Anda di halaman 1dari 15

Makalah Telaah Kurikulum

2IKI

OLEH :

Gede Komang Devananda Kori NIM.2216011043


Putu Parameswari NIM.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


2023

i
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep, prinsip, prosedur
dan teori dasar pembuatan dan pengembangan kurikulum”. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Ibu Ni Luh Putu Spyanawati, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen mata kuliah
Telaah Kurikulum yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis telah berupaya untuk menyempurnakan makalah ini, namun karena minimnya
pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki penulis, maka besar harapan penulis agar
pembaca memberikan saran dan kritikan yang membangun agar menjadi lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya. Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Om Shanti Shanti Shanti Om

Singaraja, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah......................................................................................................................1
1.4. Manfaat Penulis.....................................................................................................................1
BAB 2.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASA..........................................................................................................................................2
2.1 Prinsip Pengembangan Kurikulum.....................................................................................2
2.2 Model Konsep Pengembangan Kurikulum.........................................................................4
2.3 Prosedur Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum........................................................6
2.4 Teori Dasar Pengembangan Kurikulum..............................................................................9
BAB 3...................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Di
Indonesia, terhitung telah terjadi sepuluh kali pergantian kurikulum yang dimulai dari
Kurikulum 1947 hingga sekarang ini, Kurikulum 2013. Sejatinya, perubahan
kurikulum tersebut menunjukkan bahwa prinsip dari pendidikan haruslah dapat
menyesuaikan perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya
masyarakat yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip-
prinsip dalam pengembangan kurikulum. Penelitian ini menggunakan metode studi
pustaka (library research). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sumber-
sumber pengembangan kurikulum, meliputi; data empiris, data eksperimen, cerita
rakyat dan pengetahuan umum masyarakat. Adapun prinsipprinsip dalam
pengembangan kurikulum terbagi atas dua hal: 1. Prinsip Umum, yang meliputi;
prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsip
efektivitas, 2. Prinsip Khusus, yang meliputi; prinsip penentuan tujuan pendidikan,
prinsip pemilihan isi pendidikan, prinsip pemilihan proses belajar mengajar, prinsip
pemilihan media dan alat pengajaran, dan prinsip yang berkenaan dengan penilaian

1.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini :
1. Bagaimana Prinsip pembuatan dan perkembangan kurikulum?
2. Bagaimana Konsep Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum?
3. Bagaimana Prosedur Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum?
4. Bagaimana Teori Dasar Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum?

1.3. Tujuan Masalah

1. Agar mengetahui bagaimana Prinsip pembuatan dan perkembangan kurikulum.


2. Agar mengetahui bagaimana konsep pembuatan dan pengembangan kurikulum.
3. Agar mengetahui prosedur pembuatan dan pengembangan kurikulum.
4. Agar mengetahui teori dasar pembuatan dan pengembangan kurikulum.

1.4. Manfaat Penulis

2.1 Manfaat untuk diri sendiri agar memahami bagaimana konsep, prosedur, prinsip
dan teori dasar pembuatan dan pengembangan kurikulum.

1
BAB 2
PEMBAHASA
3.1 Prinsip Pengembangan Kurikulum
Seorang pengembang kurikulum biasanya menggunakan beberapa prinsip yang
dipegangnya sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi harapan siswa,
pihak sekolah, orang tua, masyarakat pengguna. dan tentunya pemerintah. Beberapa prinsip
yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain prinsip berorientasi pada
tujuan, kontinuitas, fleksibilitas, dan integritas.
a. Prinsip berorientasi pada tujuan Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki
komponen tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen tujuan merupakan fokus bagi
komponen-komponen lainnya dalam pengembangan sistem tersebut. Ini berarti
pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan. Prinsip ini menegaskan bahwa
tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Untuk itu tujuan hurikulum harus jelas, artinya tujuan kurikulum
harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dapat dijabarkan
menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga
harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek domain tujuan, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Hal ini perlu diperhatikan agar keluaran yang dihasilkan menguasai
ketiga aspek domain tujuan tersebut secara utuh.
b. Prinsip Kontinuitas Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada
kesinambungan, khususnya kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang
program pendidikan. Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara
berkesinambungan mulai dari jenjang SD, SLTP, SMU/SMK sampai ke PT. Materi kurikulum
harus memiliki hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam pengembangan materi
kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek kesinambungan, yaitu: (1) materi kurikulum
yang diperlukan pada sekolah (tinakat) yang ada di atasnya harus sudah diberikan pada
sekolah (tingkat) yang ada di bawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada
sekolah (tingkat) yang ada di bawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat) yang
ada di atasnya. Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi kurikulum,
yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau ketidaksiapan siswa untuk
memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak memperoleh materi dasar yang
memadai. Kontinuitas atau kesinambungan juga perlu diperhatihan antara berbagai mata
pelajaran. Oleh karena itu, perlu diupayakan pula agar tidak terjadi tumpang tindih materi
antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Untuk menghindari hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara menyusun scope dan sequence setiap mata pelajaran
pada jenis dan jenjang program pendidikan. Scope artinya ruang lingkup, sedangkan
sequence artinya urutan atau sistematika.
c. Prinsip Fleksibilitas Fleksibilitas sebagai salah satu prinsip pengembangan
kurikulum dimaksudkan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam
melakukan atau mengambil suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan

2
oleh pelaksana kurikulum di lapangan. Para pengembang kurikulum perlu memikirkan bahwa
implementasi kurikulum pada tataran yang sebenarnya akan terkait dengan keragaman
kemampuan sekolah untuk menyediakan tenaga dan fasilitas bagi berlangsungnya suatu
kegiatan yang harus dilaksanakan. Belum lagi terkait dengan keragaman sumber daya
pendidikan secara menyeluruh dan perbedaan demografis, geografis, dan faktor-faktor
pendukung pendidikan lainnya. Selain itu, prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya
kebebasan siswa dalam memilih program studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum
atau sekolah harus mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa
diperkenankan memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.Selain
memberi kebebasan kepada siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya
dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari
apa yang telah digariskan dalam kurikulum. Guru perlu diberikan kebebasan dalam
menjabarkan tujuan-tujuan, memilih materi pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan
metode yang dikembangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan membuat kriteria yang
objektif dan rasional dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para siswa.
d. Prinsip Integritas Integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya
pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip
ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk manusia yang
utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang berkemampuan selaras dengan
lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupannya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan
hidup (life skills). Keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, dan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan
menemukan solusi pemecahan sehingga mampu mengatasi berbagai persoalan hidup dan
kehidupan. Keterampilan hidup bukan sekadar keterampilan manual dan bukan pula
keterampilan untuk bekerja, tetapi suatu keterampilan untuk hidup yang dapat dipilah
menjadi lima kategori, yaitu: (1) keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau
keterampilan personal (personal skill); (2) keterampilan berpikir rasional (thinking skill);(3).
keterampilan sosial (social skill); (4). keterampilan akademik (academic skill); dan (5)
keterampilan vokasional (vocational skill). Keterampilan personal, keterampilan berpikir
rasional, dan keterampilan sosial dapat dikategorikan sebagai keterampilan hidup yang umum
(general life skill), sedangkan keterampilan akademik dan keterampilan vokasional dapat
dikategorikan sebagai keterampilan hidup yang spesifik (specific life skill). Keterampilan
personal berkaitan dengan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Mahaesa, anggota
masyarakat, dan warga negara serta mensyukuri dan menyadari kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki dan menjadikanya model dalam upaya meningkatkan diri sebagai individu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dan lingkungannya. Keterampilan
berpikir rasional meliputi keterampilan menggali dan menemukan informasi, keterampilan
dalam mengolah dan menetapkan keputusan, dan keterampilan dalam memecahkan
permasalahan hidup secara kreatif. Keterampilan sosial atau keterampilan interpersonal
meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama untuk menumbuhkan
hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan individu lainnya. Keterampilan
akademik berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah, yang antara lain mencakup
memahami masalah, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan
penelitian.

