Anda di halaman 1dari 9

MENGANALISIS PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Mata Kuliah : Kurikulum Pembelajaran


Dosen Pengampu : Dr. Darsono, M. Pd

Oleh :
Dinda Mulia Saputri (2253053042)
Farida Juwita (2213053179)
Safira Sita Salsabilla (2213053027)
Wike Oktaviana (2213053194)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas tentang “ Menganalisis Pendekatan Pengembangan Kurikulum” tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada pihak yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran yang di ampu oleh Dr. Darsono, M. Pd. Tak hanya itu, kami juga berharap
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya berharap akan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan tugas ini menjadi lebih baik
di waktu yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan berharap agar tugas ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

MENGANALISIS PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM .......................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................................1
BAB 2 ......................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum .....................................................................................2
2.2 Model-model pengembangan kurikulum ..................................................................................2
2.3 Pendekatan Pengembangan Kurikulum....................................................................................3
BAB III ...................................................................................................................................................6
SIMPULAN ............................................................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kurikulum di Indonesia sudah mengalami perubahan sejak
periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai
akhir tahun 2012 lalu. Selama proses pergantian kurikulum tidak ada tujuan lain
selain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan
pembelajaran yang ada di sekolah. Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik
di Indonesia maupun di negara lain disebabkan karena kebutuhan masyarakat
yang setiap tahun selalu berkembang. Perkembangan kurikulum ini dianggap
sebagai penentu masa depan anak bangsa. Kurikulum yang baik diharapkan
menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada
kemajuan bangsa dan Negara.
Saat ini dunia pendidikan Indonesia hendak mengalami perubahan kurikulum,
dari Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum merdeka
merupakan langkah lanjutan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 yang mengacu pada pendekatan
bakat dan minat. Tentunya dalam pengembangan kurikulum merdeka dibutuhkan model model
dan pendekatan pengembangan kurikulum. Hal tersebut akan dibahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana model-model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa sebenarnya pengertian pengembangan kurikulum


2. Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum (curriculum development /curriculum design) adalah
proses perencanaan dan penyusunan kurikulum yang ditujukan untuk membawa siswa
ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu
telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu
proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan
kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam
kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan
balikan (feedback).
Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material
sekolah yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian,
berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan.
Balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada
gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum
sendiri ialah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh
hasil yang lebih baik lagi. pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala
Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Seperti contohnya bermula pada
kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP 2006, Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Merdeka yang rencananya akan diterapkan sebagai kurikulum baru.

2.2 Model-model pengembangan kurikulum


a. Admistrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model yang paling lama dan
paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif
dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan
menggunakan prosedur administrasi.
b. Grass Root Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-
guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan pengembangan
kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu
sekolah. Proses pengembangan kurikulumyang diawali dengan keinginan yang muncul
dari tingkat bawah. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa.

2
1. pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan
menentukan pengalaman pembelajaran.
2. setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa.
3. Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4. mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
5. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan

pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu:
1) Guru memiliki kemampuan yang professional.
2) Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
3) Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para guru.
4) Bersifat desentralisasi dan demokratis

2.3 Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Seperti dijelaskan dalam UUSPN 1989 bahwa pendidikan nasional diatur secara terpusat
(sentralistik), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara
tidak terpusat (desentralistik).

a. Pendekatan Sentralistik
Negara yang bersifat kesatuan seperti Indonesia, sentralisasi ini berada pada tingkat pemerintah
pusat. Dalam manajemen pengembangan kurikulum yang terpusat atau sentralistik, tugas, wewenang,
dan tanggung jawab pengembangan kurikulum dipegang oleh pejabat pusat. Manajemen kurikulum
sentralistik menghasilkan kurikulum nasional, satu kurikulum yang berlaku diseluruh wilayah negara.
Dalam sistem sentralistik, segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur
secara ketat oleh pemerintah pusat. Dalam manajemen kurikulum sentralistik, seluruh perangkat
kurikulum, mulai dari landasan atau dasar-dasar pengembangan kurikulum, struktur, dan sebaran mata
pelajaran, silabus atau garis-garis besar program pembelajaran, rincian materi dan kegiatan
pembelajaran, buku, media, alat-alat penunjang, penilaian, hasil belajar beserta pedoman-pedoman
pelaksanaannya disusun oleh pusat.
Manajemen kurikulum sentralistik mempunyai kelebihan, diantaranya sebagai berikut.
a. Kurikulum diseragamkan untuk seluruh daerah dan sekolah sehingga dapat dikembangkan
standar kemampuan dan tingkat pencapaian yang bersifat nasional
b. Mudahnya dicapai konsensus, sangat baik dalam memelihara budaya nasional.
c. Mudahnya pembina para pelaksana kurikulum, serta dalam penyediaan media dan sumber
belajar karena jenis kurikulum yang diseragamkan di setiap daerah dan satuan pendidikan.
d. Membantu dalam perluasan kesempatan belajar dan mudah dalam mengadakan Inovasi.
e. Dapat menentukan kurikulum pendidikan nasional dan menetapkan anggaran agar dapat
dicapai kesamaan dan pemerataan standar pendidikan diseluruh wilayah tanah air.
Adapun kekurangannya yaitu:

3
a. kurang mampu beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah). Karena banyaknya keragaman
dalam kondisi, kebutuhan dan tingkat kemajuanya.
b. Pemahaman dan penguasaan kurikulum nasional oleh para pelaksana di seluruh wilayah akan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
c. Penerapan satu jenis kurikulum untuk wilayah yang cukup luas dapat menghadapi benyak
hambatan dan kemungkinan penyimpangan.
d. Kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang terdapat di
pemerintah pusat sehingga waktu dalam memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.

b. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Dalam manajemen kurikulum desentralistik, penyusunan desain, pelaksanaan, dan
pengendalian kurikulum (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan.
Penyusunan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru, melibatkan ahli, komite sekolah atau
madrasah dan pihak-pihak lain dimasyarakat, yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap
kurikulum.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman terdapat empat sumber daya yang harus didesentralisasikan yaitu
power/authority, knowledge, information dan reward.
1.Kekuasaan/kewenangan (power/authority) harus didesentralistikkan ke sekolah-sekolah secara
langsung yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya terhadap tiga bidang penting yaitu budget, personnel
dan curriculum. Termasuk dalam kewenangan ini adalah menyangkut pengangkatan dan pemperhentian
kepala sekolah, guru dan staff sekolah.
2.Pengetahuan (knowledge) harus didesentralistikkan sehingga sumberdaya manusia di sekolah mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi kinerja sekolah. Pengetahuan yang perlu didesentralistikkan
meliputi keterampilan yang terkait dengan pekerjaan secara langsung (job skills), keterampilan
kelompok (teamwork skills) dan pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge).
Keterampilan kelompok diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
keterampilan berkomunikasi. Termasuk dalam pengetahuan keorganisasian adalah pemahaman
lingkungan dan strategi merespon perubahan.
3.Informasi (information).Yang diperlukan berupa visi, misi, strategi, sasaran dan tujuan sekolah,
keuangan dan struktur biaya, isu-isu sekitar sekolah, kinerja sekolah dan para pelanggannya.
Penyebaran informasi bisa secara vertikal dan horizontal baik dengan cara tatap muka maupun tulisan.
4.Pengaharhaan (reward) adalah hal penting lainnya yang harus didesentralistikkan. Penghargaan bisa
berupa fisik maupun non-fisik yang semuanya didasarkan atas prestasi kerja. Penghargaan fisik bisa
berupa pemberian hadiah seperti uang. Penghargaan non-fisik berupa kenaikan pangkat, melanjutkan
pendidikan, mengikuti seminar atau konferensi dan penataran.
Sementara itu, menurut Sukmadinata dalam Herry Widyastono, 2013:51 , mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan manajemen pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan desentralistik
seperti di bawah ini. Kelebihannya antara lain sebagai berikut.
a. Kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karekteristik, dan perkembangan satuan
pendidikan dan masyarakat setempat sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung
dapat membantu perkembangan masyarakat.

4
b. Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri dengan
mempertimbangkan factor-faktor pendukung pelaksanaannya yang ada di sekolah dan masyarakat
sekitar.

Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan juga memiliki kelemahan, diantaranya sebagai
berikut.
a. Tidak semua guru memiliki keahlian atau kecakapan ddalam pengembangan kurikulum, atau tidak
semua satuan pendidikan / daerah memiliki guru atau orang yang ahli atau cakap dalam pengembangan
kurikulum.
b. Kurikulum dapat bersifat local. Lulusannya kurang memiliki kemampuan atau daya saing secara
nasional.
c. Desai kurikulum sangat beragam dapat menimbulkan kesulitan dalam pengawasan dan evaluasi
kurikulum dan evaluasi hasil belajar secara nasional.
d. Kepindahan peserta didik dari satu sekolah atau daerah ke sekolah atau daerah lain dapat
menimbulkan kesulitan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum terdapat berbagai
model, yang mencakup langkah-langkah: (a) merumuskan tujuan; (b) merumuskan pengalaman belajar;
(c) mengacu pada prinsip-prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas, efesiensi, dan efektifitas.
Manajemen pengembangannya dapat bersifat sentralistik, desentralistik, atau sentralistik-desentralistik
(pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau sekolah).

5
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan penjelasan sebagaimana telah dibahas pada bagian pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang
dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum
dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang
desentralisasi. Model pengembangan Grass roots ini merupakan inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum
datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Pendekatan
grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi
disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya ditandai dengan keinginan
untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya.
Secara umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah :
1. Pendekatan Sentralistik
Pendekatan sentralistik adalah pendekatan yang terpusat. Pendekatan ini memiliki
kelebihan adalah mudahnya dicapai consensus, sangat baik dan memelihara budaya nasional,
sangat membantu dalam perlasan kesempatan belajar, an mudah dalam mengadakan inovasi,
sedangkan kekurangan pendekatan sentralistik adalah kurang mamu beradaptasi dengan
kebutuhan lokal (daerah).
2. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah diadaptasi dengan kebutuhan dan
situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki kelemahan yaitu kesulitan untuk mencapai
konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah. Tuntutan utama dari pendekatan
desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar
dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tinglkat satuan pendidikan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai