonesia” (memiliki kekhasan Indonesia). Praksis pendidikan
berdasarkan metode Ki Hajar Dewantara menempatkan guru sebagai
pengasuh yang matang dalam penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai
kultural yang khas

25
Indonesia. Maka pendidikan pada dasarnya adalah proses mengasuh anak-
anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam potensi-potensi diri
(kognisi, afeksi, psikomotorik, konatif, kehidupan sosial dan spiritual).
Dalam rangka itu, guru tidak menggunakan metode paksaan, tapi memberi
pemahaman sehingga anak mengerti dan memahami yang terbaik bagi
dirinya dan lingkungan sosialnya. Guru boleh terlibat langsung dalam
kehidupan anak tatkala anak itu dipandang berada pada jalan yang salah.
Tapi pada prinsipnya
tidak bersifat paksaan. Keterlibatan pada kehidupan anak tetap dalam
konteks penyadaran dan asas kepercayaan bahwa anak itu pribadi yang
tetap harus dihormati hak-haknya untuk dapat bertumbuh menurut
kodratnya.

K. Proses Belajar dan Outputnya

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah daya-upaya untuk


memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan
keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang
berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.25
Adapun output dari pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah: Pertama,
manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan
batin dan berkarakter. Artinya, pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
citra manusia di Indonesia menjadi berpendirian teguh untuk berpihak
pada nilai-nilai kebenaran. Jadi, budi pekerti adalah istilah yang
memayungi perkataan, sikap dan tindakan yang selaras dengan kebenaran
ajaran agama, adat-istiadat, hukum positif, dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan universal.26 Kedua, manusia di Indonesia yang
maju pikirannya adalah yang cerdas kognisi (tahu banyak dan banyak
tahu)

26
dan kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan
pembodohan dalam berbagai jenis dan bentuknya (misalnya: karena
rekayasa penjajah berupa indoktrinasi). Istilah maju dalam pikiran ini
menunjukkan meningkatnya kecerdasan dan kepintaran. Manusia yang
maju pikirannya adalah manusia yang berani berpikir tentang realitas yang
membelenggu kebebasannya, dan berani beroposisi berhadapan segala
bentuk pembodohan.
Ketiga, manusia di Indonesia yang mengalami kemajuan pada tataran
fisik atau tubuh adalah yang tidak semata sehat secara jasmani, tapi lebih-
lebih memiliki pengetahuan yang benar tentang fungsi-fungsi tubuhnya
dan memahami fungsi-fungsi itu untuk memerdekakan dirinya dari segala
dorongan ke arah tindakan kejahatan. Manusia yang maju dalam aspek
tubuh adalah yang mampu mengendalikan dorongan-doroangan tuntutan
tubuh. Dengan dan melalui tubuh yang maju itu pula, pikiran yang maju
dan budi pekerti yang maju memperoleh dukungan untuk mendeklarasi
kemerdekaan diri dari segala bentuk penindasan ego diri yang pongah dan
serakah di satu sisi dan memiliki kemampuan untuk menegaskan
eksistensi diri secara beradab sebagai manusia yang merdeka (secara
jasmani dan ruhani) di sisi lain. Dalam konteks penalaran atas konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara di atas, pendidikan adalah upaya
pemanusiaan manusia secara manusiawi secara utuh dan penuh ke arah
kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Kedua otonomi itu merupakan wilayah
kodrati yang penegasannya bisa direkayasa melalui aktivitas pengajaran
manusia secara beradab.

L. Falsafah

Ada beberapa falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara


tentang pendidikan, yaitu :
1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai dengan
kodratnya.

27
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat
dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk
mencapai hidup tertib dan damai.
3. Adat istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis).
4. Untuk mengetahui karateristik masyarakat saat ini diperlukan
kajian mendalam tentang kehidupan masyarakat tersebut di masa
lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan dating
pada masyarakat tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur
lain, hal ini terjadi karena pergaulan antar bangsa.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut KI Hajar Dewantara menjelaskan tentang pengertian


pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tubuh nya anak-anak adapun
maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusi dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

B. Saran

Saran ki hajar dewantara bagi sekolah diharapkan untuk menciptakan

budaya belajar yang baik dan sesuai dengan konsep pendidikan ki hajar

dewantara agar tercipta kultur akademik sekolah. bagi guru diharapkan

dapat menginternalisasikan nilai-nilai pendidkan makasimal agar dapat

membentuk atau menghasilkan peserta didik yang berkarakter sesuai dengan

ajaran ki hajar dewantara

29
DAFTAR PUSTAKA

http://iputuleonamahardika.blogspot.com/2016/12/teori-ki-hajar-dewantara-
tentang.html?m=1
https://sajiem.iainponorogo.ac.id/sajiem/article/download/64/43#:~:text=Ki%20Haj
ar%20Dewantara%20pada%20tahun,adalah%20bunga%20yang%20akan%20mekar.
http://disdikkbb.org/news/belajar-dari-pemikiran-ki-hadjar-dewantara-2/Asri,
Endang Daruni. Imperatif Kategoris Dalam Filsafat Immanual Kant.
Yogyakarta: Lukman Offset,
1997.
Claramita, Mora. “Revealing ‘Tut Wuri Handayani’ - a Student-Centred
Learning Approach - by Ki Hajar Dewantara from The Early 20th
Century: A Literature Review” 5, no. 1 (2016): 1–14.
Dewantara, Ki Hadjar. Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama:
Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Persatuan Tamansiswa, 2011.———. “SOME
ASPECTS OF NATIONAL EDUCATION AND THE TAMAN
SISWA INSTITUTE OF JOGJAKARTA” 52 (1952): 150–68.

Eka Yanuarti. “Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dan Relevansinya


Dengan Kurikulum 13.” Jurnal Penelitian 11 2 (2017).
Fitrianova, Nuryana. “Studi Korelasi Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi
Profesional Guru Dengan Pengelolaan Kelas Di MIN 2 Ponorogo.”
Southeast Asian Journal of Islamic Education Management 1, no. 1
(January 6, 2020): 51–59. https://doi.org/10.21154/sajiem.v1i1.7.
Hendratmoko, Taufik, Dedi Kuswandi, and Punaji Setyosari. “Tujuan
Pembelajaran Berlandaskan Konsep Pendidikan Jiwa Merdeka Ki Hajar
Dewantara.” JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran):
Kajian Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran 3, no. 2 (January 6,
2018): 152–57. https://doi.org/10.17977/um031v3i22017p152.
Kemendikbud. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun
2014. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Ke-budayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebu-dayaan, 2014.
Mujito, Wawan Eko. “KONSEP BELAJAR MENURUT KI HADJAR
DEWANTARA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 11, no. 1 (June 2, 2014): 65–78.
https://doi.org/10.14421/jpai.2014.111-05.
Mulyasa, H.E. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Rosdakarya, 2014.
Muzakki, Hawwin. “GLOKALISASI PENDIDIKAN: STUDI ATAS

REVITALISASI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA.” Kodifikasia:

30
Jurnal Penelitian Islam 14, no. 1 (June 26, 2020): 43–70.
https://doi.org/10.21154/kodifikasia.v14i1.1906.
———. “Relasi Pendidikan (Agama) Dan Kebudayaan.” Proceedings of Annual
Conference for Muslim Scholars 3, no. 1 (November 26, 2019): 740–48.
Noventari, Widya. “HARMONISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM SISTEM
AMONG SESUAI DENGAN ALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN
KI HAJAR DEWANTARA.” JPK (Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan)

1, no. 1 (July 27, 2016): 50–59. https://doi.org/10.24269/v1.n1.2016.50-59. Dewasa Ini.”


Journal of Chemical Information and Modeling, no. 9 (2013):
168–69. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

Sindhunata, Lih. Menjadi Generasi Pasca-Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 1999.


Soraya, Zazak. “Penguatan Pendidikan Karakter Untuk Membangun
Peradaban Bangsa.” Southeast Asian Journal of Islamic Education
Management 1, no. 1 (June 11, 2020): 74–81.
https://doi.org/10.21154/sajiem.v1i1.10

31
Kelompok 4

32
MAKALAH TEOR
BURRHUS FREDERIC
SKINNER

Dosen pengempu :
Dr.I PUTU SUKA ARSA ,S.T.,M.T.

ANGGOTA KELOMPOK 4:
1. KADEK MEI PRAMANA (2215061003)
2. PUTU ARIYASTIKA (2215061004)

UNIVERSITAS PEDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2022/2023

33
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Teori menurut B.F SKINNER” Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat
banyak kekurangandalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan dan
ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar
selanjutnya dapat ditingkatkan dan disempurnakan. Demikian makalah ini disusun agar dapat
bermanfaat, diterima dan digunakan sebagaiacuan untuk makalah-makalah selanjutnya

34
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG 2


1.2. RUMUSAN MASALAH 3
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4

2.1. BIOGRAFI B.F SKINNER 4


2.1 1. POKOK PEMIKIRAN 7

2.2.SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN 8


2.3. KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER 8
2.3.1 PENGONDISIAN KLASIK 9
2.3.2 PENGONDISIAN OPERAN 9
2.4. EKSPERIMEN YANG DILAKUKAN OLEH B.F. SKINNER 15
2.5.BEHAVIORISME ILMIAH 19
2.5.1. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN 19
2.5.2. KARAKTERISTIK ILMU PENGETAHUAN 19
2.6.ORGANISME MANUSIA 20
2.7.KEPERIBADIAN YANG TIDAK SEHAT 27
2.8.APLIKASI TEORI SKINNER TERHADSAP PEMBELAJARAN 28
2.9.ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN 29
2.10.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SKINNER 30
2.10.1. KELEBIHAN 30
2.10.2. KEKURANGAN 30
BAB III PENUTUP 32

3.1. KESIMPULAN 32
3.2. SARAN 32
DAFTAR PUSTAKA 33

35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 L
at
a
r
B
el
a
k
a
n
g

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang
ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan
terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F
Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad 20 sampai sekarang
ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih
mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi
prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori
belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori
belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar

36
yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan
efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Biografi B.F. Skinner
2. Sejarah munculnya Teori Kondisioning Operan
3. Kajian umum Teori B.F. Skinner
4. Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner

37
5. Behaviorisme ilmiah
6. Organisme manusia
7. Kepribadian yang tidak sehat
8. Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10. Kelebihan dan kekurangan teori Skinner
1.3 Tujuan dan Manfaat Tulisan
1. Mengetahui Biografi B.F. Skinner
2. Mengetahui Sejarah munculnya Teori Kondisioning Operan
3. Mengetahui Kajian umum Teori B.F. Skinner
4. Mengetahui Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5. Mengetahui Behaviorisme ilmiah
6. Mengetahui Organisme manusia
7. Mengetahui Kepribadian yang tidak sehat
8. Mengetahui Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9. Mengetahui Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan teori Skinner

38
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bio
gra
fi
B.F
.
Ski
nne
r

Burhuss Frederick Skinner lahir 20 maret 19004 Susquehanna, Pennsylvania, Amerika


Serikat. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya
adalah seorang pengacara yang menjadi General Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar,
dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang kuat dan cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya
dengan didikan model kuno dan disiplin. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya
sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin
sangat kuat.

Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap aktif ketika
beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis membuat ia selalu berkarya
melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah menengah, ia didorong oleh guru bahasa
Inggrisnya agar mengambil jurusan sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner
berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan
pertunjukan - pertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya mengorganisasi pertunjukan

39
musik. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton College,
di dekat Uthica. Pada masa itu ia menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni
sastra. Di Hamilton College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi,
berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.

40
Skinner merupakan anak yang kreatif, ia banyak menghasilkan waktu untuk merancang
dan membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan model-model
pesawat terbang. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Ia pun mengenang
masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam
kedisiplinan.
Skinner lebih suka hidup di luar rumah, ia pun sangat menikmati sekolahnya dan
menciptakan sesuatu. Dalam hidupnya pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara laki-lakinya
meninggal dunia pada usia 1 tahun, karena pembengkakan pembuluh darah pada otak.
Skinner ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia pun mencobanya dengan mengarang
lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja menulis dan selalu berkarya sampai
akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia
telah berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund Freud.
Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari
Presbyterian-founded Humilton College. Skinner ingin menjadi seorang penulis. Setelah wisuda,
ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Tetapi ayahnya tetap saja
melarang dan menganjurkan untuk meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja
tidak menghiraukan ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita
fiksi di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun masa ini
tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti progran kuliah pasca sarjana
psikologi di Universitas Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan diri pada bidang
tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan psikologi, Skinner telah
membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari Rusia yang telah mengadakan eksperimen
dengan anjing yang refleks dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson
tentang behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan skinner berhasil meraih gelar doctor pada
tahun 1931. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph. D pada tahun 1931. Pada tahun 1945,
dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia
menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti
melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku.
Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi
terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.

41
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya
yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi
tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.
Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
2.1.1 Pokok Pemikiran
 B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
 Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif
berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON
kan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
 Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
 Functional analysis of behavior: analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat,
dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat
dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian
antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita
dapat mengontrol perilaku.
 Dua klasifikasi dasar dari perilaku menurut B.F Skinner: operants dan respondents.
Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk

42
menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari keluar dari
labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan,
dimana organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik.
Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan,
atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

2.2 Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan


Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik
dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah
seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli
(stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan
atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan
S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan
perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan
dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John
Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan
fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner
menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua
jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan.

