Abstrak
Pada PT PLN (Persero) APD JTY, sistem SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada Gardu Induk
maupun keypoint, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi.
Sistem SCADA membutuhkan media komunikasi yang mempunyai tingkat kehandalan tinggi serta tidak membutuhkan
biaya yang terlalu mahal (ekonomis). Media telekomunikasi pada sistem SCADA di PT PLN (Persero) APD JTY saat
ini menggunakan GPRS untuk keypoint dan Fiber Optik untuk GI. Untuk itu Supervisi Telekomunikasi pada bagian
SCADATEL mempunyai inovasi untuk melakukan riset penggunaan Wireless Fidelity (WiFi) sebagai sarana
komunikasi dalam pengendalian operasional sistem tenaga listrik menggunakan SCADA dimana sebelum melakukan
perancangan jaringan secara langsung ke perangkat yang sesungguhnya akan lebih efisisen jika mensimulasikannya
terlebih dahulu sehingga dapat diketahui masalah-masalah apa saja yang mungkin terjadi dalam instalasi jaringan ini.
Jaringan WiFi ini menggunakan koneksi komunikasi multipont to point yang memungkinkan setiap saat semua RTU
diperbolehkan untuk mengirim data ke pusat kendali dan sebagai balasannya pusat kendali akan mengirim message ke
satu atau lebih RTU secara serentak. Pada simulasi yang telah dibuat menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi
multipoint to point pada sistem SCADA dapat menghubungkan RTU dengan Master Station.
Gambar 3.14 Konfigurasi Mikrotik Gambar 3.17 Test Ping WLAN routers tower
Kemudian melakukan ping pada tiap-tiap IP address
melalui menu new terminal untuk WinBox dan melalui d. Ping LAN routers tower
CommandPrompt untuk PC.
a. Ping LAN routers
4.3 Permasalahan dan Penanganan Gambar 3.20 Status kondisi wlan mikrotik
Pengujian Komunikasi WiFi Mikrotik
Kehandalan komunikasi WiFi Mikrotik dapat 4. Bandwidth Test
dilihat dari pengujian kualitas sinyal antar perangkat dan Dari data pada gambarb berikut dapat dilihat bahwa
bandwidth nya. Pada Gambar 4.4 ditunjukkan hasil bandwidth rx Current yang diperoleh Mikrotik
pengujian kualitas sinyal dan bandwidth test pada Access yaitu 203,9 Kbps dengan rata-rata 2,7 Mbps dan
point Mikrotik. Kehandalan WiFi dapat ditentukan oleh bandwidth Tx Current yang diperoleh Mikrotik
beberapa parameter, yaitu kuat sinyal (signal strength), yaitu 443,9 Kbps dengan rata-rata 513,9 Kbps.
Signal to Noise Ratio (SNR), Client Connection Quality
(CCQ), dan Bandwidth, dimana sebelumnya sudah
dijelaskan pada BAB II. Nilai dari parameter-parameter
tersebut bisa dilihat pada Gambar 4.1.
1. Kuat Sinyal (Signal Strength)
Sinyal yang didapat oleh Mikrotik yaitu -
84/-77 dBm pada Tx dan -84/-77 dBm pada
RX. Nilai ini termasuk dalam kategori fair
signal.
2. Signal to Noise Ratio (SNR)
Nilai SNR pada Mikrotik dari data di atas
yaitu 28 dB yang termasuk dalam kategori
very good signal, terkoneksi dengan baik,
troughput maksimal.
3. Client Connection Quality (CCQ)
Nilai terbesar CCQ yaitu 100% sehingga
semakin mendekati 100% maka semakin
bagus CCQ nya. Dari data tersebut CCQ
yang didapatkan oleh Mikrotik yaitu 11/51
% yang menunjukkan nilai CCQ yang tidak
cukup bagus. Nilai CCQ yang buruk dapat
terjadi karena pointing antena (pengarahan
antena) yang kurang tepat. Nilai CCQ yang
Gambar 3.21 Bandwidth Test
Tabel 3.4 Biaya pemasangan dan operasional WiFi
6 . SARAN
1. Mempelajari lebih lanjut untuk mengembangkan
Wireless Point-to-Multipoint (P2MP) yaitu membuat
penanganan apabila terjadi gangguan.
2. Mempelajari lebih lanjut mengenai media-media
komunikasi nirkabel dan kegunaannya dalam sistem
SCADA.
Referensi
[1] PUSDIKLAT PLN. 2012. Peralatan SCADA Sistem
Tenaga Listrik. PT PLN (Persero)
[2] SPLN S3.001. 2008. Peralatan Scada Sistem Tenaga
Listrik. PT PLN (Persero)
[3] Towidjojo, R. 2012. Mikrotik Kung Fu Kitab 1. Jakarta:
Jasakom
[4] Pratama, Rizky Agung. 2013. Laporan Proyek Akhir .
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_jaringan diakses
pada 10 Maret 2016