DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5:
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah ﷻ, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat
serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad ﷺyang telah membawa
umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
PAI dengan judul “Komponen-Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Dengan
terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atas dasar itu pula di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum.
Dan sekarang ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan kurikulum terbaru yaitu
“Kurikulum 2013” yang pada 15 Juli 2013 siap untuk diimplementasikan. Dikarenakan
kurikulum ini merupakan kurikulum yang masih awam pemberlakuannya, masih banyak dari
pelaksana pendidikan belum paham betul esensi dari kurikulum ini. Misalnya komponen–
komponen apa saja yang terdapat pada kurikulum yang harus dipahami agar penerapannya
sesuai dengan aturan.
Pengertian tentang kurikulum mempunyai dampak pada pengembangan dan juga terhadap
proses pendidikan sebagai implementasi kurikulum. Karena setiap istilah dalam kajian ilmiah
selalu didasari oleh konsep dan teori tertentu. Konsep dan teori inilah sebenarnya yang
membawa dampak terhadap perencanaan, pemngembangan maupun implementasi suatu
kurikulum. Kurikulum Indonesia mempunyai tujuan yang ideal, baik pendidikan nasional
ataupun pendidikan islam mempunyai tujuan yang sama, yaitu menciptakan insane yang
beriman dan bertakwa serta mempunyai pengetahuan intelektual dan keterampilan.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat beberapa
permasalahan pokok dalam penulisan makalah ini, yaitu:
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum secara umum dalam dunia pendidikan yang luas menurut
Syaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam unsur atau anatomi tubuh kurikulum yang
utama adalah terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut yaitu tujuan, isi atau materi,
proses atau sistem penyampaian dan media, dan evaluasi, yang mana keempatnya
berkaitan erat satu dengan lainnya. Sedangkan Hamid Syarief menguraikan kurikulum
secara struktural terbagi menjadi beberapa Komponen diantaranya adalah:
1) Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan erat dengan arah atau hasil yang diharapan secara mikro
maupun makro. Tujuan Pendidikan memiliki klasifikasi dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian
dinamakan dengan kompetensi. Pembahasan lebih lanjut tujuan pendidikan nasional
diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
3
demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan institusional.
d) Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP); tujuan intruksional
merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
harus dicapai oleh guru dan siswa dalam satu kali tatap muka atau satu kali
pertemuan. Dalam setiap sesi pertemuan merupakan salah satu upaya untuk
mencapai tujuan kurikuler. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pertemuan
harus memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2) Komponen Isi
Isi atau materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangaka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi
kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam
proses pembelajaran,
b. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan
b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentk oleh organissi dari kekhususan-kekhususan.
Suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan memenemukan
variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris.
c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep. Prinsip bisa disebut jga hukum atau generalisasi.
4
e. Prosedur, yaitu serangkain langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam materi
pelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang mempunyai
kedudukan penting
g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang diperkenal dalam
materi
h. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas,
sehingga suatu uraian atau pendapat menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh
pihak lain
i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal, suatu kata
dalam garis besarnya
j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi.
Preposis hampir sama dengan asumsi dan paradigma, tanpa pembuktian dan sudh
dianggap benar.
Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi isi atau materi disusun
dalam bentuk mata pelajaran dan atau bidang studi yang tertuang dalam struktur kurikulum
sesuai dengan tujuan institusional masing-masing. Dalam struktur tersebut diatur pula alokasi
waktu untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran pada setiap minggunya. Ada beberapa
jenis struktur kurukulum, yaitu:
5
tingkatannya. Bidang studi-bidang studi yang yang termasuk dalam kelompok-
kelompok pendidikan umum, misalnya pendidikan agama, PPKN, olah raga-kesehatan,
kesenian, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.
2. Pendidikan akademik (academic eduction) , yaitu program pendidikan yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta didik
memperoleh kualifikasi pengetahuan yang funsional menurut tuntutan disiplin ilmu
masing-masing. Bidang studi yang termasuk kelompok pendidikan akademik, antara
lain IPA, IPS, Matematika, dan bahasa inggris.
3. Pendidikan kecakapan hidp (life skill education) , program pendidikan yang bertujuan
untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal hidup peserta
didik di masyarakat. Sifat pendidikan ini tempoer, artinya sewaktu-wakt dapat diubah
sesuai dengan keperluan. Demikian juga sifatnya elektif, artinya setiap peserta dapat
memilih jalur keterampilan yang diinginkannya, seperti keterampilan dibidang jasa,
pertanian, perikanan, perbengkelan.
4. Pendidikan kejuruan (vocational education), yaitu program yang mempersiapkan
peserta didik untuk memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis
sekolah yang ditempuhnya. Pendidikan kejuruan ini lazimnya berada disekolah-sekolah
kejuruan, bukan pada sekolah umum (SMP dan SMA). Misalnya, untuk SMK ada
kelompok bidang studi ekonomi dan kelompok bidang-bidang studi teknik. Kadar
bobot setiap struktur kurikulum untuk setiap lembaga pendidikan tidak sama, baik
dalam hal jumlah jam pelajaran maupun dalam jumlah mata pelajaran atau bidang
studinya.
6
Di samping strategi, ada juga metode mengajar. Metode adalah cara yang digunakan guru
untuk menyampaikan isi kurikulum atau materi pelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum.
Sekalipun yang menggunakan metode mengajar itu adalah guru, tetapi tetap harus
berorientasi dan menekankan pada aktivitas belajar peserta didik secara optimal. Untuk
memilih metode mana yang akan digunakan, guru dapat melihat dari beberapa pendekatan,
yaitu pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada peserta
didik, dan pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Meskipun demikian,
tidak ada satu metode pun yang dianggap paling ampuh. Oleh sebab itu, guru harus dapat
menggunakan multimetode secara bervariasi.
Di dalam kegiatan pembelajaran, guru harus dapat menggunakan multimedia, baik media
visual, media audio, maupun media audio-visual. Media visual adalah media yang hanya
dapat dilihat. Media ini ada yang dapat diproyeksikan ada juga yang tidak dapat
diproyeksikan. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar), seperti program kaset suara dan program radio. Media audio-visual
adalah media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti program video, televisi, dan
program slide suara (sound slide).
Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam
sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan Sumber belajar terbatas pada informasi
yang diberikan oleh guru, dan beberapa di antaranya ditambah dengan buku sumber. Bentuk
Sumber belajar yang lain cenderung kurang mendapat perhatian. sehingga aktivitas belajar
peserta didik kurang berkembang. Berdasarkan pendekatan teknologi pendidikan, sumber
belajar dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat,
dan perlengkapan, serta aktivitas.
Pandangan tentang belajar akan mendasari kurikulum yang akan dilaksanakan. Kurikulum
pada hakikatnya merupakan suatu program belajar, artinya berdasarkan kurikulum maka
disusunlah suatu program belajar. Jadi kurikulum adalah suatu program belajar yang dengan
sengaja dan berencana untuk mencapai tujuan tertentu.
Dewasa ini kebanyakan kurikulum didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Artinya
proses belajar itu, siswa dituntut belajar secara aktif, melakukan kegiatan, merasakan adanya
masalah dan dia berusaha menemukan sendiri pemecahannya. Kendatipun siswa dituntut
belajar secara aktif, namun guru pun harus aktif dalam merencanakan, merancang pikiran
siswa, membimbing, menilai dan sebagainya. Jadi, tidak berarti siswa yang aktif sedangkan
guru diam secara pasif. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan pandangan tentang
belajar secara aktif, atau guru saja yang aktif sedangkan murid pasif.
Dalam hubungan itu ada beberapa prinsip belajar yang dapat kita jadikan pegangan, yakni:
7
d) Belajar memerlukan pemahaman.
j) Hasil belajar adalah dalam bentuk perubahan perilaku siswa secara menyeluruh.
Prinsip-prinsip belajar tersebut umumnya telah menjadi kesimpulan semua ahli psikologi
belajar. Karena itu prinsip-prinsip ini perlu dipertimbangkan dalam perencanan kurikulum;
4) Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum untuk melihat efektifitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi juga digunakan sebagai umpan
balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari proses pengembangan kurikulum (Saridudin, 2020).
8
estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”.
Dalam arti yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memperbaiki substansi
kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan
prilaku peserta didik (Hamalik, 2008: 191).
Luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan
diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Dalam bukunya, Hamalik (2008: 191)
menambahkan bahwa evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi, dan pertimbangan
(judgement) untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini
kurikulum.
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tak pernah berakhir (Oliva, 1988).
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat
tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
kurikulum. Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.
Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa evaluasi kurikulum
harus mencakup:
1) Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang
mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
2) Bersifat obyektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber
dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrumen yang andal.
3) Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam
ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian
dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
9
4) Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan
suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihakpihak
yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orang
tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggung jawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan.
5) Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang
menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih
tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan.
6) Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar
sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan
kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui
pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa
keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik
peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan
kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program
yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model
ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program
10
pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai
berikut:
1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan,
seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin
dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi
dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti :
dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar,
sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi: pelaksanaan
proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar,
penglolaan program, dan lain-lain.
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup: jangka
pendek dan jangka lebih panjang.
B. Model Pembelajaran
Dalam kurikulum, sering kali digunakan model dengan menggunakan grafik untuk
menggambarkan elemen-elemen kurikulum, hubungan antar elemen, serta proses
pengembangan dan implementasi kurikulum. Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum
berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangkan
dengan perkembangan pendidikan. Manusia, di sisi lain, sering kali memiliki keterbatasan
dalam kemampuan menerima, menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya diperlukan
proses pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi serta memiliki tingkat relvansi
yang kuat. Dengan demikian, dalam merealisasikannya, diperlukan suatu model
pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai
1. Ralph Tayler
Ralph Tayler pada tahun 1950 menciptakan suatu mata pelajaran baru dengan judul
prinsip prinsip kurikulum pengajaran. Kemudian beliau mengidentifikasi 4 pertanyaan
fundamental yang memerlukan jawaban dan pengembanganuntuk setiap kurikulum dan
perencanaan pengajaran. Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah:
11
a) Tujuan tujuan pendidikan apakah yang harus dicapai oleh sekolah lembaga
pendidikan?
b) Pengalaman pendidikan apakah yang sangat perlu disediakan?
c) Bagaimanakah pengalaman pendidikan dapat diorganisasikan?
d) Bagaimana dapat diketahui dan ditentukan bahwa tujuan tujuan tersebut telah
dicapai?
2. Hilda Taba
Pada beberapa buku karya Hilda Taba, yang paling terkenal dan besar pengaruhnya
adalah Curriculum Development.Theory and Practice (1962). Dalam buku ini, Hilda Taba
mengungkapkan pendekatannya umtuk proses pengembangan kurikulum. Dalam
pekerjaannya itu, Taba memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representative terhadap
pengembangan kurikulum di berbagai sekolah.
12
Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk melakukannya.
Taba memiliki argument untuk sesuatu yang rasional, sebagai pendekatan berikutnya
dalam pengembangan kurikulum.Selanjutnya, agar lebih rasional dan ilmiah dan suatu
pendekatan, Taba mengklaim bahwa keputusan –keputusan pada elemen mendasar harus
dibuat berdasarkan yang valid.
3. Beauchamp
13
4. Rogers
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam
proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena
ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk mempercepat untuk
perubahan tersebut.9 Berdasarkan pandangan tentang manusia, maka Rogers mengemukakan
model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers diantaranya adalah:
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen-komponen kurikulum meliputi: tujuan kurikulum, komponen isi/materi,
komponen metode\strategi, dan komponen evaluasi. Tujuan kurikulum meliputi : tujuan
nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Komponen isi meliputi ilmu pengetahuan,
nilai, pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran
guna mencapai komponen tujuan. Komponen strategi pembelajaran merupakan pola dan
urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksaan
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hamalik, Oemar 2009. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Arifin, Zaenal. 2013. Komponen dan Organisasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Zaini, Muhamad. 2006. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: eLKAF
16