43
2.3. KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER
Skinner (1953) mengenali dua bentuk pengondisian, klasik dan operan. Melalui
pengondisian klasik (yang disebut Skinner sebagai pengondisian responden), suatu respons
diperoleh dari sebuah organism dengan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi.
Dengan pengondisian operan (yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian), sebuah
perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada
pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan,
perilaku terpancar. Respons yang diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang
terpancar adalah yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam suatu
organism, sehingga tidak dapat dikeluarkan, Skinner lebih memilih istilah”terpancar”. Respons
yang terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu organism, melainkan hanya muncul karena
sejarah individual dari organisme tersebut mengenai penguatan (reinforcement).
2.3.1. Pengondisian Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali
dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah
respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons yang terkondisi. Perilaku reflex
termasuk contoh palig sederhana. Sinar yang ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk
menutup, makanan yang diletakkan di lidah membuat air liur keluar, dan lada di lubang hidung
mengakibatkan reflex bersin. Dengan perilaku reflex, respons tidak dipelajari, tidak bersifat
sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu spesies, namun pada spesies-spesies lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik tidak terbatas hanya pada reflex sederhana. Pengondisian
ini juga dapat bertanggungjawab atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti fobia,
ketakutan, dan kecemasan.
Kunci penting dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari
stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai kehadiran dari
stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang tidak dikondisikan.
2.3.2. Pengondisian Operan
Kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respons.
Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi
lagi. Pengondisian ini di sebut dengan pengondisian operan karena organism beroperasi dalam
suatu

44
lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik. Pengondisian operan dapat mengubah
frekuensi dari respons atau kemungkinan suatu respons akan terjadi. Penguatan tidak
menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan
diulang lagi.

 Pembentukan
Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan memberikan
suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu perkiraan yang lebih dekat,
dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala,
peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan yang kompleks dan final
dari perilaku (Skinner, 1953).
Suatu respons terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya penguatan sebelumnya
disebut generalisasi stimulus. Salah satu contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket oleh
manusia tidak melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang lain, namun mereka
bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan cara mereka bereaksi sebelumnya,
karena kedua situasi memiliki elemen yang identik, yaitu membeli tiket untuk salah satu
konser rock mempunyai elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket untuk konser
rock yang berbeda. Skinner (1953) menyebutkan, “Penguatan sebuah respons meningkatkan
kemungkinan dari setiap respons yang mempunyai elemen yang sama” (hlm. 94)
 Penguatan
Menurut Skinner (1978a), penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat
perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh karena itu, penguatan dan
penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan
penghargaan ata menyenangkan bagi orang tersebut.
Setiap perilaku yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu spesies atau seseorang
untuk bertahan hidup, cenderung akan menguat. Makanan, seks, dan perhatian orang tua sangat
penting untuk kemampuan bertahan hidup suatu spesies dan setiap perilaku yang menghasilkan
kondisi ini akan diberi penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim yang ekstrem bersifat merusak
kemampuan bertahan hidup, dan setiap perilaku yang cenderung mereduksi atau menghindari
kondisi ini juga akan diberi penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat dibagi menjadi yang
menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi atau menghindari kondisi

45
yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan positif (positive reinforcement) dan yang
kedua disebut penguatan negative (negative reinforcement).
Penguatan Positif
Setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut penguat positif (positive reinforcement) (Skinner,
1953). Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan social, dan
kenyamanan fisik.
Penguatan Negativ
Menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut
dapat berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953). Reduksi atau
menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa lapar yang menyakitkan akan
menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut menguatkan perilaku yang ada sebelumnya.
Penguatan negative berbeda dari penguatan positif karena menuntut adanya suatu kondisi yang
dihindari, sementara penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan. Akan
tetapi, efek penguatan negative identik dengan penguatan positif. Beberapa orang makan karena
mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk menghilangkan rasa lapar yang
menyakitkan.
Untuk kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan positif, sementara untuk kelompok
orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar adalah penguatan negative. Dalam dua kondisi,
perilaku makan diperkuat karena konsekuensinya bersifat menguntungkan.
Hukuman
Penguatan negative menghilangkan, mereduksi, dan menhindari stimulus yang tidak
menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti
memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran negative menguatkan suatu respons, sementara
hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak secara langsung
melemahkan respons tersebut. Skinner (1953) setuju dengan Thorndike bahwa efek dari hukuman
lebih tidak dapat diprediksi dibandingkan efek dari penghargaan.

46
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan
negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan
negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas
terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan
hukuman (J.W Santrock, 274).

Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid mengajukan Guru menguji murid Murid mengajukan lebih
pertanyaan yang bagus banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyerahkan PR tepatGuru berhenti menegur Murid makin sering
waktu murid menyerahkan PR tepat
waktu
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyela guru Guru mengajar murid Murid berhenti menyela guru
langsung
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk
itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat
diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas.
Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai
fungsi urutan ketiga unsure (SD) - (R) - (R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan
binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh
resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya
demikian

47
itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-
respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan
penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada
stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena
adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku
positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat
berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
 Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
 Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
 Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
 Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah,
untuk menghindari adanya hukuman.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
 Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
1. Efek dari hukuman
Efek dari hukuman bukanlah kebalikan dari efek penguatan. Saat factor-faktor dalam
penguatan dapat dikontrol dengan ketat, perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan diprediksikan.
Akan tetapi, dengan hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas an dari perbedaan
ini cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan
cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang akan berhenti bertindak dengan cara tersebut,
namun mereka tetap harus melakukan sesuatu. Apa yang akan mereka lakukan tidak dapat
diprediksikan secara akurat karena hukuman tidak memberitahu apa yang harus dilakukan,
hukuman hanya menekan kecendurungan untuk bertindak dalam suatu cara yang tidak diinginkan.
Pada akhirnya, salah satu efek dari hukuman adalah untuk menekan perilaku. Sebagai contoh,
apabila seorang

48
anak laki-laki menjahili adik perempuannya, orangtuanya dapat membuatnya berhenti melakukan
hal tersebut dengan memukul pantatnya. Sayangnya, hukuman ini tidak akan meningkatkan
disposisinya tergadap adiknya. Hukuman hanya menekan kejahilannya untuk sementara atau
selama orang tuanya ada di sekitarnya.
Efek lainnya dari adalah pengondisian atas perasaan negative dengan mengasosiasikan
stimulus kuat yang tidak disenangi dengan perilaku yang diberi hukuman.
Dalam ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul cukup kuat, maka hal tersebut akan
memunculkan respons yang tidak sebanding dengan perilaku menjahili adiknya. Di masa depan,
apabila anak laki-laki tersebut berpikir untuk memperlakukan adiknya dengan tidak baik, pikiran
memunculkan respons pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa bersalah. Emosi
negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan untuk kembali
terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan instruksi positif kepada anak tersebut.
Hasil ketiga dari hukukman adalah dalam penyebaran efeknya. Setiap stimulus yang
diasosiasikan dengan hukuman mungkin akan ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki
tersebut hanya dapat relajar untuk menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan
orangtuanya, atau mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat pemukulan
terjadi. Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap keluarganya menjadi
maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan untuk menghindari hukuman di masa
depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan diri klasik Freudian sebagai cara yang efektif
dalam menghindari rasa sakit dan kecemasan yang mengiringinya. Orang yang dihukum mungkin
akan berfantasi, memproyeksikan perasaan mereka kepada orang lain, merasionalisasi perilaku
agresif, atau melakukan displacement terhadap orang lain.
2. Perbandingan antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan penguatan. Seperti adanya dua
macam penguatan (positif dan negative), terdapat dua macam hukuman. Hukuman pertama
membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman yang kedua
melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari hukuman yang pertama adalah rasa
sakit yang dirasakan karena jatuh ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman
yang kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang pengendara motor
akibat mengendarai motor terlalu cepat. Contoh yang pertama merupakan hasil dari kondisi alami,
sementara yang kedua mengikuti suatu intervensi dari manusia. Kedua tipe hukuman ini menguak

49
karakteristik kedua yang sama antara hukuman dan penguatan. Keduanya dapat diperoleh dari
konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang lain.
Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk
mengontrol perilaku, baik control yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.

Penguat yang dikondisikan dan digeneralisasi


Penguat yang dikondisikan adalah stimulus lingkungan yang secara alami memuaskan,
namun menjadi seperti itu karena diasosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak dipelajari,
seperti makanan, air, seks.
Skinner (1953) mengenal lima penguat penting yang digeneralisasi dan mempertahankan
banyak perilaku manusia: perhatian, persetujuan, afeksi, dan lain-lain. Masing-masing penguatan
tersebut dapat digunakan dalam beragam situasi.

Kepunahan
Respons dapat menghilang karena empat alas an. Pertama, respons terlupakan seiring
berjalannya waktu. Kedua, dan lebih mungkin terjadi, respons dapat menghilang karena adanya
gangguan dari pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya.
Ketiga, respons dapat menghilang karena adanya hukuman. Penyebab keempat,
adalah kepunahan-kecenderungan dari respons ysng sebelumnya telah dipelajari untuk secara
bertahap mulai melemah setelah tidak adanya penguatan.
Kepunahan operan terjadi saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan
untuk suatu respons yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons terjadi
menurun sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat bergantung dari jadwal
penguatan saat pembelajaran terjadi.

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari
prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-
asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Belajar itu adalah tingkah laku.

50
2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan
kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya
dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi
yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

2.4 Eksperimen yang Dilakukan Oleh B.F. Skinner


Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning
atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. Operant
Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan
Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan
dengan "Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan dalam
percobaanya.

Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor
tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akan menekan
sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam
bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku
tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali
masuk kedalam Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat
ke sekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas
makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan

51
makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut
akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi,
tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan
tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau
penghilangan dengan menghilangkanpenguatannya.
Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai
reinforcement, yaitu setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan
adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguat
adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat
memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menguatkan rasa haus) namun tidak harus selalu
demikian.
Pada manusia, penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak
effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-
konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah
individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian
dapat menjadi hukuman.
Adapun jenis-jenis Penguat Skinner dikategorikan menjadi :
1) Penguat utama (Primary reinforcers) adalah penguat yang memengaruhi perilaku
tanpa perlu belajar, seperti: makan, minum dan seks. Ini disebut penguat alami.
2) Penguat sekunder (Secondar reinforcers) adalah penguat yang
membutuhkan tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama,
seperti memuji seseorang.
Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas
akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita
menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan
menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan. Apa yang membuat
Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal
penguatan yang dilakukan oleh Skinner. Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian
penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan
tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku
penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk

52
belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat
juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal
penguatan. Penguatan dapat dialakukkan kepada perilaku entah melalui
jadwal yang berkesinambungan atau sebentar-sebentar. Dalam jadwal-
penguatan-berkesinambungan (continous schedule), organisme diperkuat untuk setiap responnya.
Jenis penjadwalan ini dapat meningkatkan frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat
kadang-kadang tidak efisien. Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar
(intermittent schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat, tetapi juga
menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melalui intermittent schedule
Skinner mengidentifikasi dua macam
penguatan yaitu:
a. Interval reinforcement: adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada
interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk
memberikan permen hanya jika orang tersebut tetap diam selama lima menit. Setelah
itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai
berlalu lima menit berikutnya.
b. Ratio Reinforcement: adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon
tertentu. Contoh: seseorang akan memberikan permen pada seorang anak apabila
anak tersebut menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebut patuh kemudian
diberikan permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anak tersebut benar-benar
patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis penguatan jadwal, yakni:
I. Rasio tetap (Fixed ratio), dimana penguatan tergantung pada sejumlah respon yang
terbatas. Artinya, mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki
muncul yang kesekian kalinya. Misalnya, pekerja diberikan bonus apabila mampu
menghasilkan produk sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar
(mampu mengikuti prosedur). Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja yang
efektif dan tetap memperhatikan kualitas.
II. Rasio yang dapat berubah (variable ratio), dimana sejumlah respon yang dibutuhkan
untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu penguatan ke penguatan berikutnya.
Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja dilakukan secara acak yaknipada periode
tertentu pekerja diberikan bonus apabila mampu memberikan performa kerja yang

53
ramah dan menghasilkan produk berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain
pekerja

54
diberikan bonus apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu
yang lain pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit.
Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada
bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan
menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
III. Interval tetap (fixed interval), dimana suatu respon menghasilkan penguatan setelah
jangka waktu tertentu (khusus). Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada
pertengahan semester (waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-
sungguh saat menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik. Tujuannya membentuk
perilaku belajar.
IV. Interval yang dapat berubah (variable interval), dimana penguatan tergantung pada
waktu dan suatu respon, tetapi waktu antara penguatan berbeda-beda. Artinya,
reinforcement diberikkan dalam waktu yang tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata
penguat yang diberikkan sama dengan pengaturan tetap. Misalnya, dosen yang
memberikan kuis tiba-tiba dalam perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu
belajar agar apabila diadakan kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai
yang baik. Tujuannya membentuk perilaku belajar mahasiswa.

Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda
lainnya, yaitu Law Of Operant Conditioning dan Law of Operant Extinction.
1) Law of operant conditining yaitu jika suatu tingkah/perilaku diiringi dengan stimulus
penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika suatu perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.
Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan
klasik (Classical Conditioning)
Skinner membedakan perilaku atas :
 Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai classical ataupun
respondent behavior, yaitu perilaku yang diharapkan timbul oleh stimulus yang jelas
ataupun spesifik, perilaku yang bersifat refleksif.

55
 Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang
tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah
mendapatkan penguatan

2.5 Behaviorisme Ilmiah

Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia harus di
pelajari secara ilmiah. Aliran behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat
dipelajari dengan baik tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan
motivasi pada perilaku manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas kepada
fenomena alam. Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa manusia termotivasi
oleh dorongan internal dan pemahaman dari dorongan tersebut menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada di luar domain ilmu
pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya. Kondisi seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai,
kepercayaan diri, kebutuhan agresif, keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun
tidak menjelaskan suatu perilaku. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak
hanya sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan lainnya telah
membuat kemajuan yang lebih besar karena telah lama meninggalkan praktik yang
mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan pada pergerakan dari organisme
hidup dan benda-benda mati.

2.5.1. Filsafat Ilmu Pengetahuan


Behaviorisme ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada
penjelasan mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi
kondisi pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.

2.5.2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan


Menurut Skinner (1953), ilmu pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama. Pertama,
ilmu pengetahuan bersifat kumulatif; kedua, merupakan suatu sikap yang menghargai observasi
empiris; ketiga, ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan hubungan yang
berdasarkan hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah. Pertama, ilmu

56
pengetahuan menolak adanya otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua,
ilmu pengetahuan menuntut suatu kejujuran intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk
menerima suatu fakta walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini
tidak berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain. Mereka
tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah menginterpretasikan temuan mereka.
Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas
kejujuranintelektual karena jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan
tidak mempunyai pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan
ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan melakukannya,
dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah melakukan kesalahan dalam
menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang jelas menerbitkan
suatu temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan cukup. Apabila laporan dari hasil
temuan seorang ilmuwan tidak dapat direplikasi, maka ilmuwan tersebut akan terlihat bidih, di sisi
baiknya, dan tidak jujur di sisi buruknya. Oleh karena itu, sikap skeptis yang sehat dan kemauan
untuk menahan suatu penilaian menjadi esensial ketika menjadi seorang ilmuwan.
Skinner (1953) yakin bahwa prediksi, control, dan deskripsi memungkinkan untuk ada
dalam behaviorisme ilmiah, karena perilaku ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku
manusia, yang berupa entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang tidak jelas ataupun
hasil dari keinginan bebas (free will).
Perilaku manusia ditentukan oleh beberapa variable yang dapat diidentifikasi dan
mengikuti suatu prinsip hukum yang memiliki batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat
diketahui. Perilaku yang terlihat tidak jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara individual,
berada diluar kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun mengontrol. Akan tetapi, secara
hipotesis, kondisi ketika hal tersebut terjadi dapat ditemukan, mengizinkan untuk prediksi dan
control serta deskripsi. Skinner memberikan banyak waktunya untuk menemukan kondisi-kondisi
tersebut, menggunakan suatu prosedur yang disebut pengondisian operan.

2.6 Organisme Manusia


Menurut Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga
kekuatan : (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas penguatan yang

57
diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak pengondisian operan adalah suatu
proses yang berevolusi dan praktik budaya menjadi aplikasi spesialnya.
Seleksi Alam
Kepribadian manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu,
perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi kita atas
penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita dibentuk oleh faktor-faktor dari
kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam mempunyai peranan penting dalam kepribadian
manusia.
Perilaku yang bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung
mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang sejarah telah
bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang menguatkan hanya untuk orang-
orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai contoh, seleksi alam lebih condong pada
seseorang yang pupil matanya akan berdilatasi dan berkontraks dengan perubahan percahayaan.
Kemampuan superior yang membuat mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu
mereka menghindari bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai
usia reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana pipinya dielus
dengan lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan kemungkinannya untuk bertahan hidup
dan kemungkinan untuk karateristik rooting ini diturunkan pada anak-anaknya. Hal tersebut
adalah adalah dua contoh atau beberapa reflex yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini.
Beberapa reflex seperti reflex pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup,
sementara yang lainnya seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam
memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia. Skinner
(1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang telah membentuk budaya
manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.
Evolusi Budaya
Skinner lebih suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam
pembentukan perilaku manusia. Seleksi bertanggung jawab atas praktik budaya yang telah
bertahan sebagaimana seleksi memiliki peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga
faktor-faktor dari penguat.

58
Sisa-sia budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif. Sebagai
contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah membantu masyarakat untuk
memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi
menguatkan secara langsung. Contoh lain adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi
memberikan manfaat bagi beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu
ancaman bagi keberadaan manusia.
Kondisi Internal
Walaupun menolak penjelasan dari perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan
bersifat tidak dapat diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal seperti
perasaan cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal dapt dipelajari sama perilaku lainnya
namun tentu saja observasi mereka terbatas.

1. Kesadara Diri
Skinner (1974) yakin bahwa manusia tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi
juga mengetahui atau menyadari kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi
stimulus eksternal, tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
Perilaku adalahsuatu fungsi dari lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada
di dalam seseorang. Bagian kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat
personal. Setiap orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan
intensinya.
2. Dorongan
Dari sudut pandang behaviorisme radikal, dorongan bukanlah penyebab dari
perilaku namun lebih merupakan suatu penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya
merujuk pada dampak kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang
berkaitan dengan sesuatu yang akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang
kekurangan makanan akan meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan seseorang
akan menurunkan kemungkinan tersebut.
Akan tetapi, kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi dengan
perilaku makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang
untuk makan adalah rasa lapar yang diobservasi secara internal, ketersediaan makanan dan
pengalaman terdahulu dengan penguatan perilaku berupa makanan.

59
3. Emosi
Skinner (1974) mengenali keberadaan subyektif dari emosi, namun ia bersikeras
bahwa perilaku tidak dapat diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor
dari kemampuan bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium, seseorang
yang mempunyai kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun kemarahan adalah mereka yang
berhasil selamat atau meraih kemenangan atas suatu kondisi berbahaya, sehingga mampu
menurunkan karateristik ini pada keturunannya. Pada level perseorangan perilaku yang diikuti
oleh rasa senang, kegembiraan, kenikmatan dan emosi-emosi menyenangkan lainnya cenderung
akan mendapat penguatan, sehingga meningkatkan kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam
kehdupan orang tersebut.

4. Tujuan dan Intensi


Skinner (1974) juga mengenali konsep tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia
memperingatkan untuk tidak mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan
intense ada dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar. Tujuan
yang terasa dan sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat menguatkan. Sebagai
contoh, seseorang dapat memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton
film yang serupa telah memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut ingin pergi
menonton film, ia merasakan kondisi fisik dari dalam dirinnya dan memberikan label “intense”.
Oleh karena itu, apa yang disebut intesi atau tujuan adalah stimulus yang terasa secara fisik dari
dalam orgamnisme dan bukan suatu peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku.
Konsekuaensi dari perilaku operan bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang,
konsekuensinnya keduannya hamper sama dengan konsekuensi yang telah terbentuk dan
mempertahankannya.

Perilaku Kompleks
Perilaku manusia dapat menjadi sangat kompleks, tetapi skinner yakin bahwa bahkan
perilaku yang paling abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusim budaya dan
sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Sekali lagi, Skinner tidak menyangkal adanya

60
proses mental tingkat tinggi seperti kognisi dan mengingat. Ia juga tidak melupakan usaha-usaha
kompleks manusia, seperti kreativitas, perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku social.
1. Proses Mental Tingkat Tinggi
Skinner (1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit
dinalisis dari semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti selama
seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir, memecahkan masalah dan
mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat terlihat, yang mengambil tempat didalam diri
seseorang, tetapi tidak didalam pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga dapat dijelaskan
melalui faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat dilihat (overt behavior).
Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci mobilnya, ia akan mencarinya
karena perilaku mencari yang serupa telah diberikan penguatan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.

2. Kreativitas
Mengenai kreativitas, Skinner (1974) membandingkan perilaku kreatif dengan
seleksi alam dalam teori evolusi. “Sebagai suatu sifat yang tidak disengaja, yang muncul dari
mutasi, diseleksi atau kontribusinnya pada kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang tidak
disengaja dalam perilaku diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka. Sama seperti
bagaimana seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies tanpa bergantung pada suatu
pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme menjelaskan perilaku yang inovatif dan baru
tanpa menghiraukan pikiran kreatif yang personal.
Bagi Skinner kretifitas hanyalah suatu perilaku (overt maupun covert) yang
random dan tidak disengaja yang mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Fakta bahwa beberapa
orang lebih kretif dari pada orang lain adalah karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan
pengalaman yang membentuk perilaku kreatif mereka.
3. Perilaku yang Tidak Disadari
Sebagai penganut behaviorisme radikal, Skinner tidak dapat menerima gagasan
bahwa ada suatu gudang dari ide dan emosi yang tidak disadari. Akan tetapi, ia menerima perilaku
yang tidak disadari. Malah, karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara variable
genetic, lingkungan dan perilaku mereka sendiri, hamper semua perilaku kita termotivasi secara
tidak sadar. Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku disebut tidak sadar saat seseorang tidak

61
lagi memikirkan tentang hal tersebut, karena telah ditekan memalui hukum. Perilaku yang
mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan mempunyai kecederungan untuk dilupakan
atau tidak lagi berada didalam pikiran. Seorang anak yang dihukum secara berulang dan dengan
keras karena permainan yang bersifat seksual, mungkinakan menekan perilakunya sekaligus
menahan pikiran atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah terjadi. Penyangkalan
seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan pkiran mengenai
hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat negative. Dengan perkataan lain, anak tersebut
akan terdorong untuk tida berfikir mengenai suatu perilaku seksual.

4. Mimpi
Skinner (1953) melihat mimpi sebagi suatu bentuk perilaku yang tertutup dan
simbolis, yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penguatan sebagaiman perilaku pada umumnya.
Ia setuju dengan Freud bahwa mimpi dapat berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan.
Perilaku bersifat menguatkan saat stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat diekspresikan.
Untuk mempraktika fantasi seksual dan untuk benar-benar menyakiti seorang musuh adalah dua
perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan hukuman. Bahkan, untuk memikirkan secara
tertutup perilaku-perilaku tersebut akan mempunyai dampak yang menghukum, namun didalam
mimpi perilaku tersebut dapat diekspresikan secara simbolis tanpa hukuman yang menyertainya.
5. Perilaku Sosial
Kelompok tidak berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu
membentuk kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut.
Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun setidaknya tiga
alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu kelompok. Pertama, individu tetap
berada pada suatu kelompok yang menyiksa mereka karena beberapa anggota anggota kelompok
menguatkan mereka. Kedua, beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk memunyai cara
keluar dari keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal yang tidak teratur.

62
Kontrol dari Perilaku Manusia
Perilaku seseorang dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan, dan bukan kemauan
bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
Kontrol Sosial

Seseorang bertindak untuk membentuk suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini
cenderung menguatkan. Kemudian, kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap
anggotanya dengan merumuskan hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak,
yang mempuyai suatu kehadiran fisik diluar kehidupan tersebut. Hukum negara, peraturan
organisasi, dan kebiasaan budaya berada diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol
dan berfungsi sebagai variabel yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup anggotannya.
Menurut Erich Fromm, setiap orang dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial,
namun semannya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2)
menjelaskan faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner, 1953).
Masyarakat memberikan suatu kontrol atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari
pengondisian operan, yaitu pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman
(memberikan stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang
menyenangkan).
Teknik kedua dari kontrol sosial adalah untuk memprediksikan kepada seseorang
mengenai faktor-faktor dari penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya
verbal, untuk memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan.
Banyak contoh yang tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui ancaman atau
janji. Cara yang lebih halus dalam kontrol sosial adalah dengan iklan, dirancang untuk
memanipulasi manusia untuk membeli suatu produk tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-
contoh ini yang mengusahakan suatu kontrol akan berhasil dengan sempurna, tetapi masing-
masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang diinginkan akan muncul.
Ketiga, perilaku dapat dikontrol dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan
memuaskan mereka dengan suatu pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan
kepuasan adalah kondisi internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang
yang kekurangan makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki
kemungkinan yang lebih rendah walauoun tersedia makanan yang lezat.

63
Terakhir, manusia dapat dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti menahan seorang
anak dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan pelanggar hukum kepenjara.
Pengendalian fisik berfungsi untuk melawan dampak pengondisian, dan pengendalian tersebut
berakibat pada erilaku yang berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia
tidak dikendalikan.
Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk
menghalau kebebsan seseorang. Akan tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak
mempunyai hubungan apa pu dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari
kemampuan bertahan hidup serta dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan
sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan mengendalikan fisik eseorang tidak melakukan negasi yang
berlebih pada kebebasan dibandingkan teknik kontrol lainnya, termasuk kontrol diri.

