Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMPONEN-KOMPONEN DAN MODEL PENGEMBANGAN


KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU: SUARNI, S.Pd.I., M.Pd.I

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 5:

PENSIAH REGITHA CAHYANI 22222039

ELVINA MELIA 22222046

MAHMUD NUR RAHMAT 22222037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah ‫ﷻ‬, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat
serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa
umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama islam.

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
PAI dengan judul “Komponen-Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Dengan
terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah ‫ ﷻ‬karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.


2. Ibu Suarni, S.Pd.I.,M.Pd.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI.
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Baik secara langsung
atau tidak secara langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah penulisan ini . semoga maklah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin

Kendari, 18 oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
C. TUJUAN ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM ............................................................... 3
B. MODEL PEMBELAJARAN ....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menyukseskan Pendidikan banyak hal harus di perhatikan, di antaranya, kebijakan


pemerintah yang memihak kepada Masyarakat, anggaran dan Pendidikan direalisasikan, visi,
misi, tujuan Pendidikan harus jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana
yang memadai serta kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana
Pendidikan di semua satuan pendidikan.

Kurikulum merupakan jantungnya pendidikan karena kurikulum menentukan jenis dan


kualitas pendidikan. Oleh karena itu kurikulum harus disusun dan disempurnakan dengan
perkembangan zaman. Hal ini sejalan dengan Undang–undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menenkankan perlunya peningkatan standar nasional
pendidikan sebagai acuan kurikulum serta berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.

Atas dasar itu pula di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum.
Dan sekarang ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan kurikulum terbaru yaitu
“Kurikulum 2013” yang pada 15 Juli 2013 siap untuk diimplementasikan. Dikarenakan
kurikulum ini merupakan kurikulum yang masih awam pemberlakuannya, masih banyak dari
pelaksana pendidikan belum paham betul esensi dari kurikulum ini. Misalnya komponen–
komponen apa saja yang terdapat pada kurikulum yang harus dipahami agar penerapannya
sesuai dengan aturan.

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan


kegiatan pendidikan. Kurikulum untuk sebuah lembaga pendidikan tertentu pada umumnya
sudah ada, artinya telah di susun sebelumnya oleh para perencana kurikulum. Tugas tenaga
pendidik hanya sebagai melaksanakan, membina dan dalam batasan tertentu mengembangkan
kurikulum tersebut. Menurut A. Herrydkk. (2003 : 1.14) pengembangan kurikulum
merupakan tahap lanjutan dari pembinaan kurikulum, yaitu upaya meningkatkan dalam
bentuk nilai tambah dari apa yang telah dilaksanakan sesuai kurikulum potensial. Upaya ini
dapat dilaksanakan apabila telah ada langkah penilaian dalam tahapan sebelumnya terhadap
apa yang telah dilaksankan. dan pembinaan kurikulum yang dapat mungkin diatasi, serta
dicarikan upaya lain yang lebih baik sehingga di peroleh hasil yang optimal.

Pengertian tentang kurikulum mempunyai dampak pada pengembangan dan juga terhadap
proses pendidikan sebagai implementasi kurikulum. Karena setiap istilah dalam kajian ilmiah
selalu didasari oleh konsep dan teori tertentu. Konsep dan teori inilah sebenarnya yang
membawa dampak terhadap perencanaan, pemngembangan maupun implementasi suatu
kurikulum. Kurikulum Indonesia mempunyai tujuan yang ideal, baik pendidikan nasional
ataupun pendidikan islam mempunyai tujuan yang sama, yaitu menciptakan insane yang
beriman dan bertakwa serta mempunyai pengetahuan intelektual dan keterampilan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat beberapa
permasalahan pokok dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Apa saja komponen-komponen kurikulum?


2. Apa saja model pembelajaran kurikulum?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui komponen-komponen


kurikulum dan model pembelajaran kurikulum menurut Ralp Tyler, Hildan Taba,
Beauchamp, dan rogers.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Komponen-Komponen Kurikulum

Komponen kurikulum secara umum dalam dunia pendidikan yang luas menurut
Syaodih Sukmadinata teridentifikasi dalam unsur atau anatomi tubuh kurikulum yang
utama adalah terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut yaitu tujuan, isi atau materi,
proses atau sistem penyampaian dan media, dan evaluasi, yang mana keempatnya
berkaitan erat satu dengan lainnya. Sedangkan Hamid Syarief menguraikan kurikulum
secara struktural terbagi menjadi beberapa Komponen diantaranya adalah:

1) Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan erat dengan arah atau hasil yang diharapan secara mikro
maupun makro. Tujuan Pendidikan memiliki klasifikasi dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian
dinamakan dengan kompetensi. Pembahasan lebih lanjut tujuan pendidikan nasional
diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN); merupakan tujuan dan arah


pendidikan secara umum yang harus dijadikan patokan atau pedoman bagi setiap
lembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Maka untuk setiap madrasah di
seluruh Indonesia tidak boleh membuat rumusan tujuan sendiri yang keluar dari
koridor Tujuan pendidikan Nasional. Aturan main atau pedoman tujuan pendidikan
nasional tertuang dalam Undang-undang RI terbaru yang telah disahkan oleh anggota
DPR RI. Sebagaimana dalam UU RI no. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang
SISDIKNAS bahwa tujuan pendidikan nasional adalah:“Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warg Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
b) Tujuan Intstitusional (TI) atau lembaga; tujuan kelembagaan dirumuskan oleh
masing-masing lembaga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan lembaga
dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti bahwa tujuan Insitusional
tidak boleh keluar dari bingkai tujuan pendidkan Nasional yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang. Tujuan Isntitusional biasanya juga melihat dari jenjang
masing-masing lembaga atau sesuai dengan tingkat usia siswa, sehingga
setiap jenjang harus memiliki keterkaitan satu sama lain yang mana
jenjang yang paling dasar mendukung tujuan institusional secara umum jenjang
yang lebih tinggi.
c) Tujuan Kurikuler (TK); tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran merupakan bagian dari salah satu cakupan tujuan lembaga. Tujuan
kurikuler merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan tujuan institusional. Dengan

3
demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan institusional.
d) Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP); tujuan intruksional
merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
harus dicapai oleh guru dan siswa dalam satu kali tatap muka atau satu kali
pertemuan. Dalam setiap sesi pertemuan merupakan salah satu upaya untuk
mencapai tujuan kurikuler. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pertemuan
harus memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Berdasarkan pemaparan di atas tertuama berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang


Sisdiknas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam lembaga memiliki
kewenangan dan hak untuk mengembangkan, mengelaborasi, dan menyusun atau
memprogram komponen-komponen kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai yang
menjadi ciri khas bagi masing-masing sekolah.

2) Komponen Isi

Isi atau materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangaka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi
kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan


b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral, dan
c. Setetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek, yang ada nilai seni

Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan kurikulum


harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam
proses pembelajaran,
b. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembangan kurikulum hendaknya juga


memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu :

a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan
b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentk oleh organissi dari kekhususan-kekhususan.
Suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan memenemukan
variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris.
c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep. Prinsip bisa disebut jga hukum atau generalisasi.

4
e. Prosedur, yaitu serangkain langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam materi
pelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang mempunyai
kedudukan penting
g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang diperkenal dalam
materi
h. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas,
sehingga suatu uraian atau pendapat menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh
pihak lain
i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal, suatu kata
dalam garis besarnya
j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi.
Preposis hampir sama dengan asumsi dan paradigma, tanpa pembuktian dan sudh
dianggap benar.

Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :

a. Sesuai tujuan yang ingin dicapai


b. Sesuai dengan tingakt perkembangan peserta didik
c. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk
masa sekarang maupun yang akan datang
d. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Selanjutnya, dalam pengembangan kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu


diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk organisasi isi.
Ruang lingkup materi merupakan cakupan kedalaman dan keluasan dari keseluruhan materi,
kegiatan dan pengalaman yang akan disampaikan kepada peserta didik. Riang lingkup
menunjukkan apa yang dianggap paling penting untuk disampaikan kepada peserta didik.
Urutan, yaitu penyusunan materi pelajaran menurut aturan dan sistematika tertentu secara
berurutan, biasanya pengembangan kurikulum berpegang pada urutan dari yang termudah
dan tersulit, dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari keselurah sampai bagian-
bagian, dari dulu hingga sekarang (kronologis), dan dari kongkrit menuju abstrak.
Penempatan, yaitu penempatan isi atau materi seperti mata pelajaran, bidang studi,
berkolerasi atau terpadu. Setiap mata pelajaran dikembangkan menjadi beberapa pokok
bahsan dan subpokok bahasan.

Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi isi atau materi disusun
dalam bentuk mata pelajaran dan atau bidang studi yang tertuang dalam struktur kurikulum
sesuai dengan tujuan institusional masing-masing. Dalam struktur tersebut diatur pula alokasi
waktu untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran pada setiap minggunya. Ada beberapa
jenis struktur kurukulum, yaitu:

1. Pendidikan umum (general education) , yaitu program pendidikan yang bertujuan


membina mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini
adalah wajib diikutu oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan

5
tingkatannya. Bidang studi-bidang studi yang yang termasuk dalam kelompok-
kelompok pendidikan umum, misalnya pendidikan agama, PPKN, olah raga-kesehatan,
kesenian, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.
2. Pendidikan akademik (academic eduction) , yaitu program pendidikan yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta didik
memperoleh kualifikasi pengetahuan yang funsional menurut tuntutan disiplin ilmu
masing-masing. Bidang studi yang termasuk kelompok pendidikan akademik, antara
lain IPA, IPS, Matematika, dan bahasa inggris.
3. Pendidikan kecakapan hidp (life skill education) , program pendidikan yang bertujuan
untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal hidup peserta
didik di masyarakat. Sifat pendidikan ini tempoer, artinya sewaktu-wakt dapat diubah
sesuai dengan keperluan. Demikian juga sifatnya elektif, artinya setiap peserta dapat
memilih jalur keterampilan yang diinginkannya, seperti keterampilan dibidang jasa,
pertanian, perikanan, perbengkelan.
4. Pendidikan kejuruan (vocational education), yaitu program yang mempersiapkan
peserta didik untuk memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis
sekolah yang ditempuhnya. Pendidikan kejuruan ini lazimnya berada disekolah-sekolah
kejuruan, bukan pada sekolah umum (SMP dan SMA). Misalnya, untuk SMK ada
kelompok bidang studi ekonomi dan kelompok bidang-bidang studi teknik. Kadar
bobot setiap struktur kurikulum untuk setiap lembaga pendidikan tidak sama, baik
dalam hal jumlah jam pelajaran maupun dalam jumlah mata pelajaran atau bidang
studinya.

Selanjutnya M.D.Gall (1981) mengemukakan langkah-langkah pengembangan isi


kurikulum sebagai berikut : (a) identifikasi kebutuhan, (b) merumuskan isi kurikulum, (c)
menentukan anggaran biaya, (d) membentuk tim pengembang, (e) menyusun ruang lingkup
dan urutan bahan, (f) menganalisis bahan, (g) menilai bahan, (h) mengadopsi bahan, (i)
mendistribusikan, menggunakan, dan mengawasi penggunaan bahan.

3) Komponen metode atau strategi

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran. yaitu


upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka,
maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru
dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran metode mengajar, media
pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan , strategi pembelajaran harus
disasuaikan dengan tujuan kurikulum (SKI/ KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat
perkembangan peserta didik. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru
dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) strategi ekspositori klasikal, yaitu guru
lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih
banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi pembelajaran heuristik (discovery dan
inquiry), (c) strategi pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok,
dan (d) strategi pembelajaran individual.

6
Di samping strategi, ada juga metode mengajar. Metode adalah cara yang digunakan guru
untuk menyampaikan isi kurikulum atau materi pelajaran sesuai dengan tujuan kurikulum.
Sekalipun yang menggunakan metode mengajar itu adalah guru, tetapi tetap harus
berorientasi dan menekankan pada aktivitas belajar peserta didik secara optimal. Untuk
memilih metode mana yang akan digunakan, guru dapat melihat dari beberapa pendekatan,
yaitu pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada peserta
didik, dan pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Meskipun demikian,
tidak ada satu metode pun yang dianggap paling ampuh. Oleh sebab itu, guru harus dapat
menggunakan multimetode secara bervariasi.

Di dalam kegiatan pembelajaran, guru harus dapat menggunakan multimedia, baik media
visual, media audio, maupun media audio-visual. Media visual adalah media yang hanya
dapat dilihat. Media ini ada yang dapat diproyeksikan ada juga yang tidak dapat
diproyeksikan. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar), seperti program kaset suara dan program radio. Media audio-visual
adalah media yang dapat dilihat dan dapat didengar, seperti program video, televisi, dan
program slide suara (sound slide).

Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Dalam
sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan Sumber belajar terbatas pada informasi
yang diberikan oleh guru, dan beberapa di antaranya ditambah dengan buku sumber. Bentuk
Sumber belajar yang lain cenderung kurang mendapat perhatian. sehingga aktivitas belajar
peserta didik kurang berkembang. Berdasarkan pendekatan teknologi pendidikan, sumber
belajar dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu manusia, bahan, lingkungan, alat,
dan perlengkapan, serta aktivitas.

Pandangan tentang belajar akan mendasari kurikulum yang akan dilaksanakan. Kurikulum
pada hakikatnya merupakan suatu program belajar, artinya berdasarkan kurikulum maka
disusunlah suatu program belajar. Jadi kurikulum adalah suatu program belajar yang dengan
sengaja dan berencana untuk mencapai tujuan tertentu.

Dewasa ini kebanyakan kurikulum didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Artinya
proses belajar itu, siswa dituntut belajar secara aktif, melakukan kegiatan, merasakan adanya
masalah dan dia berusaha menemukan sendiri pemecahannya. Kendatipun siswa dituntut
belajar secara aktif, namun guru pun harus aktif dalam merencanakan, merancang pikiran
siswa, membimbing, menilai dan sebagainya. Jadi, tidak berarti siswa yang aktif sedangkan
guru diam secara pasif. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan pandangan tentang
belajar secara aktif, atau guru saja yang aktif sedangkan murid pasif.

Dalam hubungan itu ada beberapa prinsip belajar yang dapat kita jadikan pegangan, yakni:

a) Belajar senantiasa bertujuan.

b) Belajar berdasarkan kebutuhan dan motivasi siswa.

c) Belajar berarti mengorganisasi pengalaman.

7
d) Belajar memerlukan pemahaman.

e) Belajar bersifat keseluruhan (utuh atau umum), di samping khusus.

f) Belajar memerlukan ulangan dan latihan.

g) Belajar memperhatikan perbedaan individual.

h) Belajar harus bersifat kontinu (ajeg).

i) Dalam proses belajar senantiasa terdapat hambatan-hambatan.

j) Hasil belajar adalah dalam bentuk perubahan perilaku siswa secara menyeluruh.

Prinsip-prinsip belajar tersebut umumnya telah menjadi kesimpulan semua ahli psikologi
belajar. Karena itu prinsip-prinsip ini perlu dipertimbangkan dalam perencanan kurikulum;

Proses perencanaan kurikulum senantiasa mempertimbangkan sikap yang akan menerima


kurikulum itu, dengan kata lain: kurikulum itu untuk siapa? Berhasil tidaknya suatu
kurikulum banyak tergantung pada kesesuaian isi kurikulum dan pihak yang menyerapnya.
Pengakuan pendidik terhadap anak sebagai individu yang sedang berkembang, yang memiliki
potensi untuk berkembang, yang berbeda satu sama lainnya secara individual, yang mampu
bereaksi dan berinteraksi, yang mampu menerima, yang kreatif, dan berusaha menemukan
sendiri semuanya menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kurikulum. Karena itu kita
tidak dapat menolak kenyataan bahwa menyusun kurikulum untuk siswa sekolah dasar
berbeda dengan kurikulum yang sengaja disusun untuk siswa SMU dan siswa di sekolah
masyarakat (pendidikan nonformal).

Pandangan tentang siswa juga sangat berpengaruh terhadap penentuan strategi


instruksional di kelas. Bahkan patut pula diperhatikan, bahwa antara siswa satu sama lainnya
dalam kelompok/kelas yang sama sudah tentu berbeda-beda, baik secara horisontal maupun
secara vertikal. Kenyataan ini membawa implikasi yang jauh terhadap pembinaan dan
pengembangan kurikulum dan strategi belajar-mengajar.

4) Komponen evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum untuk melihat efektifitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi juga digunakan sebagai umpan
balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari proses pengembangan kurikulum (Saridudin, 2020).

Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat


ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang
bersangkutan. Wright mengungkapkan bahwa: “curriculum evaluation may be defined as the

8
estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”.
Dalam arti yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memperbaiki substansi
kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan
prilaku peserta didik (Hamalik, 2008: 191).

Luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan
diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Dalam bukunya, Hamalik (2008: 191)
menambahkan bahwa evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi, dan pertimbangan
(judgement) untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini
kurikulum.

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tak pernah berakhir (Oliva, 1988).
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat
tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
kurikulum. Melalui evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan
bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.

Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa evaluasi kurikulum
harus mencakup:

1) Menilai pencapaian tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan sebelumnya.


2) Bagaimana metode yang digunakan dalam kurikulum itu efektif atau tidak sehingga
bisa mempermudah ketercapaian tujuan.
3) Melihat pengaruh kurikulum itu pada prestasi dan sikap peserta didik, apakah
kemajuan dan perkembangan mereka baik atau buruk.

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan dan


prinsip-prinsip evaluasi kurikulum. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-
syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to
goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration.”
Adapun prinsip-prinsip evaluasi kurikulum, sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik
(2008: 255-256) sebagai berikut:

1) Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang
mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
2) Bersifat obyektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber
dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrumen yang andal.
3) Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam
ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian
dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan.

9
4) Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan
suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihakpihak
yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orang
tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggung jawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan.
5) Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang
menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih
tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan.
6) Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar
sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan
kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui
pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum.

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi


fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas
dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif berbeda
dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan,
instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, observasi,
interview, studi kasus, skala penilaian dan sebagainya.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan


pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu
sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para
pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Selanjutnya,
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi
kurikulum, yaitu: (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif;
dan (3) pendekatan campuran multivariasi.

Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa
keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik
peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan
kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program
yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model
ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program

10
pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai
berikut:

1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan,
seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin
dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi
dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti :
dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar,
sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi: pelaksanaan
proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar,
penglolaan program, dan lain-lain.
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup: jangka
pendek dan jangka lebih panjang.

B. Model Pembelajaran

Dalam kurikulum, sering kali digunakan model dengan menggunakan grafik untuk
menggambarkan elemen-elemen kurikulum, hubungan antar elemen, serta proses
pengembangan dan implementasi kurikulum. Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum
berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangkan
dengan perkembangan pendidikan. Manusia, di sisi lain, sering kali memiliki keterbatasan
dalam kemampuan menerima, menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya diperlukan
proses pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi serta memiliki tingkat relvansi
yang kuat. Dengan demikian, dalam merealisasikannya, diperlukan suatu model
pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai

Dalam pengembangan model kurikulum, sedapat mungkin didasarkan pada factor-faktor


yang konstan, sehingga ulasan mengenai , model-model yang dibahas dapat dilakukan secara
konsisten. Factor-faktor konstan yang dimaksudkan adalah dalam pengembangan model
kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengjar dan evaluasi
yang tergambarkan dalam proses pengembangan tersebut.

Model-model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:

1. Ralph Tayler

Ralph Tayler pada tahun 1950 menciptakan suatu mata pelajaran baru dengan judul
prinsip prinsip kurikulum pengajaran. Kemudian beliau mengidentifikasi 4 pertanyaan
fundamental yang memerlukan jawaban dan pengembanganuntuk setiap kurikulum dan
perencanaan pengajaran. Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah:

11
a) Tujuan tujuan pendidikan apakah yang harus dicapai oleh sekolah lembaga
pendidikan?
b) Pengalaman pendidikan apakah yang sangat perlu disediakan?
c) Bagaimanakah pengalaman pendidikan dapat diorganisasikan?
d) Bagaimana dapat diketahui dan ditentukan bahwa tujuan tujuan tersebut telah
dicapai?

PemikiranRalph Tayler tersebut telah banyak mendasari dalam pengembangan


kurikulum masa sekarang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum Tayler
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan. Pandangan ini yang menyarankan suatu
pendekatan linier dalam pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheler
1967. Dia menyatakan bahwa proses pengembangan kurikulum terdiri atas lima
komponen yaitu; tujuan dan sarana, penentuan pengalaman belajar, penentuan isi
ataumateri pelajaran, organisasi dan integrasi pengalaman proses belajar mengajar di
kelas, evaluasi terhadap efektifitas semua aspek dari komponen di atas dalam mencapai
tujuan.

2. Hilda Taba

Pada beberapa buku karya Hilda Taba, yang paling terkenal dan besar pengaruhnya
adalah Curriculum Development.Theory and Practice (1962). Dalam buku ini, Hilda Taba
mengungkapkan pendekatannya umtuk proses pengembangan kurikulum. Dalam
pekerjaannya itu, Taba memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representative terhadap
pengembangan kurikulum di berbagai sekolah.

Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk lebih mempunyai informasi tentang


masukan (input) pada setiap langkah proses kurikulum. Secara khusus, Taba menganjurkan
untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan
individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum).Untuk memperkuat pendapatnya, Taba
mengklaim bahwa semua kurikulum disusun dari elemen-elemen dasar.Suatu kurikulum
biasanya berisi beberapa seleksi dan organisasi isi; itu merupakan manifestasi atau implikasi
dari bentuk-bentuk (patterns) belajar dan mengajar. Kemudian, suatu program evaluasi dari
hasil pun akan dilakukan. Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut
Taba adalah:

Step 1 : diagnosis kebutuhan

Step 2 : formulasi pokok-pokok

Step 3 : seleksi isi

Step 4 : organisasi isi

Step 5 : seleksi pengalaman belajar

Step 6 : organisasi penglaman belajar

12
Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk melakukannya.

Taba memiliki argument untuk sesuatu yang rasional, sebagai pendekatan berikutnya
dalam pengembangan kurikulum.Selanjutnya, agar lebih rasional dan ilmiah dan suatu
pendekatan, Taba mengklaim bahwa keputusan –keputusan pada elemen mendasar harus
dibuat berdasarkan yang valid.

Pengembangan model ini diawali dengan melakukan pencarian data serta


percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengantahapan implemen-tasi, hal ini
dilakukan guna mempertemukan teori dan praktek, adapun lankah–langkah adalah

a) Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi, penilaan,


memperhatikan antara luas dan dalamnyabahan, kemudian disusunkah suatu unit
kurikulum.
b) Mengadakan try out
c) Mengadakan revisi atas tray out
d) Menyusun kerangka kerja teori
e) Mengumumkan adanya kurikulum baru yang akan diterapkan.

3. Beauchamp

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp dikembangkan


oleh Beauchamp ahli dibidang kurikulum hal ini memiliki 5 bagian pembuat keputusan.
Lima tahap tersebut adalah:

a) Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, suatu


keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan. (suatu gagasan
pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolah-
sekolah di daerah tertentu baik bersekala regional atau nasional yang disebut
arena).
b) Menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa saja yang
ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses belajar
mengajar, untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai
coordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih
materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana
yang akan dipakai dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan
dikembangkan.
d) Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti
yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
e) Evaluasi Kurikulum.

13
4. Rogers

Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam
proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena
ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk mempercepat untuk
perubahan tersebut.9 Berdasarkan pandangan tentang manusia, maka Rogers mengemukakan
model pengembangan kurikulum yang disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers diantaranya adalah:

a) Diadakan kelompok untuk dapat melakukan hubungan internasional di tempat yang


tidak sibuk untuk memilih target sistem pendidikan.
b) Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, atau dalam waktu tertentu para peserta
saling bertukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam suatu
sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan lebih sempurna yaitu antara guru
dengan murid, guru dan peserta didik dan lainnya.
d) Selanjutnya diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi seperti
langkah no. 3 dalam situasi ini diharapkan masing-masing person akan saling
menghayati dan lebih akrab sehingga memudahkan memecahkan problem sekolah
secara lebih cepat.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komponen-komponen kurikulum meliputi: tujuan kurikulum, komponen isi/materi,
komponen metode\strategi, dan komponen evaluasi. Tujuan kurikulum meliputi : tujuan
nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. Komponen isi meliputi ilmu pengetahuan,
nilai, pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran
guna mencapai komponen tujuan. Komponen strategi pembelajaran merupakan pola dan
urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksaan

Model-model pengembangan kurikulum banyak ragamnya, diantaranya: Ralp Tyler,


Hilda Taba, Beauchamp dan rogers.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hamalik, Oemar 2009. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Arifin, Zaenal. 2013. Komponen dan Organisasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Zaini, Muhamad. 2006. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: eLKAF

16

Anda mungkin juga menyukai