Anda di halaman 1dari 28

Makalah

KONSEP DASAR KURIKULUM

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks
IPA di Sekolah yang diampuh oleh Ibu Dewi Diana Paramata, S.Pd, M.Pd”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Apriansyah Djano (433420024)

Dhea Priti Aristifani Junus (433420012)

Mar’atus Solikhah (433420018)

Vita Nestria Putri (433420012)

Yarti N. Donti (433420026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Konsep Dasar Kurikulum ini.

Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi


Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam semoga di hari akhir nanti kita semua
mendapat syafa’atnya.

Penulisan makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu penulis mohon
kepada pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.

Gorontalo, 16 Febuari 2023

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Bagaimana Konsep Kurikulum Saat Ini? ............................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kurikulum............................................................................6
3.2 Peran dan Fungsi Kurikulum.................................................................8
3.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum............................................11
3.4 Stakeholders Kurikulum........................................................................16

BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................23
4.2 Saran.....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang guru dituntut memiliki kompetensi mengembangkan kurikulum


dengan cara menjabarkan rambu-rambu kurikulum nasional dalam bentuk
operasional serta menerapkannya dalam kegiatan suatu pembelajaran. Istilah
kurikulum digunakan dalam setiap aktivitas Pendidikan. Hal ini menunjukkan
bahwa kurikulum memiliki peranan penting dan menentukan dalam upaya
pencapaian tujuan Pendidikan. Dengan demikian keberadaan kurikulum menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari proses Pendidikan itu sendiri.

Kurikulum sebagai program Pendidikan berfungsi sebagai pedoman umum


dalam penyelenggaraan system Pendidikan. Kurikulum memuat garis-garis besar
program kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap penyelenggaraan
Pendidikan. Gambaran proses dan hasil yang akan dilahirkan dari setiap Lembaga
Pendidikan secara umum sudah tercermin dari kurikulum yang digunakan dengan
kata lain kualitas siswa setiap individu seperti apa yang diharapkan dapat
dilahirkan dari program Pendidikan untuk mengisi kehidupan individu,
masyarakat, berbangsa dan bernegara dimasa yang akan datang oleh kurikulum
yang dikembangkan oleh Pendidikan itu sendiri.

Pendekatan pengembangan kurikulum yang digunakan pada setiap Lembaga


Pendidikan memiliki tekanan atau focus yang berbeda atau pengguna kurikulum
suatu program Pendidikan mengalami perubahan dan penyempurnaan dari satu
period eke periode berikutnya. Hal ini mengingat tuntutan dan kebutuhan dalam
setiap aspek kehidupan yang terus berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan pengertian kurikulum?
2) Bagaimana peran dan fungsi dari kurikulum ?
3) Jelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
4) Apa yang dimaksud stakeholders kurikulum?

1
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum
2) Untuk mengetahui peran dan fungsi dari kurikulum
3) Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
4) Untuk mengetahui tentang stakeholders kurikulum.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Bagaimana Konsep Kurikulum Saat Ini ?

Pendidikan merupakan suatu proses yang tidak berkesudahan dan


merupakan suatu proses pembentukan kemampuan-kemampuan dasar yang
bersifat fundamental baik dari segi daya intelektual maupun perasaan emosional
yang diarahkan pada fitrah manusia dan terhadap sesamanya (Ilmi et al., 2020).
Pendidikan sebagai penyedia tenaga terampil, efektif, dan produktif tenaga kerja,
mengolah sumber-sumber potensi dan sumber daya alam, mengelola sumber daya
organisasi dan lembaga sumber daya manusia karena pada dasarnya pembangunan
di bidang pendidikan merupakan proses perubahan progresif positif yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Dalam berbagai bidang, baik sosial
budaya, politik, ekonomi, maupun bidang kehidupan lainnya. Setiap perubahan
atau perkembangan dalam kehidupan bangsa memiliki konsekuensi dalam sistem
pendidikan, serta setiap perubahan atau perkembangan dalam dunia pendidikan
memiliki konsekuensi dalam kehidupan bangsa (Ilmi et al., 2020).

Pendidikan Nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 berfungsi untuk


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat di konteks mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Helda).

Indonesia dalam perjalanan setiap zamannya selalu mengarah pada sebuah


kemajuan. Hal ini terlihat sebagaimana pemerintah terus melakukan berbagai
upaya kebijakan. Terkait dengan kebijakan-kebijakan tersebut pemerintah
Indonesia memberikan program wajib belajar serta pembinaan berupa beasiswa
kepada masyarakat kecil yang kurang mampu. Selain itu, bahwa dalam
meningkatkan kualitas pendidikan maka beberapa hal yang menjadi program
kebijakan tersebut telah diupayakan untuk terealisasi dengan baik (Marisa, 2021).

3
Akan tetapi, ada sebuah pertanyaan besar dalam kebijakan tersebut. Hal ini
terkait bagaimana dan kemana sebenarnya arah pendidikan Indonesia saat ini.
Tidak hanya itu, yang menjadi pertanyaan besar juga kenapa sistem pendidikan di
Indonesia ini selalu terjadi perubahan-perubahan, apa sebenarnya letak dari
urgensi perubahan pendidikan Indonesia. Dalam hal ini bahwa sebenarnya sistem
pendidikan di Indonesia tidak perlu sebegitu dinamisnya berubah. Namun
demikian, para individu yang terlibatlah harus diberi sistem pengaktualisasian diri
yang berkualitas (Marisa, 2021).

Saat ini, beberapa kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah yang


mengakibatkan adanya pembicaraan ruang publik, hal ini terkait dengan
kurikulum “merdeka belajar”. Hal yang sedemikian hangat dijadikan
perbincangan, ternyata program ini diwujudnyatakan dengan adanya kebijakan
bahwa Ujian Nasional sejak tahun 2021 dihapuskan dan diganti dengan adanya
sistem penilaian (Asesmen Kompetensi Minimum) serta survei karakteristik
(Wibawa, 2019). Oleh sebab itu, yang terjadi Rocky Gerung sebagai salah satu
observer menyebutkan “bahwa sebenarnya ijazah itu diberikan sebagai tanda bagi
seseorang pernah sekolah bukan untuk membuktikan seseorang itu pernah dalam
keadaan berpikir”. Dengan demikian, pernyataan dari seorang observer tersebut
diargumentasikan dengan apa yang telah diupayakan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini. Hal ini terkait sebagaimana
peningkatan mutu pendidikan, apa yang akan dan harus dilakukan untuk
meningkatkan sumber daya manusia dengan tujuan dapat menghadirkan manusia
yang memiliki kreatifitas tinggi dalam mengaktualisasikan ilmu yang dimiliki
serta menghilangkan sifat individualisme sehingga menyebabkan individu
tersebut hanya mampu berpikir monoton.

Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan tujuan utama pemerintah


dalam menerapkan kebijakan pendidikan saat ini, yakni terfokus pada tiga
peningkatan indikator terkait. Pertama, numerasi yang dimaksudkan untuk mampu
meningkatkan kemampuan penguasaan terkait dengan angka-angka. Kedua,
literasi yakni terkait dengan kemampuan individu dalam hal menganalisa bacaan
serta memahami bagaimana karakter dalam melakukan pembejaran terkait dengan
ke-Bhinekaan dan sebagainya. Konsep dari “Merdeka Belajar” bahwa sejatinya

4
hal ini belum menentukan sebuah arah dari tujuan pendidikan di negara kita. Akan
tetapi, konsep dari merdeka belajar membawa arah untuk mampu berkontribusi
dengan baik dalam menuntut peningkatan ekonomi bagi peserta didik sehingga
dapat belajar secara bebas. Sekali lagi, bahwa pendidikan di negara kita tidak
menuntut untuk apa, melainkan terbagi dalam beberapa bagian yang
mengakibatkan masalah sosial di Indonesia belum dapat selesai dengan
seutuhnya. Hal ini dikarenakan pendidikan dipersiapkan untuk mampu
mengantisipasi berbagai macam masalah sosial yang tengah berada dalam
masyarakat.

Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu dilakukan yakni mengenai
perlunya memahami kondisi psikologis pendidikan dinegara kita, yang mana
bahwa kondisi psikologis setiap wilayah itu berbeda-beda tidak dapat sama antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Untuk itu, bahwa sebelum dilakukannya
perubahan sistem pendidikan maka harus dilakukan adanya pendekatan psikologis
dan budaya pendidikan. Tidak hanya itu, bahwa sebagaimana yang dikatakan
sebelumnya revolusi mental bagi tenaga pendidik juga harus mampu memiliki
tujuan pendidikan tersebut secara optimal (Marisa, 2021).

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum (curriculum) pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga


berasal dari curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai dengan finish untuk meraih media/penghargaan. Kemudian pengertian
tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan jadi sejumlah mata pelajaran oleh
peserta didik dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh
penghargaan dalam bentuk ijazah. Pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa
peserta didik telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran
(Suparman, 2020).

Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses pembelajaran.


Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan, mampu dan tidaknya
peserta didik menyerap materi pembelajaran, tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan bergantung pada kurikulum yang digunakan. Jika kurikulumnya
didesain dengan baik dan sistematis. Jika kurikulumnya didesain dengan baik dan
sistematis, komprehensip, dan integral dengan segala kebutuhan pengembangan
dan pembelajaran peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi
kehidupannya, tentu hasil atau output pendidikan itupun akan mampu
mewujudkan harapan (Suparman, 2020)

Menurut Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 disebutkan bahwa kurikulum berisikan suatu
cita-cita yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk
dilaksanakan guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah, termasuk
kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai dengan taraf perkembangan
anak didik. Kurikulum akan mempunyai arti dan fungsi mengubah perilaku siswa,
jika dilaksanakan dan ditransformasikan oleh guru kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan kata lain, proses pembelajaran adalah perwujudan

6
pelaksanaan atau operasionalisasi kurikulum. Sedangkan kurikulum merupakan
bentuk operasionalisasi pendidikan sekolah untuk mencapai tujuan institusi dari
masing-masing jenjang sekolah (Chamisijatin & Permana, 2020).

Pengertian kurikulum mengalami perkembangan dan terus mengalami


perdebatan dari waktu ke waktu. Berbagai pendapat berbeda mengenai definisi
kurikulum. Secara teoritis misalnya dijelaskan oleh Nasution (1995) dalam
Rusdiana & Ratnawulan (2022) adalah sebagai berikut:

a. Saylor dan Alexander (1956) menyebutkan bahwa kurikulum adalah


segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam
ruangan kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah.

b. Albertycs (1965) memandang kurikulum sebagai semua aktifitas yang


disediakan oleh sekolah untuk siswa.

c. Smith, Stanley, dan Shores memandang kurikulum sebagai sejumlah


pengalaman potensial yang diatur di sekolah dalam rangka mendisiplinkan
anak dan pemuda agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai
masyarakat.

d. Edward A. Krug (1960) melihat kurikulum sebagai cara-cara dan usaha


untuk mencapai tujuan persekolahan.

Pengertian kurikulum dapat dibedakan dalam 4 sudut pandang dalam


(Chamisijatin & Permana, 2020) sebagai berikut :

1. Pengertian Kurikulum sebagai Produk

Produk dapat diartikan sebagai setiap benda yang dapat memenuhi


kebutuhan manusia. Jadi kurikulum sebagai produk dapat dapat diartikan
sebagai benda, dimana kurikulum tersebut dalam bentuk suatu dokumen.
Dokumen tersebut merupakan hasil dari perencanaan, pengembangan, dan
perekayasaan tim pengembangan kurikulum.

