Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM

(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan


Pembelajaran)

Dr. Hj. Cucu Atikah, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Nelly Aulia Rosmawati 2228190053

Dinda Putri Nurmalitha 2228190052

3B

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kami agar dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul " Pendekatan Kurikulum dan Model Kurikulum ".
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Hj. Cucu Atikah, M.Pd
dosen pengampu mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran yang sudah
memberikan kepercayaan dan memberikan bantuan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pendekatan kurikulum dan model kurikulum
pembelajaran bagi para pembaca dan penulis. .Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, semoga
kedepannya bisa lebih berkembang lagi.

Cilegon, 11 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
............................................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................
...........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
...........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................


...............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
...............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................
...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
...........................................................................................................................................3

2.1 Definisi Pendekatan Pengembangan Kurikulum.....................................................


...............................................................................................................................3
2.2 Berbagai jenis Pengembangan Kurikulum..............................................................
...............................................................................................................................6
2.3 ...........................................................................................................
.............................................................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


.........................................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................
.............................................................................................................................14

ii
3.2 Saran .......................................................................................................................
.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
.........................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendidikan kurikulum adalah salah satu unsur yang selalu ditinjau
ulang di setiap jenjang dan lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan
kurikulum mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan,
bahkan kurikulum merupakan kunci dalam pendidikan. Kurikulum
menentukan tujuan, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya
menghasilkan warna atau kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan.
Disamping itu kurikulum juga menyangkut dengan rencana dan pelaksanaan
pendidikan baik di dalam kelas (sekolah), di luar kelas, daerah, wilayah
maupun di tingkat nasional. Semua orang berkepentingan dengan
kurikulum, sebab misalnya sebagai orang tua, warga masyarakat, pemimpin
formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya
anak-anak mereka menjadi lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan.
Oleh karena itu kurikulum pendidikan mempunyai peranan yang sangat
besar dalam mencapai harapan-harapan tersebut. Mengingat pentingnya
peran kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
peserta didik nantinya, maka pengembangan kurikulum tidak dapat
dikerjakan sembarangan, ia harus berorentasi kepada tujuan yang jelas
sehingga akan menghasilkan hasil yang baik dan sempurna bagi sebuah
masyarakat atau daerah. Dengan demikian, kurikulum pendidikan harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan diorentasikan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang dan akan
terjadi. Oleh karena itu, kurikulum selalu harus dirancang oleh guru
bersama-sama dengan masyarakat. Untuk dapat merancang kurikulum yang
demikian, guru memiliki peranan yang amat penting. Oleh karena itu pula,
kompetensi manajemen pengembangan kurikulum perlu dimiliki oleh setiap
guru di samping kompetensi teori belajar. Hal ini mengingat pendidikan
adalah sebuah sistem pembelajaran yang diselenggarakan dengan bersahaja

1
untuk melestarikan atau mewujudkan nilai-nilai luhur, sebagaimana
tertuang atau terkandung dalam visi dan misi pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Pengembangan
kurikulum ?
2. Apa yang di maksud dengan pengembangan Model Kurikulum ?
3. Bagaimana jenis- jenis pendekatan pengembangan kurikulum ?
4. Bagaimana Model Pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi yang dimaksud dengan pendekatan
kurikulum
2. Untuk mengetahui definisi yang dimaksud dengan
pengembangan model kurikulum
3. Untuk mengetahui berbagai jenis pendekatan pengembangan
kurikulum
4. Untuk mengetahui apa saja Model dari pengembangan kurikulu

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi pendekatan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan


gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum.Rencana
tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu
sistem kurikulum.1Istilah “kurikulum”memiliki berbagai tafsiran yang
dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak
dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berdeda-beda
satu dengan lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
“Curriculae” artinya jarak yang harus ditempuh seseorang pelari. Pada
waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.Dalam hal
ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah
menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya
seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jenbatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir
dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini. Kurikulum memuat isi
dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman
orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara
sistematis dan logis.Misalnya, bakat pengalaman dan penemuan-penemuan
masa lampau, maka diadakan pemilihan dan selanjutnya disusun secara
sistematis, artinya menurut urutan tertentu, dan logis, artinya dapat diterima

