MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kurikulum Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu
Dr. H. Abd. Muhith, M.Pd.I
Prof. Dr. H. Khusnurridlo, M.Pd
Disusun Oleh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
A. Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan..................................................
1. m Definisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan......................3
2. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan....3
3. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...6
B. Kurikulum Lembaga Pelatihan atau Diklat......................................12
1. Pegertian Kurikulum Pelatihan...................................................12
2. Komponen-Komponen Kurikulum Lembaga Pelatihan.............14
3. Langkah-Langkah Penyusunan Kurikulum Lembaga Pelatihan 15
BAB III PENUTUP...............................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................16
B. Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Pusat data dan Informasi Pendidikan,
Balitbang Depdiknas.
1
mengenai konsep dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berisi
tentang pengertian, komponen-komponen serta landasan penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
2. Apa landasan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
3. Apa saja komponen dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
4. Apa Pengertian kurikulum lembaga pelatihan?
5. Apa saja komponen kurikulum lembaga pelatihan/diklat?
6. Bagaimana penyusunan kurikulum lembaga pelatihan/diklat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk
mendeskripsikan:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Satuan Pendidikan
1. Definisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Menurut Khaeruddin Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).3Dalam sumber lain disebutkan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah suatu ide tentang pengembangan
kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan.4
Ditegaskan lagi Menurut Tim Pustaka Yustisia Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.5
Dari beberapa pengertian diatas, bahwa pengertian Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP.
2. Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dan dikembangkan
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu Pasal 1 ayat 19, Pasal 18 ayat 1, 2, 3 dan 4,
2
Khaeruddin, dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) konsep dan implementasinya
di Madrasah (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), 79.
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (teori dan praktek kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan “KTSP”) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 128.
4
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Sebuah Panduan Praktis (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), 21.
5
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008), 146.
3
Pasal 32 ayat 1, 2 dan 3, Pasal 35 ayat 2, Pasal 36 ayat 1, 2, 3 dan 4, Pasal
37 ayat 1, 2 dan 3, Pasal 38 ayat 1 dan 2.6 Adapun perinciannya adalah
sebagaimana penjelasan di bawah ini:
Pasal 1 ayat 19
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pasal 18
1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan.
3. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 32
1. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mentl, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,
dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu
dari segi ekonomi.
3. Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan
layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
6
Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 11.
4
Pasal 35 ayat 2
Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
Pasal 36
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memerhatikan:
peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan
potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah
dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan
dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-
nilai kebangsaan.
4. Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Pasal 37
1. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/ kejuruan, muatan
lokal.
2. Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa.
3. Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
5
Pasal 8
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
3. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Berdasarkan panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang disusun oleh BSNP, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan memiliki 4 komponen, yaitu:7
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
mengacu pada tujuan umum pendidikan berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilanuntuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang
dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
7
Masnur, Kurikulum Tingkat,12.
6
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar
bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi
kurikulum, antara lain:
a) Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing
tingkat satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang
tercantum dalam Standar Isi.
b) Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal
merupakan pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.8
c) Kegiatan pengembangan diri diasuh oleh guru
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
8
Khaeruddin, Mahfud Junaedi, dkk. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Konsep dan
Implementasinya di Madrasah), (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 85.
7
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik
sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi oleh dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karier
peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan
kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah menengah
kejuruan, pengembangan diri terutama ditujukan untuk
pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan
diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan
kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata
pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.9
d) Pengaturan beban belajar
Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan maka
hendaknya mengetahui indikator-indikator yang berkaitan dengan
pengaturan beban belajar, antara lain sebagai berikut:
1) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
baikkategori standar maupun
mandiri,SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
2) Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/ SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
3) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem
paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah
9
Khaeruddin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 86.
8
maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
4) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk
SD/MI/SDLB 0%-40%, SMP/MTs/SMPLB 0%-50%, dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-60% dari waktu kegiatan
tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan pesrta
didik dalam mencapai kompetensi.
5) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di
sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik
di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
6) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS
mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka,
20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
b) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit
tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
e) Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-
100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator
adalah 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
9
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan
ideal.
f) Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun
ajaran. Kenaikan kelas dan kelulusan mengacu pada standar
penilaian yang dikembangkan oleh BSNP.
g) Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di
SMA/MA. Adapun kriteria penjurusan diatur oleh direktorat
teknis terkait.
h) Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan
pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik atau kecakapan
vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan
bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran.
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan
pendidikan formal lain atau nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
10
kompetensi peserta didik. Kurikulum untuk semua tingkat
satuan pendididkan dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata
pelajaran. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat
diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain atau
nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
j) Kalender pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik
sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum
dalam Standar Isi.
k) Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
1. Dokumen I memuat acuan pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, tujuan pendidikan, struktur dan
muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, serta
kalender pendidikan.
2. Dokumen II memuat silabus dari kompetensi inti(KI)/
Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan pusat dan
silabus dari KI/ KD yang dikembangkan sekolah (muatan
lokal, mata pelajaran tambahan).
11
tertentu (Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,Bab I Pasal 1 angka 19)10
Definisi kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teorotis kita agak sulit
menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada
saat sekarang kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, satu dimensi
dengan dimensi lainnyan saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum
tersebut yaitu : 1) kurikulum sebagai satu ide/gagasan 2) kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan
dari kurikulum sebagai suatu ide 3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang
sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau
implementasi kurikulum 4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan
konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan(Depdiknas,2008:9). 11
Khaerudin (2005), mengartikan bahwa kurikulum sebagai pengalaman dan
kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir oleh lembaga diklat
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh suatu
lembaga. Dari pengertian dua kurikulum tersebut tidak ada yang
bertentangan , tetapi justru saling melengkapi. Maka dapat simpulkan
bahwa kurikulum merupakan suatu rencana program pendidikan pelatihan
yang berisikan materi diklat, metode , ide atau gagasan, yang dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan suatu pendidikan dan pelatihan serta untuk
mencapai tujuan diklat tersebut.
Kata pelatihan menurur poerwadarminta (1986) berasal dari kata
“latih” ditambah berawalan pe, dan akhiran yang artinya telah biasa,
keadaan telah biasa diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar atau
diajar. Letihan berarti pelajaran untuk membiasakan diri atau memperoleh
kecakapan tertentu. Pelatih adalah orang-orang yang memberikan latihan.12
10
Harris Iskandar, Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pendidikan Anak Usia Dini(Jakarta)
11
Ma’as Shobirin, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 diSekolah Dasar(Yogyakarta:Budi
Utama,2012)
12
Bernadetha Nadeak, Manajemen Pelatihan dan Pengembangan, (Jakarta:UKI press)
12
Pelatihan adalah semua kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan
kinerja pegawai pada pekerjaan yang sedang atau yang akan dihadapi. Oleh
karenanya pelatihan (Sutrisno, 2016) dapat diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan potensi, produktivitas, disiplin dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu dengan jenjang kualifikasi atau
pekerjaan.13 pelatihan (Diklat) merupakansuatu
programyangberprosesdengansistematisdalam mendapatkandan
mengembangkanpengetahuan serta kemampuan terampilpeserta
sehinggadapat menjalankanpekerjaan yangbaik danperformayang
meningkatdalamhubunganrelasi atauditempatbekerja(Daryantodan
Bintaro, 2014).14 Menurut Rivai (2005) pelatihan sebagi bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada
praktek dari pada teori. Lebih lanjut disebut bahwa pengertian pelatihan
adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk
mencapai tujuan organisasi, pelatihan berkaitan dengan keahlian dan
kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini dan
kemampuan tertentu agar lebih berhasil dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Jadi Kurikulum Pelatihan Atau Diklat adalah seperangkat rencana
artinya bahwa didalamnya berisi berbagai rencana yang berhubungan
dengan proses pendidikan dan pelatihan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan dan
pelatihan ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu meningkatkan
penegetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan jenis dan jenjang
diklat. Tujuan penyelenggaraan diklatadalahagarpeserta
13
Bernadetha, Manajemen Pelatihan.
14
Dina Ardiah dkk, Kurikulum Program Pelatihan dan Pendidikan, (Universitas Negeri Malang)
13
menjaditanggap,bertanggung jawab,rajin, kreatif, dan penuh
semangatdalammelaksanakan kegiatan setelah mengikuti kegiatan diklat.
2. Komponen-Komponen Kurikulum Lembaga Pelatihan
Kurikulum sebagai sebuah sistem, memiliki komponen-
komponen yang saling berkaitan antara komponen yang satu
dengan komponen lainnya. Dalam pedomanp e n y u s u n a n
k u r i k u l u m d i k l a t disebutkan beberapa komponen kurikulum, antara
lain :
1) Latar belakang. Pada bagian ini dijelaskan tentang alasan atau
lataar belakangperlunya diadakan diklat.
2) Filosofi. Merupakan bagian dimana kurikulum memperhatikan hak-
hak peserta
3) Kompetensi. Bagian kompetensi adalah bagian dimana dijelaskan
kompetensi- kompetensi yang akan disampaikan dalam diklat tersebut
4) Tujuan. Tujuan diklat adalah tujuan kompetensi yang ingin dicapai
oleh peserta setelah menjalani diklat
5) Jumlah dan kriteria peserta. Pada bagian ini ditetapkan jumlah peserta
yang akan mengikuti diklat dan kriteria peserta diklat.
6) Struktur program yang berisikan materi dan alokasi waktu.
7) Diagram alur pembelajaran mulai dari awal sampai dengan penutupan
8) Garis-garis besar program pembelajaran (GBPP) yang terdiri dari
materi pembelajaran,alokasi waktu, tujuan pembelajaran, pokok
bahasan dan sub pokok bahasan, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan alat bantu serta refrensi
9) Evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur keberhasilan dan
pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan
10) Sertifikasi. Sertifikasi adalah komponen kurikulum diklat yang
menjelaskan persyaratan bagi peserta untuk memperoleh sertifikasi15
15
Soetrisno, Pengembangan Kurikulum Diklat, (Jakarta,LAN RI)
14
3. Langkah-langkah penyusunan kurikulum lembaga pelatihan/diklat
Untuk merancang suatu kurikulum dan menyajikannya dalam suatu
sajian tertentu, maka ada beberapa langkah untuk menyusun kurikulum
pelatihan/diklat :
1. Perumusan Tujuan. Di dalam merumuskan tujuan, perlu diperhatikan
apa yang ingin didapat oleh peserta sesuai proses. Dalam perumusan
tujuan, juga perlu diingat tujuan pada diri peserta, tujuan berupa hasil
belajar perilaku tertentu ( biasanya dinyatakan dengan kata kerja
tertentu), objek dari tujuan adalah berupa materi
2. Perumusan materi, dalam menyusun materi perlu diperhatikan dua hal
yaitu scope atau sequence, artinya materi dibatasi pada masalah
tertentu dan diurutkan sesuai jalan logikanya . materi ini disamping
dituliskan strukturnya, perlu juga diberikan uraian singkatnya
3. Perumusan metode dan strategi. Metode atau srategi yang dipilih
dirincikan untuk suatu tujuan atau materi tertentu bisa saja digunakan
beberapa metode, demikian sebaliknya
4. Penentuan alat evaluasi yang diperlukan
5. Penyajian kurikulum tersebut dalam bentuk tertentu.sebaiknya
menggunakn format kolom yang boleh dikatakna sebagai standar.16
Contoh format kolom
No Tujuan Mater Uraian Waktu Metode Evaluasi Referensi
i
16
Ifanda Kurniawan, Kurikulum Pendidikan Pelatihan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian penjelasan di atas dapat ditarik beberapa
simpulan, antara lain:
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dan dikembangkan
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu Pasal 1 ayat 19, Pasal 18 ayat 1, 2, 3 dan 4,
Pasal 32 ayat 1, 2 dan 3, Pasal 35 ayat 2, Pasal 36 ayat 1, 2, 3 dan 4, Pasal
37 ayat 1, 2 dan 3, Pasal 38 ayat 1 dan 2.
3. Berdasarkan panduan penyusunan urikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang disusun oleh BSNP, urikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki 4
komponen, yaitu: tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan urikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender pendidikan,
serta silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP).
4. Kurikulum Pelatihan Atau Diklat adalah seperangkat rencana artinya
bahwa didalamnya berisi berbagai rencana yang berhubungan dengan
proses pendidikan dan pelatihan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa Komponen-
komponen kurikulum yang saling berkaitan diantaranya adalah latar
belakang, filosofi, kompetensi, tujuan, jumlah dan kriteria peserta, struktur
program, diagram alur pembelajaran, garis-garis besar program(GBPP),
evaluasi, dan sertifikasi. Langkah-langkah penyusunan kurikulum
pelatihan atau diklat yang pertama perumusan tujuan, perumusan materi,
perumusan metode, penentuan alta evaluasi yang diperlukan, dan
penyajian kurikulum.
16
B. Saran
Dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan hendaklah setiap
lembaga pendidikan dapat melaksanak rangkaian kegiatan manajemen secara
efektif dan efisien. Terlebih dalam proses pelaksanaan pembelajaran maka
hendaklah memperhatikan betul terhadap aspek dari pengembangan
kurikulumnya mulai dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi
kurikulum. Tentunya dengan demikian, maka proses kegiatan pembelajaran
akan dapat berlangsung secara terarah dan terukur sehingga dapat membantu
dalam mencapai visi, misi dan tujuan dari suatu lembaga pendidikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18