Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERANCANGAN SCADA PADA ELECTRICITY MANAGEMENT


SYSTEM UNTUK BEBAN PENERANGAN DAN PENDINGINAN PADA
RUANG B.301TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO

OLEH
SERMILA
(P3D120046)

PRODI D-III TEKNIK ELEKTRONIKA


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar. Dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai PERANCANGAN SCADA PADA ELECTRICITY MANAGEMENT
SYSTEM UNTUK BEBAN PENERANGAN DAN PENDINGINAN PADA
RUANG B.301TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO .

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen Mata Kuliah yaitu Bapak Tachir, S.T., MT. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kendari, Desember 2022

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Energi pada zaman sekarang ini terus mengalami penurunan dalam hal
kapasitas yang tersedia dan tidak didukung dengan penghematan. Hingga akhir
tahun 2013 tercatat sudah ada 53.996.208 pelanggan dengan peningkatan sebesar
8,44% dari tahun sebelumnya. Penghematan energi sangat mendesak dan sangat
harus untuk dilakukan. Salah satu langkahnya adalah banyaknya himbauan hemat
dalam menggunakan energi listrik. Institusi pendidikan seperti universitas ini
memiliki banyak sekali ruang, ruang-ruang tersebut memiliki sistem penerangan
dengan jumlah lampu rata-rata 10 buah lampu. Banyaknya mahasiswa dan dosen
yang menggunakan ruang, sangat sulit untuk memantau penggunaan lampu dan
AC yang berakibat pemborosan energi listrik. Penggunaan yang optimal adalah
dengan mengaktifkan lampu dan AC sesuai dengan jadwal penggunaan ruang,
selain jadwal tersebut lampu dan AC harus mati, sehingga dapat menghemat
penggunaan energi. SCADA yang dirancang ini bertujuan akhir dalam upaya
meminimalisir penggunaan energi listrik pada ruang 301. Perancangan mode
penjadwalan secara teori mampu untuk mengurangi waktu aktif penggunaan
beban. Beban akan dikondisikan hanya akan menyala pada saat-saat yang
diperlukan. Melalui sistem ini penghematan penggunaan energy listrik akan dapat
tercapai. Penghematan yang dimaksud adalah penghematan berdasarkan peraturan
menteri energy dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 13 tahun 2012
tentang penghematan pemakaian tenaga listrik. Pelaksanaan penghematan
pemakaian tenaga listrik yang di maksud pada tugas akhir ini terdapat pada
peraturan menteri energy dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 13
tahun 2012 bab 2 pasal 4 ayat 2 dan ayat 3[2] . Tujuan dari tugas akhir ini adalah
membuat sistem SCADA sebagai media monitoring dan pengaturan sistem
kelistrikan berupa beban penerangan dan pendinginan ruangan pada ruang B.301
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
 
 
 
 
 
 
 

1
 
BAB II
LANDASAN TEORI
 
2.1 Definisi SCADA

SCADA (SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION)


adalah suatu sistem pengakuisisian suatu data untuk digunakan sebagai control
dari sebuah obyek. SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah
sistem yang mengacu pada kombinasi telemetri dan akuisisi data. Ini terdiri dari
pengumpulan informasi, mentransfer kembali ke  pusat kendali, melakukan
analisis yang diperlukan dan kontrol, dan kemudian menampilkan data ini pada
sejumlah operator display. SCADA digunakan untuk memantau dan
mengendalikan pabrik atau peralatan. Kontrol mungkin dapat otomatis atau dapat
dimulai dengan perintah Operator. Sistem  SCADA yang  paling sederhana yang 
mungkin bisa dijumpai di dunia adalah sebuah rangkaian tunggal yang
memberitahu anda sebuah kejadian (event). Sebuah sistem SCADA skala-penuh
mampu memantau dan (sekaligus) mengontrol proses yang jauh lebih besar
dan kompleks.
Telemetri biasanya dikaitkan dengan sistem SCADA. Ini adalah teknik yang
digunakan dalam transmisi dan menerima informasi atau data melalui media.
Informasi dapat berupa pengukuran, seperti tegangan, kecepatan atau aliran. Data-
data tersebut dikirimkan ke lokasi lain melalui media seperti kabel, telepon atau
radio. Informasi dapat berasal dari berbagai lokasi. Sebuah cara menangani
tempat-tempat  yang berbeda yang tergabung dalam sistem.Data akuisisi mengacu
pada metode yang digunakan untuk mengakses dan mengontrol informasi atau
data dari peralatan yang dikendalikan dan dipantau. Data tersebut kemudian
diakses diteruskan ke sistem telemetri siap untuk transfer ke tempat yang berbeda.
Itu dapat berupa informasi analog dan digital yang dikumpulkan oleh sensor,
seperti flowmeter, ammeter, dll juga dapat menjadi data untuk mengontrol
peralatan seperti aktuator, relay, valve, motor, dll.
Mirip dengan sistem SCADA adalah Distributed Control System (DCS).  DCS
biasanya digunakan di pabrik-pabrik dan terletak di dalam daerah yang lebih
terbatas. Menggunakan media komunikasi berkecepatan tinggi, seperti jaringan
area lokal (LAN). Sebuah jumlah yang signifikan dari kontrol loop tertutup hadir
pada sistem SCADA system meliputi daerah yang besar (secara geography). Ini
mungkin mengandalkan berbagai link komunikasi seperti radio dan telepon.
Kontrol loop tertutup bukan merupakan prioritas utama dalam sistem ini.
 
2.2 Perkembangan SCADA
SCADA telah mengalami perubahan generasi, dimana pada awalnya design
sebuah SCADA mempunyai satu perangkat MTU yang melakukan Supervisory
Control dan Data Acquisition melalui satu atau banyak RTU yang berfungsi
sebagai (dumb) Remote I/O melalui jalur komunikasi Radio, dedicated line
Telephone dan lainnya. Generasi SCADA pertama ini disebut monolitik. Generasi
berikutnya yaitu jaringan, membuat RTU yang intelligent, sehingga fungsi local

2
control dilakukan oleh RTU di lokasi masing‐masing RTU, dan MTU hanya
melakukan sury control yang meliput beberapa atau semua RTU. Dengan adanya
local control, operator harus mengoperasikan masing-masing local plant dan
membutuhkan MMI local. Banyak pabrikan yang mengalihkankomunikasi dari
MTU – RTU ke tingkatan MMI (Master) – MMI (Remote) melalui jaringan
microwave satelit. Ada juga yang mengimplementasi komunikasinya pada
tingkatan RTU, karena berpendapat bahwa kita tidak bisa mengandalkan system
padter, dan komunikasi pada tingkatan computer (MMI) membutuhkan banwidth
yang lebar dan mahal.
Dengan majunya teknologi dan internet saat ini, concept SCADA diatas
berubah menjadi lebih sederhana yang disebut dengan generasi ketiga
“terdistribusi” dan memanfaatkan infrastruktur internet yang pada saat
iniumumnya sudah dibangun oleh perusahaan‐perusahaan besar seperti Pertamina.
Apabila ada daerah‐daerah atau wilayah yang belum terpasang infrastruktur
internet, saat ini dipasaran banyak bisa kita dapatkan Wireless LAN device yang
bisa menjangkau jarak sampai dengan 40 km (tanpa repeater) dengan harga
relatif murah. Setiap Remote Area dengan sistem kontrolnya masing‐masing
yang  sudah dilengkapi dengan OPC (OLE for Process Control; OLE = Object
Linking &Embedding) Server, bisa memasangkan suatu Industrial Web Server
denganTeknologi XML yang kemudian bisa dengan mudah diakses dengan Web
Browser biasa seperti yang  kita gunakan.