3
oleh akal dan pikiran.Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan yang berguna baginya.Semakin banyak pengalaman dan
penemuan-penemuan maka semakin banyak pula mata ajar yang harus
disusun dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa disekolah.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli
mengemukakan pandangan yang beragam.Dalam pandangan tradisional
(klasik), kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu
sekolah.Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum lebih
diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis. Hal ini bisa dilihat
dari pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003, yang berbunyi bahwa “ kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada pakar kurikulum yang mengutarakan bahwa “kurikulum mencakupi
maksud, tujuan, isi, proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi
semua pengalaman belajar yang direncanakan bagi para pembelajar baik di
dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat melaluipengajaran kelas dan
programprogram terkait”, dan selanjutnya membatasi “silabus sebagai suatu
pernyataan mengenai rencana bagi setiap bagian kurikulum
menesampingkan unsur evaluasi kurikulum itu sendiri, silabus hendaknya
dipandang dalam konteks proses pengembangan kurikulum yang sedang
berlangsung” (Robertson 1971: 584; Shaw 1977 dalam Tarigan, 1993:5).
Selain itu, masih terdapat bermacam-macam pengertian diberikan kepada
istilah kurikulum.Ada pengertian yang sangat luas dan sebaliknya terdapat
pengertian yang sempit.Perkataan kurikulum bukan perkataan Indonesia
asli, tetapi berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Yunani. Di dalam kamus
Webster dalam Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik (1995:97)
terdapat beberapa arti dari kurikulum, di antaranya yaitu sebagai berikut
1. Tempat berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba.
2. Pelajaram-pelajaran tertentu yang diberikan di sekolah atau perguruan
tinggi yang ditujukan untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.
3. Keseluruhan pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga
pendidikan.
Lazimnya, kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan berserta staf pengajarnya
(Nasution, 2006:5). Pengertian kurikulum yang lebih luas kemudian
diberikan oleh para pendidikan yaitu “segala usaha sekolah untuk

4
memengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di
luarnya” atau “segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang
memengaruhi anak dalam pendidikannya”.
Pendapat ini timbul karena para pendidik kini beranggapan, dengan
memperhatikan pengaruh hidden curriculum sangat membutuhkan
pemikiranpemikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang lebih luas dan
mungkin biaya yang lebih besar daripada merencanakan kurikulum yang
bersifat tertulis. Yang termasuk hidden curriculum, misalnya dengan
tersedianya ruang perpustakaan yang nyaman dan buku-buku yang lengkap
akan dengan sendirinya meningkatkan gairah membaca murid-murid.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, menurut
Sukmadinata (2001:1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyususnan
kurikulum yang sama sekali baru (Curriculum Construction) bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (Curriculum Improvement).
Pada satu sisi beliau juga menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar
kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (Macro
curriculum). Pada sisi lainya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang
telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan- persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru- guru di sekolah,
seperti penyusunan rencana tahunan, semester, satuan pelajaran dan lain-
lain (Micro Curriculum). Pengembangan kurikulum (Curiculum
depeloment/curuculum planning/curriculum design) adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa
kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-
perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini pengembangan
kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan
akhirnya, sebab pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang
bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi
tujuan, metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan
menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan- tujuan
pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum
secara keseluruhan.
Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan langkah-langkah atau cara
kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat,
yang dijadikan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk
memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu
perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah,
makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-
unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan
evaluasi kurikulum,

5
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen
tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu:
komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan,
dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus
saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang
membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainnya, maka sistem kurikulum juga akan terganggu.
Komponen-komponen yang mem-bentuk sistem kurikulum selanjutnya
melahirkan sistem pengajaran, dan sistem pengajaran itulah yang menjadi
pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dengan demikian maka dapat dikatakan sistem pengajaran merupakan
pengembangan dari sistem kurikulum yang digunakan. Oleh karena sistem
pengajaran melahirkan tindakan-tindakan gurudan siswa, maka dapat juga
dikatakan bahwa tindakantindakan itu pada dasarnya implementasi dari
kurikulum, yang selanjutnya implementasi itu akan memberikan masukan
dalam proses perbaikan kurikulum. Demikian terus menerus, sehingga
proses pengembangan kurikulum membentuk siklus yang tanpa ujung.
Kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan.para ahli pendidikan
memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian,
dalam penafsiran yang berbeda itu, ada juga kesamaannya.Kesamaan
tersebut adalah, bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2.2 Pengertian Pengembangan Model Kurikulum

Toto Ruhimat, dkk dalam Noerdian Dana (2013) model pengembangan


kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum
dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang
dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah atau sekolah.

2.3 Berbagai jenis Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Keadaan masyarakat yang terus menerus berubah dan berkembang


menyebabkan munculnya masalah atau kebutuhan baru yang dihadapi
siswa. Oleh karena itu perubahan isi kurikulumpun perlu disesuaikan.

6
Dengan demikian beberapa pendekatan pengembangan kurikulum berikut
dapat dipilih

A. Pendekatan Bidang Studi

Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi atau
IPA, IPS seperti yang didapati dalam sistem pendidikan sekarang di semua
sekolah. Faktor yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan
bahan dan proses dalam ilmu tertentu. Pendekatan ini paling mudah bila
dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Hal ini disebabkan disiplin ilmu
telah jelas batasannya, oleh karena itu lebih mudah dievaluasi.

B.Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan ini dibagi kepada tiga bentuk, yaitu:

1.Bentuk broad-field

Bentuk ini mengupayakan sebuah disiplin ilmu terintegrasi ke dalam


beberapa disiplin ilmu yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu
pengetahuan tidak dalam satu bidang saja tetapi terintegrasi dalam beberapa
bidang studi yang luas dan aplikatif. Ketika mengajar IPS dengan
membicarakan “lingkungan rumah” untuk itu guru harus membicarakan
letak rumah, tukang pos yang mengantar surat, tukang sayur yang
menjajakan macam-macam makanan (sayur, ikan, daging dan lain-lain),
tukang angkut sampah yang datang dengan truk, tukang koran yang
mengatarkan koran setiap hari dan majalah sekali seminggu. Dalam bidang
studi ini telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geografi (lokasi
rumah), ekonomi (biaya rumah tangga), matematika (pengeluaran tiap hari
dan bulan), berhitung (menghitung belanja), sejarah (dimana ayah dulu
tinggal dan belajar). Sains (rumah melindungi penghuninya terhadap
pengaruh cuaca) dan sebagainya. Konsep kurikulum yang sama dapat
digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi, misalnya pelajaran
IPS (sejarah, geografi, politik, ekonomi dan antropologi) atau IPA (fisika,
biologi, kimia dan astronomi).Bentuk broad-field ini juga dapat

7
menghantarkan siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-
kejadian yang terjadi dalam suatu masyarakat.

