Anda di halaman 1dari 6

KONTROL DIRI, BERPRASANGKA

BAIK DAN PERSAUDARAAN,


H. Agus Rukmana,S.Ag

SMA NEGERI TANJUNGKERTA


KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT
KOMPETENSI DASAR:
1.1   Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik
(husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) adalah perintah agama
2.1  Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuz-zan), dan persaudaraan
(ukhuwah) sebagai implementasi perintah Q.S. al- Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis terkait
3.1  Menganalisis Q.S. al-Hujurat/ 49: 10 dan 12; serta hadis tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
4.1.1Membaca Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf
4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12 dengan fasih dan lancar
4.1.3 Menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12, serta
hadis terkait

Artinya:Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-Hujurat
ayat 10)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (Q.S. al-Hujurat ayat 12)

1 - TAJWID Q.S. AL HUJURAT 10


2 - HADIS TENTANG HUSNUZZON
MOHON DIHAPALKAN

3 - HADIS TENTANG PERSAUDARAAN, MOHON DIHAFALKAN


Pengertian Kontrol Diri (Self Control)
Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk
perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang
dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses proses dalam kehidupan, termasuk dalam
mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan sekitarnya.
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah
menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri
dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur
Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa.
Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut
berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan
pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia
nikah, yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat
memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka
hendaklah dia puasa, karena (puasa) itu menahan nafsu baginya.”
(H.R. Bukhari) Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh
setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh
Allah Swt. Dapatkah kamu memberikan contoh perilaku yang
menunjukkan sikap pengendalian diri? Diskusikan dengan teman-
temanmu.

Contoh Sikap dan perilaku Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)


1. Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang tidak suka terhadap
kamu.
2. Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada kita.
3. Ikhlas terhadap segala bentuk cobaan dan musibah yang menimpa, dengan terus berupaya
memperbaiki diri dan lingkungan.
4. Menjauhi sifat dengki atau iri hati kepada orang lain dengan tidak membalas kedengkian mereka
kepada kita.
5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, seta tidak merusak nikmat
tersebut. Seperti menjaga lingkungan agar selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya,
berolahraga, mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya. 
HUSNUZZON (BERPRASANGKA BAIK)

Prasangka Baik (Husnużżan) berasal dari kata Arab, yaitu ĥusnu yang artinya baik, dan żan yang artinya
prasangka. Jadi, prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah
ĥusnużżan. Istilah ĥusnużżan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat
oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’użżan), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-
hal buruk tanpa adanya bukti yang benar.
Dalam ilmu akhlak, ĥusnużżan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu
1. ĥusnużżan kepada Allah Swt.
2. ĥusnużżan kepada diri sendiri, dan
3. ĥusnużżan kepada orang lain.
Prasangka baik adalah sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Sebaliknya,
prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan dihindari. Mengapa demikian? Dapatkah kamu
menjelaskan dan mengemukakan dampak positif dari perilaku ĥusnużżan, serta dampak negatif dari perilaku
su’użżan? 

Contoh Sikap/Perilaku Husnuzzon


1. Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang lain dalam bentuk ucapan
atau pemberian hadiah.
2. Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun pendapat tersebut berlawanan
dengan keinginan kita.
3. Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang datang ke rumah kita.
4. Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik di lingkungan rumah, sekolah, ataupun masyarakat.
5. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh tanggung jawab.
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas
hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud
dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat
oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi
kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua
persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw.,
yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anșar,
serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang
tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka

Contoh Sikap/Perilaku Persaudaraan (Ukhuwwah)


1. Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau terkena musibah.
2. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan kembali bersatu.
3. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya, dan agama yang
dianutnya.
4. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang dapat merugikan orang
lain.
5. Menghargai perbedaan suku, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain. 

Anda mungkin juga menyukai