Kontrol Diri

Skinner mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam
lingkunganorang lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm lingkunganmereka sendiri,
dan melakukan beberapa bentuk kontrol diri.

Skinner dan Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan


beberapa teknik yang dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan kontrol diri tanpa
bergantung pilihan bebas. Pertama, mereka dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas,
mesin, dan sumber finansial merubah lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash
lingkungannya sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku yang diinginkan.
Ketiga, manusia dapat mengatur lingkungannya supaya dapat menghindari stimulus yang tidak
menyenangkan, hanya dengan melakukan respon yang tepat. Keempat, manusia dapat
menggunakan obat-obatan, terutama alkohol sebagai suatu cara melakukan kontrol diri. Kelima,
manusia dapat melakukan hal lain untuk menghindari berperilaku dengan cara yang tidak
diinginkan.

2.7 Kepribadian yang Tidak Sehat

64
Teknik kontrol sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak,
yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak
sehat.
Strategi Perlawanan
Saat kontrol sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga strategidasar
untuk melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau menggunakan
resistensi pasif (Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui menghindar, manusia menarik
diri dari agen yang melakukan kontrol secara fisik atau psikologis. Manusia yang melawan
dengan menghidar akan mengalami kesuliatan untuk terlibat dalam hubungan personal yang
intim, cenderung menjadi tidak percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa
adanya keterlibatan.
Manusia yang memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali
menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak fasilitas
umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang lain, mencuri peralatan
dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk
seperti agama atau pemerintahan.
Manusia yang melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang
memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang mencoba untuk
menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling sering digunakkan pada saat
menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan. Salah satu karakteristik yang paling jelas
adalah sifat keras kepala.
Perilaku yang Tidak Pantas
Perilaku yang tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang
merugiukan diri sendiri atau dari usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama saat
salah satu dari kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti kebnayakan perilaku, respon
yang tidak pantas atau tidak sehat dipelajari. Perilaku tersebut terbentuk dari penguatan negatif
dan positif, khususnya oleh dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang tidak pantas meliputi perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak
masuk akal untuk sitiasi yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks sejarah masa
lalu; dan perilaku snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai cara untuk menghindari
stimulus yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan hukuman. Bentuk lain dari
perilaku

65
tidak pantas adalah menghindari kenyataan dengan tidak memberikan perhatian sama sekali
terhadap stimulus yang tidak menyenangkan.

2.8 Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran


Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
 Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
 Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
 Materi pelajaran digunakan sistem modul.
 Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
 Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
 Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
 Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
 Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
 Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
 Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
 Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
 Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
 Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah
dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
2.9 Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara
lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk
mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang
pendidikan yaitu
1. Meningkatkan perilaku yang diinginkan.

66
2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang
diharapkan yaitu:
– Memilih Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi
anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling
baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak
dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak
terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan
ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
– Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif,
guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku
terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan”jika…maka”. penguatan akan
lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan
tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan
dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh
soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin
akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
– Memilih jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan
suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
b) Jadwal rasio variabel: suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan
tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
c) Jadwal interval – tetap: respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval – variabel: suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu
berlalu.
– Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting) adalah menempatkan
kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai
harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku
terapan

67
menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas
mengandung pernyataan”jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian
diberi tanggal.
– Menggunakan penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi
respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari. Seorang guru
mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh
masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping)

Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan
sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan
terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku
sasaran.
Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek,
mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku
terapan adalah
– Menggunakan Penguatan Diferensial.
– Menghentikan penguatan (pelenyapan)
– Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
– Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)

2.10 Kelebihan dan Kekurangan Teori

Skinner 2.10.1. Kelebihan


Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.
2.10.2. Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994)
adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah

68
laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem
hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak
merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

69
BAB III
PENUT
UP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu Operant Conditioning merupakan suatu bentuk
belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana
individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan.
Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan
(reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment)
adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
3.2. SARAN
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan
adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita dan
merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang
pelajar yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa dipahami
oleh para pembaca.

70
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J. F. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 buku 2. Jakarta: Salemba


Humanika. http://ganieindraviantoro.wordpress.com/2012/04/23/b-f-skinner-
theory/
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta. John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media
Group: Jakarta. Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
Arie Asnaldi, 2005. Teori –Teori belajar. http://asnaldi.multiply.com/journal/item/

B.F. Skinner and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-


one Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada Sobur Alex, M. Si. Drs. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka
Setia, 2003

Walgito Bimo. Dr. Prof. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : ANDI,

2003 Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang :UUM Press, 2007

Boeree George. C. Dr. Personality Theories. Jogjakarta : PRISMASOPHIE, 200

Ladidlaus Naisaban, 1997, para psikolog terkemuka dunia: riwayat hidup, pokok pikiran,
dan karya, grasindo, jakarta hal 357-365

71
Kelompok 5

72
TEORI MENURUT ARITOTELES

NAMA KELOMPOK 5
RONALDO SAHAT MARTUA 22150610
SANDI PRATAMA PUTRA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN


PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO S1
UNIVERITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022/2023
v

BAB I

PENDAHULUAN

 
73
1.LATAR  BELAKANG MASALAH

Perkembangan merupakan perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme


menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmani) maupun psikis (rohani).
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa
konsepsi sampai masa kematangan atau masa tua.

2.RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis dapat menyusun beberapa rumusan masalah, sebagai beikut :

1.Bagaimana  fase-fase pertumbuhan dan perkembangan

2.Apa ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

3.TUJUAN PENULISAN

1.Mengetahui fase-fase pertumbuhan dan perkembangan

2.Mengetahui ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

BAB II

PEMBAHASAN
74
1. A.       Fase-fase Perkembangan

Perkembangan merupakan perubahahn-perubahan yang dialami individu menuju tingkat


kedewasaannya atau kematangannya, yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis. Setiap aspek perkembangn individu,
baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangannya merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Fase-fase perkembangn dapat diartikan sebagai
penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri
khusus atau pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah penahapan ataupun pembabakan
perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat, pendapat-pendapat itu secara garis besar dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.

1.        Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis

Sekelompok ahli menentukan penahapan itu brdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan
tertentu. Pendapat para ahli tersebut diantaranya adalah :

a.             Pendapat Aristoteles

Aristoteles menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa itu dalam tiga tahap
yang masing-masing lamanya 7 tahun.

Tahap 1         : dari umur 0 sampai 7 masa anak kecil atau bermain.

Tahap 2         : dari 7 sampai 14 masa anak, masa belajar atau sekolah rendah.

3.        Tahap perkembangan berdasarkan Psikologis

Dalam perkembangan ini individu mulai mengalami masa-masa kegoncangan ,

Perkembangan ini dapat dilukiskan sebagai proses evolusi, maka pada masa kegoncangan itu
evolusi berubah menjadi revolusi. Pada umumnya selama perkembangannya individu
mengalami masa kegoncangan ada 2 kali yaitu : 1. Kira-kira tahun ketiga atau keempat , 2. Pada
permulaan masa pubertas. 75
Berdasarkan atas kegoncanan tersebut , perkembangan individu dapat digambarkan melewati 3
masa yaitu :

1. Dari lahir – masa kegoncangan pertama yang disebut masa kanak-kanak.


2. Dari masa kegoncangan pertama sampai kegoncangan kedua disebut masa. berkerasian sekolah
3. Dari masa kegoncangan kedua sampai akhri masa remaja disebut masa kematangan.

Perkembangn individu sejak lahir hingga dewasa

1. 1.             Masa Usia Pra-Sekolah

 Masa vital :  pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hak dalam dunianya. Untuk masa belajar, freud menamakan tahun pertama dalam
kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber
kenikmatan dan ketidaknikmatan. Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan, dengan mulai
berjalan maka anak akan mulai belajar menguasai ruang.
 Masa Esteti : pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.
Perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya. Pada masa ini indera masih
peka, karena itu montessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih penca
inderanya.

1. Masa Usia Sekolah Dasar

Masa sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektal atau masa keserasian sekolah.
Pada masa keserasian ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum
dan sesudahnya. Masa ini dapat diperincinci menjadi :

 Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain :
 Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan jasmsni dan prestasi sekolah.
 Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
 Ada kecendrungan memuji diri sendiri
 Suka membanding-bandingkan dirinya drngan anak lain
 Kalau tidak dapat menyeledaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak penting.
 Anak menghendaki nilai rapornya baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi baik atau buruk.
 Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar

Beberapa sifat khas anak-anak  pada masa ini sebagai berikut:


76
 Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret.
 Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran
khusus.
 Kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa untuk
menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya
 Anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
 Gemar membentuk kelompok sebaya.

Masa Usia Sekolah Menengah

 Masa pra remaja

Istilah masa pra remaja digunakan untuk menunjukkan suatu masa yang langsung mengikuti
masa pueral, biasanya berlangsung relatif singkat. Masa ini ditandai ole sifat-sifat negatif pada si
remaja, sehinggaa sering kali masa ini disebut masa negatif.berbagai gejala yang dianggap
gejala negatif pada mereka yaitu : tidak tenang, tidak suka bekerja, kurang suka bergerak lekas
lemah, kebutuhan untuk tidur besar,  Penyebab gejala-gejala negatif ini timbul yaitu mulai
bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin yang mana mulai bekerja dengan membawa perubahan-
perubahan cepat dalam diri si remaja dan seringkali perubahan-perubahan itu tidak mereka
pahami, sehingga menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti, malu, jengkel,dsb.

 Masa remaja

Pada masa ini seseorang mulai merasakan gangguan ketenagan dan keamanan batinnya,
kebutuhan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang turut dapat
merasakan suka dukanya.disinilah mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk mencari
pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandanga bernilai. Tidak mau lagi menggunakan
sikap kekanak-kanakannya.

 Masa remaja akhir

Setelah si remaja dapat menentukan sistim nilai yang diikutinya, dia dapat menentukan
pendirian hidupnya. Pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah tepenuhilah
tugas-tugas pengembangan masa remaja , yaitu menemukan pendirian hidup dan masuk dalam
masa dewasa awal.

4.             Masa Usia Mahasiswa

77
             Pengujian pendirian hidup pemuda-pemudi usia mahasiswa dilakukan dalam berbagai
kontak sosial dalam berbagai kesempatan atau berbagai kelompok sosial. Pada umumnya pada
masa ini kelompok-kelompok sosial telah terbentuk berdasarkan atas sistem nilai-nilai tertentu,
yang dari segi kehidupan bermasyarakat dipandang lebih matang dari pada kelompok anak-anak
remaja. Pada usia mahasiswa ini, kelompok-kelompok dengan dasar asal kumpul telah
berkurang jika dibandingkan dengan masa remaja.Suatu sifat khas individu usia mahasiswa itu
berada dalam vitalitas optimum, perkembangan intelektualnya telah berada pada taraf
operasional formal, sehingga kemampuan nalarnya tinggi.

4.        Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan

Ada dua ciri pokok pertumbuhan dan perkembangan yaitu :

1.        Adanya penambahan ukuran/ berat serta perbedaan perbandingan


ukuran/berat/kesanggupan.

2.Hilangnya ciri-ciri yang lama dan munculnya ciri-ciri yang baru.

Pada anak yang tumbuh dan berkembang secaa normal, akan tampak ukuran jasmaniah sejalan
dengan bertambahnya umur anak. Ukuran-ukuran badan akan bertambah besar dan tinggi,
bidang rohanipun mengalami perubahan yaitu bertambahnya kemampuan, kesanggupan untuk
mengamati, mengingat, merasa,dan sebagainya. Lenyapnya pengaruh dari beberapa kelenjar
disusul dengan timbulnya kelenjar baru, yang semula belum berfungsi, yaitu kelenjar kelamin.
Jiwa yang sehat akan berkembang sejalan dengan pertumbuhan jasmani yang sehat pula

78
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan merupakan perubahahn-perubahan yang dialami individu menuju tingkat


kedewasaannya atau kematangannya, yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis. Setiap aspek perkembangn individu,
baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangannya merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Fase-fase perkembangn dapat diartikan sebagai
penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri
khusus atau pola tingkah laku tertentu. Dan ciri-ciri nya yaitu Adanya penambahan ukuran/
berat serta perbedaan perbandingan ukuran/berat/kesanggupan, dan Hilangnya ciri-ciri yang
lama dan munculnya ciri-ciri yang baru
79
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini, tentunyakami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya buku rujukan yang kami dapatkan untuk judul makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman ataupun dosen pembimbing yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan-penulisan
makalah dikesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Drs. H, Psikologi Umum, Gt. 1. PT Bina Ilmu, Surabaya, 1983.

Fauzi Ahmad, Drs. H, Psikologi Umum, CV Pustaka Setia, Bandung, 2004.

Yunus LN.M.Pd., Dr. H.Syamsu., psikologi perkembangan anak dan remaja, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004

80
SESI TANYA JAWAB

1.RAJJ(019) PADA TAHAP MANAKAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI


SEORANG INDIVIDU PALING TERASA,PADA SAAT REMAJA ATAU
DEWASA?