2.3 Perancangan SCADA

Sistem SCADA secara keseluruhan yang di rancang pada penelitian ini


ditunjukkan pada gambar 3.1. Perancangan SCADA ini meliputi perancangan
HMI yang berfungsi sebagai media untuk melakukan monitoring dan kontrol
terhadap plant, dan perancangan manajemen informasi berupa database
menggunakan MS Access yang digunakan sebagai media penyimpanan data
yang terhubung kepada HMI.Sistem SCADA yang digunakan untuk melakukan
monitoring dan pengontrolan pada plant dibagi kedalam 3 subbagian yaitu:
Master station, protokol komunikasi, Slave Station.

2.4 Perancangan HMI

Perancangan HMI yang digunakan untuk mengontrol dan monitoring plant


electricity management system pada ruang B.301 menggunakan perangkat
lunak CX- Supervisor. CX-Supervisor memudahkan dalam perancangan HMI
dikarenakan dapat melakukan komunikasi dengan baik dengan PLC Omron,
hal ini dikarenakan CX-Supervisor merupakan perangkat lunak yang di
khusukan oleh Omron dalam pembuatan interface dari perangkat keras PLC.
Pada perancangan HMI menggunakan perangkat lunak CX-Supervisor, HMI di
rancang agar memiliki tampilan yang sederhana sehingga memudahkan user
dalam penggunaannya. Proses yang dapat dilihat dari tampilan HMI adalah
proses monitoring, pengontrolan dan pembuatan informasi terhadap beban

3
penerangan dan pendinginan. Pada proses monitoring kondisi beban
penerangan dapat dilihat perubahannya pada masing-masing lampu di setiap
ruangan. Halaman utama adalah halaman yang memiliki fungsi penuh pada
perangkat lunak SCADA. Pada halaman ini dapat di lakukan monitoring,

pengontrolan, dan membuat informasi database terhadap plant.


Gambar 2 Halaman Utama HMI

2.5. Perancangan Database

Data yang di buat dalam database digunakan sebagai inisialisasi awal dalam
proses pembuatan manajemen sistem. Dapat dianalogikan bahwa tabel tersebut
adalah tempat dimana data yang akan disimpan. Sedangkan proses pengaksesan,
dan manipulasi data melalui interface CX-Supervisor. Perancangan basis data
yang akan digunakan dalam sistem database aplikasi sistem SCADA pada plant
electrical management system di tunjukkan gambar 10.

Gambar Rancangan Database

4
2.6 Arsitektur Sistem SCADA

Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian SCADA :


1. Operator
Operator manusia mengawasi sistem SCADA dan melakukan fungsi
supervisory control untuk operasi plant jarak jauh
2. Human Machine Interfaces (HMI)
HMI merupakan bagian terpenting dari sistem SCADA karena fungsinya
yaitu sebagai “jembatan” bagi manusia (operator) untuk memahami proses yang
terjadi pada mesin. HMI menampilkan data pada operator dan menyediakan input
kontrol bagi operator dalam berbagai bentuk, termasuk grafik, kematik, jendela,
menu pull-down, touch screen, dan lain sebagainya. HMI dapat berupa touch
screen device ataupun komputer itu s sendiri.
3. Master Terminal Unit (MTU)
MTU berfungsi menampilkan data pada operator melalui HMI,
mengumpulkan data dari tempat yang jauh, dan mengirimkan sinyal kontrol ke
plant yang berjauhan. Kecepatan pengiriman data dari MTU ke plant jarak jauh
relatif rendah dan metode kontrol umumnya open loop karena kemungkinan
terjadi waktu tunda dan flow interruption.
Berikut ini beberapa fungsi dasar dari suatu MTU:
a. Input/Output Task: interface sistem SCADA dengan peralatan di plant.
b. Alarm Task: mengatur semua tipe alarm.
c. Trends Task: mengumpulkan data plant setiap waktu dan menggambarkan
dalam grafik.
d. Report Task: memberikan laporan yang bersumber dari data plant.
e. Display Task: menampilkan data yang diawasi dan dikontrol operator.
4. Communication System
Sistem komunikasi antara MTU-RTU ataupun antara RTU-Field device
diantaranya berupa:
o RS 232
o Private Network (LAN/RS-485)
o Switched Telephone Network
o Leased Line
o Internet
o Wireless Communication System
∙ Wireless LAN
∙ GSM Network
∙ Radio Modems
5. Field Device
Merupakan plant berbagai sensor dan aktuator. Nilai sensor dan aktuator
inilah yang umumnya diawasi dan dikendalikan supaya objek/dengan yang
diinginkan pengguna.

5
6.Jenis –jenis sistem SCADA
Menurut skala sistem keseluruhan, sistem SCADA dapat dibedakan
menjadi :
1. SCADA Dasar
SCADA dasar ini umumnya hanya terdiri dari sebuah RTU/PLC
saja yang digunakan untuk mengendalikan suatu plant dengan berbagai
field device. Jumlah MTU yang digunakan juga hanya satu buah.
Contoh:
∙ Car manufacturing robot
∙ Room temperature control
∙ Water Level Control

2. Integrated SCADA
Sistem ini terdiri dari beberapa PLC/RTU yang terhubung dengan
beberapa Distributed Control System (DCS), namun hanya menggunakan
satu MTU. MTU ini dapat terhubung dengan komputer lain melalui LAN,
WAN ataupun internet.
Contoh :
∙ Subway systems
∙ Security systems
∙ Water systems

3. Networked SCADA
Sistem ini memiliki MTU banyak MTU yang saling terhubung.
Terdapat 1 MTU pusat sebagai koordinator
Contoh : Comunication system , Power System

7. Hubungan Yang Terjadi Dalam SCADA

1. Akuisisi Data
Pada kenyataannya, kita membutuhkan pemantauan yang jauh lebih banyak
dan kompleks untuk pengukuran terhadap masukan dan beberapa sensor
digunakan untuk pengukuran terhadap keluaran (tekanan, massa jenis, densitas
dan lain sebagainya). Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian
secara sederhanayang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan
seperti ini disebut sebagai masukan diskrit atau masukan digital. Misalnya untuk
mengetahui apakah sebuah alat sudah bekerja (ON) atau belum (OFF),
konveyornya sudah jalan (ON) atau belum (OFF), mesinnya sudah mengaduk
(ON) atau belum (OFF), dan lain sebagainya. Beberapa sensor yang lain bisa
melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai tertentu itu
sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa digunakan untuk
mendeteksi perubahan secara kontinu pada, misalnya, tegangan, arus, densitas
cairan, suhu, dan lain sebagainya. Untuk kebanyakan nilai-nilai analog, ada
batasan tertentu yang didefinisikan sebelumnya, baik batas atas maupun batas
bawah. Misalnya, Anda ingin mempertahankan suhu antara 30 dan 35 derajat

6
Celcius, jika suhu ada dibawah atau diatas batasan tersebut, maka akan memicu
alarm (baik lampu dan/atau bunyi-nya). Terdapat empat alarm batas untuk sensor
analog: Major Under, Minor Under, Minor Over, dan Major Over Alarm

2.Komunikasi Data
Pada awalnya, SCADA melakukan komunikasi data melalui radio, modem
atau jalur kabel serial khusus. Saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan Ethernet atau TCP/IP. Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN - Local Area Network) tanpa harus
mengekspos data-data penting di Internet. Komunikasi SCADA diatur melalui
suatu protokol, jika jaman dahulu digunakan protokol khusus yang sesuai dengan
produsen SCADA-nya, sekarang sudah ada beberapa standar protokol yang
ditetapkan, sehingga tidak perlu khawatir masalah ketidakcocokan komunikasi
lagi. Karena kebanyakan sensor dan relai kontrol hanyalah peralatan listrik yang
sederhana, alat- alat tersebut tidak bisa menghasilkan atau
menerjemahkanprotokol komunikasi. Dengan demikian dibutuhkan RTU yang
menjembatani antara sensor dan jaringan SCADA. RTU mengubah masukan-
masukan sensor keformat protokol yang bersangkutan dan mengirimkan ke master
SCADA, selain itu RTU juga menerima perintah dalam format protokoldan
memberikan sinyal listrik yang sesuai ke relai kontrol yang bersangkutan.

3.Penyajian Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor
(baik analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah
dibuatkan HMI-nya (Human Machine INterface) atau HCI-nya (Human
ComputerInterface). Akses ke kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal
maupun melalui website. Bahkan saat ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang
TouchScreen

4.Kontrol
Kita bisa melakukan penambahan kontrol ke dalam sistem SCADA melalui
HMI-nya. Bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan
campur tangan manusia.

5.Kelebihan dan kekurangan  Sistem Scada


Sebuah sistem scada memberikan kekuasaan untuk mengatur dan
mengkonfigurasi system . Kita bisa menempatkan sensor dan kendali disetiap titik
kritis didalam proses. Seiring dengan teknologi scada yang semakin baik , kita
bisa menempatkan lebih banyak sensor di banyak tempat sehingga semakin
banyak hal yang bisa dipantau, semakin detil operasi yang bisadilihat, dan
semuanya bekerja secara real time. Tidak peduli sekompleksapapun prosesnya,
kita bisa melihat operasi proses dalam skala besar maupunkecil, dan setidaknya
bisa melakukan penelusuran jika terjadi kesalahan dan sekaligus meningkatkan
efisiensi.
Sistem SCADA memiliki banyak nilai lebih diantaranya:
1. Pengawasan (supervisory) plant dapat dilakukan secara langsung (real

7
time) melalui tampilan monitor.
2. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi berkaitan dengan
kondisi/status sistem yang dipantau.
3. Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan lebih
mudah (tidak memerlukan banyak operator).
4. Dapat mengontrol plant secara real time dari jarak jauh.
5. Dapat mendeteksi dan memperbaiki kesalahan/kerusakan sistem secara
cepat.

Adapun kekurangan sistem scada diantaranya : 


1.Kecanggihan sistem membuat manusia menjadi lemah dalam hal pengawasan
2.Banyak pekerja yang tidak bisa mengimbangi kinerja sistem scada seandainya
sistem scada itu rusak/eror
3.Sistem scada bisa rusak karena faktor teknis maupun non teknis seperti bencana
alam

BAB III

8
PENYELESAIAN KASUS

3.1 Pengujian Mode Manual

Pengujian mode manual dilakukan dengan menyalakan lampu melalui


saklar manual pada setiap ruangan. Pada mode ini selector switch akan berada
di mode manual pada box panel control. Tabel 2 menunjukkan data hasil
pengujian tiap saklar dengan rata-rata waktu tunda antara pengaktifan saklar
dan menyalanya lampu ruang.

3.2 Pengujian Mode Remot

Remote mode akan aktif ketika selector switch diarahkan ke posisi


PLC.Pengujian remote mode ini dilakukan dengan menekan push button on/off
yang terdapat pada HMI dengan tujuan untuk menyalakan dan mematikan
lampu dari setiap ruangan. Setiap menyalakan dan mematikan lampu tersebut
dihitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk lampu menyala baik pada
lampu ruangan maupun pada tampilan HMI.. Data yang didapatkan ditunjukkan
pada Tabel 3 yang dilakukan sebanyak 5x dan ditampilkan dalam rata-rata.

Tabel Pengujian remote mode

Saklar HMI Lampu Rua ng (detik) Indikator H MI (detik)


On Off On Off
Saklar Receptionist 5,682 5,21 11,92 12,50
Saklar Assistant 5,54 5,38 12,895 10,02
Saklar Dosen 1 5,248 5,71 11,67 13,20
Saklar Dosen 2 5,871 5,332 8,92 11,7
Saklar Lab 1 5,725 5,534 9,248 9,328
Saklar Lab 2 5,352 5,176 8,524 9,132
Saklar Lab 3 5,512 5,288 9,958 10,76
Saklar Lab 4 5,508 5,421 9,520 9,48
Saklar AC 6,515 5,56 12,62 10,04
Rata-rata 5,66 5,39 10,59 10,68

3.3 Pengujian Sistem Scada

Pengujian dilakukan dengan memberikan contoh jadwal penggunaan ruang


dalam satu hari. Pengujian dilakukan dengan cara masuk ke halaman
penjadwalan yang ada pada HMI kemudian mengaktifkan saklar dan
memasukkan data waktu nyala dan waktu mati tiap lampu dalam setiap ruang

9
Gambar Pengaktifan penjadwalan SCADA

3.4 Perhitungan Energi Listrik

Pada perhitungan energi listrik dibutuhkan beberapa nilai variabel dalam


perhitungan yang harus terpenuhi diantaranya daya beban aktif dan lama beban
aktif. Pehitungan di bagi menjadi dua pada saat kondisi normal dan
pengontrolan. Kondisi Normal, Perhitungan energi listrik pada kondisi normal
adalah beban penerangan pada kondisi aktif sesuai dengan aktifitas . Pada proses
tersebut diperoleh masing-masing waktu lamanya beban pada tiap ruangan
dalam kondisi aktif. Data yang diperoleh dari Tabel 4.3 adalah waktu lama
beban aktif dalam satuan jam. Data waktu lama beban aktif akan digunakan
dalam perhitungan energi listrik. Hasil perhitungan energi listrik pada ruang 301

10
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pada pengujian mode manual, waktu delay ketika saklar ditekan dan lampu
menyala sangatlah kecil, berkisar 0,85 detik. Pada mode remote, setiap beban
mampu dikendalikan melalui HMI. Rata-rata waktu delay pada lampu ruang
adalah sebesar 5,51 detik dan pada indikator HMI yaitu sebesar 10,59 detik.
Fungsi manajemen sistem informasi lampu pada aplikasi HMI berfungsi dengan
baik, hal itu di tunjukkan dengan adanya informasi lampu yang di gunakan pada
ruang 301. Lampu yang di gunakan yaitu lampu Philips jenis TL dan essential
dengan daya lampu 18W dan 23W, tegangan lampu 59V dan 220 V, arus lampu
0,360A dan 0,165A, lifetime lampu 10000 jam dan 8000 jam. Fungsi manajemen
sistem runtime lampu pada aplikasi HMI berfungsi dengan baik, di tunjukkan
dengan adanya alarm jika runtime lampu mendekati lifetime lampu. Untuk lampu
TL alarm akan muncul jika runtime melewati 9800 jam dan untuk lampu Philip
essential alarm akan muncul jika runtime melewati 7800 jam. Penghematan yang
dihasilkan sistem melalui proses yang telah dilakukan dalam 1 hari, minggu dan
bulan masing-masing adalah sebesar 5,756 Kwh, 28,78 Kwh dan 115,12 Kwh.
Pada pengembangan lebih lanjut ada beberapa saran yang dapat di lakukan yaitu
menyederhanakan HMI untuk memudahkan pengguna dalam mengoperasikan
HMI, menambahkan sesnsor sehingga penyalaan beban pada ruangan lebih
optimal dan sesuai dengan kebutuhan, menambahkan fungsi perhitungan energi
secara otomatis pada HMI.

11
Referensi

[1]. Bailey, David. and E.Wright, “Practical SCADA for Industri”, Australia,
2003
[2]. Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral, “Peraturan Mentri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan
Pemakaian Tenaga Listrik”, Indonesia, Jakarta, 2012.
[3]. Hermansyah, Achmad, “Rancang Bangun Electricity Management System
Untuk Beban Penerangan dan Pendinginan Pada Ruang B.301 Teknik
Elektro Universitas Diponeogoro”, Universitas Diponogoro, Semarang,
2014.
[4]. Adi, Rizki, “Perancangan Sistem SCADA Beban Penerangan Pada
Prototype Gedung A Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
[6]. Setiawan, Iwan, “Programmable Logic Control (PLC) dan Perancangan
Sistem Kontrol”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006

12

Anda mungkin juga menyukai