3
Keterampilan vokasional disebut pula dengan keterampilan kejuruan merupakan
keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang ada di masyakarat. Perlu
dipahami bahwa dalam realitas empiris, keterampilanketerampilan tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan tatkala seorang individu melakukan suatu tindakan. Tindakan individu
merupakan suatu perpaduan yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual.
Perbedaan antara individu yang memiliki keterampilan hidup dan yang tidak memiliki
keterampilan hidup terletak pada kualitas dari tindakan yang di lakukan. Untuk mencapai
keterpaduan tersebut, pembelajaran terpadu (integrated learning) merupakan salah satu cara
yang bisa dilakukan. Melalui pembelajaran terpadu siswa diharapkan mampu mengetahui
hubungan keterkaitan antara suatu konsep atau bahan pelajaran dengan konsep atau bahan
pelajaran lain. Pembelajaran terpadu ini memberikan siswa kebebasan berpikir untuk
menemukan sendiri tentang inti suatu konsep sehingga belajar dapat dijadikan sebagai suatu
kegiatan pengalaman yang menarik. Pembelajaran terpadu ini merupakan suatu konsep
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok untuk aktif
menggali dan menemukan suatu konsep dan prinsip secara holistik, bermakna, dan otentik.
Dalam implementasinya, pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya dapat dilakukan untuk.
3.2 Model Konsep Pengembangan Kurikulum
Model konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil
dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum
merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan
pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada. Model konsep
kurikulum sangat berkaitan dengan aliran filsafat pendidikan yang dianut. Aliran filsafat
pendidikan dapat dibedakan menjadi empat aliran, yaitu:
a. Aliran Pendidikan Klasik. Aliran pendidikan klasik ini digunakan untuk
mengembangan model konsep kurikulum subjek akademis.
b. Aliran Pendidikan Pribadi. Aliran ini digunakan dalam mengembangan model konsep
kurikulum humanistik.
c. Aliran Teknologi Pendidikan. Aliran ini digunakan dalam mengembangkan kurikulum
teknologis.
d. Aliran Pendidikan Interaksionis. Aliran ini digunakan dalam pengembangan model
konsep kurikulum rekonstruksi sosial.
Berangkat dari 4 aliran filsafat pendidikan tersebut, maka ada para ahli kurikulum
yang telah mengembangkan model konsep kurikulum yang sampai saat ini masih mempunyai
relevansinya dengan kebutuhan peserta pendidik dan pengguna lulusan. Keempat macam
model konsep kurikulum yaitu (1) Kurikulum Subjek Akademis, (2) Kurikulum Humanistik,
(3) Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan (4) Kurikulum Teknologis (Sukmadinata, 2005:81).
Keempat model konsep Kurikulum tersebut dijadikan rujukan dalam pengembangan
pendidikan khususnya di Indonesia.
1. Subyek Akademik
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua, yang
banyak digunakan di berbagai negara. Isi kurikulum merupakan kumpulan dari bahan ajar

4
atau rencana pembelajaran. Tingkat pencapaian/penguasaan peserta didik terhadap materi
merupakan ukuran utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa
2. Correlated curriculum
Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial
dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang
lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis dan
psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal,
yaitu konsentrasi dan korelasi
3. Problem solving curriculum
Problem solving curriculum, yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan dipahami dan digali melalui
berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai
sebagai seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”, keduduka
4. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau pribadi. Aliran
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang pertama dan utama
dalam pendidikan. Peserta didik adalah subyek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang
mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Prioritas pendekatan ini
adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan
kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan
unsur afektif. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh, bukan saja
segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan
lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan ini mengembangkan prinsip bahwa
peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Kurikulum jenis ini lebih
menekankan pada proses pendidikan yang beroreintasi pada situasi belajar mengajar yang
saling menlengkapi, dan bersikap.

5. Kurikulum Rekonstruksi
Sosial Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan kegiatan
kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi. Kurikulum ini dikembangkan
oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini berpendapat bahwa pendidikan merupakan
upaya bersama dari berbagai pihak untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama.
Interaksi di sini mempunyai makna yang lengkap,yaitu tidak hanya mencakup interaksi
pendidik-peserta didik tetapi juga interaksi antar siswa serta interaksi siswa dengan orang lain
di sekitarnya dan sumber belajarnya. Dengan interaksi ini akan terjadi kerja sama dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dan menjadi bahan masukan
bagi pengembang kurikulum untuk mendesain sesuai dengan kebutuhan. Sekolah tidak hanya
mengembangkan kehidupan sosial siswa, tetapi juga mengarah pada bagaimana siswa
berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Adapun yang menjadi tujuan utama
kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan,
termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan.

5
6. Kurikulum Teknologis
Teknologi adalah wujud dari upaya amnesia yang sistematis dalam menerapkan atau
memanfaatkan ilmu pengetahuan/sains sehingga dapat memberikan kemudahan dan
kesejahteraan bagi semua umat manusia di muka bumi ini, Hadimiarsa Yusuf (1986).
Pendapat lain mengatakan bahwa Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks
dan terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia, serta merancang, melaksanakan,
menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan,
pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/ atau
dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar sumber-sumber belajar ini meliputi:
pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar Nasution, (2008).
7. Kurikulum Konstruktivistik
Model kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsafat pengetahuan yang banyak
mempengaruhi perkembangan pendidikan (terutama sains dan matematika) yaitu filsafat
konstruktivisme. Aliran filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
(bentukan) manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila
pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena
yang sesuai. Dalam filsafat konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seseorang kepada yang lainnya, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-
masing orang. Tiap-tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar, pengetahuan lebih
dianggap sebagai proses pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus berkembang, dan
berubah.
3.3 Prosedur Pembuatan dan Pengembangan Kurikulum
Setelah mengetahui dan memahami berbagai pendekatan dan model yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kurikulum, kegiatan selanjutnya berkaitan dengan
langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum tersebut.
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis kebutuhan,
perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
a) Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal,
yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari
6
pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari
berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di
masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari
kebijakankebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan,
baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek
tersebut kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan
masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis
tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relafif sederhana dalam menganalisis
kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah
orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang
dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai
suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap
kompetensikompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program
pendidikan. Pendekatanketiga, analisis tugas merupakan cara yang lebih rumit dibandingkan
dengan dua pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menganalisis
setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan dengan aspek
kognitif, afektif, dan atau psikomotor. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan
ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah
selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.
b) Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-
tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai
pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut meliputi:
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional:
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan juga dapat dibagi ke
dalam beberapa taksonomi tujuan. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational
Objectives membagi tujuan ini menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiga. domain ini masing-masing terdiri atas beberapa aspek yang disusun
secara hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan
intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan
perasaan, sikap, minat, dan nilainilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan
penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik.
c) Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedurprosedur tertentu yang
merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Hal ini
berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang
harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-pokok dan
subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang lingkup)
dan sequence (urutan)-nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan
dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan. Domain Tujuan Afektif Penerimaan
Penanggapan Penilaian Pengorganisasian Karakterisasi nilai Psikomotorik Gerak refleks
Gerak dasar Fundamental Ketrampilan perseptual Ketrampilan fisik Gerak ketrampilan

7
Komunikasi non kondusif Kognitif Pengetahuan Pemahaman Aplikasi Sintesis Analisis
Evaluasi Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981)
mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu : identifikasi
kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim,
mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan adopsi,
menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara spesifik, yang
dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum.
Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan
jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan
dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan
pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran
tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilah scope dan sequence. Scope atau
ruang lingkup menyangkut keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Scope materi
kurikulum sebenarnya agak sulit untuk disusun, karena setidaknya.ada dua hall, vaitu (1)
materi suatu ilmu berkembang dan bertambah setiap waktu dan (2) belum ada kriteria yang
pasti tentang materi apa yang perlu diajarkan dan pengorganisasian bahan yang dapat
diterima oleh semua pihak. Namun demikan ada sejumlah kriteria yang dapat
dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum ini, antara lain: (1) Materi kurikulum
harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi kurikulum dipilih karena
dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari generasi masa lalu; (2) Materi
kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu;(3) Materi kurikulum
dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa
kini dan masa yang akan datang; (4) Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan
kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat. Sequence menyangkut
urutan susunan bahan kurikulum. Sequence materi kurikulum dapat disusun dengan
mempertimbangkan tiga hal, yaitu struktur disiplin ilmu, taraf perkembangan siswa, dan
pembagian materi kurikulum berdasarkan tingkatan kelas. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam menyusun sekuens bahan ajar, yaitu sekuens kronologis (urutan kejadian),
sekuens kausal (sebab-akibat), sekuens struktural, sekuens logis dan psikologis, sekuens
spiral, dan lain-lain. Untuk itu dalam penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan beberapa
hal berikut: (1) Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum; (2) Apersepsi atau pengalaman
masa yang lalu; (3) Kematangan dan perkembangan siswa; (4) Minat dan kebutuhan siswa.
d) Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulumdipilih dan diorganisa sikan, langkah selanjutnya adalah
memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. strategi,
metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yangakan diberikan.
Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara,
pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan
penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa
dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber,
fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan

8
mentalfisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan
merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.
e) Penggunaan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang
telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum,
yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu
memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah kurikulum
yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Setelah
informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah
memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan dilaksanakan. Ada
orang yang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes atau
pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilaian pada
dasarnyamerupakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven dalam
Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu,
pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pernbuatan keputusan. Informasi
merupakan bagian dari penilaian yang penting karena berkaitan dengan data-data awal yang
berguna dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Informasi ini bisa berupa kualitatif atau
kuantitatif. Pertimbangan adalah taksiran atau estimasi dari kondisi yang ada sekarang atau
merupakan prediksi penampilan di masa yang akan datang. Sedangkan pengambilan
keputusan adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dan
pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan
terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi
kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

3.4 Teori Dasar Pengembangan Kurikulum


Berikut dibawah ini diantaranya para ahli pendidikan yang mengemukaan teori tentang
pengembangan kurikulum :

1) Johann Amos Comenius (1592) 


Comenius mengemukaakan teori untuk mengajar yang dikenal dengan nama Didactica
Magna artinya “didaktik besar” yang berisi teori-teori tentang bagaimana cara mengajar agar
dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik.

2) Ralp Tyler (1949) 


Dalam sebuah bukunya yang berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction, Ralp
Tayler mengemukakan adanya 4 (empat) tahapan dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 

1. Menentukan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pendidikan yang akan
dilakukan. 
2. Menentukan pilihan bentuk proses pembelajaran menuju pencapaian tujuan yang
sudah di rumuskan. 
3. Menentukan pengaturan atau organisasi materi kurikulum, disesuaikan dengan bentuk
proses yang akan dilakukan. 

9
4. Menentukan cara untuk menilai hasil pelaksanaan kurikulum yang berupa proses
pembelajaran.

3) HildaTaba(1962)
Teori yang dikemukakan oleh Hilda Taba tidak jauh beda dengan apa yang dikemukakan
oleh Ralp Tyler, hanya saja ahli ini ahli ini membuat deretan kegiatan sebagai rincian untuk
masing-masing tahapan, sehingga memperjelas bagi para pelaksana dalam memgembangkan
pelaksanaan pengembangan kurikulum.

4) HaroldB.Alberty(1962)
Berbeda dengan Tayler dan Hilda Taba yang mengemukakan kurikulum dalam dalam
bentuk langkah-langkah pengembanganya saja, Alberty mengemukakan sebagai unsur
penting dalam pengembangan kurikulum adalah sumber belajar yang disebut dengan istilah
resource unit.
5) DavidWarwick(1975)
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh David Warwick adalah model
pengembangan kurikulum dengan langkah-langkah yang langsung berbicara tentang materi,
tidak mulai dari perumusan tujuan.

6) EvelinaM.Vicencio(1995-1996)
Ahli ini mengemukakan adanya 4 (empat) tahapan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu (1) designing –merancang, (2) planning – merencanakan, (3) implementing-penerapan,
dan (4) evaluating – mengevaluasi. 

10
BAB 3
PENUTUP
3.5 Kesimpulan
Seorang pengembang kurikulum biasanya menggunakan beberapa prinsip yang
dipegangnya sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi harapan siswa,
pihak sekolah, orang tua, masyarakat pengguna. dan tentunya pemerintah. Beberapa prinsip
yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain prinsip berorientasi pada
tujuan, kontinuitas, fleksibilitas, dan integritas.
Model konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil
dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum
merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan
pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada. Model konsep
kurikulum sangat berkaitan dengan aliran filsafat pendidikan yang dianut.
Setelah mengetahui dan memahami berbagai pendekatan dan model yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kurikulum, kegiatan selanjutnya berkaitan dengan
langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum tersebut.
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis kebutuhan,
perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
Sejak abad ke-15 (limabelas) sampai abad ke-20 (duapuluh) para ahli bidang pendidikan
telah memikirkan bagaimana tahapan kurikulum dikembangkan. Secara umum
pengembangan kurikulum oleh para ahli pendidikan dikembangkan melalui empat tahap,
yaitu (1) penyusunan rancangan, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, dan (4) evaluasi.

3.6 Saran
Berdasarkan seluruh uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan uraian
kesimpulan di atas, maka saran dari penulis kepada pemerintah agar membuat ataupun
mengembangkan kurikulum menggunakan prinsip, konsep, prosedur dan teori dasar yang
telah ditentukan dengan baik supaya kurikulum yang yang dibuat dapat memenuhi harapan
siswa, pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat pengguna.

11
Daftar Pustaka
Juniardi, W. (2022, desember 20). Mengenal Prinsip Pengembangan Kurikulum dan Implementasinya.
Retrieved from quipper.com: https://www.quipper.com/

SUDRAJAT, A. (2008, januari 30). rinsip Pengembangan Kurikulum. Retrieved from


akhmadsudrajat.wordpress: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/

Hamami, A. R. (2005). PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM. PRINSIP-PRINSIP


DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM, 1-14.

HS, D. E. (2020). KONSEP, MODEL DAN IMPLEMENTASI. PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH:


KONSEP, MODEL DAN IMPLEMENTASI, 23-40.

terkini, b. (2022, Desember 17). Prosedur Pengembangan Kurikulum yang Sesuai di Sekolah.
Retrieved from kumparan.com: https://kumparan.com/berita-terkini/prosedur-
pengembangan-kurikulum-yang-sesuai-di-sekolah-1zSIY6sqcdz

paklativi. (2018, januari 22). Teori Pengembangan Kurikulum. Retrieved from paklativi.com:
https://www.paklativi.com/2018/01/teori-pengembangan-kurikulum.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai