Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN SOC

DAN SOH BATERAI PADA SMART MICROGRID


DENGAN SKEMA ONE-WIRE NB-IOT MQTT

LAPORAN UTS KULIAH SCADA

Yokanan Wigar Satwika 23818304

PROGRAM STUDI INSTRUMENTASI DAN KONTROL


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang 1

2. LANDASAN TEORI......................................................................................2

2.1 Sistem Manajemen Baterai (SMB) Berbasis IoT 2


2.2 Perhitungan SOC dan SOH 2
2.3 Model Arsitektur SMB dengan Metodologi SGAM 3
2.4 Protokol 5
2.4.1 One-Wire 6
2.4.2 TCP/IP 7
2.4.3 MQTT via NB-IoT 7

3. PERANCANGAN SISTEM..........................................................................9

3.1 Sistem Smart Microgrid 9


3.2 Fokus Pengembangan 11
3.3 Perangkat Pengembangan 13

4. IMPLEMENTASI SISTEM........................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi, pemerintah
wajib membuat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Terkait dengan UU
tersebut, Dewan Energi Nasional telah menetapkan bauran energi primer yaitu
minyak bumi 25%, gas bumi 22%, batubara 30%, dan energi terbarukan 23%
pada tahun 2025 mendatang. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat
menjadi salah satu alternatif pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.
PLTS memiliki keunggulan yaitu kemudahan dalam membangun infrastrukturnya
sehingga sesuai untuk ditempatkan di daerah-daerah yang sulit diakses. Namun,
PLTS memiliki kekurangan yaitu fluktuasi daya yang dihasilkan baik untuk skala
waktu yang sebentar maupun lama[ CITATION Aim08 \l 1033 ]. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sistem baterai penyimpan energi.

Untuk menjaga kinerja dan memperpanjang masa pakai sistem baterai, diperlukan
sistem manajemen baterai (SMB). Beberapa parameter yang sering dimonitoring
oleh suatu SMB adalah State of Charge (SOC) dan State of Health (SOH). SOC
merupakan persentase muatan yang masih tersedia pada baterai. Estimasi nilai
SOC dilakukan untuk mencegah terjadinya over-charge dan over-discharge
[ CITATION Kon09 \l 1033 ]. Sementara SOH merupakan persentase muatan
maksimum yang dapat ditampung terhadap rating baterai. Dengan estimasi SOH
dapat diketahui kondisi baterai dan dapat diperkirakan masa pakai baterai.

Untuk melakukan pemantauan kedua parameter tersebut, teknologi Internet of


Things (IoT) dapat menjadi pilihan karena kemudahan mengakses oleh banyak
pengguna, konektivitas melalui berbagai infrastruktur, serta penyimpanan data
yang baik menggunakan sistem cloud [CITATION Frr16 \l 1033 ]. Oleh karena
itu, dikembangkan suatu sistem pemantauan SOC dan SOH baterai pada smart
microgrid berbasis IoT dengan skema one-wire, NB-IoT, MQTT. Sistem ini

1
dikembangkan menggunakan metodologi Smart Grid Architecture Model
(SGAM).

BAB II
LANDASAN TEORI
2. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Manajemen Baterai (SMB) Berbasis IoT
Sistem manajemen baterai menjadi salah satu kunci dalam penggunaan sistem
baterai penyimpan energi terkait keamanan, keandalan, dan efisiensi. Adanya
sistem manajemen baterai akan menjamin keamanan operasi dan memperpanjang
umur pakai baterai berdasarkan estimasi SOC dan SOH [ CITATION Rah13 \l
1033 ]. Nilai SOC dan SOH dapat diestimasi berdasarkan hasil pengukuran
tegangan, arus, dan temperatur baterai [ CITATION Hic17 \l 1033 ].

Pemantauan SOC dan SOH dapat dilakukan berbasis IoT untuk kemudahan akses
dan konektivitas. Internet of Things (IoT) merupakan suatu sistem jaringan yang
menghubungkan berbagai macam komponen melalui protokol internet
[ CITATION Key16 \l 1033 ]. Dengan pengembangan sistem manajemen baterai
berbasis IoT diharapkan dapat memudahkan pemantauan kondisi baterai.

2.2 Perhitungan SOC dan SOH


Estimasi SOC dilakukan berdasarkan metode coulomb counting yaitu metode
kalkulasi kapasitas baterai yang tersisa berdasarkan transfer muatan masuk atau
keluar baterai [ CITATION Kon09 \l 1033 ]. Perhitungan SOC dengan metode
Coulomb counting dirumuskan secara matematis sebagai berikut [ CITATION
Irs19 \l 1033 ]:
Cp
SOC p=SOC 0− ( )
C0
t
C p=∫ I ( t ) dt =t d × I dp
0

Dengan SOC p merupakan kondisi muatan saat pengisian/pemakaian, SOC 0


merupakan kondisi muatan mula-mula, Cp merupakan kapasitas

2
pengisian/pemakaian (Ah) saat beroperasi, C 0 merupakan kapasitas nominal
baterai pada laju arus 1C pada suhu 25 ° C, I (t ) merupakan arus
pengisian/pemakaian dalam fungsi waktu, t merupakan waktu proses pengisian,
dan p merupakan besaran Peukert. Besaran Peukert menunjukkan hubungan
kapasitas yang dapat digunakan dengan laju discharge baterai. Semakin besar laju
discharge baterai, maka kapasitas yang dapat digunakan akan semakin berkurang.
Besaran Peukert dipengaruhi oleh suhu, perbandingan arus, dan daur hidup
baterai. Sehingga persamaan akhir SOC pada waktu diskrit dapat dinyatakan
sebagai berikut [ CITATION Irs19 \l 1033 ]:
ηi I k−1 Δ t
SOC k =SOC k−1 +
Cn
Dengan k indeks waktu diskrit, ηi merupakan efisiensi konsumsi muatan saat
proses pengisian/pemakaian baterai, I k−1 besarnya arus pada waktu k −1, Δt
merupakan waktu sampling, dan C n merupakan kapasitas nominal baterai.

Nilai SOH merupakan perbandingan kapasitas yang bisa digunakan dari suatu
baterai terhadap kapasitas yang tertera pada baterai. Nilai SOH ditentukan
berdasarkan persamaan [ CITATION Kon09 \l 1033 ]:
Q max
SOH= ×100 %
Qr
Dengan Q max kapasitas maksimum yang dapat digunakan dan Q r kapasitas yang
tertera pada baterai.

2.3 Model Arsitektur SMB dengan Metodologi SGAM


Dalam proses implementasi sistem manajemen baterai pada smart microgrid
terdapat tantangan untuk melakukan integrase berbagai komponen, protokol
komunikasi, maupun antar muka pengguna. Oleh karena itu diperlukan sebuah
model arsitektur sistem manajemen baterai. Salah satu metodologi untuk
mengembangkan sistem pada arsitektur smart grid disebut dengan Smart Grid
Architectural Model yang dikeluarkan oleh CEN-CENELEC-ETSI Smart Grid
Coordination Group [ CITATION Chr16 \l 1033 ].

3
Berdasarkan metodologi SGAM, terdapat dua konsep utama yaitu berdasarkan
tingkatan bidang dan lapisan interoperabilitas. Lapisan bidang terdiri dari domain
dan zona.

Gambar 2. 1 Pengembangan MASMBC berdasarkan metodologi SGAM


Domain menyatakan rantai konversi energi terkait jaringan listrik yang terdiri dari
Pembangkit, Transmisi, Distribusi, DER, dan Pelanggan.

