Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ELEKTRONIKA INDUSTRI

“SCADA, SENSOR DAN TRANDUSER”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. AULIA OKTAMELANI (20065046)


2. INDRA ALPIN PUTRA JASA (20065052)
3. MUHAMMAD ROIS IMANUDIN (20065058)

DOSEN PENGAMPU:
WINDA AGUSTIARMI, S.Pd.,M.Pd.T

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang SCADA,Sensor dan
transduser .Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang SCADA,Sensor dan Transduser ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------- 2


DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang -------------------------------------------------------------------------------- 4
1.2. Rumusan masalah ---------------------------------------------------------------------------- 5
1.3. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. SCADA
A. Pengertian SCADA ------------------------------------------------------------------------- 6
B. Perkembangan SCADA -------------------------------------------------------------------- 6
C. Komponen yang ada pada SCADA ------------------------------------------------------ 7
D. Hubungan yang terjadi pada SCADA---------------------------------------------------- 7
E. Manfaat pada system SCADA ------------------------------------------------------------ 9
F. Protokol pada system SCADA ------------------------------------------------------------ 9
G. Istilah istilah dalam SCADA -------------------------------------------------------------- 9
2.2. Sensor dan Transduser
A. Pengertian Sensor dan Transduser ------------- ------------------------------------------ 10
B. Jenis jenis Sensor dan Transduser --------------------------------------------------------- 11
C, Macam macam TRansduser ---------------------------------------------------------------- 12
C. Pemilihan Umum Sensor dan TRansduser ----------------------------------------------- 20
D. Klasifikasi ------------------------------------------------------------------------------------ 23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------------------- 26
B. Saran ---------------------------------------------------------------------------------------------- 27
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------------- 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri merupakan bidang yang memiliki fungsi dan pengaruh yang sangat vital dalam
bidang perekonomian di seluruh dunia. Industri merupakan proses membuat sesuatu yang tidak
ada menjadi ada. Seiring dengan peningkatan populasi di dunia, kebutuhan akan barang juga
meningkat. Hal ini memacu pertambahan jumlah dari industri-industri barang. Sebelum
teknologi berkembang secara pesat seperti sekarang ini, industry masih sangat bergantung
kepada manusia dalam pengoperasian mesin-mesin industri. Kebergantungan ini memiliki
kelemahan pada proses industri yang sulit dilakukan oleh manusia. Masalah terjadi saat sebuah
proses di dalam industry memerlukan respon yang cepat terhadap situasi atau perubahan yang
terjadi di lapangan. Manusia dalam hal ini sebagai aktor utama,sejatinya memiliki keterbatasan
untuk melakukan kegiatan monitor,pengawasan dan mengontrol secara bersamaan. Scada,
Sensor dan Tranduser merupakan suatu solusi yang dibuat oleh manusia untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut yang terjadi di industry.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat terutama
dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan, dimana
sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan
mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan
robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS)
dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung
kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang
digunakan.
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih
sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti
besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang
bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut
transducer.

4
Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat lagi yang
selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser dalam sebuah sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.

1.2. Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Pengertian SCADA, Sensor dan Tranduser ?
2. Bagaimana perkembangan ?
3. Komponen apa-apa saja yang ada pada SCADA?
4. Hubunganyang terjadi pada SCADA?
5. Apa saja manfaat pada system SCADA?
6. Protokol pada system SCADA?
7. Apa yang dimaksud dengan sensor dan transduser ?
8. Apa saja jenis sensor dan transduser ?
9. Apa saja macam – macam sensor?
10. Bagaimana pemilihan dan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pada pembuatan makalah ini adalah untuk mengusai hal-hal yang telah di
Dipaparkan oleh rumusan masalah diatas.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition )

A. Pengertian SCADA

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition ) adalah suatu sistem


pengakuisisian suatu data untuk digunakan sebagai control dari sebuah obyek. Sistem
SCADA yang paling sederhana yang mungkin bisa dijumpai di dunia adalah sebuah
rangkaian tunggal yang memberitahu anda sebuah kejadian (event). Sebuah sistem SCADA
skala-penuh mampu memantau dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar dan
kompleks.

B. Perkembangan SCADA

SCADA telah mengalami perubahan generasi, dimana pada awalnya design sebuah
SCADA mempunyai satu perangkat MTU yang melakukan Supervisory Control dan Data
Acquisition melalui satu atau banyak RTU yang berfungsi sebagai (dumb) Remote I/O
melalui jalur komunikasi Radio, dedicated line Telephone dan lainnya. Generasi SCADA
pertama ini disebut monolitik.
Generasi berikutnya yaitu jaringan, membuat RTU yang intelligent, sehingga fungsi
local control dilakukan oleh RTU di lokasi masing‐masing RTU, dan MTU hanya
melakukan sury control yang meliput beberapa atau semua RTU. Dengan adanya local
control, operator harus mengoperasikan masing-masing local plant dan membutuhkan MMI
local.Banyak pabrikan yang mengalihkan komunikasi dari MTU – RTU ke tingkatan MMI
(Master) – MMI (Remote) melalui jaringan microwave satelit. Ada juga yang
mengimplementasi komunikasinya pada tingkatan RTU, karena berpendapat bahwa kita
tidak bisa mengandalkan system padter, dan komunikasi pada tingkatan computer (MMI)
membutuhkan banwidth yang lebar dan mahal.
Dengan majunya teknologi dan internet saat ini, concept SCADA diatas berubah
menjadi lebih sederhana yang disebut dengan generasi ketiga “terdistribusi” dan
memanfaatkan infrastruktur internet yang pada saat ini umumnya sudah dibangun oleh
perusahaan‐perusahaan besar seperti Pertamina. Apabila ada daerah‐daerah atau wilayah
yang belum terpasang infrastruktur internet, saat ini dipasaran banyak bisa kita dapatkan
Wireless LAN device yang bisa menjangkau jarak sampai dengan 40 km (tanpa repeater)
dengan harga relatif murah. Setiap Remote Area dengan sistem kontrolnya masing‐masing
yang sudah dilengkapi dengan OPC (OLE for Process Control; OLE = Object Linking &
Embedding) Server, bisa memasangkan suatu Industrial Web Server dengan Teknologi

6
XML yang kemudian bisa dengan mudah diakses dengan Web Browser biasa seperti yang
kita gunakan.

C. Komponen SCADA

Sebuah sistem SCADA memiliki 4 (empat) fungsi , yaitu:


1. Akuisisi Data,
2. Komunikasi data jaringan,
3. Penyajian data, dan
4. Kontrol (proses).

Fungsi-fungsi tersebut didukung sepenuhnya melalui 4 (empat) komponen SCADA, yaitu:


1. Sensor (baik yang analog maupun digital) dan relai kontrol yang langsung berhubungan
dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol.
2. RTUs (Remote Telemetry Units). Merupakan unit-unit “komputer” kecil (mini), maksudnya
sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem mandiri seperti sebuah komputer, yang ditempatkan
pada lokasi dan tempat-tempat tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data
lokal yang mendapatkan datanya dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah langsung ke
peralatan di lapangan.
3. Unit master SCADA (Master Terminal Unit - MTU). Merupakan komputer yang digunakan
sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. Unit master ini menyediakan HMI (Human Machine
Iterface) bagi pengguna, dan secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan
(dari sensor) yang diterima.
4. PLC atau Programmable Logic Control
5. Jaringan komunikasi, merupakan medium yang menghubungkan unit master SCADA dengan
RTU-RTU di lapangan
D. Hubungan Yang Terjadi Dalam SCADA
1. Akuisisi Data
Pada kenyataannya, kita membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak dan
kompleks untuk pengukuran terhadap masukan dan beberapa sensor digunakan untuk
pengukuran terhadap keluaran (tekanan, massa jenis, densitas dan lain sebagainya).
Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana yang bisa
dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut sebagai masukan
diskrit ataumas ukan digital. Misalnya untuk mengetahui apakah sebuah alat sudah
bekerja (ON) atau belum (OFF),konveyornya sudah jalan (ON) atau belum (OFF),
mesinnya sudah mengaduk (ON) atau belum (OFF), dan lain sebagainya. Beberapa
sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai
tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa digunakan
untuk mendeteksi perubahan secara kontinu pada, misalnya, tegangan, arus, densitas
cairan, suhu, dan lain sebagainya.
Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada batasan tertentu yang didefinisikan sebelumnya,
baik batas atas maupun batas bawah. Misalnya, Anda ingin mempertahankan suhu antara

7
30 dan 35 derajat Celcius, jika suhu ada di bawah atau diatas batasan tersebut, maka akan
memicu alarm (baik lampu dan/atau bunyi-nya). Terdapat empat alarm batas untuk sensor
analog: Major Under, Minor Under, Minor Over, dan Major Over Alarm.

2. Komunikasi Data
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem atau
jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui jaringan
Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk SCADA adalah
jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus mengekspos data-data
penting di Internet.
Komunikasi SCADA diatur melalui suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan
protokol khusus yang sesuai dengan produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada beberapa
standar protokol yang ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah ketidakcocokan
komunikasi lagi.
Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang sederhana,
alat- alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau menerjemahkan protokol komunikasi.
Dengan demikian dibutuhkan RTU yang menjembatani antara sensor dan jaringan
SCADA. RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format protokol yang
bersangkutan dan mengirimkan ke master
SCADA, selain itu RTU juga menerima perintah dalam format protokol dan memberikan
sinyal listrik yang sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.

3. Penyajian Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik analog
maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan HMI-nya
(Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke
kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui website. Bahkan saat ini
sudah tersedia panel-panel kontrol yang TouchScreen.
4. Kontrol
Kita bisa melakukan penambahan kontrol ke dalam sistem SCADA melalui HMI-
nya. Bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan campur
tangan manusia.

E. Manfaat SCADA :
1. Memudahkan operator untuk memantau keseluruhan jaringan tanpa harus melihat
langsung ke lapangan.
2. Memudahkan pemeliharaan, terutama yang memerlukan pemadaman.
3. Mempercepat pemulihan gangguan.

8
F. Protokol pada sistem SCADA
Salah satu hal yang penting pada sistem SCADA adalah komunikasi data antara
sistem remote ( remote station / RTU ) dengan pusat kendali. Komunikasi pada sistem
SCADA mempergunakan protokol khusus, walaupun ada juga protokol umum yang
dipergunakan. Protokol yang dipergunakan pada sistem SCADA untuk sistem tenaga listrik
diantaranya :
1) IEC Standar meliputi IEC 60870-5-101 yang berbasis serial komunikasi dan IEC 60870-
5-104 yang berbasis komunikasi ethernet.
2) DNP 3.0
3) Modbus
4) Proprietary solution, misalnya KIM LIPI, HNZ, INDACTIC, PROFIBUS dan lain-lain
(wikipedia)

G. Istilah-istilah dalam SCADA


a.) ASCII :
American Standard Code for Information Interchange. ASCII mendefinisikan pola rangkaian
bit yang menotasikan karakter-karakter alfa numeris, kontrol, dan simbol-simbol khusus.
b.) COM :
Communication. Port Com adalah suatu port yang digunakan untuk menyediakan
komunikasi serial.
c.) EEPROM :
Electrically Erasable Programmable Read Only Memory. EEPROM dapat menyimpan data
walau satu dayanya off. Data bisa dihapus dengan suatu sengatan listrik.
d.) IO :
Input and Output.
e.) IP :
Internet Protocol. Suatu protocol yang bersifat packet switched yang membentukbasis
transmisi data pada Internet.
f.) KB :
KiloBytes. Satu kilobyte = 1024 bytes.
g.) PIC :
Programmable Interrupt Control.
h.) RS-232 :
Suatu protokol komunikasi serial yang umum digunakan.
i.) RTUs :
Remote Telemetry Units.
j.) TCP :
Transmission Control Protocol. Suatu protokol koneksi primer pada Internet, berada di atas
IP

9
2.2. Sensor dan Transduser

A. Pengertian Sensor dan Transduser


Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah
variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam
lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai
mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya.

Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah.
Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu
energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena
bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk
energi yang lain. Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas,
listrik, dan kimia.

Atau juga Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam
sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).

Contoh : generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik,
motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan
sebagainya.

10
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.
b. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi
panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus
listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik
dari thermistor juga berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua adalah
termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik
tanpa membutuhkan energi dari luar.
B. Jenis Sensor dan Transduser
Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi,
semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang
digunakan.
Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang
digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor
yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.Sensor internal diperlukan untuk mengamati
posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan
bagian dari mekanisme servo.
b. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot. Sensor eksternal diperlukan
karena dua macam alasan yaitu:
1) Untuk keamanan dan
2) Untuk penuntun.

Yang dimaksud untuk keamanan” adalah termasuk keamanan robot, yaitu perlindungan
terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk peralatan,
komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot tersebut digunakan. Berikut ini adalah
dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan kasus diatas.
Contoh pertama: andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru dan ia menemui
suatu halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak memiliki sensor
yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik sebelum atau setelah terjadi kontak, maka
akibatnya akan terjadi kerusakan.
Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan problem robot dalam mengambil
sebuah telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram mekanik (gripper), maka sensor harus
11
dapat mengukur seberapa besar tenaga yang tepat untuk mengambil telor tersebut. Tenaga yang
terlalu besar akan menyebabkan pecahnya telur, sedangkan apabila terlalu kecil telur akan jatuh
terlepas.
Sensor untuk penuntun atau pemandu:
Contoh pertama: komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan robot yang
diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen hilang atau
dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki sensor yang dapat mendeteksi ada
tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan menyemprot tempat yang kosong. Meskipun tidak
terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan terjadi pada suatu pabrik.
Contoh kedua: sensor untuk penuntun diharapkan cukup canggih dalam pengelasan. Untuk
melakukan operasi dengan baik, robot haruslah menggerakkan tangkai las sepanjang garis las
yang telah ditentukan, dan juga bergerak dengan kecepatan yang tetap serta mempertahankan
suatu jarak tertentu dengan permukaannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut
ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena
keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan
sesuai juga perlu diperhatikan.

C. Macam – macam sensor


Jenis – jenis sensor banyak sekali, dan sensor dan tranduser yang sering dijumpai di lapangan
adalah
1. Sensor Cahaya
Sensor sinar terdiri dari 3 kategori yaitu :
a) Fotovoltaic atau sel solar
Adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik.
Sel solar silikon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan lapisan P yang
transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan menyebabkan gerakan elektron
antara bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel
pada sinar matahari penuh. Sel fotovoltaic adalah jenis tranduser sinar/cahaya.

12
b) Fotokonduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan tahanan sel.
Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika menyala dengan
terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah.

c) Fotolistrik
Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan
posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang
terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.

13
Gambar 3. Efek fotolistrik
2. Sensor Suhu
Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan :
a) Thermocouple
Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda
disambung las dilebur bersama satu sisi membentuk “hot” atau sambungan pengukuran yang
ada ujung-ujung bebasnya untuk hubungan dengan sambungan referensi. Perbedaan suhu
antara sambungan pengukuran dengan sambungan referensi harus muncul untuk alat ini
sehingga berfungsi sebagai thermocouple.

Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang
disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara
sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding.

b) Resistance Temperature Detector (RTD)


Konsep utama dari yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan
(resistant temperature detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam yang bervariasi

14
sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan dapat diulang lagi
sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten melalui pendeteksian tahanan.
Bahan yang sering digunakan RTD adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan
reproduksibilitas.

c) Thermistor
Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu
negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka
(perubahan tahanan sebesar 5 % per °C) oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil
di dalam suhu.

15
d) Intergreated circuit (IC)

Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan
(sensor). Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang
suhu (dibawah 200 °C), tetapi menghasilkan output yang sangat linear di atas rentang kerja.

3. Sensor Tekanan
Prinsip kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah tegangan mekanis menjadi
sinyal listrik. Ukuran ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa tahanan pengantar
berubah dengan panjang dan luas penampang. Daya yang diberikan pada kawat
menyebabkan kawat bengkok sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan
mengubah tahanannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan
sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan
transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

16
Gambar : sensor tekan
4. Sensor magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan
magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar
dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya
ensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan,
asap ataupun uap.

Gambar : sensor magnet


5. Sensor Ultasonik

17
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana
sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang
suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah
berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang
dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

Gambar : Cara kerja sensor Gambar : Alat sensor ultrasonik


ultrasonil

6. Sensor Kecepatan

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu


motor,dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan
suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering
pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang
timbul saat medan magnetis terjadi. Aplikasi banyak digunakan pada kendaraan sepeda
motor.

Gambar : sensor kecepatan terdapat pada sepeda motor


7. Sensor Penyandi (Encoder)
Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat.
Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari
tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran)

18
yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi
absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut)
mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa
gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu.

Gambar : sensor penyandi untuk pengukuran ketinggian garis.


8. Sensor Efek-Hall
Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan
perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan
timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa
digunakan sebagai pengukur kecepatan.Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi
kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang)
menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe
linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear,
mengukur arus DC dan AC pada konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-
off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini
memberikan logika output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau
mengendalikan beban dengan buffer amplifier.

19
9. Sensor proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target
jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat
elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran,
cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada
kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk
menggerakkan suatu mekanis saklar.

Gambar : sensor proximity


D. Pemilihan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan
disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : (D Sharon, dkk, 1982)
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai
tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor
panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti
ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan
masuknya sebuah grafik.
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan
keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki
kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat
pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya
dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali

20
dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila
tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran
keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperatur
yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan
masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah
termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri.
Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti
tampak pada gambar 1.2(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz). { 1 hertz
berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu
pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut
dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban
dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu
milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”,
yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada
frekuensi referensi.
Yayan I.B, (1998), mengatakan ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam memilih sensor
yang tepat adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
a. Apakah ukuran fisik sensor cukup memenuhi untuk dipasang pada tempat yang diperlukan?
b. Apakah ia cukup akurat?
c. Apakah ia bekerja pada jangkauan yang sesuai?
d. Apakah ia akan mempengaruhi kuantitas yang sedang diukur?.

21
Sebagai contoh, bila sebuah sensor panas yang besar dicelupkan kedalam jumlah air air yang
kecil, malah menimbulkan efek memanaskan air tersebut, bukan menyensornya.
e. Apakah ia tidak mudah rusak dalam pemakaiannya?.
f. Apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya?
g. Apakah biayanya terlalu mahal?

Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah
besaran fisik (misalnya : temperatur, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang
proposional. Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-
persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat
diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan tertinggi yang masih
dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa
frekuensi terendah adalah 0Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran (output) yang
tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada sensor. Misalnya, pada
suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat memberikan keluaran yang berlainan.

22
E. Klasifikasi Sensor dan Transduser
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada
temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor (Link, 1993).Klasifikasi
sensor dan transduser secara umum, yaitu :

1. Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi
3 bagian yaitu:
a. sensor thermal (panas)
b. sensor mekanis
c. sensor optik (cahaya)

Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti
perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb.
Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer,
load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
optic, dsb.

2. Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)


a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
b. External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk
menghasilkan suatu keluaran.

23
Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.

Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat
kelistrikannya.

Tabel 1. Kelompok Transduser


Parameter listrik
Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
dan kelas transduser
Transduser Pasif
Potensiometer Perubahan nilai tahanan karena Tekanan,
posisi kontak bergeser pergeseran/posisi
Strain gage Perubahan nilai tahanan akibat Gaya, torsi, posisi
perubahan panjang kawat oleh
tekanan dari luar
Transformator Tegangan selisih dua kumparan Tekanan, gaya,
selisih (LVDT) primer akibat pergeseran inti pergeseran
trafo
Gage arus pusar Perubahan induktansi kumparan Pergeseran, ketebalan
akibat perubahan jarak plat
Transduser Aktif
Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi Cahaya dan radiasi
yang masuk pada permukaan
fotemisif
Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat Cahaya, radiasi dan
radiasi yang masuk ke katoda relay sensitif cahaya
sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik Temperatur, aliran
sambung dua logam yang panas, radiasi
berbeda akibat dipanasi
Generator Perputaran sebuah kumparan di Kecepatan, getaran
kumparan putar dalam medan magnit yang
(tachogenerator) membangkitkan tegangan
Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan kristal Suara, getaran,
piezo akibat gaya dari luar percepatan, tekanan
Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada Cahaya matahari
sel foto akibat rangsangan
energi dari luar
Termometer Perubahan nilai tahanan kawat Temperatur, panas
tahanan (RTD) akibat perubahan temperatur

24
Hygrometer Tahanan sebuah strip konduktif Kelembaban relatif
tahanan berubah terhadap kandungan
uap air
Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam Temperatur
akibat kenaikan temperatur
Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai Suara, musik,derau
kapasitansi dua buah plat
Pengukuran Reluktansi rangkaian magnetik Tekanan, pergeseran,
reluktansi diubah dengan mengubah posisi getaran, posisi
inti besi sebuah kumparan

25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition )

1. SCADA (SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION ) adalah suatu sistem


pengakuisisian suatu data untuk digunakan sebagai control dari sebuah obyek.
2. Perkembangan SCADA
SCADA telah mengalami perubahan generasi, dimana pada awalnya design sebuah SCADA
mempunyai satu perangkat MTU yang melakukan Supervisory Control dan Data Acquisition
melalui satu atau banyak RTU yang berfungsi sebagai (dumb) Remote I/O melalui jalur
komunikasi Radio, dedicated line Telephone dan lainnya. Generasi SCADA pertama ini disebut
monolitik.
3, Komponen SCADA
a.) Akuisisi Data,
b.) Komunikasi data jaringan,
c.) Penyajian data, dan
d.) 8oKontrol (proses).
4. Manfaat SCADA :
a.) Memudahkan operator untuk memantau keseluruhan jaringan tanpa harus melihat
langsung ke lapangan.
b.) Memudahkan pemeliharaan, terutama yang memerlukan pemadaman.
c.) Mempercepat pemulihan gangguan.
d.) Istilah- istilah dalam scada
- Ascii
- Com
- Eepron
- IO dll

Sensor dan Transduser


1. Sensor digunakan untuk mendeteksi dan mengukur adanya sesuatu
2. sensor biasanya dikategorikan dengan apa yang diukur.
3. fotovoltaic dadalah sensor cahaya yang mengubah energi cahaya langsung menjadi energi listrik.
4. pengukuran regangan kawat bekerja pada prinsipnya bahwa tahanan penghantar berubah dengan
panjangdan luas penampang.
5. thermokopel pada prinsipnya menggunakan perbedaan suhu antar sambungan penghantar
menyebabkan terbangkitnya tegangan DC yang kecil.
Tranduser :

26
1. Tranduser adalah alat yang merubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
2. Berdasarkan pola aktifnya tranduser dibagi menjadi dua macam yaitu: tranduser aktif
dan tranduse pasif.

3.2 Saran

Saran yang diberikan penulis kepada pembaca adalah :


1. Sebaiknya dalam pemilihan sensor harus sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan.
2. Agar sensor dan tranduser dapat bekerja dengan baik maka kita harus memenuhi persyaratan
sensor dan tranduser.

Dalam pembuatan makalah ini penulis masih merasakan banyak kekeliruan


didalamnya, baik dari tata penulisan serta pemilihan materi. Oleh karena itu penulis
menharapkan kritik serta saran dari pemabaca unruk kedepannya bias menutupi kekurangan
tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai