Oleh :
Dinda Mulia Saputri (2253053042)
Farida Juwita (2213053179)
Safira Sita Salsabilla (2213053027)
Wike Oktaviana (2213053194)
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas tentang “ Menganalisis Pendekatan Pengembangan Kurikulum” tepat
waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada pihak yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran yang di ampu oleh Dr. Darsono, M. Pd. Tak hanya itu, kami juga berharap
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya berharap akan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan tugas ini menjadi lebih baik
di waktu yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan berharap agar tugas ini
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
1. pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan
menentukan pengalaman pembelajaran.
2. setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa.
3. Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4. mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
5. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan
Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu:
1) Guru memiliki kemampuan yang professional.
2) Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
3) Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para guru.
4) Bersifat desentralisasi dan demokratis
Seperti dijelaskan dalam UUSPN 1989 bahwa pendidikan nasional diatur secara terpusat
(sentralistik), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara
tidak terpusat (desentralistik).
a. Pendekatan Sentralistik
Negara yang bersifat kesatuan seperti Indonesia, sentralisasi ini berada pada tingkat pemerintah
pusat. Dalam manajemen pengembangan kurikulum yang terpusat atau sentralistik, tugas, wewenang,
dan tanggung jawab pengembangan kurikulum dipegang oleh pejabat pusat. Manajemen kurikulum
sentralistik menghasilkan kurikulum nasional, satu kurikulum yang berlaku diseluruh wilayah negara.
Dalam sistem sentralistik, segala sesuatu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur
secara ketat oleh pemerintah pusat. Dalam manajemen kurikulum sentralistik, seluruh perangkat
kurikulum, mulai dari landasan atau dasar-dasar pengembangan kurikulum, struktur, dan sebaran mata
pelajaran, silabus atau garis-garis besar program pembelajaran, rincian materi dan kegiatan
pembelajaran, buku, media, alat-alat penunjang, penilaian, hasil belajar beserta pedoman-pedoman
pelaksanaannya disusun oleh pusat.
Manajemen kurikulum sentralistik mempunyai kelebihan, diantaranya sebagai berikut.
a. Kurikulum diseragamkan untuk seluruh daerah dan sekolah sehingga dapat dikembangkan
standar kemampuan dan tingkat pencapaian yang bersifat nasional
b. Mudahnya dicapai konsensus, sangat baik dalam memelihara budaya nasional.
c. Mudahnya pembina para pelaksana kurikulum, serta dalam penyediaan media dan sumber
belajar karena jenis kurikulum yang diseragamkan di setiap daerah dan satuan pendidikan.
d. Membantu dalam perluasan kesempatan belajar dan mudah dalam mengadakan Inovasi.
e. Dapat menentukan kurikulum pendidikan nasional dan menetapkan anggaran agar dapat
dicapai kesamaan dan pemerataan standar pendidikan diseluruh wilayah tanah air.
Adapun kekurangannya yaitu:
3
a. kurang mampu beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah). Karena banyaknya keragaman
dalam kondisi, kebutuhan dan tingkat kemajuanya.
b. Pemahaman dan penguasaan kurikulum nasional oleh para pelaksana di seluruh wilayah akan
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
c. Penerapan satu jenis kurikulum untuk wilayah yang cukup luas dapat menghadapi benyak
hambatan dan kemungkinan penyimpangan.
d. Kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang terdapat di
pemerintah pusat sehingga waktu dalam memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.
b. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Dalam manajemen kurikulum desentralistik, penyusunan desain, pelaksanaan, dan
pengendalian kurikulum (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan.
Penyusunan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru, melibatkan ahli, komite sekolah atau
madrasah dan pihak-pihak lain dimasyarakat, yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap
kurikulum.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman terdapat empat sumber daya yang harus didesentralisasikan yaitu
power/authority, knowledge, information dan reward.
1.Kekuasaan/kewenangan (power/authority) harus didesentralistikkan ke sekolah-sekolah secara
langsung yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya terhadap tiga bidang penting yaitu budget, personnel
dan curriculum. Termasuk dalam kewenangan ini adalah menyangkut pengangkatan dan pemperhentian
kepala sekolah, guru dan staff sekolah.
2.Pengetahuan (knowledge) harus didesentralistikkan sehingga sumberdaya manusia di sekolah mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi kinerja sekolah. Pengetahuan yang perlu didesentralistikkan
meliputi keterampilan yang terkait dengan pekerjaan secara langsung (job skills), keterampilan
kelompok (teamwork skills) dan pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge).
Keterampilan kelompok diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
keterampilan berkomunikasi. Termasuk dalam pengetahuan keorganisasian adalah pemahaman
lingkungan dan strategi merespon perubahan.
3.Informasi (information).Yang diperlukan berupa visi, misi, strategi, sasaran dan tujuan sekolah,
keuangan dan struktur biaya, isu-isu sekitar sekolah, kinerja sekolah dan para pelanggannya.
Penyebaran informasi bisa secara vertikal dan horizontal baik dengan cara tatap muka maupun tulisan.
4.Pengaharhaan (reward) adalah hal penting lainnya yang harus didesentralistikkan. Penghargaan bisa
berupa fisik maupun non-fisik yang semuanya didasarkan atas prestasi kerja. Penghargaan fisik bisa
berupa pemberian hadiah seperti uang. Penghargaan non-fisik berupa kenaikan pangkat, melanjutkan
pendidikan, mengikuti seminar atau konferensi dan penataran.
Sementara itu, menurut Sukmadinata dalam Herry Widyastono, 2013:51 , mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan manajemen pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan desentralistik
seperti di bawah ini. Kelebihannya antara lain sebagai berikut.
a. Kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karekteristik, dan perkembangan satuan
pendidikan dan masyarakat setempat sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung
dapat membantu perkembangan masyarakat.
4
b. Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri dengan
mempertimbangkan factor-faktor pendukung pelaksanaannya yang ada di sekolah dan masyarakat
sekitar.
Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan juga memiliki kelemahan, diantaranya sebagai
berikut.
a. Tidak semua guru memiliki keahlian atau kecakapan ddalam pengembangan kurikulum, atau tidak
semua satuan pendidikan / daerah memiliki guru atau orang yang ahli atau cakap dalam pengembangan
kurikulum.
b. Kurikulum dapat bersifat local. Lulusannya kurang memiliki kemampuan atau daya saing secara
nasional.
c. Desai kurikulum sangat beragam dapat menimbulkan kesulitan dalam pengawasan dan evaluasi
kurikulum dan evaluasi hasil belajar secara nasional.
d. Kepindahan peserta didik dari satu sekolah atau daerah ke sekolah atau daerah lain dapat
menimbulkan kesulitan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum terdapat berbagai
model, yang mencakup langkah-langkah: (a) merumuskan tujuan; (b) merumuskan pengalaman belajar;
(c) mengacu pada prinsip-prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas, efesiensi, dan efektifitas.
Manajemen pengembangannya dapat bersifat sentralistik, desentralistik, atau sentralistik-desentralistik
(pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau sekolah).
5
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan sebagaimana telah dibahas pada bagian pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolahan pendidikan yang
dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum
dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang
desentralisasi. Model pengembangan Grass roots ini merupakan inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum
datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Pendekatan
grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi
disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya ditandai dengan keinginan
untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya.
Secara umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah :
1. Pendekatan Sentralistik
Pendekatan sentralistik adalah pendekatan yang terpusat. Pendekatan ini memiliki
kelebihan adalah mudahnya dicapai consensus, sangat baik dan memelihara budaya nasional,
sangat membantu dalam perlasan kesempatan belajar, an mudah dalam mengadakan inovasi,
sedangkan kekurangan pendekatan sentralistik adalah kurang mamu beradaptasi dengan
kebutuhan lokal (daerah).
2. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah diadaptasi dengan kebutuhan dan
situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki kelemahan yaitu kesulitan untuk mencapai
konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah. Tuntutan utama dari pendekatan
desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar
dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tinglkat satuan pendidikan di sekolah.