Tabel 2. 1 Domain berdasarkan metodologi SGAM


Domain Deskripsi
Pembangkit Pembangkitan energy listrik dalam skala besar yang biasanya
terhubung ke sistem transmisi
Transmisi Infrastruktur yang mengalirkan listrik dari lokasi pembangkit ke
distribusi (tegangan tinggi 500kV)
Distribusi Infrastruktur yang mendistribusikan listrik kepada pelanggan
(tegangan menengah 20kV)
DER Sumber daya listrik terdistribusi, terhubung langsung ke
jaringan distribusi publik dan menerapkan teknologi pembangkit
skala kecil
Pelanggan Lokasi pengguna akhir listrik

4
Zona pada bidang mewakili hierarki dari sistem manajemen energi yang terdiri
dari Proses, Lapangan, Stasiun, Operasi, Perusahaan, dan Pasar.

Tabel 2. 2 Zona berdasarkan metodologi SGAM


Zona Deskripsi
Proses Peralatan utama sistem pembangkitan listrik
Lapang Daerah untuk perangkat pengukuran
Stasiun Daerah untuk melakukan pengumpulan data, integrasi, dan
otomasi
Operasi Daerah operasi dari pemantauan dan kontrol sistem daya pada
masing-masing domain
Perusahaan Proses, layanan komersial, dan infrastruktur perusahaan
Pasar Operasi pasar yang memungkinkan terjadi pada rantai konversi
energi
Lapisan interoperabilitas menggambarkan interaksi entitas pada sumbu domain
dan zona yang terdiri dari lapisan bisnis, fungsi, informasi, komunikasi, dan
komponen.
 Lapisan bisnis bertujuan untuk menyediakan layanan proses dan bisnis
mencakup tujuan bisnis serta peraturan yang mendasari penggunaan sistem
baterai.
 Lapisan informasi menunjukkan standar model data yang menggambarkan
informasi yang digunakan dan dipertukarkan antara lapisan fungsi,
layanan, dan komponen.
 Lapisan komunikasi bertujuan mendeskripsikan protokol komunikasi dan
mekanisme pertukaran data antar lapisan.
 Lapisan komponen menunjukkan perangkat keras yang digunakan untuk
menyediakan fungsionalitas sistem.

2.4 Protokol
Dalam mengembangkan sistem pemantauan baterai, digunakan beberapa protokol
antara lain protokol one-wire dari sensor ke modul lokal, Transmission Control
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) via ethernet, Message Queuing Telemetry
Transport (MQTT) melalui perangkat NB-IoT menuju ke cloud.

5
2.4.1 One-Wire
One-wire merupakan suatu protokol komunikasi serial yang menggunakan 1 kabel
bus untuk transmisi dan penerimaan data. One-wire terdiri dari 1 master dengan
beberapa slave yang berkomunikasi secara bi-directional (2 arah) half duplex.
Kondisi awal jalur komunikasi one-wire bernilai high dan komunikasi dimulai
dengan start byte bernilai low.

Gambar 2. 2 Sinyal komunikasi one-wire


Perangkat yang terhubung dengan protokol one-wire diidentifikasi dengan ID
unik 64 bit yang terdiri dari CRC, serial number, dan kode.

Gambar 2. 3 ID perangkat one-wire


Perangkat-perangkat yang terhubung dengan protokol one-wire dapat
dihubungkan menggunakan 2 mode yaitu mode parasite power dengan sumber
tegangan dan data menjadi 1 jalur dan mode normal power dengan sumber
tegangan dan data pada jalur yang terpisah.

Gambar 2. 4 ID perangkat one-wire

6
2.4.2 TCP/IP
Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) merupakan protokol
yang digunakan untuk menghubungkan perangkat-perangkat pada jaringan
internet. TCP/IP juga dapat digunakan untuk jaringan tertutup seperti intranet atau
extranet. TCP/IP mendefinisikan pengaturan pertukaran data melalui internet
secara end-to-end. TCP mengatur cara aplikasi membuat kanal komunikasi pada
jaringan dan cara pengiriman informasi menjadi paket-paket kecil sebelum
ditransmisikan melalui internet dan disusun kembali pada alamat yang dituju.
Sementara IP mendefinisikan cara paket-paket menuju ke alamat yang sesuai.

TCP/IP menggunakan model komunikasi client-server dengan server sebagai


penyedia layanan bagi pengguna (client). Client akan mengirimkan permintaan
kepada server dan server akan menyediakan data-data yang diperlukan client.
Pada pengembangan sistem pemantauan baterai ini TCP/IP sebagai lapisan
transport dan network dikembangkan diatas lapisan fisik berupa ethernet.

2.4.3 MQTT via NB-IoT


Message Queuing Telemetery Transport (MQTT) merupakan protokol machine-
to-machine yang didesain ringan untuk lokasi remote. MQTT bekerja dengan
konsep publish dan subscribe data melalui suatu topik. Proses publish dan
subscribe diatur oleh suatu entitas yang disebut broker yang bertugas menerima
dan menyalurkan data antar perangkat.

Gambar 2. 5 Skema MQTT


Untuk pengembangan sistem pemantauan kondisi baterai ini, digunakan protokol
MQTT berbasiskan NB-IoT (Narrowband-Internet of Things, sebuah teknologi

7
komunikasi IoT berbasis low power wide area (LPWA) dengan bandwidth yang
tidak terlalu besar hanya sekitar 200kHz. Perangkat-perangkat NB-IoT dapat
berkomunikasi dengan 2 jenis carrier yaitu GSM (pada frekuensi 900MHz) atau
diantara frekuensi kanal LTE (Long Term Evolution) yang biasa digunakan untuk
komunikasi seluler komersial. NB-IoT bekerja dengan menggunakan suatu
simcard khusus NB-IoT yang menghubungkan modul dengan NB-IoT base
station yang dimiliki oleh operator.

Gambar 2. 6 Carrier NB-IoT

8
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3. PERANCANGAN SISTEM
3.1 Sistem Smart Microgrid
Pengembangan pemantauan kondisi baterai dilakukan pada sistem smart
microgrid yang bertempat di Laboratorium Manajmen Energi (ME) Program
Studi Teknik Fisika – Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Smart microgrid
pada laboratorium ME terdiri atas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), PV
grid inverter, hybrid energy controller (HEC) sebagai inverter, interkoneksi
jaringan listrik PLN, dan beban listrik.

Gambar 3. 1 Skema smart microgrid Laboratorium ME


Berdasarkan skema pada Gambar 3.1, beban dapat disuplai oleh PLN dan PV grid
dengan kapasitas total PLTS sebesar 1000Wp (terdiri atas 20 modul sel surya
berkapasitas 50Wp @ 12V yang disusun secara seri) menghasilkan tegangan 240
VDC yang terhubung dengan PV Grid Inverter 230 VAC/50Hz.

Suplai daya listrik PLN atau PV Grid untuk beban diatur oleh HEC yang
merupakan inverter 2 arah dengan kapasitas nominal 5000Wp. Suplai daya listrik
dapat diatur oleh HEC berdasarkan prioritas sesuai dengan besarnya permintaan
listrik. Selain itu HEC juga terhubung dengan sistem baterai untuk menyimpan
energi sel surya yang berlebih.

9
Sistem baterai yang digunakan terdiri dari 8 baterai valve-regulated lead-acid
(VRLA) yang tersusun dengan konfigurasi 4 seri dan 2 paralel (tegangan nominal
48V dan kapasitas nominal 200Ah dengan karakteristik tertera pada Tabel 3.1.

Gambar 3. 2 Skema smart microgrid Laboratorium ME

Tabel 3. 1 Karakteristik baterai pada smart microgrid


Parameter Nilai
Produsen & Model Panasonic LC-P12100
Jenis & Aplikasi VRLA, standby power
Kapasitas (@25 ° C) 100Ah (C20)
Tegangan nominal 12V
Tegangan pengisian 13,6 s.d. 13,8V
Tegangan cut-off pemakaian 10,5V
Arus pengisian <15A
Arus pemakaian 5 s.d. 300A
Suhu operasional (pengisian/pemakaian) 0 s.d. 40 ° C/-15 s.d. 50 ° C
Massa baterai 29,0kg

3.2 Fokus Pengembangan


Pengembangan sistem pemantauan berfokus pada sistem manajemen baterai.
Sistem manajemen baterai eksisting terdiri atas 2 modul utama yaitu modul lokal
yang berfungsi untuk akuisisi data tegangan, arus, dan temperatur baterai dan
modul pusat untuk mengumpulkan data sebelum data dikirimkan ke cloud.

10
Data tegangan dan temperatur diperoleh dari sensor pada 16 buah papan sel yang
disusun untuk setiap sel baterai. Modul lokal akan memperoleh data tegangan dan
temperatur melalui komunikasi melalui bus one-wire terhadap 16 papan sel.
Sementara arus diukur menggunakan sensor ACS512-20A bi-directional. Data
dari modul lokal diteruskan ke modul pusat menggunakan protokol TCP/IP via
ethernet sebagai physical layer. Data dari modul terpusat akan diteruskan ke
gateway laboratorium ME dan internet gateway Teknik Fisika ITB menuju ke
cloud (sistem awan) laboratrium ME (eng-cloud.com).

Gambar 3. 3 Lapisan komponen dan komunikasi eksisting

Pengembangan akan dilakukan terutama pada lapisan komponen dan lapisan


komunikasi dengan penerapan protokol MQTT via NB-IoT untuk pengiriman data
dari modul terpusat menuju ke cloud seperti terlihat pada Gambar 3.4. Sementara
data dari web box dan modul lokal SiElis tidak menjadi fokus pengembangan dan
digunakan sistem eksisting.

11
Jaringan Internet

Market
/ Sistem Awan

Perusa
eng-cloud.com

haan
Core Network

NB-IoT_MQTT
Equipment
NB-IoT
Base Station

Operasi
Raspberry Pi
+ NB-IoT Module
Display

Eth. TCP/IP
Switch Switch
Modul Lokal
Arduino SiElis

Stasiun
+ Eth. Shield

Web Box
LCD Display
Comm. Interface
1-Wire

Lapang
IED Hybrid IED PV Smart Meter
Sensor 1-Wire Inverter Grid Inverter Beban Listrik

LV L LV LV
HV MV
V
AC AC
DC AC
Beban Listrik
G AC AC AC AC AC AC DC
Hybrid

Proses
Lab ME (Elektronik,AC,Lampu)
Pembangkit Sistem Baterai Inverter PV Grid AC
PLN AC Inverter PV
Beban Listrik AC Gudang TF
Trans
Pemb ang
kit misi
Distribusi DER Pelanggan

Gambar 3. 4 Pengembangan lapisan komponen dan komunikasi

Dengan lapisan informasi model data yang dikembangkan untuk modul terpusat
berbasiskan format model data JSON (Java Script Object Notation). JSON
merupakan sintaks pertukaran data berbasis objek Java dengan data terdiri atas
array yang menyimpan kumpulan objek dengan data berupa pasangan nama dan
nilai yang dipisahkan koma.

Sementara lapisan informasi dalam konteks bisnis yang dikembangkan berfokus


pada estimasi SOC dan SOH setiap baterai berdasarkan pengukuran tegangan,
arus, dan temperatur.

12
Jaringan Internet

Market
/ Sistem Awan

Perusa
eng-cloud.com

haan
Core Network
Equipment

JSON_2
NB-IoT
Base Station

Operasi
Raspberry Pi
+ NB-IoT Module
Display

Switch Switch
Modul Lokal
Arduino SiElis

Stasiun
+ Eth. Shield

Web Box
LCD Display
Comm. Interface
Pengukuran V,I,T Setiap Baterai
1-Wire

Lapang
IED Hybrid IED PV Smart Meter
Sensor 1-Wire Inverter Grid Inverter Beban Listrik

LV L LV LV
HV MV
V
AC AC
DC AC
Beban Listrik
G AC AC AC AC AC AC DC
Hybrid Lab ME (Elektronik,AC,Lampu)

Proses
Pembangkit Sistem Baterai Inverter PV Grid AC
PLN AC Inverter PV
Beban Listrik AC Gudang TF
Trans
Pembang
kit misi
Distribusi DER Pelanggan

Gambar 3. 5 Fokus Lapisan Informasi


Tujuan akhir dari pengembangan adalah penerapan NB-IoT pada sistem eksisting
untuk pemantauan data SOC dan SOH melalui cloud.

3.3 Perangkat Pengembangan


Pengembangan akan dilakukan dengan sensor dan modul lokal eksisting berupa
Arduino/ESP32 dengan ethernet shield yang terhubung ke sensor menggunakan
bus one-wire. Data dari modul lokal akan diteruskan ke modul pusat berupa
Raspberry Pi dengan modul NB-IoT yaitu SIM7000C dengan frekuensi 900MHz
yang khusus untuk digunakan di Indonesia.

Gambar 3. 6 Skema Pengembangan

13
BAB IV
IMPLEMENTASI SISTEM
4. IMPLEMENTASI SISTEM
4.1 Spesifikasi Perangkat
Perangkat yang digunakan dalam tugas ini terdiri atas sensor, modul lokal, modul
pusat yang akan terhubung ke cloud Laboratorium Manajemen Energi.

4.1.1 Sensor
Sensor yang digunakan terdiri atas papan sel yang digunakan untuk sensor
tegangan dan temperatur, sensor arus dan ADC, serta real time clock (RTC) yang
digunakan sebagai penanda waktu.
1. Papan Sel

Papan sel digunakan untuk melakukan pengukuran tegangan dan temperatur setiap
pack baterai yang digunakan. Sensor yang digunakan adalah DS2438 Smart
Battery Monitoring. Sensor ini merupakan sensor tegangan, temperatur sekaligus
arus dengan komunikasi data menggunakan protokol one-wire. Namun sensor
arus tidak digunakan karena spesifikasi maksimum arus yang digunakan tidak
memenuhi spesifikasi arus baterai. Berikut spesifikasi sensor secara detail.
Tabel 4.1 Tabel Spesifikasi DS2438
Item Spesifikasi
Rentang tegangan -0,3 V s.d. 12 V
Temperatur operasi −40° C s . d . 85 °C
Rentang arus 250 mV
Sensor DS2438 dirangkaikan dengan pull-up resistor dan konektor 4 pin.
Kemudian papan sel antar pack baterai dihubungkan dengan header seperti pada
gambar berikut.

Gambar 4.1 Papan Sel

2. Sensor Arus

14
Sensor arus yang digunakan pada tugas ini adalah ACS712-20A yang memiliki
spesifikasi rentang pengukuran -20A s.d. 20A (bidirectional) dengan sensitivitas
sebesar 96 s.d. 104 mV/A. Sensor ini akan terhubung dengan ADS-1115 sebuah
konverter analog ke digital 16 bit dengan komunikasi I2C terhadap modul lokal.

Gambar 4.2 Sensor Arus ACS712-20A


3. Real Time Clock (RTC)

RTC berguna sebagai penanda waktu masuknya data dari sensor. Modul RTC yang
digunakan pada tugas ini adala DS3231 yang dapat berkomunikasi dengan modul
lokal menggunakan protokol I2C.

Gambar 4.3 RTC DS3231


4. Modul Lokal

Modul lokal yang digunakan pada tugas ini adalah ESP32 DoiT Devkit1 dengan 2
core processor dan spesifikasi sebagai berikut.
5. Modul Pusat

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaoui, H., & Ibe-Ekeocha, C. C. (2017). State of Charge and State of Health
Estimation for Lithium Batteries using Recurrent Neural Networks. IEEE
Transactions on Vehicular Technology, 8773-8783.
Cutright, A. E., & Apt, J. (2008). The Character of Power Output from Utility-
Scale Photovoltaic Systems. Progress in Photovoltaics: Research and
Applications, 241-247.
Friansa, K., Haq, I. N., Santi, B. M., Kurniad, D., Leksono, E., & Yuliarto, B.
(2016). Development of Battery Monitoring System in Smart Microgrid
Based on Internet of Things (IoT). Engineering Physics International
Conference (pp. 482-487). Science Direct.
Haq, I. N. (2019). Pengembangan Model Arsitektur Sistem Manajemen Baterai
Cerdas untuk Pemantauan dan Peningkatan Kondisi Operasi Penyimpan
Energi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Ng, K. S., Moo, C.-S., Chen, Y.-P., & Hsieh, Y.-C. (2009). Enhanced Coulomb
Counting Method for Estimating State-of-Charge and State-of-Health of
Lithium-Ion Batteries. Applied Energy, 1506-1511.
Nuereiter, C., Uslar, M., Engel, D., & Lastro, G. (2016). A Standards-Based
Approach for Domain Specific Modelling of Smart Grid System
Architectures. 11th Systems of Systems Engineering Conference (pp. 1-6).
Kongsberg: IEEE.
Patel, K. K., & Patel, S. M. (2016). Internet of Things-IOT: Definition,
Characteristics, Architecture, Enabling Technologies, Application &
Future Challenges. International Journal of Engineering Science and
Computing, 6122-6131.
Rahimi-Eichi, H., Ojha, U., Baronti, F., & Chow, M.-Y. (2013). Battery
Management System. IEEE Industrial Electronics Magazine, 4-16.
1.1

16
17
LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apakah simcard yang digunakan?


Sim card yang digunakan adalah sim card khusus IoT yaitu Telkomsel IoT
2. Berapa jarak jangkauan maksimal NB-IoT?
Jangkauan maksimal hingga 11 km.
3. Kapan digunakan one-wire pada sistem?
One-wire bus baik digunakan apabila terdapat banyak sensor yang akan dibaca
oleh sebuah master.
4. Terdapat pada layer berapakah one-wire pada OSI layer?
One-wire merupakan transport layer pada OSI layer
5. Darimanakah data dari freeboard dashboard diperoleh?
Data pada dashboard freeboard dapat diperoleh dari MQTT server maupun cloud
server lainnya.
6. Bagaimanakah interface pada freeboard?
Freeboard dapat menampilkan data-data dalam bentuk grafik dan teks.
7. Bagaimanakah komunikasi modul NB-IoT dengan Raspberry Pi?
Raspberry Pi berkomunikasi dengan NB-IoT melalui serial menggunakan AT
Command.
8. Manakah yang lebih baik, NB-IoT menggunakan frekuensi GSM atau LTE?
Lebih baik pada band-width kosong frekuensi LTE karena tidak terinterferensi
frekuensi lain. Tetapi di Indonesia hanya terdapat NB-IoT pada frekuensi
GSM.
9. Apakah kelebihan NB-IoT dibandingkan dengan IoT yang lain?
Bandwidth yang digunakan lebih kecil serta daya yang diperlukan untuk transmisi
data lebih kecil
10. Bagaimanakah cara kerja freeboard IoT platform?
Freeboard menampilkan data-data menjadi bentuk antarmuka berupa grafik dan
teks. Data-data diperoleh dari suatu cloud server.

18

Anda mungkin juga menyukai