C.Pendekatan Rekontruksi Sosial

Pendekatan ini disebut rekontruksi sosial karena kurikulum ini berorientasi


kepada masalah yang sangat mendesak yang dihadapi oleh suatu
masyarakat, seperti karakter bangsa, kemiskinan, kesehatan, pemberentasan
buta huruf, dampak buruk dari kemajuan teknologi, perang dan damai,
keadilan sosial, hak asasi manusia dan lain-lain. Dalam proses rekontruksi
ini terdapat dua kelompok yang berbeda pandangannya tentang kurikulum,
yaitu rekontruksionisme konservatif dan rekontruksionisme radikal.
1) Rekontruksionisme konservatif menginginkan agar pendidikan
ditujukan kepada peningkatan kualitas hidup suatu masyarakat
dengan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang paling
mendesak yang mereka hadapi. Masalah-masalah tersebut baik
yang bersifat daerah, nasional, regional maupun internasional
baik pada jenjang sekolah dasar maupun di perguruan tinggi.
Dalam pembelajarannya metode problem solving memegang
peranan utama dengan menggunakan bahan dari berbagai disiplin
ilmu. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan perubahan
(agent of change) mendorong siswa menjadi partisipasi aktif
dalam proses perbaikan masyarakat.Pendekatan ini sejalan
dengan falsafahpragmatisme.
2) Rekontruksionisme radikal adalah kelompok yang berpendapat
bahwa banyak negara melaksanakan pembangunan dengan
merugikan rakyat kecil yang tidak berdaya. Kelompok ini
menganjurkan baik pendidikan formal maupun nonformalagar
melakukan perubahan pendidikan untuk mencapai tatanan sosial
baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih
adil dan merata.
D. Pendekatan Humanistik

8
Kurikulum ini berpusat pada siswa (student-centered) dan mengutamakan
pengembangan afektif (sikap) siswa sebagai pra-syarat dan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Para pendidik humanistik yakin
bahwa kesejahteraan mental harus menjadi sentral dalam kurikulum.
Selanjutnya siswa diikutsertakan dalam pembuatan, pelaksanaan dan
pengawasan peraturan sekolah, mereka diperbolehkan memilih kegiatan
belajar serta bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan bersama.
Pendekatan pengembangan kurikulum ini memusatkan perhatiannya pada
kebutuhan siswa baik personal maupun sosial. Tingkat sekolah dasar
diajarkan cara bergaul, saling bertukar pengalaman, berkelakuan sopan
santun, mengembangkan rasa percaya akan kemampuan diri yang sehat. Di
sekolah menengah diberikan topik-topik menyangkut dengan
pengembangan sitem nilai, memelihara persahabatan, memupuk hubungan
yang baik antara siswa, mempersiapkan diri untuk menduduki suatu jabatan
dan sebagainya. Pada perguruan tinggi topik-topik yang dibicarakan antara
lain mengenai cara belajar mandiri, mempersiapkan diri untuk kehidupan
setelah lulus, membentuk integritas pribadi dan lain-lain.

E.Pendekatan Pertanggungjawaban (accountability)

Pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya


kepada masyarakat adalah suatu kewajiban. Dalam manajemen pendekatan
ini disebut dengan manajemen ilmiah yaitu menetapkan tugas-tugas spesifik
yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, tiap pekerja
bertanggungjawab atas penyelesaian tugas itu. Meskipun akuntabilitas
pendidikan bukan sesuatu yang baru, namun pendekatan ini mulai
mendominasi kurikulum dalam seperempat abad akhir-akhir ini.Dalam 1960
an, 1970 an dan 1980 an pendekatan ini menyebar dengan pesat dan
mendesak sistem pendidikan di seluruh dunia agar lebih memperhatikan
efektivitas pendidikan yang berdasarkan “standar akademis”yang ditetapkan
terlebih dahulu secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang
tersedia. Suatu sistem yang accountable menentukan standard dan tujuan
yang jelas serta mengukur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan
siswa.

9
F.Pendekatan pembangunan nasional. Pendekatan ini mencakup:
a. Pendidikan kewarganegaraan
Isi kurikulum ini berorientasi pada sistem politik negara yang
menentukan peranan, hak dan kewajiban tiap warga
negara.Dengan pendidikan siswa memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat disumbangkan kepada
kesejahteraan umum secara aktif.
b. Pendidikan sebagai alat pembangaunan nasional. Tujuan
pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

c. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-


hari.Keterampilan ini meliputi, keterampilan untuk mencari
nafkah, keterampilan mengembangkan masyarakat, keterampilan
untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum dan
keterampilan sebagai warga negara yang baik.
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa ada beberapa pendekatan
dalam pengembangan kurikulum untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mempedomani
pendekatan-pendekatan tersebut dalam mengembangkan kurikulum di
sekolahnya agar muatan kurikulum dapat bermanfaat bagi diri siswa,
masyarakat, bangsa dan negara.

2.4 Model Pengembangan Kurikulum


1. Model Ralph Tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler
(1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah
pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah:
a. Tujuan pendidikan apa yang seharusnya dicapai oleh
sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang
semestinya diberikan untuk

10
mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan
sebaiknya diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?

Dari berbagai pertanyaan tersebut tyler mengungkapkan bahwa


ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembanagan
kurikulum, yaitu:
1) Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu arah atau sasaran akhir
yang harus dicapai dari tujuan yang sudah ditetapkan dalam program
pendidikan dan pembelajaran.
Menurut tyler ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai tujuan, yaitu: a) Hakikat peserta didik. b) kehidupan
masyarakat masa kini (modern). c) pandangan para ahli bidang study.
Ada lima faktor yang menjadi arah tujuan pendidikan, yaitu:
pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi,
pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta
didik, dan pengembangan sikap sosial.
2) Menentukan proses pembelajaran
Setelah menentukan tujuan apa yang akan di jalani selanjutnya
menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dan sesuai
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dan mengubahnya
menjadi sebuah keberhasilan. Salah satu aspek yang harus di
pertimbangkan pada saat proses pembelajaran adalah pengalaman dan
kemampuan (skill) dari peserta didik. Kedua hal tersebut akan
menentukan bagaimana proses pembelajaran berlangsung nantinya.
Dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya berinteraksi
dengan pengajar tapi juga lingkungan. Pada lingkungan dan proses
belajar tersebut peserta didik akan banyak memperoleh karakter dari
orang di sekitar nya yang akan membentuk sikap serta sifat dari peserta

11
didik, maka dari itu pemilihan proses pembelajaran sangatlah penting
untuk menentukan segala sesuatu untuk tujuan yang baik.
3) Menentukan organisasi pengalaman belajar
Mengorganisasi atau mengelompokkan pengalaman belajar ini
untuk memilih materi dan pembelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik.
4) Menentukan evaluasi belajar
Tahap terakhir menurut tyler ini jenis penilaian yang diberikan
harus sesuai dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau
pembelajaran.

2. Model Administratif
Model administratif diistilahkan juga model top down, dari atas
ke bawah. Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang
berwenang (pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan pengajar
ini).
b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan
falsafah yang diikuti
c. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas
para spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk
merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.
d. Hasil kerjja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman
atau hasil dari try out.
e. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan
telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut
diimplementasikan,

3. Model dari Bawah (Grass-Roots)

Pengembangan kurikulum ini kebalikannya dari model


administrasi, yang langkah langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)

12
b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari
orangtua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya
diadakan lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.

4. Model Demonstrasi
Dalam model ini adalah pengembangan kurikulum idenya
datang dari bawah (grass-roots), semula merupakan suatu upaya inovasi
kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala
yang lebih luas. Dalam model ini ada beberapa langkah yang
dilakukan :
a. Sekelompok dari sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk
melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen kurikulum.
b. Unit-unit ini lalu menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata
hasilnya dinilai baik.
c. Jika ada yang belum puas dengan hasil nya diadakanlah uji
coba/eksperimen yang diadakan pengembangan secara mandiri
d. Kemudian disebarluaskan di sekolah sekitar.

5. Model Miller-Seller
Pengembangan ini berbeda dari model model sebelumnya.
Model ini merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model
transmisi (gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Klarifikasi orientasi, tahap ini adalah tahap yang paling penting
adalah menguji orientasi. Orientasi ini mengklasifikasika pandangan
filosofis,psikologi, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan.
2) Pengembangan tujuan, tujuan umum dalam konteks ini adalah
merefleksikan pandangan orang (person) dan pandangan (image)
kemasyarakata. Tujuannya masih relative umum

13
3) Identifikasi model mengajar, ada beberapa hal yang diperhatikan
dalam menentukan model belajar antara lain: a) disesuaikan dengan
tujuan umum maupun tujuan khusus. b) strukturnya harus sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. c) guru yang menerapkan kurikulum
ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung
model. d) tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan
model.
4) Implemenasi, langkah ini merupakan penerapan kurikulum
berdasarkan langkah langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya
dilaksanakan dengan memperhatikan komponen-komponen program
study, identifikasi sumber, peranan, pengembangan
profesionalpenetapan waktu, komunikasi, dan system monitoring.

6. Model Beauchamp

Model ini dikembangkan oleh G. A Beauchamp (1964),


langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Suatu gagasan pengembanagan kurikulum yang telah dikalsanakan


di kelas, diperluas di sekolah, disebarluaskan di sekolah-sekolah di
daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut
arena.
2) Membentuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kirkulum, para
ekdpert, staf pengajar, petugas bimbingan dan narasumber lain.
3) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses
belajar mengajar. Untuk tugas tersebut perlu dibentuk: dewan
kurikulum sebagai penilaian pelaksanaan kurikulum, memilih materi
pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum
mana yang akan dipakai dan menulis secara menyeluruh mengenai
kurikulum yang akan dikembangkan.
4) Melaksanakan kurikulum di sekolah
5) Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.

14
7. Model terbalik Hilda Taba

Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar


data induktif yang didebut model terbalik, karena biasanya
pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang
datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-
langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan
cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil
nyata, baru diadakan pelaksanaan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi,


menentukan penilaian, memerhatikan antara luas dan dalamanya bahan,
kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
b. Mengadakan try out
c. Mengadakan revisi atas dasar try out.
d. Menyusun kerangka kerja teori
e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, kurikulum merupakan
salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dan sangat menentukan
sekali dalam suatu sistem pendidikan. Sistem Kurikulum terbentuk oleh
empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum,metode atau
strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem,
setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu
komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum juga akan
terganggu. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Pendekatan pengembangan kurikulum yaitu Pendekatan Kompetensi
(Competency Approach), Pendekatan Sistem (System Approach),
Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach), Pendekatan
Komprehensif (Comprehensive Approach), Pendekatan yang Berpusat pada
Masalah (Problem-Centered Approach), Pendekatan Terpadu.
Begitupun model kurikulum seperti Model Ralph Tyler, Model
Administratif, Model dari Bawah (Grass-Roots), Model Demonstrasi,
Model Miller-Seller, Model Beauchamp, dan Model terbalik Hilda Taba
yang diharapkan dengan adanya model kurikulum ini, akan memahami
esensi dari kurikulum tersebut agar bisa bekerja lebih baik, sistematis dan
optimal untuk mewujudkan kurikulum yang akomodatif dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik.
3.2 Saran
Saya sebagai penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Dan kami akan
memperbaiki makalah ini dari banyak sumber dan kritikan yang
membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Nur Halimah: Jurnal Telaah Komponen dan pendekatan
pengembangan kurikum, ( Tangerang: Yayasan Fakultas Agama
Islam Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang )
2. FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar Volume 3, Nomor 1,
Maret 2019; p-ISSN 2656-5390; e-ISSN 2579-6194;27-41
3. Robiatul Awwaliyah: Jurnal pendekatan pengelolaan
kurikulum dalam menciptakan sekolah unggul, Universitas
Nurul Jadid Paiton Probolinggo
4. Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
5. Hamalik, Oemar. (2010). Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
6. Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta:
Bina Aksara.
7. Ornstein, C.Allan, Hunkins, P.Francis. (2009). Curriculum:
Foundations, Principles, and Issues. United States of
America: Pearson Education, Inc.

17

Anda mungkin juga menyukai