Anda di halaman 1dari 20

KOMPONEN,JENIS KURIKULUM DAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Telaah kurikulum Bahasa Arab Mts

Dosen Pengampu : Musta’anatusaniyah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

EKO DIAN KISWOYO (1903026109)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KOMPONEN,JENIS KURIKULUM DAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM” dengan baik dan lancar.

Dan kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para
pembaca. Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami mohon maaf apabila dalam penulisan
terdapat kesalahan atau kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Demak, 15 September 2023

Hormat Kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................…….1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. .2

A. Komponen Kurikulum.............................................................................. ..2


B. Jenis Kurikulum................................................................................ 4
C. Sebab pengembangan kurikulum……………………………………………….5
D. Prinsip pengembangan kurikulum……………………………………………………6
E. Pengembangan Perencanaan (silabus dan RPP) dalam pembelajaran
Bahasa arab ……………………………………………………...7
BAB III PENUTUP ......................................................................................................12

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran…….……………………………………………………………………..……………………12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................13

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran dalam institusi pendidikan yang harus


ditempuh peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Dalam teks maupun prakteknya,
kurikulum hendaknya senantiasa relevan dengan perkembangan zaman. Agar senantiasa
relevan, kurikulum tentunya perlu dikembangkan dari waktu ke waktu agar isinya selalu
berkembang sesuai tuntutan dan harapan berbagai pihak terkait.

Komponen kurikulum merupakan suatu unsur yang perlu kita pahami agar dalam
pelaksanaannya kita dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Sedangkan,
desain kurikulum merupakan suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari
perencanaan, yang dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi. Suatu program
kurikulum apabila dilaksanakan tetapi kita tidak memahami konsepnya maka semua dapat
diakatakan sia-sia, jadi untuk memahami komponen dan desain kurikulum itu sendiri dapat
diakatakan penting bagi kita untuk memahami dan mempelajarinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen komponen Kurikulum?
2. Apa saja jenis jenis kurikulum?
3. Apa saja sebab pengembangan kurikulum?
4. Apa saja prinsip prinsip kurikulum?
5. Bagaimana pengembangan perencaan dalam pembelajaran BA?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui komponen komponen Kurikulum

2. Mengetahui jenis jenis kurikulum

3. Memahami sebab pengembangan kurikulum

4. Mengetahui prinsip prinsip kurikulum

5. Mengetahui pengembangan perencaan dalam pembelajaran BA

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen Kurikulum

1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan, merumuskan
tujuan kurikulum sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model
kurikulum yang dianut masyarakat. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan
dengan misi dan visi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, mulai dari tujuan yang sangat umum sampai
tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetensi.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :

a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)


Tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan
pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan
harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal. Intinya TPN
merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggara pendidikan.
b. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan ini harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan institusional
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti misalnya standar kompetensi
pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan
kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah
mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan
kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan, dengan demikian setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional.
d. Tujuan Pembelajaran atau Tujuan Intruksional

2
Tujuan pembelajaran atau yang disebut juga dengan tujuan intruksional, merupakan
tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau
keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu.

2. Komponen Isi/Materi Pembelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan
dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Fuaduddin mengemukakan
beberapa kriteria yang digunakan untuk menyusun materi kurikulum, sebagai berikut:

a. Continuitas (kesinambungan)
b. Sequences (urutan)
c. Intergration (keterpaduan)
d. Flexibility (keluesan atau kelenturan)
Yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Disusun dan disusun sedemikian rupa sesuai dengan Scope dan Scuece-nya. Isi atau materi
tersebut biasanya berupa materi mata pelajaran, seperti pendidikan agama Islam, yang
meliputi hadits, fiqh, tarikh, bahasa arab dan lain sebagainya. Dalam menentukan materi
pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat
klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran
menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk :
1) Teori, seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan,
yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-
hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
2) Konsep, suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3) Generalisasi, kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis,
pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