2.JESIKA(010) BAGAIMANA PENDAPAT KELOMPOK KALIAN TENTANG


TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DALAM PANGPLIKASIAN
TEORI MENURUT ARISTOTELES, DAN APA CONTOH DARI
PERUBAHAN PROPORSI DALAM TEORI INI BAGI PESERTA DIDIK?

3.SATRIA(021) MENGAPA ARISTOTELES BERPANDANGAN PERLUNYA


ADANYA HAK MILIK INDIVIDU?

4.PUTU ARIYASTIKA(004) COBA JELASKAN SINGKAT TENTANG


ARISTOTELES?

5.NANDA(012) APA YANG MENJADI FILSAFAT ARISTOTELES DENGAN


FILSAFAT PLATO?

6. APA KAITANNYA DENGAN MATA KULIAH PPD?

81
Kelompok 6

82
MAKALAH TEORI MENURUT IVAN PAVLOV 
 
 

 
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik 
       Dosen pembimbing: 
I Putu Suka Arsa, S.T.,  M.T. 
Disusun oleh: 
Kelompok 6 
Alberto Antonio Gilang Iki 
2215061017 
Made Bagus Rajj Danindra 
            2215061019 
 
 
 
 
 
 
 
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO 
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 
SINGARAJA 
2022 
KATA PENGANTAR 
Om Swastiastu, Assalamualaikum wr.wb, salam sejahterah,salam kebajikan,namo
budaya,salam harmoni. 
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Menurut
Pavlov”. 
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Bapak I Putu Suka Arsa, S.T., M.T. 
selaku dosen pengajar mata kuliah Perkembangan Peserta Didik,makalah ini diharapkan dapat
menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri. 
83
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Putu Suka Arsa, S.T., M.T. pada
kuliah Perkembangan Peserta Didik yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis,
sehingga sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ini. 
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah sempurna.  
 
 
 
Singaraja, 02 Oktober  2022 
 
                                                                                                              Penulis 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI 
 
BAB I PENDAHULUAN1 
1.2 Latar Belakang1 
1.2 Rumusan Masalah1 
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 1 
1.4 Manfaat 1 
BAB II PEMBAHASAN2 
2.1  Teori Belajar Ivan Petrivich Pavlov2 
2.2  Eksperimen Ivan Petrivich Pavlov2 
2.3 Contoh teori Pavlov………………………………………………………………………………3 
BAB III PENUTUP4 
DAFTAR PUSTAKA4 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  84
 
 
 
 
BAB I 
 PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang 
Teori belajar merupakan landasan proses belajar yang mengontrol terbentuknya kondisi
belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip panduan ke dalam
desain kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan. Teori pembelajaran membantu guru dalam
menegakkan model pembelajaran yang diterapkan. Sejumlah teori belajar telah ditemukan yang
pada dasarnya berfokus pada pencapaian perubahan perilaku setelah proses pembelajaran. Teori
belajar adalah ilmu menyesuaikan kondisi belajar untuk mencapai perubahan perilaku yang
diharapkan. Teori-teori pembelajaran yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran antara lain
teori pembelajaran konstruktivis dan teori pembelajaran pengolahan informasi. Teori belajar
konstruktivis berpendapat bahwa siswa harus menemukan dan mengubah kompleks informasi
sendiri, memvalidasi informasi baru menggunakan aturan lama, dan memodifikasinya ketika
aturan lama tidak lagi berlaku.Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah teori
pembelajaran pemrosesan informasi. dibuat lebih terlihat. 
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Classic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. 
 
2. rumusan masalah 
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 
1 . Bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov? 
2.  Bagaimana eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov? 
 
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain: 
1. Mempelajari dan mengetahui tentang teori Ivan pavlov; 
2. Agar kita dapat menerapkan teori ini dalam kegiatan belajar kita 
 
1.4 Manfaat 
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui lebih dalam lagi
tentang teori pembelajaran dan eksperimen yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov. 
 
 
BAB II 
 PEMBAHASAN 
 
3. Teori Belajar Ivan Petrivich Pavlov  
Telah di bahas di bagian latar belakang bahwa Ivan Pavlov adalah seorang behavioristik
terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang
darinya hingga kini.  Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti
sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang
dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme,
dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran,
85
peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana
baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya
bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat
berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan
dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang. 
 
2.2  Eksperimen Ivan Petrivich Pavlov 

 
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas: 
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). 
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan
air liur. 
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah
diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR)
akibat pemberian makanan. 
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan
respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR). 
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di
berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. 
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan
stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut
dengan extinction  atau penghapusan. 
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan
sebagai berikut: 
1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui
kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan 
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah
stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan. 
86
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom
atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur 
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel
dengan makanan. 
 
Contoh Penerapan Teori Pavlov Pada Kehidupan sehari-hari 
A. Aroma makanan atau tempat makan  Ketika kita sedang menunggu pesanan ayam
goreng, mungkin kita sudah menelan ludah saat aroma ayam goreng keluar dari
penggorengan. Bahkan perasaan nikmat sudah menghampiri sebelum kita menyantapnya 
 
B. Ringtone handphone  Saat kita berada di tempat umum kemudian mendengar
ringtone handphone yang tidak asing, secara naluri kita langsung mengambil handphone
kita. Hanya untuk memastikan bahwa bunyi itu berasal dari handphone kita atau orang
lain. Hal ini termasuk salah satu pengkondisian klasik atau classical conditioning.  
 
C. Kebiasaan merokok Ketika sedang berada di suatu tempat dan melihat ada asbak,
dapat membuat seorang perokok menyalakan rokoknya tanpa sadar. 
 
Kesimpulan 
Eksperimen Pavlov menyatakan bahwa reaksi suatu Individual dapat dikendalikan,
diubah, dan digabungkan, berdasarkan stimulusnya 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III 
PENUTUP 
 
 
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses
kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.
Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat
latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
(unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat
atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi
terhadap suara bunyi tertentu. 
 
 
 
 
 
 
 
  87
DAFTAR PUSTAKA 
 
 
https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/11/130000369/teori-pavlov-pengertian-dan-
contohnya 
 
https://www.sehatq.com/artikel/teori-pavlov-bisakah-mengubah-kebiasaan-buruk-seseorang 
 
https://profesi-unm.com/2021/09/16/intip-eksperimen-ivan-p-pavlov-dalam-buku-teori-
kepribadian-ujam-jaenudin/ 

 
 
 
 
 
 
 
 

 
PERTANYAAN  
1. 021 I nyoman satria triwiguna- mengapa teori ini melakukan percobaan pada
hewan? 
 
2.   003 Kadek Mei Pramana- teori Ivan pavlov dengan pembelajaran peserta didik? 
 
3. 006 Wayan Yudi Darma Putra- mengapa gambar ke-2 itu tidak mengeluarkan air
liur  
      sedangkan gambar ke-4 mengeluarkan air liur? 
 
4. 009Gede Suasneda- menurut kalian apa kelebihan dari teori Ivan Pavlov  dan
apakah kekurangan dari teori ini?, jelaskan jika ada   
  
5. 005 Gede Sanca- apa tujuan utama Ivan Pavlov melakukan eksperimen kepada
anjing? 
 
 
6. 010 Jesika Putri- siapakah tokoh yang mengemukakan teori operant conditioning
tentang teori Ivan Pavlov? 
 
7. 008 Tiara Elok- apakah teori Pavlov bisa di terapkan di semua kalangan pelajar? 

88
Kelompok 7

89
PERIODE PERKEMBANGAN MANUSIA

Disusun oleh :
Gede Suasneda (2215061009)
I Kadek Nova Kresna Adi (2215061024)

90
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belaka
ng

Periode perkembangan manusi terdiri atas tiga masa yaitu; masa anak- anak, masa
remaja, dan masa dewasa. Masa anak-anak merupakan masa dimana anak mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dalam bebrapa aspek bagi kehidupan
selanjutnya.Masa anak-anak juga sering disebut sebagai masa Golden Age, biasanya
ditndai dengan perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosional.
Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa.Masa remaja dapat dimulai sejak seseorang menunjukan tanda-tanda
pubertas dan berlanjut hungga kematangan seksual sehingga dorongan seksual yang
timbul semakin besar. Pada masa ini individu mengalami berbagai peubahan, baik fisik
maupun psikis. Biasanya perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana
tubuh berkembang pesat sehingga mencpai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
perkembangan kapasitas reproduktif.
Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 hingga kira-kira 40 tahun, biasanya
ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ fital anak yang telah
berkembang dan mampu bereproduksi.

92
BAB II
PEMBAHASAN

Menurut beberapa ahli, ada beberapa periode yang harus dilewati manusia dalam
kehidupan, yaitu periode bayi, periode anak – anak, periode remaja, periode dewasa dan
periode uisa lanjut. Adapun beberapa perkembangan yang terjadi pada manusia pada
setiap periodisasinya, yaitu seperti perkembangan Psikologis, perkembangan biologis,
perkembangan didaktis.
1. Periodisasi yang berdasar biologis
Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan
atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala
pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase keduia dibatasi oleh pergantian
gigi, dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut
yaitu:
a Fase anak kecil (0-6 tahun).
b Fase anak sekolah ( 7- 14 tahun) yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar
kelengkapan kelamin.
c Fase remaja (14 – 21 tahun).
d Fase dewasa (22 - 45 tahun)
e Fase usia lanjut ( 60 tahun ke atas)
2. Periodisasi yang berdasar psikologis
Psikologi terhadap perkembangan manusi merupakan ilmu yang mempelajari
perkembangan grafik kehidupan jasmani maupun rohani ataupun kejiwaan manusia
dari semenjak lahir, bayi, anak-anak remaja, dewasa, hingga tua, dimana pada setiap
fase memiliki ciri khas tersendiri.
a. Tahap Perkembangan Seorang Bayi (infacy)
Periode ini berlangsung sejak lahir sampai dengan umur 18 bulan. Periode ini
disebut juga dengan tahap perkembangan sensorik oral, karena individu biasa
melihat bayi memasukan segala sesuatu ke mulutnya. Pada tahap ini orang tua
berperan penting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasik sayang
kepada bayi, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini
delalui dengan baik bayi akan menumbuhkan rasa percaya pada lingkungan dan
melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya jika gagal pada

93
periode ini individu akan memiliki perasaan tidak terpacaya dan akan melihat
bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan.
b. Tahap Perkembangan Anak -Anak Awal (early children)
Tahap ini basanya berlangsung pada umur 18 bulan – 3 tahun. Selama tahap
perkembangan individu akan mempelajari keterampilam diri sendiri. Bukan
sekedar belajar berjalan, berbicara, dan makan sendiri,melainkan juga
mempelajari tahap perkembangan seseorang, perkembagan motork lebih halus,
termasuk latihan yang sangan dihargai (toilet trainining)Seiring dengan
berkembangnya kemapuan mengendalikan tubuhnya pemahaman tentang benar
dan salah.
c. Tahap Bermain (play age)
Masa ini berlangsung pada usia 3-5 tahun. Pada periode ini individu, biasanya
memasukan gambaran tentang individu dewasa di sekiarnya dan secara inisiatif
dibawadalam situasi bermain
d. Tahap Perkembangan Usia Sekolah (school age)
Fase ini berlangsung pada usia 6 – 12 tahun. Periode ini sering disebut juga
dengan periode laten, karena individu hanya menunjukan tahap pekembangan
seseorang tahap perkembangan fisik tanpa tahap perkembangan dalam aspek
mental, berbeda seperti yang sebelim- sebelumnya. Bila individu gagal
menempatkan diri secara normal dalam konteks psikologis, ia akan mersakan
ketidak mampuan dan rendah diri.
e. Tahap Perkembangan Seorang Remaja ( Adolescence)
Thap ini berlangsung pada usia 12 – 18 tahun. Periode ini bukan lagi anak tetapi
belum menjadi dewasa. Tugas tahap ini adalah menemukan jati diri sebagai
individu yang terpisah dari keluarga asal dan bagian dari ligkup psikologi yang
lebih luas.
f. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Awal (Young Adulhood)
Fse ini berlangsung pada usia 18 – 35 tahun. Langkah awal menjadi dewasa
adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang saling memberikan rasa senang
dan puas, utaanya melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini
memberikan keintiman di level yang mendalam.

