Anda di halaman 1dari 20

MODEL KONSEP KURIKULUM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Pengembangan Kurikulum

Dosen : Yayah Huliatunisa, M. Pd

Kelompok 2
Rifka Izatul Lutfia 1886206203
Nicken Novita Sari 1886206215
Nur Herni Hernawati Dewi 1886206217
Ayu Anjani 1886206220

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perkembangan Kurikulum
yaitu berupa penyusunan makalah yang berjudul “ Model Konsep Kurikulum “ ini meskipun
dengan sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih
baik lagi.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung di
dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.

Tangerang, 19 Oktober 2020

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Model Konsep Kurikulum...............................................................................................5
B. Kurikulum Akademis......................................................................................................6
C. Kurikulum Humanistik....................................................................................................8
D. Kurikulum Rekonstruksi Sosial....................................................................................10
1. Pengertian Rekonstruksi Sosial.................................................................................10
2. Tokoh-Tokoh dan Pemikiran Dalam Kurikulum Rekonstruksi Sosial......................11
E. Kurikulum Teknologis..................................................................................................15
1. Pengertian Kurikulum Teknologis............................................................................15
2. Karakteristik Kurikulum Teknologis.........................................................................16
3. Implementasi Kurikulum Teknologis........................................................................16
4. Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum Teknologis...................................................17
F. Kurikulum Dinamik......................................................................................................18
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Menurut Mauritz Johnson (1967, hlm.130) kurikulum “prescribes (or at least
anticipates) the result of instruction”. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan. disamping itu juga kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh
para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teoretis bagi pengembangan kurikulim berbagai instirusi pendidikan.
Mengenai konsep kurikulum, ternyata kurikulum memiliki berbagai macam konsep
yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, maka dari itu, pembuatan makalah ini
difokuskan pada konsep-konsep kurikulum, yang mana hal ini menjadi bagian penting dari
kurikulum itu sendiri.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertin model konsep kurikulum ?
2. Apa yang dimaksud kurikulum akademis ?
3. Apa yang dimaksud kurikulum Humanistik ?
4. Apa yang dimaksud kurikulum rekonstruksi sosial ?
5. Apa yang dimaksud kurikulum teknologis ?
6. Apa yang dimaksud kurikulum dinamik ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian model konsep kurikulum
2.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Konsep Kurikulum


Secara umum pengertian kurikulum adalah alat atau pedoman yang berisikan tujuan.
isi, proses dan hasil, yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan jika bagaimanapun bentuk kurikulum haruslah sesuai dengan
tujuan awal pendidikan dan perkembangan zaman. Kehidupan munusia yang kian lama
kian maju dan lebih cangih. Oleh karenanya akan tidak relevan menggunakan kurikulum
tradisional ditengah zaman modern seperti sekarang ini. Tak berarti juga Kurikulum harus
berpatok pada teknologi mengingat masih banyak daerah-daerah yang perkembangun
teknologinya masih tertinggal.
Dengan kata lain penggunaan masih harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar
peserta didik dan pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan mengajar. Namun harus tetap
mampu menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang akan datang. Kurikulum
dapat dikatakan sebagai kunci pendidikan, karena objek kurikulum meliputi arah, isi dan
proses pendidikan yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kualifikasi lulusan dari
suatu lembaga pendidikan masing-masing.
Banyak pendapat yang menyatakan tentang pengertian kurikulum, berikut pengertian
kurikulum dari beberapa sumber. Menurut Franklin Bobbt (1918) kurikulum adalah
susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah untuk membentangkan
kemampuan individual yang dimiliki oleh setiap anak didik. Kurikulum dipandang sebagai
"suatu rencana yang telah disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar yang berada
dibawah bimbingan dan tanggung jawab lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu pedoman yang digunakan untuk
melaksanakan program pendidikan, baik aturan formal maupun non formal. Untuk itu
kurikulum mempunyai pengaruh yang besar untuk melahirkan kader-kader yang dapat
mengharumkan nama bangsa dan negara kelak. Untuk dapat menciptakan atau melahirkan
generasi emas yang akan menjadi harapan di masa depan maka sudah menjadi tugas setiap
guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memahami kurikulum sekolah tempat dimana
mereka bekerja. Tanpa adanya kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan, maka sulit
untuk bisa mencapai tujuan dari pendidikan, lembaga pendidikan dikatakan berhasil atau
sukses mencapai tujuannya apabila target atau tolak ukur atau standart aturan dalam
pendidikan dapat dicapai dengan baik, dan standart atau tolak ukur pendidikan tersebut
terletak pada kurikulum yang berlaku, sehingga tanpa adanya kurikulum maka lembaga
pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik dan tidak mampu melahirkan generasi emas
yang dapat mengharumkan nama bangsa dan negara di masa yang akan datang.

B. Kurikulum Akademis
Kurikulum akademis ini merupakan model yang pertama dan tertua, sejak sekolah
berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang walaupun telah berkembang
tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Karena nya sangat
praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan dengan tipe-tipe lain. Kurikulum
akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang
berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh
para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya
masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan
yang diberikan atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu.
Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu
secara sistematis, logis dan solid. Para guru dan pengembang kurikulum tidak perlu susah
payah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan
materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasikan
secara sistimatis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang
akan mempelajarinya.
Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus
menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam
bidang-bidang studi yang diajarkan. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya menguasai
materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya. Apa yang
disampaikan dan cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi guru. Guru
adalah yang digugu dan ditiru (diikuti dan dicontoh). Karena Kurikulum akademis sangat
mengutamakan pegetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Kurikulumnya
tidak hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara
berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang
dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran
tersebut.
Jerome Bruner dalam The Process of Education sebagaimana di kutip S. Nasution
menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu.
Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus didasarkan atas
pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya
dan yang memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu. Sekurang-kurangnya ada tiga
pendekatan dalam perkembangan kurikulum akademis: Pertama, adalah melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan
menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingatnya. Kedua, adalah studi yang bersifat
integratif. Pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang
menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif terpadu. Pelajaran tersusun
atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu
menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-
fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. Ketiga, pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar
berdasarkan mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta, serta bukan
sekedar mengingatnya.
2. Studi yang bersifat integratif
Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena
alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. Maka,
dikembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated
curriculum). Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan:
 Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying
theme)
 Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
 Menyatuka berbagai cara/metode belajar.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
2. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri.
3. Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi oleh siswa
sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep utama disusun secara
sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai masalah penting,
kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
Pola-pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis diantaranya
sebagai berikut:
1. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep suatu
pelajaran yang dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2. Unifyied atau  Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan
pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi
dari berbagai pelajaran displin ilmu.
3. Integrated curriculum yaitu sama halnya dengan unifyied curriculum, namun
yag membedakan pada integrated curriculum tidak nampak lagi displin
ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi
kehidupa tertentu.
4. Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari berbagai
displin ilmu.
Untuk evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay) dari pada tes
objektif.

C. Kurikulum Humanistik
Model Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran-aliran pribadi yaitu John Dewey (pendidikan
progresif) dan J. J. Rouseau (pendidikan rumantis). Aliran ini lehih memberikan termpat
utama kepada anak didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak didik adalah yang
pertama dan utama dalam pendidikan.
Anak didik adalah subjek yang menjadi pusat kegatan utama dalam pendidikan,
mereka percaya bahwa anak didik mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan untuk
berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada 130 konsep gestalt, bahwa
individu alau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada
membina manusia yang utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual juga segi sosial dan
afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain sebagainya). Pandangan mereka
berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual
dengan peran utama yang dipegang oleh pendidik.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks,
dan akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar anak didik (mendorongnya)
dan bagaimana merasakan atau berşikap terhadap sesuatu. Tugas pendidik adalah
menciptakan situasi yang permisif dan mendorong anak didik untuk mengembangkan diri
sendiri, Tujuan membangun adalah mengembangkan kesadaran diri sendiri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Evaluasi kurikulum
humanistik lebih memberi jaminan pada proses yang dilakukan. Pendekatan kurikulum
humanistik melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk anak didik di masa kontrak.
Namun di samping itu pengembangan kurikulum bertolak dari ide manusia.
Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Ia adalah subjek yang
menjadi pusat kegiatan pendidikan. Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional
yang baik antara guru dengan murid. Guru harus mampu memberikan materi yang
menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Kurikulum
ini berpendapat bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Kurikulum ini terus berkembang dan lebih menekankan segi intelektual
dalam hal ini. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang hangat
dan menyenangkan selain itu juga menjadi sumber belajar agar memperlancar proses
belajar dikelas. Sesuai konsep yang dituntut, kurikulum humanistik menekankan integrasi,
yaitu kesatuan perilaku bukan hanya yang bersifat intelektual, Tetapi juga emosional dan
tindakan. Dalam evaluasi kurikulum ini lebih mengutamakan proses dari pada hasil.
Meyakini agar anak berkembang menjadi manusia yang dapat mengembangkan potensi,
mandiri dan terbuka.
Model Kurikulum Humanistik jiwa pengembangan kepribadian siswa secara utuh dan
seimbang, antara perkembangan segi intelektual, afektif dengan psikomotor. Kurikulum
Humanistik menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan
minat dan kebutuhan siswa. Pembelajarannya berpusat pada siswa, student centered atau
student based teaching, siswa menjadi subyek dan pusat kegiatan. Pembelajaran segi-segi
sosial, moral dan afektif mendapat perhatian utama dalam kurikulum model ini.
Ada tiga aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus
merespons secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan),
terhadap kesaruan yang menyeluruh dari lingkungan.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak
menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.
3. Mistikisme Modern, yaitu aliran yang menekankan latihan dan
pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity
training, yoga, meditasi,dan sebagainya.
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses dari pada hasil,
dan tidak memiliki kriteria pencapaian. Sasaran kurikulum ini adalah perkembangan
anak agar menjadi manusia yang lebih terbuka dan lebih mandiri.

D. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

1. Pengertian Rekonstruksi Sosial


Rekonstruksi Sosial merupakan sebuah gagasan untuk menggunakan sekolah
sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif seperti membangun masyarakat.
Rekonstruksionis sosial merupakan penentang terhadap gagasan bahwa kurikulum
seharusnya membantu mengatur pembelajar atau menyesuaikan terhadap kondisi
masyarakat yang ada (McNeil, 1981). Dalam hal ini kurikulum merupakan satu sarana
dalam membantu mengembangkan ketidakpuasan dan melengkapi kebutuhan
kemampuan pembelajar untuk menciptakan tujuan baru dan mempengaruhi perubahan
sosial. Rekonstruksi sosial adalah filosofi pendidikan yang menekankan institusi
pendidikan sebagai lingkungan untuk menerapkan perubahan sosial dan menantang
ketimpangan sosial (Tallahassee Community College, 2015). Pendidik percaya bahwa
latar belakang siswa mempengaruhi pengalaman, dan pengalaman pendidikan mereka.
Sekolah adalah institusi perubahan dan pembelajar adalah agen sosial dan pembuat
makna. Peran pengajaran adalah merekonstruksi masyarakat, pendidik percaya bahwa
seorang tenaga pendidik harus menekankan diskusi kelompok sehingga pembelajar
dapat membicarakan pengalaman mereka sendiri yang dipandang penting. Kurikulum
rekonstruksi sosial berbeda dengan kurikulum lainnya. Dalam kajian ini bentuk
pendidikan bukan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu institusi pendidikan
sendiri melainkan satu proses kegiatan bersama dan menuntut adanya interaksi.
Melalui kerja sama dan interaksi, pebelajar berusaha memecahkan suatu problematika
yang dihadapi dalam masyarakat menuju perubahan masyarakat menjadi lebih baik,
karena pendidikan akan berjalan baik, jika kita memahami masyarakat dimana proses
pendidikan itu dilaksanakan.

Dalam kurikulum rekonstruksi sosial tujuan program pendidikan setiap tahun


dapat berubah bergantung dengan perkembangan dalam suatu masyarakat, sedangkan
metode yang menjadi titik utama dalam metodenya menggunakan prinsip keselarasan
antara tujuan nasional dengan tujuan pebelajar. Tenaga pendidik harus mampu
mengidentifikasi minat maupun kebutuhan pembelajar baik dalam memecahkan
masalah sosial. Kerja sama yang baik antara stakeholder dalam dunia pendidikan,
sosial kebudayaan, maupun sumber daya alam sangat menentukan dalam proses
pembelajaran tersebut karena para pebelajar bergantung dengan yang lainnya, dan
dalam kegiatan yang dilakukan para pebelajar tidak ada kompetisi, yang ada hanyalah
kerja sama yang berkesinambungan antara semua pihak. Dalam kegiatan evaluasi para
pembelajar juga dilibatkan guna untuk mengetahui beberapa permasalahan yang
mungkin belum terpecahkan sehingga tujuannya akan tercapai dengan baik.
Keterlibatan mereka tidak hanya sebatas aspek penilaian saja, akan tetapi mereka
dilibatkan dalam memilih, menyusun, dan menilai bahanyang akan diujikan. Evaluasi
yang dilakukan tidak sebatas menilai apa yang telah dikuasai para pebelajar, akan
tetapi juga menilai adanya pengaruh suatu kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan dan peningkatan taraf
kehidupan masyarakat.