3
4) Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan
antara beberapa konsep.
5) Prosedur, yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
6) Fakta, sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu
uraian atau pendapat.
9) Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis
besarnya.
10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih
memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu,
materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran
dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari
masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam.
Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari
disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja
untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang
lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan
obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi
pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,.
Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang
beranjak hanya dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan
secara eklektik dan fleksibel..
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran,
sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
4
1) Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi
yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke
depan.
2) Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan
sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3) Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non
akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan
manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5) Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta
didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
Komponen Isi dan struktur Progam atau materi merupakan bahan yang diprogamkan
guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Uraian bahan pelajaran inilah yang
dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap belajar mengajar dikelas oleh pihak guru.
Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan didasarkan pada tujuan instruksional. Isi
atau materi tersebut berupa materi-materi bidang studi, seperti matematika, Bahasa Indonesia,
IPA, IPS, dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun
jalur pendidikan yang ada. Bidang-bidang tersebut biasanya telah dicantumkan dalam struktur
program kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum
itu dapat dikelompokan menjadi :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral
c. Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.
Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.
b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.
5
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang,
alat-alat, dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut,
untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan dirancang
dalam suatu rencana mengajar.

3. Komponen Strategi pembelajaran


Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang
melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan
materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi
pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
adalah penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh
kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka
strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan
tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif
menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar.
Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari
kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu
proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan
materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan
bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan
belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan
rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika
kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang
digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual,
langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran
moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagai
fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator,
guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan
6
perbuatan belajar. Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan
berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan
pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi
pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam
pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta
didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta
didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau
media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai
director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya
tersendiri.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul
konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru
seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan
berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya
secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.

4. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses
tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen
utuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau untuk
evaluasi yang digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Fungsi evaluasi ada dua, yaitu fungsi sumatif dan fungsi formatif.
Evaluasi dikelompokkan kedalam dua jenis :
a. Tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.
b. Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motifasi.

7
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas,
evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi
tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelayakan
program.
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi
kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah
evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau
komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen
kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar
siswa.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi
fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas
dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda
dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan,
instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori,
interview, catatan anekdot dan sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan
pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu
sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para
pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya. Aspek-aspek yang harus dievaluasi, menurut Arich Lewy sesuai
dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Penentuan tujuan utama
b. Perencanaan
c. Uji-coba dan revisi
d. Uji lapangan
8
e. Pelaksanaan kerikulum
f. Pengawasan mutu.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan
pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu
sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah
dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan
peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara
penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam
konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan
strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan
evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,
keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi
dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan
yang diperlukan. Jenis-jenis penilaian meliputi :
a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program).

B. Jenis Jenis Kurikulum


Bahwasanya ada 3 macam jenis-jenis kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1. Separate Subject Curriculum
Separate subject curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang terdiri atas mata
pelajaran yang terpisah-pisah. Istilah lain dari kurikulum ini ialah kurikulum mata pelajaran
terpisah atau tidak menyatu, dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada
peserta didik dalam bentuk subject atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang
lainnya. Penyusunannya didasarkan atas pengalaman dan kebudayaan umat manusia
sepanjang masa, lalu disederhanakan dan disusun secara logis, kemudian disesuaikan dengan
umur dan perkembangan anak didik. Pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman
itu dituangkan ke dalam kurikulum dari suatu lembaga pendidikan (Sekolah); dibagi-bagi
menurut keperluan setiap tingkatan kelas serta ditentukan scopenya masing-masing.
Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh anak didik dengan menggunakan jenis
kurikulum ini, hanya berupa pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau saja. Jadi
9
sifatnya hanya memopakkan pengetahuan-pengetahuan agar menghafal dan mengingatnya.
Tidak ada unsur membimbing anak didik agar suka menyelidiki atau mengembangkan
pengetahuan yang diperoleh untuk kemajuan.
Kurikulum yang bersifat subject matter cenderung mengadakan uniformitas dengan
melaksanakan rencana pelajaran terurai yang menentukan bahan pelajaran setiap minggunya,
bahkan setiap jam pelajaran. Selain itu dalam penyajian bahan pelajaran cenderung
menyamaratakan kemampuan semua murid.
2. Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan)
Correlated curriculum adalah jenis kurikulum di mana beberapa mata pelajaran yang
ada hubungannya disatukan menjadi satu mata pelajaran atau bidang studi tersendiri. Mata
pelajaran baru disebut “Broad Field”. Pada mulanya penggunaan kurikulum ini hanya sekedar
menyinggung bahan mata pelajaran jarang ada kaitannya, kemudian berkembang menjadi
“Fution” atau “Broad Field” dalam arti korelasi dari mata pelajar yang lebih luas.
Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa
sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi mata
pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri-
sendiri.
3. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Kurikulum integrasi merupakan jenis organisasi kurikulum yang dipadukan yakni
beberapa mata pelajaran disatukan atau dipadukan dalam arti mengahapuskan segala
pemisahan dari bermacam-macam mata pelajaran yang lepas-lepas. Dengan kata lain
penyajian bahan pelajarannya dalam bentuk keseluruhan. Pada jenis kurikulum ini
diutamakan pencapaian tujuan, yaitu membentuk manusia dalam kepribadian yang bulat
(integrated)dan harmonis.
Pengorganisasian bahan pada jenis kurikulum ini didasarkan atas 3 unsur atau segi,
yaitu:
a. Unsur aktifitas anak atau child centered curriculum
b. Unsur sosial
c. Unsur minat dan kebutuhan anak
Ketiga unsur tersebut digunakan sebagai dasar perumusan dan penyusunan kurikulum
integrasi. Pada prinsipnya kegiatan atau bahan pengajaran yang dituangkan dalam kurikulum
integrasi adalah kegiatan-kegiatan yang berkembang dalam masyarakat, yang sesuai dengan
kehidupan anak didik. Sehingga apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan

10
luar sekolah. Dengan sendirinya pelajaran yang diberikan itu dapat membantu anak dalam
menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya.
Dalam perumusan serta penyusunan bahan pengajaran yang hendak dituangkan dalam
kurikulum integrasi hendaknya menggambarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya hubungan erat antara pelajaran disekolah dengan masalah-masalah kehidupan dalam
masyarakatnya.
b. Tujuan yang akan dicapai, kebutuhan dan minat anak didik harus tercermin atau digariskan di
dalam kurikulum integrasi itu.
c. Setelah itu, maka murid sanggup menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.
d. Program kegiatan yang dirumuskan hendaknya dapat mengembangkan seluruh pribadi anak
didik baik jasmani, emosi, sosial dan intelektual
e. Hendaknya dapat bertanggung jawab dan bersifat sosial

C. Sebab Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu
alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak
berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
Pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan lagi, karena setiap
lembaga pendidikan mengingin organisasinya mempunyai perkembangan yang pesat,
sehingga dapat menarik para kalangan pendidik, semakin banyak peminat, juga semakin
pesat pula input yang dihasilkan oleh lembaga. Pesatnya pendidik pada lembaga Pendidikan
diukur dari seberapakah para kepala sekolah dan guru dapat memenej di sekolah. Salah satu
hal terpenting yang harus dimenej secara efektif dan efisien adalah masalah kurikulum. Ada
beberapa alasan mengapa kurikulum perlu dikembangkan sebaik mungkin, diantaranya;

a. Konsevatif Kurikulum
Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan sosial, tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja,
maka sudah jelas kurikulum akan mengalami problem, yaitu akan terjadi pengangguran pada
lulusan sekolah.Dengan melihat data tersdebut kurikulum perlu dirubah, dikembangkan dan
diperbaruhi kurikulum yang telah usang korbannya bukan hanya terletak pada peserta didik
saja, tapi dampak negatifnya akan menimpa pada lembaga sekolah. Lembaga akan dijauhi
masyarakat,sekolah akan ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga akan sulit
akan membangun tujuan nasional yang telah direncanakan pada sebelumnya. Kurikulum
11
pendidikan harus bersifat dinamis, senantiasa berubah menyesuaikan dengan keadaan
suapaya dapat memantapkan belajar dan hasil belajar. Secara garis besar perubahan
kurikulum dilatar belakangi oleh beberapa hal. Akan tetapi kata-kata perubahan bukan
menghapus kurikulum sebelumnya secara sepenuhnya akan tetapi menyempurnakan dan
mengembangkan , diantaranya adalah:
1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Dengan
demikian perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian.
2. Industri dan produksi
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan
4. Pandangan kalangan intelektual yang berubah
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar
6. Eksploitasi ilmu pengetahuan
7. Perubahan dalam masyarakat

b. Sentralisasi dan desentralisasi kurikulum


Sentralisasi merupakan problem kurikulum yang paling utama, yang memunculkan
pengembangan kurikulum tingkat otonomi daerah, sebagaimana yang dikemukakan oleh
menteri pendidikan fuad Hasan, bahwa tidak mungkin diterapkannyua kurikukulum yang
baku (sentralisasi) di seluruh indonesia. karena setiap daerah mempunyai kadar potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, diharapkan dengan potensi
tersebut setiap daerah dapat mengembangkan dan mengelola sesuai dengan potensinya
masing-masing. Dimana potensi-potensi tersebut dapat diintegrasikan dalam kurikulum
muatan local. Diberikannya kesempatan untuk mengembangkan dan mengelola potensi
daerah masing- masing, dengan harapan dapat membangun wilyahnya sendiri sehingga
lulusan dari sekolah nantinya tidak meninggalkan lingkungannya sendiri. Kalau setiap
sekolah tidak diberikan kesempatan demikian, di khawatir kan para kalangan pendidikan
akan terasingkan oleh lingkungan, dan daerahnya akan kosong karena tidak adanya potensi
yang dapat dikembangkan. Dalam mengangapi Fuad Hasan winarno surachtmad ( Mantan
IKIP jakarta) mengemukakan,bahwa sebenarnya indonesia tidak pernah menerapkan
kurikulum fleksibel. Kurikulum yang diberlakukan di sekolah hanya satu dan pusat, sehingga
faktor daerah seringkali kurang diperhatikan. Didalam pengelolaan, seharusnya dihindari
sentralisasi kurikulum, dan digunakan sebanyak mungkin desentralisasi kurikulum. Untuk
menuju kurikulum yang berbasis desentralisasi tersebut diperlukan pengembangan
kurikulum.
12
c. Tingkat kematangan siswa
Tingkat kematangan siswa juga menjadi alasan pengembangan kurikulum, karena
setiap peserta didik mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Jika kurikulum pendidikan
tidak berusaha disesuaikan dengan tingkatan peserta didik maka tujuan pembelajaran akan
sulit tercapai. Untuk itu para pakar pengembang kurikulum membuat suatu pemikiran agar
anak dapat belajar dengan baik, memperoleh ilmu pengetahuan, merubah sikap, dan
memperoleh pengalaman, dengan cara mengembangkan kurikulum yang berdasarkan azas
psikologi peserta didik.
D. Prinsip prinsip pengembangan Kurikulum
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, Drs. Hendyat Soetopo dan Drs. Wasty
Soemanto mengemukakan adanya prinsip-prinsip dasar yang utama yang harus diperhatikan,
yaitu meliputi;

1. Relevansi
Relevansi pendidikan meliputi tiga hal yaitu relevansi dengan lingkungan hidup murid,
relevansi dengan perkembangan kehiudpan sekarang dan yang akan datang, serta relevansi
dengan tuntutan dunia kerja.

2. Efektifitas
Kegiatan efektifitas terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.

3. Efisiensi
Prinsip efisiensi perlu diperhatikan utamanya terkait dengan efisiensi waktu, tenaga, peralatan
yang akan menghasilkan efisiensi biaya.

4. Kesinambungan dan fleksibilitas


Kesinambungan terkait dengan dua hal yaitu adanya kesinambungan antara berbagai tingkat
sekolah dan kesinambungan antara berbagai bidang studi. Sedangkan fleksibilitas terkait
dengan pemilihan program pendidikan, dan dalam pengembangan program pendidikan.

E. Pengembangan perencanaan(silabus dan RPP) dalam pembelajaran BA

Silabus secara bahasa diartikan sebagai “garis - garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-
pokok isi materi pelajaran (salim, 1087 : 98). Dalam hal ini sialbus merupakan rancangan
pembelajaran tertentu pada jenjang Pendidikan dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,
13
pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan ciri daerah setempat.Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)mendefinisikan
sialbus sebagai “ rencana pemvbelajaran dan atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi (SK), Kompetensi inti ( KI ), kompetensi dasar (KD), materi pokok atau
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi
pokok/pembelajran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilain “
(Sunendar & Iskandarwassid, 2008).
Ada beberapa tahap dalam pengembangan silabus, yaitu: pertama, Perencanaan.
Maksudnya penyusunan silabus terlebih dahulu mengumpulkan berbagai macam informasi
atau sumber referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Kedua, pelaksana, dalam
menyusun silabus juga diperlukan untuk memahami semua perangkat yang berhubungan
dengan penyusunan silabus, agar supaya dalam pelaksanaan penusunannya juga bisa
terlaksana secara sistematis. Ketiga, perbaikan, dalam merancang atau menyusun silabus
perlu dikaji kembali sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Keempat,
pemantapan, dan kelima, evaluasi silabus.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana
pembelajaran paling luas mencakup 1 ( satu ) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 ( satu )
atau beberapa indikator untuk 1 ( satu ) kali peretemuan atau lebih. Khusus untuk RPP
Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap mata pelajaran. Maksudnya, dalam
menyusun RPP tematik, guru harus mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang
terdapat dalam setiap mata pelajaran yang dianggap relevan.
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu: a)
Mencantumkan identitas, nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu.b) Mencantumkan Tujuan Pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan penguasaan kompetensi yang ditargetkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. c) Materi pembelajaran atau materi ajar adalah pengetahauan,
sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan. Mencantumkan Materi Pembelajaran, yang dikembangkan
dengan mengacu pada materi pokok yang sudah ada dalam silabus yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, d) mencantumkan metode pembelajaran, e) mencantumkan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, f) mencantumkan sumber belajar yang digunakan,

14
dan g) mencantumkan evaluasi (Hermawan, 2014). Adapun materi pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: Materi pembelajaran utama, yaitu materi
pembelajaran pokok yang menjadi rujukan wajib dalam suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran. Materi pembelajaran penunjang, yaitu materi sekunder atau tersier yang
keberadaanya sebagai pelengkap, seperti buku bacaan,majalah, komik dan lain sebagainya.
Materi pembelajaran yang bersifat deskriptif yang berisi fakta-fakta dan prinsi-prinsip. Materi
pembelajaran yang bersifat normative yang bertalian derngan norma-norma, peraturan, moral
dan estetika.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari
suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum.Karena kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu
organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki
susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Komponen-komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Jenis jenis kurikulum ada 3,yaitu Separate Subject Curriculum, Correlated Curriculum
(Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan), Intergrated Curriculum
(Kurikulum yang di Padukan).Pengembangan kurikulum disebabkan karena beberapa
hal,diantaranya sebagaimana yang telah dijelaskan diatas tadi seperti Konsevatif Kurikulum,
Sentralisasi dan desentralisasi kurikulum, Tingkat kematangan siswa.
Kegiatan dalam sebuah pendidikan, tidak lepas dari sebuah perencanaan pembelajaran
dalam meningkatkan pendidikan yang baik, relevan dan fleksibel. Perencanaan pembelajaran
menjadi unsur utama dalam pembelajaran dan salah satu alat yang paling penting bagi
seorang pendidik. Sehingga kita mengenal yang namanya silabus dan RPP. Maka dengan
adanya silabus dan RPP diharapkan struktur pembelajaran lebih sistematis dan
berkesinambungan, serta hasil didikan juga akan lebih memuaskan karena telah disusun rapi
dan terencana sebaik mungkin.

B. Saran

15
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman
mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang Telaah kurikulum, lebih-lebih studi
Pendidikan Bahasa Arab untuk bekal menjadi seorang pendidik kelak.
Makalah isi juga baik untuk dijadikan literature bacaan, acuan penelitian, bahan kajian-
kajian kependidikan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad S. 2008. “Komponen - Komponen Kurikulum”. Online :
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/) Di
akses pada tanggal 12 April 2016

Anisatul M. 2016. “Makalah Komponen Kurikulum”. Online :


(http://www.perkuliahan.com/makalah-komponen-komponen-kurikulum/) Di akses pada
tanggal 12 April 2016

Anonim. “Komponen - Komponen Kurikulum”. Online : (http://sinautp.weebly.com/komponen-


pengembangan-kurikulum.html) Di akses pada tanggal 12 April 2016

Nurjanah S. 2014. “Makalah Komponen Kurikulum”. Online :


(http://siti-nurjanah-boyolali.blogspot.co.id/2014/12/makalah-komponen-komponen-dan-
desain.html) Di akses pada tanggal 12 April 2016

Rosdyanha A. 2015. “Makalah Komponen Kurikulum”. Online :


(http://Makalahbelajardanpembeljaran.Blogspot.Co.Id/2015/05/Makalah-Komponen-
Kurikulum.Html) Di akses pada tanggal 12 April 2016

16
Rudi S. 2013. “Makalah Komponen - Komponen Kurikulum”. Online :
(http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/12/makalah-komponen-komponen-
kurikulum.html) Di akses pada tanggal 12 April 2016

17

Anda mungkin juga menyukai