OLEH
SERMILA
(P3D120046)
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi pada zaman sekarang ini terus mengalami penurunan dalam hal
kapasitas yang tersedia dan tidak didukung dengan penghematan. Hingga akhir
tahun 2013 tercatat sudah ada 53.996.208 pelanggan dengan peningkatan sebesar
8,44% dari tahun sebelumnya. Penghematan energi sangat mendesak dan sangat
harus untuk dilakukan. Salah satu langkahnya adalah banyaknya himbauan hemat
dalam menggunakan energi listrik. Institusi pendidikan seperti universitas ini
memiliki banyak sekali ruang, ruang-ruang tersebut memiliki sistem penerangan
dengan jumlah lampu rata-rata 10 buah lampu. Banyaknya mahasiswa dan dosen
yang menggunakan ruang, sangat sulit untuk memantau penggunaan lampu dan
AC yang berakibat pemborosan energi listrik. Penggunaan yang optimal adalah
dengan mengaktifkan lampu dan AC sesuai dengan jadwal penggunaan ruang,
selain jadwal tersebut lampu dan AC harus mati, sehingga dapat menghemat
penggunaan energi. SCADA yang dirancang ini bertujuan akhir dalam upaya
meminimalisir penggunaan energi listrik pada ruang 301. Perancangan mode
penjadwalan secara teori mampu untuk mengurangi waktu aktif penggunaan
beban. Beban akan dikondisikan hanya akan menyala pada saat-saat yang
diperlukan. Melalui sistem ini penghematan penggunaan energy listrik akan dapat
tercapai. Penghematan yang dimaksud adalah penghematan berdasarkan peraturan
menteri energy dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 13 tahun 2012
tentang penghematan pemakaian tenaga listrik. Pelaksanaan penghematan
pemakaian tenaga listrik yang di maksud pada tugas akhir ini terdapat pada
peraturan menteri energy dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 13
tahun 2012 bab 2 pasal 4 ayat 2 dan ayat 3[2] . Tujuan dari tugas akhir ini adalah
membuat sistem SCADA sebagai media monitoring dan pengaturan sistem
kelistrikan berupa beban penerangan dan pendinginan ruangan pada ruang B.301
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi SCADA
2
control dilakukan oleh RTU di lokasi masing‐masing RTU, dan MTU hanya
melakukan sury control yang meliput beberapa atau semua RTU. Dengan adanya
local control, operator harus mengoperasikan masing-masing local plant dan
membutuhkan MMI local. Banyak pabrikan yang mengalihkankomunikasi dari
MTU – RTU ke tingkatan MMI (Master) – MMI (Remote) melalui jaringan
microwave satelit. Ada juga yang mengimplementasi komunikasinya pada
tingkatan RTU, karena berpendapat bahwa kita tidak bisa mengandalkan system
padter, dan komunikasi pada tingkatan computer (MMI) membutuhkan banwidth
yang lebar dan mahal.
Dengan majunya teknologi dan internet saat ini, concept SCADA diatas
berubah menjadi lebih sederhana yang disebut dengan generasi ketiga
“terdistribusi” dan memanfaatkan infrastruktur internet yang pada saat
iniumumnya sudah dibangun oleh perusahaan‐perusahaan besar seperti Pertamina.
Apabila ada daerah‐daerah atau wilayah yang belum terpasang infrastruktur
internet, saat ini dipasaran banyak bisa kita dapatkan Wireless LAN device yang
bisa menjangkau jarak sampai dengan 40 km (tanpa repeater) dengan harga
relatif murah. Setiap Remote Area dengan sistem kontrolnya masing‐masing
yang sudah dilengkapi dengan OPC (OLE for Process Control; OLE = Object
Linking &Embedding) Server, bisa memasangkan suatu Industrial Web Server
denganTeknologi XML yang kemudian bisa dengan mudah diakses dengan Web
Browser biasa seperti yang kita gunakan.
3
penerangan dan pendinginan. Pada proses monitoring kondisi beban
penerangan dapat dilihat perubahannya pada masing-masing lampu di setiap
ruangan. Halaman utama adalah halaman yang memiliki fungsi penuh pada
perangkat lunak SCADA. Pada halaman ini dapat di lakukan monitoring,
Data yang di buat dalam database digunakan sebagai inisialisasi awal dalam
proses pembuatan manajemen sistem. Dapat dianalogikan bahwa tabel tersebut
adalah tempat dimana data yang akan disimpan. Sedangkan proses pengaksesan,
dan manipulasi data melalui interface CX-Supervisor. Perancangan basis data
yang akan digunakan dalam sistem database aplikasi sistem SCADA pada plant
electrical management system di tunjukkan gambar 10.
4
2.6 Arsitektur Sistem SCADA
5
6.Jenis –jenis sistem SCADA
Menurut skala sistem keseluruhan, sistem SCADA dapat dibedakan
menjadi :
1. SCADA Dasar
SCADA dasar ini umumnya hanya terdiri dari sebuah RTU/PLC
saja yang digunakan untuk mengendalikan suatu plant dengan berbagai
field device. Jumlah MTU yang digunakan juga hanya satu buah.
Contoh:
∙ Car manufacturing robot
∙ Room temperature control
∙ Water Level Control
2. Integrated SCADA
Sistem ini terdiri dari beberapa PLC/RTU yang terhubung dengan
beberapa Distributed Control System (DCS), namun hanya menggunakan
satu MTU. MTU ini dapat terhubung dengan komputer lain melalui LAN,
WAN ataupun internet.
Contoh :
∙ Subway systems
∙ Security systems
∙ Water systems
3. Networked SCADA
Sistem ini memiliki MTU banyak MTU yang saling terhubung.
Terdapat 1 MTU pusat sebagai koordinator
Contoh : Comunication system , Power System
1. Akuisisi Data
Pada kenyataannya, kita membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak
dan kompleks untuk pengukuran terhadap masukan dan beberapa sensor
digunakan untuk pengukuran terhadap keluaran (tekanan, massa jenis, densitas
dan lain sebagainya). Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian
secara sederhanayang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan
seperti ini disebut sebagai masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk
mengetahui apakah sebuah alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF),
konveyornya sudah jalan (ON) atau belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk
(ON) atau belum (OFF), dan lain sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa
melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai tertentu itu
sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa digunakan untuk
mendeteksi perubahan secara kontinu pada, misalnya, tegangan, arus, densitas
cairan, suhu, dan lain sebagainya. Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada
batasan tertentu yang didefinisikan sebelumnya, baik batas atas maupun batas
bawah. Misalnya, Anda ingin mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat
6
Celcius, jika suhu ada dibawah atau diatas batasan tersebut, maka akan memicu
alarm (baik lampu dan/atau bunyi-nya). Terdapat empat alarm batas untuk sensor
analog: Major Under, Minor Under, Minor Over, dan Major Over Alarm
2.Komunikasi Data
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem
atau jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus
mengekspos data-data penting di Internet. Komunikasi SCADA diatur melalui
suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan protokol khusus yang sesuai dengan
produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada beberapa standar protokol yang
ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah ketidakcocokan komunikasi
lagi. Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang
sederhana, alat- alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau
menerjemahkanprotokol komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang
menjembatani antara sensor dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-
masukan sensor keformat protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master
SCADA, selain itu RTU juga menerima perintah dalam format protokoldan
memberikan sinyal listrik yang sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.
3.Penyajian Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor
(baik analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah
dibuatkan HMI-nya (Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human
ComputerInterface). Akses ke kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal
maupun melalui website. Bahkan saat ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang
TouchScreen
4.Kontrol
Kita bisa melakukan penambahan kontrol ke dalam sistem SCADA melalui
HMI-nya. Bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan
campur tangan manusia.
7
time) melalui tampilan monitor.
2. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi berkaitan dengan
kondisi/status sistem yang dipantau.
3. Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan lebih
mudah (tidak memerlukan banyak operator).
4. Dapat mengontrol plant secara real time dari jarak jauh.
5. Dapat mendeteksi dan memperbaiki kesalahan/kerusakan sistem secara
cepat.
BAB III
8
PENYELESAIAN KASUS
9
Gambar Pengaktifan penjadwalan SCADA
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengujian mode manual, waktu delay ketika saklar ditekan dan lampu
menyala sangatlah kecil, berkisar 0,85 detik. Pada mode remote, setiap beban
mampu dikendalikan melalui HMI. Rata-rata waktu delay pada lampu ruang
adalah sebesar 5,51 detik dan pada indikator HMI yaitu sebesar 10,59 detik.
Fungsi manajemen sistem informasi lampu pada aplikasi HMI berfungsi dengan
baik, hal itu di tunjukkan dengan adanya informasi lampu yang di gunakan pada
ruang 301. Lampu yang di gunakan yaitu lampu Philips jenis TL dan essential
dengan daya lampu 18W dan 23W, tegangan lampu 59V dan 220 V, arus lampu
0,360A dan 0,165A, lifetime lampu 10000 jam dan 8000 jam. Fungsi manajemen
sistem runtime lampu pada aplikasi HMI berfungsi dengan baik, di tunjukkan
dengan adanya alarm jika runtime lampu mendekati lifetime lampu. Untuk lampu
TL alarm akan muncul jika runtime melewati 9800 jam dan untuk lampu Philip
essential alarm akan muncul jika runtime melewati 7800 jam. Penghematan yang
dihasilkan sistem melalui proses yang telah dilakukan dalam 1 hari, minggu dan
bulan masing-masing adalah sebesar 5,756 Kwh, 28,78 Kwh dan 115,12 Kwh.
Pada pengembangan lebih lanjut ada beberapa saran yang dapat di lakukan yaitu
menyederhanakan HMI untuk memudahkan pengguna dalam mengoperasikan
HMI, menambahkan sesnsor sehingga penyalaan beban pada ruangan lebih
optimal dan sesuai dengan kebutuhan, menambahkan fungsi perhitungan energi
secara otomatis pada HMI.
11
Referensi
[1]. Bailey, David. and E.Wright, “Practical SCADA for Industri”, Australia,
2003
[2]. Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral, “Peraturan Mentri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan
Pemakaian Tenaga Listrik”, Indonesia, Jakarta, 2012.
[3]. Hermansyah, Achmad, “Rancang Bangun Electricity Management System
Untuk Beban Penerangan dan Pendinginan Pada Ruang B.301 Teknik
Elektro Universitas Diponeogoro”, Universitas Diponogoro, Semarang,
2014.
[4]. Adi, Rizki, “Perancangan Sistem SCADA Beban Penerangan Pada
Prototype Gedung A Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
[6]. Setiawan, Iwan, “Programmable Logic Control (PLC) dan Perancangan
Sistem Kontrol”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006
12