2. Tokoh-Tokoh dan Pemikiran Dalam Kurikulum Rekonstruksi Sosial


a. Paulo Freire
Paulo Freire menerapkan rekonstruksi sosial dengan “Cultural Action for
conscientization” jika mereka mau terbebas dari permasalahan yang melanda pada
suatu masyarakat. Conscientization merupakan proses dimana seseorang bukan
sebagai penerima tetapi sebagai pembelajar aktif, Memperluas kesadaran baik dari
realitas sosial budaya yang mempengaruhi hidup mereka dan kemampuan untuk
mengubahnya (McNeil, 1981). Dalam artian berusaha memberikan pencerahan
tentang hambatan-hambatan yang mencegah dalam memahami persepsi yang jelas
tentang realitas yang terjadi.
b. John S. Mann
Tokoh selanjutnya adalah John S. Mann yang menerapkan teknik
pemikiran Marxixt sebagai landasan dalam rekonstruksi sosial. Beliau
berpendapat bahwa para sosial rekonstruksi sosial kuno gagal untuk mengakui
bahwa tekanan dan eksploitasi adalah sebuah karakteristik yang mendasar dalam
struktur kelas dan tidak bisa dirubah dengan hanya main-main di sekolah karena
kesuksesan di sekolah berhubungan erat dengan khayalak masyarakat, orang tua,
perhatian masyarakat, organisasi, pebelajar, dan kelompok lainnya harus terlibat
dalam pembelajaran (McNeil, 1981). Dalam penerapan rekonstruksi sosial, Mann
merancang beberapa prosedur yang harus diperhatikan khususnya dalam hal ini
yang berhubungan dengan pebelajar, antara lain:
a) Menganalisa pertentangan-pertentangan demokrasi yang terjadi disekolah dan
masyarakat.
b) Memikirkan tindakan-tindakan tententu yang berhubungan dengan pebelajar,
guru, dan lainnya yang dapat menghancurkan aspek antidemokratis.
c) Menerapkan tindakan-tindakan tersebut secara konsisten dengan mengikuti
prosedur seperti: a. Musyawarah b. Diskusi, analisis, dan kritik, c. Membuat
keputusan. Dalam manifesto 1975 menekankan beberapa garis besar untuk
para pendidik sekolah secara umum (McNeil, 1981), antara lain dijabarkan
berikut ini. a. Mengembangkan pusat guru yang progresif pada setiap sekolah
yang bertujuan untuk lebih memeriksa contoh-contoh dalam diskriminasi kelas
seperti material, tes, metode dan kebijakan yang menunjukkan penyimpangan.
b. Menganjurkan pebelajar untuk belajar ada tidaknya demokrasi di sekolah
dan melaporkan kepentingan siapa saja yang telah dilayani oleh kebijakan dan
prosedur yang ada. c. Menyajikan penemuan-penemuan dominan yang ada di
kelas pada saat rapat dengan orang tua, para member sekolah lain, persatuan
guru, dan organisasi professional lainnya.
d) Membeberkan kepada khalayak umum muatan kelas dari program sekolah
seperti terhadap orang tua.
e) Meminta bantuan masyarakat dan organisasi kaum pekerja dalam
pengembangan kurikulum berdasarkan minat kaum pekerja. Setidaknya
kurikulum dapat mencakup: (a)Pengajaran sejarah modern yang focus
terhadap perjuangan dominasi negara barat di negara dunia ketiga, kaum
pekerja, kaum minoritas yang tertindas, dan ekploitasi wanita. (b)Kesetaraan
secara menyeluruh terhadap bahasa dan budaya terhadap kaum minoritas yang
tertidas. (c) Pembelajaran fundamental tentang analisis sosial-ekonomi dalam
hubungan sosial. (d)Perkembangan aktifitas budaya yang ditujukan terhadap
penerimaan budaya para kaum pekerja.
f) Mendirikan sebuah panitia organisasi besar untuk kurikulum yang berdasarkan
minat kelompok umum, mendaftarkan pebelajar dalam perjuangan untuk
pembebasan.
g) Mengenalkan rencana untuk penyebaran tuntutan revolusioner dan
membentuk perserikatan diantara semua kelompok melawan sentralisasi dan
kontrol ketat yang meningkat oleh struktur kekuasaan.
c. Harold G Shane
Shane menggunakan perencanaan masa yang akan datang (Futurologist)
sebagai dasar penyusunan kurikulum. Beliau menekankan peranan individu
dalam menemukan peranan masa depanya sendiri, mereka tidak dapat
melepaskan diri dari perkembangannya akan tetapi harus menyesuaikannya.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum agar mempelajari tren
perkembangan. Tren utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai
dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat. Kecenderungan
lain adalah perkembangan ekonomi , politik, sosial, dan budaya (McNeil, 1981).
Dalam perkembangan sosial yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
manusia baik sebagai individu maupun interaksinya dengan yang lain. Untuk
mengindetifikasi dan menganialisis kecenderungan-kecenderungan tersebut
diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu dan dalam pemecahan dan
membuat kebijakan sosial diperluakan musyawarah dengan warga masyarakat.
Seperti yang terjadi pada era modern sekarang dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan teknologi dan informasi yang didominasi oleh ketergantungan
masyarakat khususnya para pebelajar dengan perangkat digital maupun internet
yang berdampak pada cepatnya arus informasi yang diterima oleh mereka. Kita
sebagai tenaga pendidik seyogyanya harus mengikuti arah perkembangan
tersebut dengan menerapkan suatu sistem pembelajaran dengan memanfaatkan
apa yang menjadi tren dalam kehidupan modern. Selain komunikasi, suatu
perangkat digital menyediakan beragam aplikasi yang dapat membuat
kehidupan seharihari lebih mudah, hanya dengan perangkat seluler, dapat
membaca buku, mendengarkan musik, memotret, menonton video, bermain
game, membuat dokumen, menyimpan data dan banyak lagi. Tapi teknologi ini
juga memiliki sisi negatifnya, sebuah studi baru-baru ini dari sebuah penelitian
menunjukkan bahwa rata-rataorang di Indonesia dapat menghabiskan rata-rata
5,5 jam sehari untuk menatap ponsel (Tribun, 2016), tak heran bila orang terus
mengeluh bahwa mereka tidak punya waktu untuk apa pun. Studi lain, kali ini
menemukan bahwa pemberitahuan smartphone dapat mengganggu konsentrasi
seseorang, bahkan dalam durasi yang singkat sehingga menyebabkan gangguan
yang cukup besar untuk mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfokus
pada tugas tertentu (Mikulic, 2016). Hal ini bisa sangat berbahaya dalam
beberapa situasi tertentu, seperti mengemudi misalnya, sebuah notifikasi
sederhana dapat menyebabkan kecelakaan yang benar-benar serius dan bahkan
membawa kehidupan. Kedua penelitian ini hanyalah puncak gunung es, mereka
hanya memberi gambaran tentang dampak teknologi terhadap kehidupan
manusia, dan sayangnya dampak ini sebagian besar negatif. Sebuah aplikasi
hebat yang bisa sangat membantu dalam beberapa situasi tertentu, namun bagi
masing-masing dari mereka akan ada ribuan orang yang tidak berguna yang
hanya akan menghabiskan waktu dan membuat kurang produktif. Selain
masalah yang disebutkan di atas, ini juga memiliki dampak besar dalam
kehidupan sosial masyarakat, orang semakin terputus ke dunia nyata, mereka
meletakkan ponsel mereka di depan interaksi manusia, semakin sulit untuk
melihat orang-orang berbicara satu sama lain di tempat umum, mereka selalu
terlalu sibuk dengan perangkat seluler mereka, memeriksa pemberitahuan,
mengirim pesan atau sekadar berbagi video baru. Teknologi seharusnya
membawa inovasi ke dalam kehidupan manusia menjadi lebih baik, jika
digunakan dengan baik pula. Tentu hal itu akan membawa banyak manfaat bagi
masyarakat modern kita, namun bila sampai pada titik tertentu hal itu mulai
berbahaya, memakan waktu, kontraproduktif dan bahkan berbahaya. Perlu
diketahui juga bahwa penggunaan sarana teknologi yang tersedia disekitar
masyarakat dapat menjadikan suatu sistem pembelajaran yang lebih dinamis
(Slavin, 2011). Karena sifatnya fleksibel, maka dapat digunakan kapanpun dan
dimanapun. Tren perkembangan seperti yang telah dijelaskan di atas tentunya
akan dapat menjadi senjata yang ampuh bila seorang tenaga pendidik benar-
benar memanfaatkan sebuah tren perkembangan teknologi tersebut ke dalam
suatu sistem pembelajaran tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

E. Kurikulum Teknologis

1. Pengertian Kurikulum Teknologis


Kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan teknologi Pendidikan
sehingga peserta didik ditekankan untuk mementuk dan menguasai kompetensi.
Kurikulum teknologis ini menekankan pada teknologis sekarang dan yang akan
datang. Kurikulum ini diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu
tersebut, tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan
menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku
yang dapat diamati atau diukur.
Menurut McNell (1990), tujuan kurikulum teknologis ditekankan kepada
pencapaian perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Oleh karena itu tujuan umum
dijabarkan kedalam tujuan-tujuan khusus. Tujuan-tujuan itu biasanya diambil dari
setiap mata pelajaran (disiplin ilmu). Tujaun yang berorientasi kepada tujuan
kemasyarakatan jarang diguakan. Semua siswa diharapkan dapat menguasai secara
tuntas tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak
disebut juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan. Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan
media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-
contoh model pengajaran tersebut adalah pengajaran dengan bantuan film dan video,
pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan
bantuan komputer, dan lain-lain.
Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada penyusunan
program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.
Program pengajaran ini bisa semata-mata program system yang ditunjang dengan alat dan
media, dan bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media
pengajaran.
Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih,
tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara sistem. Alat dan media
digunakan sesuai dengan kondisi tetapi tidak terlalu dipentingkan. Pada bentuk kedua,
pengajaran disusun secara system dan ditunjang dengan penggunaan alat dan
media pembelajaran. Penggunaan alat dan media belum terintegrasi dengan
program pembelajaran, bersifat "on-off, yaitu bila digunakan alat dan media akan
lebih baik, tetapi bila tidak menggunakan alat pun pengajaran masih tetap berjalan. Pada
bentuk ketiga program pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan
pembelajaran dengan alat dan media. Bahan ajar telah disusun dalam kaset audio, video atau
film, atau diprogramkan dalam komputer. Pembelajaran tidak bisa berjalan tanpa
melibatkan penggunaan alat-alat dan program tersebut.

2. Karakteristik Kurikulum Teknologis


Kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai berikut
a. Belajar dipandang sebagai proses-respon terhadap rangsangan.
b. Belajar diatur berdasarkan Langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang
harus dipelajari.
c. Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipundalam hal-hal tetentu bisa
saja belajar secara berkelompok.
Organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri
a. Pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan.
b. Materi kurikulum disusun secara berjenjang, dan
c. Materi kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks.

3. Implementasi Kurikulum Teknologis


Implementasi kurikulum teknologis dalam bidang teknologis mencakup dua hal
sebagai berikut :
a. Implementasi kurikulum yang menekankan pada teknologi alat.
Dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan (kurikulumnya) lebih
menekankan pada penggunaan alat-alat maupun media yang dapat membantu
menyelesaikan masalah pemahaman materi peserta didik maupun permasalahan
administrasi. Penerapan kurikulum yang seperti ini membutuhkan kerja sama dengan
para penyusun program, penerbit media elektronik dan media cetak. Membutuhkan
biaya yang banyak untuk pembelian alat-alat maupun medianya dan juga untuk
perawatannya.
Perlu diperhatikan bahwa formulasi penggunaan alat-alat ataupun media yang
digunakan dalam pembelajaran benar-benar diperlukan atau tidak, agar tidak mubadzir
nantinya. Lebih jauh lagi perlu adanya spesifikasi alat atau media yang akan
dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.
b. Implementasi kurikulum yang menekankan pada teknologi sistem.
Dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan (kurikulumnya) lebih
menekan pada sistem dimana biaya dapat ditekan pengeluarannya, disamping memberi
kesempatan kepada tenaga pendidik terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri
program pengajarannya. Sistem menjadi fokus utama yang berarti para tenaga pendidik
mencari solusi alternatif atas permasalahan pendidikan dengan cara mencari metode
yang tepat guna untuk memecahkannya.
Model ini di Indonesia biasa dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam
Pendidikan Dasar dan Menengah maupun Satuan Acara Perkuliahan pada perguruan
tinggi, sebagai bagian dari sistem instruksional atau desain instruksional.

4. Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum Teknologis


Berikut ini beberapa kelemahan kurikulum teknologis :
a. Kurikulum teknologis yang sejatinya menerapkan teknologi sebagai alat bantu proses
pembelajaran bisa jadi dijadikan ajang bisnis terutama di sekolah maupun daerah yang
kemampuan finansialnya rendah apabila tidak dikelola secara bertannggung jawab.
b. Pengembangan kurikulum teknologis yang dalam proses pembelajarannya berstruktur
dan bersatu dengan alat dan media pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
c. Pengembangan kurikulum yang bersifat teknologis juga membutuhkan kualitas sumber
daya manusia yang tinggi, sedangkan saat ini masih banyak para tenaga kependidikan
yang yang masih rendah kualitas sumber daya manusia dibidang teknologi.
Berikut beberapa kelebihan kurikulum teknologis :
a. Penggunaan berbagai teknologi untuk membantu proses pembelajaran akan membantu
mempermudah pekerjaan tenaga kependidikan.
b. Menjadikan pekerjaan lebih cepat, efektif dan efisien.
c. Membantu perkembangan pehamaman siswa agar lebih cepat dan mudah menyerap
materi yang disampaikan.
d. Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran akan menghemat biaya pendidikan
apabila para tenaga kependidikan benar-benar mengetahui cara mengelola teknologi
teknologi tersebut.

F. Kurikulum Dinamik
Dalam model dinamik yang dikembangkan oleh Walker dan Skilbeckini, proses
kurikulum tidak mengikuti pula urutan tertentu. Pengembangan kurikulum dapat dimulai
dengan unsur kurikulum apapun dan diproses dalam urutan atau susunan apapun.
Walker berpendapat bahwa para pengembang berjalan melalui 3 fase dalam persiapan
alamiah kurikulum, yaitu:
a. Melaui gagasan, peferensi, sudut pandang, keyakinan, dan nilai.
b. Deliberasi atau pertimbangan mendalam, yang merhupakan sekumpulan interaksi
kompleks dan acak, yang pada akhirnya mencapai suatu jumlah karya latar belakang
sebelum kurikulum di desain
c. Pengembangan kurikulum mengambil keputusan-keputusan mengenai berbagai
komponen proses (unsur kurikulum).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa realisasi dari
masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan yang
diputuskan pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan.
Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu model kurikulum atau
berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang tercermin dari landasan filosofis,
tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar dan smapai kepada evaluasi.
Porsi dari setiap kurikulum yang digunakan pada setiap jenjang pendidikan tidak
sama, porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan dengan karakterisitik dari setiap
jenjan pendidikan, baik itu pendidikan didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan
tinggi dan penyesuaian juga harus dilakukan terhadap karakter perkembangan
pesertadidik.
Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap penggunaan setiap
kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang diharapkan dan in terjadi pada
pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan pendidikan akademik.

B. Saran

Semoga makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang baik, dan semoga kita
semua lebih memahami tentang pengembangan kurikulum. Penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca supaya penulis bisa memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Munandar Arif. 2018. Pengantar Kurikulum. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran (Teori Dan Praktek KTSP). Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.

Chamisijatin Lise dan Hardian Permana Fendy. 2019. Telaah Kurikulum. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.

Syahrul Mubaroq. Konsep Kurikulum Rekontruksi Sosial .... Halaman 95-100 Volume 3,
No. 1, Februari 2018 https://core.ac.uk/download/pdf/229216911.pdf (Diakses pada
tanggal 20 Oktober pukul 20.00)

Mutia, Rayna. 2015. Kurikulum teknologi.

http://raynamutia.blogspot.com/2015/05/kurikulum-teknologis.html

Gustina, Aulia. 2011. Macam – macam model konsep kurikulum.

http://auliaagustina.blogspot.com/2011/03/macam-macam-model-konsep-kurikulum.html?
m=1

Tim pengembangan ilmu pendidikan FIP – UPI. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Anda mungkin juga menyukai