94
g. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa ( Middle Adulthood)
Periode ini berlangsung pada usia 35 – 65 thun. Masa ini dianggap penting karena
dalam periode inilah individu cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif
dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputan keluarga.
h. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa Akhir ( Late Adulthppd)
Msa ini berlangsung pada usia 55 hinga meninggal. Individu berusia lnjut yang
bisa melihat kembali masa – masa yang telah dilaluinya dengan bahagia, merasa
tercukupi dan merasa telah memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan
merasa integritas. Kebijaksanaannya yag tumbuh menerima keluasan dunia dan
menjelanbg kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
3. Periodisasi yang berdasar didaktis.
Pembagian masa – masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh
Harvey.A Tilker, phD dalam “ Developmental Psychology to day” (1975), dan
Elizabeth B. Hurlock dalam “ Developmental Psychology” (1980). Tampak sudah
lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan
manusia ang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian
periodisasinya. Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B.
Hurlock;
a. Masa sebelum lahir (prenatal) ( 9 bulan)
Masa ini ialah saat pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa
pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme
yang sempurna dengan kemampuan otak dan prilaku yang dihasilkan kira – kira
dalam periode 9 bulan.
b. Masa bayi (babyhood)(2 minggu – 2 tahun )
Masa ini ialah perode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18
atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung dengan orang
dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti
Bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial
c. Masa kanak – Kanak awal ( early childhood ) (2-6 tahun)
Masa ini yaitu masa perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia 5
tahun atau 6 tahu, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah.
Selama masa ini, anak – anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri
mereka sendiri, mengembangjan keterampilan kesiapan sekolah (mengikuti
perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam – jam untuk
95
bermain dengan teman-teman sebaya.Jika telah memasuki kelas stu sekolah
dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal kanak-kanak.
d. Masa kanak – kanak akhir ( later childhood) (6-12 tahun)
Masa ini ialah periode perkembangan yang merentang kira-kira 6 sampai dengan
12 tahun yang setara dengan tahun – tahun sekoalh dasar, periode ini biasanya
disebut dengan tahun-tahun sekoalah dasar. Keterampilan -keterampilan
fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara
formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi
menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai
meningkat
e. Masa remaja (adolescence) (10-19 tahun)
Masa remaja ialah suatu oeriode transisi dari masa awal kanak- kanak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usi kira-kira 10-19 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat badan tinggi badan
yang dramatis., perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buad dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara.Pada perkembangan ini, pencaoaian kemandirian dan identitas sangat
meninjil (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealitis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di liar keluarga.
f. Masa dewasa awal ( early adulthood)(20-30 tahun)
Masa ini ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun
atau awal 20 tahun dan berakhir pada usia 30 tahun. Ini adalah masa
pembentukan kemandirian pribadi dan ekonimi, masa pemilihan pasangan,
belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh
anak.
g. Masa dewasa madya ( middle adulthood)
Masa pertengahan dewasa ialah periode perkembangan yang bermula pasa usia
kira-kira 35 – 45 tahun dan merentang hingga usia 60 tahun> Ini adalah masa
untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti
membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan
mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
h. Masa usia lanjut (later adulthood)
Masa akhir dewasa atau masa usia lanjut adalah perkembangan yang bermula
pada usia 60 atau 70 tahun yang berakhir pada kematian. Ini adalah masa
96
penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali
kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran – peran sosial baru.

97
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Periode perkembangan manusi terdiri atas tiga masa yaitu; masa anak- anak, masa
remaja, dan masa dewasa. Menurut beberapa ahli, ada beberapa periode yang harus
dilewati manusia dalam kehidupan, yaitu periode bayi, periode anak – anak, periode
remaja, periode dewasa dan periode uisa lanjut. Adapun beberapa perkembangan yang
terjadi pada manusia pada setiap periodisasinya, yaitu seperti perkembangan Psikologis,
perkembangan biologis, perkembangan didaktis.

98
Pertanyaan
1. Tiara elok (008) Apakah setiap individu memiliki perkembangan dan
pertumbuhan? 2.Satria triwiguna (021) apakah pertumbuhan fisik dapat
berpengaruh pada pertumbuhan psikologis?
3. Sanca (005) coba jelaskan perkembangan apa yang terjadi pada tahap seorang
remaja!
4. Rita setia budi (002) bagimana keterkaitan pertumbuhan dan perkembangan
manusia dalampembentukan karaskteristik peserta didik?
5. Kadek aditia (020) masukan gambaran tentang individu dewasa!
6. Jesika putri (010) bagaimana cara guru dalam mengetahui setiap perkembangan
peserta didik dalam menanggapi sebuah pemblajaran pada kemajuan yang dimiliki
oleh peserta didik?
7. Anaatasya angela ( 011 ) apa yang terjadi pada saat perkembangan usia lanjut?
Kelompok 8

100
Kelompok 9

101
TUGAS MKALAH MATAKULIAH PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
Dosen Pengempu Mata Kuliah: Dr. I Putu Suka Arsa,.S,T.,M.T
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Disusun Oleh:
Wayan Yudi Darma Putra (2215061006)
Kadek Arya Sastrawan Korry (2215061022)

Fakultas Teknik dan Kejuruan


Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

102
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan paper
“Perkembangan Peserta Didik”. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. I Putu Suka Arsa,.S,T.,M.T yang telah membantu kami
dalam belajar Perkembangan Peserta Didik.
Saya sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada paper ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper ini dapat membawa pemahaman
dan pengetahuan bagi kita semua tentang perkembangan peserta didik.

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Karakteristik 2
2.2 Pengertian Perkembangan 2
2.3 Pengertian Anak Usia dini 2
2.4 Karakteristik Perkembangan Anak Usia dini 2
2.5 Tahap-Tahap Perkembangan 3
KESIMPULAN 5
DAFTAR PUSTAKA 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut para ahli anak yang berada usia dini tersebut dikatakan sebagai
usia masa emas. Kenapa masa ini disebut dengan masa emas, karena pada masa
ini anak sedang berkembang dengan pesat dan luar biasa. Sejak di lahirkan,sel-
sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat sambungan antar
sel. Proses ini lah yang membentuk pengalaman yang akan di bawa seumur
hidup dan sangat menentukan. Dengan berbagai media sebagai hasil penelitian
riset otak, disebut bahwa otak manusia ketika lahir terdiri atas 100 sampai 200
miliar sel otak, yang siap mengembangkan beberapa triliu informasi.
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0
sampai 6 tahun) merupakan masa keemasan dimana stimulasi seluruh aspek
perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa
awal kehidupan anak merupakan masa penting dalam rentang kehidupan
seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami
perkembangan fisiknya. Dengan kata lain, bahwa anak usia dini sedang dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut telah di mulai sejak pernatal,
yaitu sejak dalam kandngan. Pembentukan sel saraf otak, sebagai modal
pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir
tidak terjadi lagi pembentukan sel saraf otak, tetapi hubungan antarsel saraf
otak terus berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang di maksud dengan karakteristik?
1.2.2 Apa yang di maksud dengan Anak usia dini?
1.2.3 Apa yang di maksud dengan perkembangan anak usia dini?
1.2.4 Apa saja karakteristik perkembangan anak usia dini?
1.2.5 Macam-macam tahap Perkembangan karakteristik anak usia dini?

3
1.3Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa yang di maksud dengan karakteristik
1.3.2 Mengetahui apa yang di maksud dengan Anak usia dini
1.3.3 Mengetahui arti perkembangan Anak usia dini
1.3.4 Mengetahui Karakteristik pada perkembangan anak usia dini
1.3.5 Mengetahui macam-macam tahap perkembangan karakteristik anak
usia dini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KARAKTERISTIK

Karakteristik berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakterristik merupakan watak, sifat,
tindakan, atau tingkah laku pada anak

2.2 PENGERTIAN PERKEMBANGAN


Perkembangan adalah sebuah proses untuk menuju kedewasaan dengan
perubahan pikiran, emosi serta kecakapan yang lebih matang. Perkembangan
tidak mengenal batas usia, sehingga makhluk hidup dapat terus berkembang
seiring bertambahnya usia.
2.3 PENGERTIAN ANAK USIA DINI
Anak usia dini adalah masa kritis bagi anak berkembang dengan sangat
pesat dan masih bisa berubah sesuai bentukan orangtua hingga faktor
lingkungan. Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang disebut dengan anak usia dini adalah anak usia 0- 6
tahun, sedangkan menurut para ahli adalah anak usia 0-8 tahun. Pendidikan
anak usia dini merupakan pembahasan yang sangat luas dan sangat menarik
untuk dikaji, karena usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan
perkembangan anak
2.4 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

4
Secara umum,anak usia dini memiliki karakteristik seperti: unik, aktif
dan energik,rasa ingin yang kuat dan antusias terhadap banyak hal, eksploratif
dan berjiwa petualang,spontan, senang dan kaya akan fantasi, masih mudah
frustasi,masih kurang mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, daya
perhatian pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
dan semakin menunjukan minat terhadap teman.
Sebagai Contoh; anak usia dini yang baru bersekolah di PAUD,TK atau
sekolah-sekolah pendidikan usia dini. Mereka akan menunjukan sikap yang
mudah melupakan sesuatu hal yang baru terjadi,misalnya saat mereka bermain
ada salah satu dari temannya yang nakal mengganggu, mereka akan
bermusuhan untuk waktu yang sejenak dan kemudian mereka akan bermain
bersama lagi. Dan merekapun memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
akan banyak hal. Dalam hal ini mereka akan sering banyak bertanya kepada
orang yang di anggapnya lebih tahu akan hal-hal tersebut. Bila mereka belum
merasa puas akan jawaban yang diberikan, dengan rasa ingin tahunya,mereka
akan bertanya kembali, sampai dia tahu apa maksud dari yang ia tanyakan. Dan
disini peran orang tua dan orang-orang sekitar yang lebih tua dari anak usia dini
memberikan efek tersendiri bagi anak usia dini. Terutama peran orang tua
dalam mendidik buah hati akan berpengaruh dalam perkembangan anak usia
dini. Anak yang penuh kasih sayang dari orang tua ataupun dari lingkungan
sekitar akan memiliki rasa yang bahagia dan nyaman serta memiliki mental
yang baik. Lain halnya dengan anak yang pada anak usia dini kurang
mendapatkan kasih sayang dan pendidikan yang baik dari orang tua kelak anak
itupun akan memiliki rasa yang kurang bahagia dan mental yang kurang baik.
Serta tingkah laku orang tua sekalipun akan mereka ikuti karena mereka
menganggap apa yang orang dewasa lakukan itu baik, padahal belum tentu apa
yang di lakukan oleh orang yang lebih tua darinya itu benar, mereka pun
mudah terpengaruhi, mudah meniru gaya dari orang yang lebih tua darinya.

5
Dan pada dasarnya perkembangan anak usia dini membtuhkan pengawasan dari
orang tua agar si anak memiliki sifat dan mental yang baik. Karena pada
hakikatnya orang tua memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan
dan pertumbuhan usia anak. Orang tua harus memberikan contoh yang baik
kepada anak agar mereka pun bisa menjadi anak yang mempunyai akhlak yang
baik, serta mental yang baik untuk masa depan anak. Anak akan menjadi baik
itu semua tergantung didikan dari orang tuan dan lingkungan sekitar. Oleh
karenanya sedini mungkin anak harus mendapatkan perhatian khusus dari
orang tua.

2.5 TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN


Berikut ada empat tahap perkembangan karakteristik pada anak usia dini:
1. Perkembangan fisik motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Perkembangan fisik sangat berkaitan
erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoodinir antara susunan saraf,otot dan otak.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua yaitu:

 Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan yang membutuhkan koordinasi
sebagian besar bagian tubuh anak
contohnya,menendang,berlari,melompat dan berjalan.

6
 Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan di lakukan oleh otot-otot kecil
seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan contohnya meremas, menggulung dan
menempel.

2. Perkembangan kognitif

7
Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan
seorang anak dalam memperoleh makna dan pengetahuan dari
pengalaman serta informasi yang ia dapatkan. Perkembangan kognitif
meliputi proses mengingat,pemecahan masalah, dan juga pengembalian
keputusan.

3. Perkembangan sosial emosional

Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar


menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika
berintersaksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya baik dengan
orang tua, saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada anak merupakan kombinasi antara


interaktif sosial,perkembangan emosinya,kemampuan kognitif, dan
perkembangan fisik/motoriknya. Semua perkembangan tersebut di
kombinasikan dengan apa yang terjadi dalam beberapa tahun tahap
perkembangan anak.

8
KESIMPULAN

Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia


dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Anak
memiliki suatu ciri khas yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Pentingnya memahami
karakteristik anak usia dini membuat kita mengetahui bahwa usia dini
merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia,
pengalaman awal pun sangat penting bagi tumbuh kembang anak, dan
perkembangan fisik-psikis mengalami kecepatan yang luar biasa di usia
dini. Mengetahui dan memahami beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi proses pertumbuhan dan perkembangan anak,
dapat mendeteksi kelainan yang terjadi dan sesegera mungkin dapat
mengatasi permasalahannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E. (2003). Child Development-sixth edition. USA:


Pearson Education, Inc.
Dewantara, Ki Hajar. (1962). Bagian Pertama: Pendidikan. Jogjakarta:
Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Hadisubrata. (2001). Meningkatkan Intelegensi Anak. Jakarta: Gunung Mulia.
Ikatab Dokter Indonesia. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
C.V Sagung Seto.
Jamridafrizal. (tt). Karakteristik Anak Usia TK dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran. karakteristik-anak-usia-tk-dan-implikasinya-terhadap-
pembelajaran. [10-09-2010]
Masitoh. et al. (2004). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka
Santrock, John W. (2002). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

10
Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

11
Kelompok 10

12
KARATRERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SD

Disusun oleh :
I Nyoman Satria Triwiguna (2215061021)
Khairul Adib Ramadhan (2215061014)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

13
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan. Makalah dengan judul
“Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD”. Tidak lupa kami ucapkan Terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiranya.

Makalah ini sudah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak terkait sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca serta
Memberi kontribusi positif bagi siapapun dalam proses pembelajaran. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimat dan isi dari
makalah. Maka dari itu, kami dengan lapang dada akan menerima segala saran dan kritik
yang diberikan kepada makalah kami agar kedepannya makalah yang dihasilkan dapat lebih
baik.

Singaraja,15 September 2022

Penulis,

i
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar belakang masalah..................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................1

1.3 Tujuan penulisan............................................................................................................2

1.4 Manfaat penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................3

2.1 Pengertian karakteristik siswa anak usia SD.........................................................................3

2.2 Perkembangan Fisik Anak SD..............................................................................................3

2.3 Perkembangan Kognifit Anak SD.........................................................................................4

2.4 Karakateristik siswa SD secara umum..................................................................................6

2.5 Perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar......................................................7


BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para
guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar (SD).
Dimana Seorang guru harus dapat menerapkan metode ngajar mengajar yang sesuai kondisi
para siswanya, maka dari itu seorang guru harus mengetahui karakteristik siswanya. Selain
karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah peserta didik. karakteristik peserta didik
dan memberikan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan awal mula dalalm
mengembangkan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam
memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. dalam
rangka mencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan guru harus dapat menyediakan
dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya agar pencapaian perkembangan diri siswa.
Memperhatikan karakteristik anak, pengaplikasi pendidikan dapat juga bertolak dari
kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan siswa SD di berikan tugas-tugas
perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat
atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya,
sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,
ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis ingin mengetahui tentang :
1. Apa Pengertian karakteristik siswa anak usia SD
2. Apa saja Perkembangan Fisik Anak SD
3. Apa itu Perkembangan Kognifit Anak SD
4. Apa Karakateristik siswa sd secara umum

5. Bagaimana Perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar tujuan penulisan.

1.3 Tujuan penulisan


ii

Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui tentang :


1. Pengertian karakteristik siswa anak usia SD
2. Perkembangan Fisik Anak SD
3. Perkembangan Kognifit Anak SD
4. Karakateristik siswa sd secara umum
5. Perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar

1.4 Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk membantu seorang guru sekolah dasar
mengetahui apa saya karakteristik anak usia sekolah dasar dan diharapkan mampu
menyanpaikan dan memberikan pelajaran secara bagus dan sesuai dengan karakter siswa

BAB II
PEMBAHASAN
ii
iii

2.1 Pengertian karakteristik siswa anak usia SD


Pada umumnya usia anak sekolah dasar adalah 7-12 tahun yang dimana anak mampu
untuk berpikir berkembang dari konkret menuju abstrak, dimana anak tidak boleh dipaksa
menuju tahap perkembangan selanjutnya.

Pengertian karakteristik siswa dari beberapa ahli :

1. Piaget (Dalam desmita, 2011)


Anak usia sekolah dasar yaitu dimana usia manusia aktif dan peniru di karnakan tahap
perkembangan kognitif yang dimana anak usia sekolah dasar berada pada tahap pra
operasional konkrit
2. David (2001)
Menurutnya, karakteristik anak sekolah yang pada dasarnya mengalami
perkembangan neuron pada otak anak, yang membuat lebih banyak koneksi
dibandingkan neuron pada otak manusia dewasa.
3. Suyadi (2009)

Arti karakteristik anak-anak usia sekolah dasar adalah anak yang lebih suka bermain.
Dunia anak adalah dunia bermain dan belajarnya anak yang sebagian besar melalui
permainan yang mereka lakukan Bermain dan bersenang senang, yang dimana itu
berfungsi sebagai sarana refreshing untuk memulihkan tenaga seseorang setelah lelah
bekerja dan meredakan rasa jenuh.

Anak usia SD merupakan anak dengan banyak mengalami perubahan yang sangat
drastis baik secara mental maupun fisik. Usia anak SD berkisar antara 6 -12 tahun menurut
selfert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan.

2.2 Perkembangan Fisik Anak SD


Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada
usia 10 tahun baik laki-laki maupun perempuan tinggi dan berat badanya bertambah
kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 – 13 tahun anak perempuan
berkembang lebih cepat dari pada laki-laki (Sumantri).

iii
iv

1) anak kelas satu (7) tahun SD berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan
cepat masa anak – anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat.
Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahanya selama di SD
2) anak kelas dua dan tiga (8 & 9 tahun) tinggi dan berat badan anak laki-laki dan
perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif lebih
sedikit pendek dan langsing dari anak laki-laki.
3) Akhir kelas empat (10), pada umumya anak perempuan mulai mengalami masa
lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
4) Pada akhir kelas lima (11), umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dari
pada anak laki-laki. Anak laki-laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar
11 tahun.
5) pada kelas enam (12), kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi
pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya
dimulai pada usia 12-13 tahun. Anak laki-laki memasuki masa pubertas dengan
ejakuasi yang terjadi antara usia 13-16 tahun.

Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi
perubahan fisiologi yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi
mampu bereproduksi.

Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang. Waktu
terjadinya dan kecepatanya berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata-rata anak
perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki-
laki.kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun
untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun.

2.3 Perkembangan Kognifit Anak SD


Perkembangan kognitif anak adalah semua hal tentang belajar. Perkembangan kognitif
meliputi kemampuan anak sekolah memecahkan masalah matematika hingga keberanian anak
usia sekolah mengajukan pertanyaan setelah mereka membaca sesuatu.

Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh gen dan pengalaman yang dimiliki seorang anak,
hal ini terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu, mengetahui ciri-ciri perkembangan kognitif
peserta didik usia sekolah dasar menjadi begitu penting karena akan berpengaruh pada masa
depannya.

iv
v

Perkembangan kognitif adalah proses belajar yang mengacu pada pikiran dan cara kerja. Hal
ini berkaitan dengan bagaimana anak-anak berpikir, bagaimana mereka melihat dunia mereka,
dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka pelajari.

Anak-anak akan memiliki segala sesuatu yang berkaitan dengan beberapa pengalaman yang
telah dilalui sejak ia lahir. Otak manusia akan dibangun dari waktu ke waktu, sehingga setiap
pengalaman yang telah dilalui akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Jadi
mengetahui ciri-ciri perkembangan kognitif peserta didik usia sekolah dasar sangat penting,
terutama bagi orang tua dan guru di sekolah

Tahap perkembangan kognitif individu menurut plaget melalui empat stadium :

1. Sensorimotorik (0-2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan mendorong
mengeksplorasi dunianya.
2. Praoperasional (2-7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Tahap pemiikiranya yang lebih simbolis tetapi
tidak melibatkan pemikiran operasional dan lebih bersifat egosentris dan intuitif
ketimbang logis.
3. Operational kongkrit (7-11 tahun), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini
telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
4. Operasional formal (12-15 tahun), kemampuan untuk berfikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
 Anak SD Umur 5-6 Tahun
1. Kosakata meningkat menjadi sekitar 2.000 kata
2. Dapat menulis kalimat dengan lima kata atau lebih
3. Dapat menghitung sampai 10 benda pada satu waktu
4. Mengetahui mana yang kiri dan kanan
5. Mulai mampu berpikir dan berdebat, mereka mulai menggunakan kata-kata
seperti mengapa dan karena
6. Dapat mengkategorikan benda: “Ini adalah mainan; ini adalah buku-buku.”
7. Memahami konsep-konsep seperti kemarin, hari ini, dan besok
8. Mampu duduk di meja, mengikuti petunjuk guru, dan mandiri melakukan tugas
sederhana di kelas
 Anak SD Umur 7-8 Tahun
1. Mulai mengembangkan rentang perhatian yang lebih lama
2. Bersedia untuk mengambil tanggung jawab lebih
3. Memahami pecahan dan konsep ruang
v
vi

4. Memahami uang
5. Dapat memberitahu waktu
6. Dapat menyebut nama bulan dan hari dalam seminggu
7. Menikmati membaca buku sendiri
 Anak SD Umur 8-12 Tahun
1. Kebanyakan remaja awal sepenuhnya mampu mengambil, memahami dan
mempertimbangkan perspektif lain.
2. Mereka mulai berpikir hipotetis, mempertimbangkan sejumlah kemungkinan,
dan mampu berpikir logis.
3. Mereka menjadi lebih berorientasi tujuan.
4. Mereka mungkin mengembangkan minat khusus yang merupakan sumber
motivasi.
5. Perkembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional anak usia
sekolah.
6. Mereka mulai memahami aspek dari dunia orang dewasa seperti uang dan
memberitahu waktu.
7. Mereka dapat menikmati membaca buku.
8. Mereka dapat menafsirkan konteks paragraf dan menulis cerita.
9. Mereka menghargai humor dan permainan kata

2.4 Karakateristik siswa SD secara umum


Berikut 5 diantaranya adalah
1. Senang bergerak
Siswa sekolah dasar dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit,
setelah itu mereka cenderung untuk melakukan gerakan-gerakan baik disadari
maupun tidak. Dengan demikian, guru harus memfasilitasi pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk bergerak bebas seperti bergerak sebagai bentuk ice
breaking, mencoba, memeragakan, dan lain-lain.
2. Senang bermain
Siswa sekolah dasar akan termotivasi untuk belajar ketika pembelajaran
difasilitasi dengan permainan karena dunia mereka adalah dunia bermain yang
penuh kegembiraan. Guru harus memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan

vi
vii

siswa untuk bermain yang relevan dengan materi pembelajaran yang hendak
dikuasai siswa.
3. Senang berimajinasi dan berkarya
Siswa sekolah dasar cenderung senang berimajinasi dan membuat sesuatu sesuai
apa yang dibayangkannya. Guru harus memfasilitasi pembelajaran yang dapat
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas siswa, misalnya memfasilitasi siswa
untuk menghasilkan sebuah karya yang relevan dengan materi pembelajaran. Guru
selalu mengklarifikasi hasil karya siswa misalnya tentang maksud dari karyanya dan
memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa.
4. Senang melakukan sesuatu secara langsung
Siswa sekolah dasar masih berada pada tahap perkembangan kognitif operasional
konkret, sehingga materi pembelajaran prosedural yang biasanya disampaikan oleh
guru melalui ceramah akan dapat lebih dipahami oleh siswa jika mereka dapat
mempraktikkan sendiri secara langsung materi pembelajaran tersebut. Guru harus
menjadi model ketika siswa mempraktikkan pengetahuan prosedural misalnya
melalui demonstrasi sehingga siswa dapat melakukannya dengan aman dan benar.
5. Senang bekerja dalam kelompok
Siswa sekolah dasar mulai intens bersosialisasi, mencari teman bermain, dan
bermain bersama teman-temannya. Pembelajaran harus memfasilitasi siswa untuk
bekerjasama, gotong royong, bekerja dalam kelompok misalnya dengan menerapkan
pendekatan kooperatif sehingga siswa dapat belajar banyak hal dari siswa lainnya.

2.5 Perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar


Perkembangan sosioemosional mencakup perkembangan sosial dan perkembangan
emosi. Perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990)

Perkembangan emosi merupakan proes yang kompleks dapat berupa perasaan atau
pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan dengan perasaan. Misalnya
seorang siswa mengatkan hari ini ia merasa senang karena dapat mengerjakan semua PR
dengan baik.

Perkembangan sosioemosional merupakan proses dimana individu melatih kepekaan


dirinya terhadap rangsangan sosial terutama tekanan dan tuntutan kehidupan serta belajar

vii
viii

bergaul dengan bertingkah laku seperti harapan masyarakat di dalam lingkungan sosial
sehingga individu tersebut dapat diterima dalam lingkungan sosial

PERKEMBANGAN EMOSI SISWA SEKOLAH DASAR

Perkembangan emosi anak usia SD secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.

 Pada usia 5-6 tahun


a. Anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku
b. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. 
c. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut
kemampuan untuk menyembunyikan informasi- informasi 
 Anak usia 7-8 tahun 
a. Perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu
dan bangga.
b. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin
bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain. 
 Anak usia 9-10 tahun 
a. Anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon
terhadap stress emosional yang terjadi pada orang lain. 
b. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. 
c. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar
beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (suriadi & yuliani, 2006). 
 Pada masa usia 11-12 tahun 
a. Pengertian anak tentang baik-buruk tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai
yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak
sekaku saat di usia kanak-kanak awal. 
b. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat
diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. 
c. Nuansa emosi mereka juga makin beragam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI 

a. Keadaan anak 

Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri
anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak

viii
ix

lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau
menarik diri dari lingkunganya. 

b. Faktor belajar 

Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka
gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi
antara lain: 

1) Belajar dengan coba-coba 


Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk
perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi
kepuasan. 
2) Belajar dengan meniru 
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang
lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-orang yang
diamati. 
3) Belajar dengan mempersamakan diri 
Anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang
sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.
Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat dengannya. 
4) Belajar melalui pengondisian 
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan
mudah dan cepat pada awal-awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal 

5) Belajar dengan bimbingan dan pengawasan. 


Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak
bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang
tidak menyenangkan (Fatimah, 2006)
c. Konflik – konflik dalam proses perkembangan 

ix
x

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan


yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat
mengamati konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi 

d. Lingkungan keluarga 

Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana
anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama kali
mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu
mengeksplorasi emosinya.

