Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Hendra Hidayat, S.Pd., M.Pd

OLEH:
AULIA OKTAMELANI 20065046

FIRMAN HIDAYAT 20065050

INDRA ALFIN PUTRA JASA 20065052

MUHAMMAD FATHUR RAHMAN ALWI LUBIS 20065056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah kurikulim
pendidikan teknologi kejuruan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa‟atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Prosedur Pengembangan Kurikulum ” dapat diselesaikan


karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa Indonesia ini
dapat bermanfaat.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang, 05 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
Latar Belakang .................................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
Apa Pengembangan kurikulum ....................................................................................... 5
Prinsip prinsip Pengembangan Kurikulum ....................................................................... 5
Faktor faktor Pengembangan Kurikulum ......................................................................... 6
Langkah langka Pengembangan Kurikulum................................................................... 7
Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum ................................................................ 7
Model-model Pengembangan Kurikulum ................................................................................... 8
BAB III ........................................................................................................................................... 11
PENUTUP....................................................................................................................................... 11
Kesimpulan ..................................................................................................................... 11
Saran… ..................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman
untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum maka
akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar, maka dengan itu perlu untuk
diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha
untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui
bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam suatu zaman,
selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan kurikulum. Untuk itu
maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan kurikulum.

B. Rumusan Permasalahan

1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum ?


2. Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
4. Langkah langkah pengembangan kurikulum?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan artikulasi dan hambatan dalam pengembangan
kurikulum?
6. Model-model apa saja yang dipakai dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk memahami pengembangan kurikulum


2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
4. Untuk mengetahui Langkah langkah pengembangan kurikulum
5. Untuk memahami artikulasi dan hambatan dalam pengembangan kurikulum
6. Untuk mengetahui Model-model apa saja yang dipakai dalam pengembangan kurikulum
BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan
Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Pengembangan kurikulum senantiasa selalu dilakukan karena beberapa hal,
antara lain:
 merespons perkembangan ilmu dan teknologi,
 merespons kemajuan-kemajuan di dalam pendidikan dan psikologi,
 memenuhi kebutuhan siswa
 menyesuaikan dengan perubahan sosial dan budaya,
 melakukan adaptasi terhadap perubahan di dalam sistem pendidikan itu sendiri

B. Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum


Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu pada
dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum
a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau keserasian
pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan dipandang
relevan jika hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi
yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu
sendiri. Relevansi ke luar maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan
masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam
masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuain atau konsistensi
anatara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian,
dan penilaian.
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak.
Dalam kurikulum pengertian itu dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-
program pendidikan bagi murid dan mengembangkan program pendidikan bagi para
guru.
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajar
akan berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti.
Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu
jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan
pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya juga
murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisien. Betapapun bagus dan idealnya suatu
kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal
pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum
dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan
waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga
praktis.
e. Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas
guru mengajar dan efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam
pengembanagan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler
membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.

C. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum


1. Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkan di perguruan tinggi
umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan).
2. Masyarakat
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sanagt dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isis kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan
sebagainya.
3. Sistem nilai
Masalah utama yang dihadapi para pengembangan kurikulum menghadapi nilai
adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya
heterogen dan multifaset.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai
Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat
Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan normal
Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri

D. Langkah langkah pengembangan kurikulum


langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan kurikulum adalah
sebagai berikut.
a. Identifikasi kebutuhan pendidikan.
Pengembangan kurikulum diawali dengan identifikasi kebutuhan, yaitu
mengidentifikasi jenis-jenis tenaga terampil dan profesional yang dibutuhkan
dalam suatu bidang pekerjaan.
b. Analisis dan pengukuran kebutuhan pendidikan
Untuk setiap jenis dan tingkat kualifikasi keterampilan/keahlian
dianalisis tugas-tugas atau peranan yang dibebankan kepadanya.
c. Penyusunan desain kurikulum.
Dalam langkah ini merumuskan tujuan, isi atau bahan ajar, proses, atau
metode pembelajaran, media serta evaluasi hasil pembelajaran.
d. Validasi kurikulum (ujicoba dan penyempurnaan).
Kegiatan ini dilakukan minimal pada satu kelas angkatan pertama,
selama ujicoba kegiatan evaluasi dan mentoring secara terus menerus.
Berdasarkan hasil evaluasi dan mentoring ini maka diadakan penyempurnaan.
e. Implementasi kurikulum.
Desain kurikulum yang telah disempurnakan kemudian
diimplementasikan pada seluruh kelas selama masa pendidikan atau pelatihan.
f. Evaluasi kurikulum.
Selama implementasi pada prinsipnya dilakukan evaluasi. Kegiatan
evaluasi ditujukan untuk mengetahui kelemahan, kekurangan dan hambatan
yang dihadapi.

E. Artikulasi dan hambatan dalam pengembangan kurikulum


Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman
belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara
menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi,
merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan
kurikulum
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai pihak:
para administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor universitas, guru-guru dari setiap
jenjang pendidikan, orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan
pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum.
Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian
pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator.
Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum
dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan
umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan.
Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan
kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari
masyarakat.
F. Model-model apa saja yang dipakai dalam pengembangan kurikulum
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal,
tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan
pendidikan yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
1. The administrative model
Model pengembangan kutikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisisatif dan
gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan
pula adanya kegiatan monitoeing, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam
pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi,
untuk menilai baik valitidas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun
keberhasilannya.

2. Tim grass roots model


Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Insiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-
guru atau sekolah. Dalam model pengembangan kuruikulum yang bersifat grass
roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan
uapaya pengembangan kurikulum.
3. Beaucamph‟s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp seorang ahli kurikulum.
Beaucamph mengemukakan lima hal dalam pengembangan kurikulum
a. Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suaru sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi atau seluruh Negara. Penetapan
area ini ditentukan oleh wewewang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam
pengembangan kurikulum serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
b. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum yaitu:
Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum
dan para ahli bidang ilmu dari luar
Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih
Para professional dalam sistem pendidikan
Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langka ini berkenaan dengan
posedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d. Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan
atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun
biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e. Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu:
Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
Evaluasi desain kurikulum
Evaluasi hasil belajar siswa
Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
4. The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model
ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli
yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil,
hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup
keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti
kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-
pihak tertentu.
5. Taba‟s inverted model
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama guru
b. Menguji unit eksperimen
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e. Implementasi dan diseminasi
6. Roger‟s interpersonal relation model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming developing,
changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri,
tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak
lain merupakan upaya guru untuk memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut.
guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan
anak, mereka hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers
a. Pemilihan target dari sistem pendidikan
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit
pelajaran
d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok
7. The systematic action-research model
Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi bahwa perkembangan
kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribaddaian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat.
8. Emerging technical models
Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu oengetahuan serta nilai-nilai efesien
efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
a. The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan
yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara
hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai
dari yag sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. The system analysis model berasal dari gerakan efesien bisnis. Langkah pertama
dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai
siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-
hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengindentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil
serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c. The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengindentifikasi seluruh
rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memilki rumusan tentang hasil-
hasil yang diharapkan.

G. Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

1. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu mulai
ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum ini juga disebut dengan
Rencana Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada tahun 1950.

Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran
1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, dengan
merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia, seperti setiap
pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang dinamakan
Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama.
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni.

Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975. Kurikulum ini
menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan
TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep
di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar, yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan
nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain.

8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang harus
mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan
pengembangan pembelajaran.

KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus
dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua
mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat. Kurikulum ini juga dinamakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

10. Kurikulum 2013


Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di
dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah
materi Matematika.

11. Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang bertujuan untuk mengasah minat dan
bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter,
dan kompetensi peserta didik. Pada Kurikulum Merdeka peserta didik tidak akan lagi
„dipaksa‟ untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya.
Kurikulum merdeka ini lebih mengutamakan pendalaman minat dan bakat peserta didik
tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang
turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat..
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
Didalam prinsip khusus terdapat beberapa macam pengembangannya yaitu; (a) prinsip relevansi,
(b) prinsip fleksibilitas, (c) prinsip kontinuitas, (d) prinsip praktis, (e) prinsip efektifitas. Adapun
prinsip khusus yaitu; (a) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (b) prinsip berkenaan
dengan isi pendidikan, (c) prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, (d)
prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, (e) prinsip berkenaan dengan
pemilihan kegiatan penilaian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu; (a) perguruan tinggi,
(b) masyarakat, (c) sistem nilai. Artikulasi dalam pendidikan berarti “kestupaduan dan
koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu
meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan,
menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan
kesinambungan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan.
Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian
pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga
karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan
dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap
sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari
sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan,
serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Model-model perkembangan kurikulum yaitu; (a) the administrative model, (b) tim grass
roots model, (c) beaucamph‟s system, (d) The demonstration model, (e) taba‟s inverted model,
(f) roger‟s interpersonal relation model, (g) the systematic action-research model, (h) emerging
technical models.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami harapakan bagi setiap
pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat mempelajarinya lebih detail dari berbagai
literature lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hafni Ladjid, pengembangan kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 9


Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata, pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdaarya,
1997), hal. 155

Anda mungkin juga menyukai