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR

1. Bentuk-bentuk perilaku sosial anak

Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga,
orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak Usia SD/MI mulai
mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial, diantaranya:

1) Pembangkangan (Negativisme)
Pembangkangan merupakan bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi
sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang
tidak sesuai dengan kehendak anak
2) Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit,
menendang dan lain sebagainya.
3) Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku
anak lain.
4) Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan
mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

5) Persaingan (Rivaly)

x
xi

Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain, yaitu
persaingan prestice (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain).
6) Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. 
7) Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap
bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam
dan sebagainya.
8) Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya
9) Simpati (Sympathy)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Faktor yang dapat mengganggu proses sosialisasi anak, Soetarno (2007) berpendapat
bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor
lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Penjelasan dari dua
faktor tersebut adalah:

1) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Diantara
faktor yang terkait dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak adalah hal-hal yang berkaitan dengan:

· Status sosial ekonomi keluarga

· Keutuhan keluarga.

· Sikap dan kebiasaan orang tua

2) Faktor Lingkungan Luar Keluarga

Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman anak di dalam rumah
dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak.
Sedangkan Elizabeth B. Hurlock (1978) menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima
anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya

xi
xii

Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap
sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, Anak-anak
menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil
yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang
menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka (Santrock dalam
Sinolungan).

Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan


sosial yang wajar pada peserta didiknya.

xii
xiii

BAB III
PENUTUP

Seorang guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, maka sangat lah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik
siswanya. Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan
anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk
menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri
siswa, sekolah dan guru harus memberikan selayaknya dalam kebutuhan dan memenuhi
berbagai kebutuhan siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa. Sepeti
Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis, Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan
Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan, Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan
Kebutuhan Akatualisasi Diri.

xiii
xiv

DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama 

Kurnia, I. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional

Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology. Boston: Library of Congress Cataloging in


Publication Data

Sunarto dan Hartono, A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta 

Herisa, D. 2010. Self Concept & Self Esteem.. How important is these two??. (Online),
(http://psikoku.blogspot.com/2010/02/self-concept-self-esteem-how-important.html),
diakses 25 Oktober 2013

Usholihah, anisa. 2012. 8 Tahap Perkembangan Erikson. (Online),


(https://www.google.com/#q=TAHAP+INDUSTRY+VS+INFERIORITY+ERIKSON),
diakses 25 Oktober 2013.

xiv
xv

Kelompok 11

xv
xvi

Kelompok 12

xvi
xvii

Tugas Perkembangan Peserta Didik

Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa

Nama : Kadek Aditia

xvii
xviii

NIM : 2215061020

Universitas Pendidikan Ganesha


Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bali, 28 September 2022

Kadek Aditia,

xviii
xix

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi Perkembangan Masa Dewasa.......................................................................2
B. Periode Perkembangan Masa Dewasa........................................................................2
C. Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa...............................................................2
Pendapat para ahli mengenai karakteristik perkembangan masa dewasa......................2
Ciri-ciri umum perkembangan fase usia/masa dewasa....................................................3
Aspek-aspek perkembangan masa dewasa........................................................................3
Karakteristik perkembangan masa dewasa........................................................................4
BAB III PEMUTUP 6
A. Kesimpulan.................................................................................................................6
B. Saran...........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA 7

xix
xx

xx
21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bercerita tentang perkembangan sudah pasti hamper semua individu
mengetahui hal tersebut, tetapi secara singkat perkembangan memiliki arti suatu
proses perubahan yang berkesinambungan dan progresif yang mempunyai sifat tetap
atau tidak dapat kembali ke bentuk semula, mulai dari fungs-fungsi jamaniah dan
rohaniah yang dimiliki oleh setiap individu.

Perkembangan juga dibagi kedalam beberapa tingkatan atau fase-fase yang


harus dilalui, yaitu fase Prental Stage atau fase didalam kandungan, fase Infancy
Stage atau fase bayi, fase Early Childhood atau pada periode prasekolah, fase Middle
and Late Childhood atau fase di sekolah dasar, fase Adolescense (usia 10/12 hingga
18/22 tahun), fase Early Adulthood (usia 35-45 hingga 60 tahun), fase Middle
Adulthood, dan fase Late Adulthood.

Setiap fase-fase dari perkembangan tersebut memiliki karakteristik yang


berbeda-beda. Didalam makalah kali penulis lebih menekankan pembahasannya pada
karakteristik perkembangan masa dewasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perkembangan masa dewasa?
2. Bagaimana periode perkembangan masa dewasa?
3. Apa saja karakteristik perkembangan masa dewasa?

C. Tujuan
1. Pembaca dapat memahami definisi perkembangan masa dewasa.
2. Pembaca dapat mengetahui periode dari perkembangan masa dewasa.
3. Pembaca dapat mengetahui karakteristik dari perkembangan masa dewasa.

BAB II
PEMBAHASAN

21
22

A. Definisi Perkembangan Masa Dewasa


Definisi perkembangan masa dewasa dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu sebagai
berikut :
1. Sisi Biologis.
Suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian
kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan bereproduksi (berketurunan)
2. Sisi psikologis.
Periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan
atau kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak
menyalahkan orang lain jika menghadapi kegagalan,  toleransi dan optimistis.
3. Sisi pedagogis.
Suatu periode dalam kehidupan yang ditandai dengan :
 Sense of responsibility.
 Prilaku normatif (nilai-nilai agama)
 Memiliki pekerjaan untuk penghidupan.
 Berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat.

B. Periode Perkembangan Masa Dewasa


Menurut Hurlock tahun 1968, masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood, usia 18/20 – 40 tahun).
 Secara biologis masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik manusia, dan
didukung juga dengan kebiasaan-kebiasaan positif atau pola hidup sehat.
 Secara psikologis, cukup banyak yang belum bisa mencapai kematangan
yang sempurna dikarenakan banyak masalah dan tanggungan yang mulai
datang.
2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age, usia 40-60 tahun).
Pada masa ini fisik sudah mulai melemah, indra-indra pada manusia juga ikut
melemah, dan pada masa ini manusia mulai merasakan penyakit yang belum
pernah dialami sebelumnya.
3. Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua (Old Age, usia 60-akhir hayat).
Dimasa pertumbuhan ini kemampuan fisik dan psikis manusia sudah makin
melemah.

C. Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa


1. Pendapat para ahli mengenai karakteristik perkembangan masa dewasa :
A. Kenniston (Santrock dalam Chusaini, 1995: 73).
Masa dewasa yaitu masa muda yang merupakan peralihan dari masa
remaja yang dimana dimasa ini ditunjukkan oleh kemandirian dalam
ekonomi dan membuat suatu keputusan.
B. Lerner (1983: 554).

22
23

Lerner menyebutkan fase dewasa yaitu fase yang berbeda dari fase
sebelum dan sesudahnya, karena di fase ini merupakan fase usia untuk
membuat suatu komitmen pada diri individu.
C. Erikson (1959, 1963)
Fase usia dewasa merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen
dengan menciptakan hubungan interpersonal yang erat dan stabil serta
dapat menempatkan diri dengan baik untuk menjaga hubungn tersebut.

2. Ciri-ciri umum perkembangan fase usia/masa dewasa.


Menurut Hurlock, (1991: 247-252) perkebangan fase usia/masa dewasa
memiliki beberapa ciri umum, yaitu :
 Masa pengaturan (mulai menerima tanggung jawab sebagai orang
dewasa).
 Usia reproduksi (masa produktif memiliki keturunan).
 Masa bermasalah {muncul masalah-masalah baru).
 Masa ketegangan emosional (pada wilayah baru dengan permasalahan
baru).
 Masa keterasingan sosial (memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga)
 Masa komitmen (menentukan pola hidup dan tanggung jawab baru).
 Masa ketergantungan (masih tergantung pada pihak lain).
 Masa perubahan nilai (orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota
kelompok dewasa).
 Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
 Masa kreatif (masa dewasa awal adalah puncak kreatifitas).

3. Aspek-aspek perkembangan masa dewasa.


Adapun beberapa aspek yang dihadapi pada perkembangan dewasa awal
(Santrock, 1995: 91-100), yaitu :
 Perkembangan fisik.
Pada masa ini terjadi perkembangan dan juga penurunan kualitas fisik.
 Perkembangan seksualitas.
Terjadi sikap dan prilaku seksual terhadap heteroseksual dan homoseksual.
 Perkembangan kogitif.
Menggambarkan efisiensi dalam memperoleh informasi yang baru,
berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan itu
(Schaise, 1997).
 Perkembangan karir. 
Suatu individu ketika memulai dunia kerja yang baru harus
menyesuaikan diri dengan peran yang baru dan memenuhi tuntutan karir
(Heise, 1991; Smither, 1998).

 Perkembangan sosio-emosional.

23
24

Menggambarkan hubungan sosial individu dengan lingkungannya yang


terdiri dari 3 fase yaitu fase pertama (menjadi dewasa dan hidup mandiri),
fase kedua (pasangan baru yang membentuk keluarga baru (Goldrick,
1989)), dan fase ketiga (menjadi keluarga sebagai orang tua dan memiliki
anak).

4. Karakteristik perkembangan masa dewasa, yaitu sebagai berikut :


 Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik menurut Santrock (1999), diketahui bahwa dewasa
muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki
masa tua. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubaha fisik, misalnya
tumbuh bulu-bulu halus, perubaan suara, menstruasi, dan kemampuan
reproduksi.
 Perkembangan Intelektual
Pada masa remaja kemampuan intelektual manusia sudah sangat
maningkat, manusia sudah bisa menggunakan kecerdasannya untuk
bekerja, belajar dengan baik, menyelesaikan suatu masalah dengan solusi
yang terbaik dan tentunya tidak dengan emosi. Berbeda dengan masa
anak-anak, dimasa anak-anak mungkin saja masalah yang mereka hadapi
tidak bisa diselesaikan sendiri dan misal jika bisa diri mereka yang
menyelesaiakn masalah mungkin saja tidak diselesaikan dengan baik.
 Perkembangan moral
Papalis, Olds, dan Feldman (1998; 2001), menyatakan bahwa golongan
dewasa muda berkisar atara umur 21-40 tahun. Masa ini dikatakan cukup
panjang, di dalam masa ini juga setiap orang atau setiap individu mulai
dituntut banyak hal seperti bekerja, menikah dan menjalim rumah tangga
yang baik, selain itu manusia juga dituntut untuk bisa membesarkan,
mendidik, menjaga, dan membina anaknya. Tidak kalah juga setiap
individu harus bisa menjaga hubungan baiknya dengan individu lainnya di
lingkungan tempat tinggal mereka. Semua hal itu tentu saja berkaitan
dengan perkembangan suatu moral.
 Perkembangan Motorik
Puncak kemampuan motorik orang dewasa yaitu berkisar antara usia
20 sampai 30 tahun. Di usia ini manusia dapat menjalankan semua
kegiatan dengan maksimal, di usia ini juga manusia mampu mempelajari
kemampuan-kemamluan dengan maksmal. Bisa disimpulkan manusia
yang memiliki kemampuan motorik yang baik akan cepat mempelajari
kemampuan-kemampuan yang baru.

 Perkembangan Emosi
Bicara tentang emosi mungkin sudah sangat terlihat jelasperbedaanya
antara masa dewasa dengan masa anak-anak. Di masa dewasa ini emosi

24
25

manusia sudah mulai dapat dikendalikan atau lebih tepatnya setiap


manusia sudah bisa mengendalikan dan memahami emosi diri mereka
masing", sangat berbeda dengan masa anak-anak yang emosinya masih
sangat labil sekali atau bisa dibilang mereka cuma mau mengikuti sesuai
yang mereka mau.
 Perkembangan Karier
Dimasa remaja setiap manusia mulai memikirkan karier untuk
kedepannya, hal ini jelas saja dilakukan karena untuk kedepannya mereka
sudah tidak bisa secara terus-menerus bergantung kepada orang tua
mereka, karena kedepannya setiap manusia pasti akan menikah jadi
dengan itulah setiap manusia ingin memiliki karier yang bagus supaya bisa
untuk mencukupi kebutuhan di keluarga mereka sendiri nantinya.

BAB III
PENUTUP

25
26

A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas, dari berbagai pandangan para ahli mengenai
karakteristik perkembangan masa dewasa, penulis dapat mengambil kesimpulan
yaitu perkembangan masa dewasa ialah suatu proses yang dilalui setiap individu,
suatu proses atau fase menuju ke tingkat yang lebih tinggi baik dalam pemikiran,
berprilaku atau bersikap dan lain sebagainya.

B. Saran
Diharapkan agar semua individu atau pembaca dapat memahami berbagai
karakteristik dari perkembangan masa dewasa yang juga bisa dipakai pedoman
untuk menjadi personal atau pribadi yang lebih baik dan juga agar bisa atau
memiliki rencana untuk kedepannya, dan juga agar pembaca dapat menemukan
solusi yang lebih baik terhadap masalah yang akan dilalui kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

26
27

https://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembangan-masa-
dewasa/ Diakses pada 28 September 2022

http://tugaskampus48.blogspot.com/2017/07/karakteristik-perkembangan-masa-
dewasa.html?m=1 Diakses pada 28 September 2022

27

Anda mungkin juga menyukai