2. Pengertian Kurikulum sebagai Program

7
Program merupakan rencana kegiatan yang disusun dan dirangkai
menjadi satu kesatuan prosedur, yang berupa urutan langkah, untuk
menyelesaikan masalah. Program yang dimaksud dalam kurikulum
sebagai program dalam pembelajaran. Program pembelajaran ini dapat
tertuang dalam serentetan daftar pelajaran ataupun pokok bahasan yang
diajarkan pada kurun waktu tertentu seperti halnya dalam kurun waktu
satu tahun atau satu semester.

3. Pengertian Kurikulum sebagai Hasil Belajar

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) akibat


usaha. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu untuk
merubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman. Jadi
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, efektif, dan
psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman. Kurikulum sebagai hasil
belajar diartikan sebagai hasil yang diinginkan setelah pelaksanaan
pembelajaran berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada bidang
studi. Hasil belajar peserta didik tersebut ditampilkan dalam bentuk
dokumen.

4. Pengertian Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar

Kurikulum sebagai pengalaman belajar adalah semua kumpulan


pengalaman pendidikan yang didapat peserta didik dari kegiatan proses
pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang sudah direncanakan. Sebagai
konsekuensinya apa yang direncanakan dalam kurikulum belum tentu
berhasil sebagaimana yang diharapkan.

3.2 Peran dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting itu sudah disadari dalam
sistem pendidikan nasional. Karena kurikulum merupakan alat utama dalam
pelaksanaan program pendidikan baik formal maupun informal, gambaran sistem
pendidikan terlihat jelas dalam kurikulum. Dengan kata lain, sistem pengajaran
pada hakekatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Kurikulum merupakan alat

8
yang sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai
dan tepat, sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum telah mengalami beberapa
kali perubahan dan penyempurnaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan
dan kemajuan zaman yang ingin dicapai hasil yang maksimal untuk dicapai. Maka
dengan itu yang akan dibahas adalah apa yang dimaksud dengan kurikulum,
kemudian apa saja peranan kurikulum dalam dunia pendidikan dan apa fungsi dari
kurikulum tersebut didalam dunia pendidikan (Erni dan Anne, 2023).

Hubungan antara kurikulum dan pendidikan sangat erat. Kurikulum dan


pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum
merupakan pedoman mendasar dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu,
berhasil atau tidaknya proses pendidikan, baik tidaknya siswa menyerap mata
pelajaran, tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung dari kurikulum
yang digunakan. Peranan kurikulum dalam pendidikan formal sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya merupakan peranan yang sangat strategis dan
menentukan pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri, khususnya dalam
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Ada tiga peran kurikulum yang dianggap
sangat penting, yaitu :

1. Peran Konservatif, Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan bagi


generasi muda berbagai nilai budaya yang merupakan warisan masa lalu.
Melalui sekolah sebagai lembaga pendidikan, kurikulum mempunyai
tugas mentransmisikan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi
muda, yaitu para siswa. Dengan peran konservatif, kurikulum dapat
berperan menjauhi berbagai pengaruh yang merusak nilai-nilai luhur,
sehingga stabilitas sosial dan identitas masyarakat terjaga dengan baik.
Peran ini juga menegaskan bahwa kurikulum dapat menjadi sarana
penanaman nilai-nilai warisan budaya kepada generasi muda yang
dianggap relevan saat ini.
2. Peranan Kreatif, Dalam peran kreatif kurikulum, sekolah memiliki
tanggung jawab untuk mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan
kebutuhan zaman. Dalam konteks ini, kurikulum memainkan peran
kreatif. Kurikulum hendaknya memuat hal-hal baru yang kreatif sehingga

9
dapat membantu siswa mengembangkan segala yang dimilikinya sehingga
dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial yang berkembang secara
dinamis.
3. Peran Kritis dan Evaluatif, melihat kepada peran kurikulum sebelumnya
yaitu konservatif, tidak semua nilai dan budaya lama harus dilestarikan.
Karena itu kurikulum harus berperan sebagai pemilih, nilai dan budaya
mana yang harus dipertahankan dan nilai atau budaya baru mana yang
harus dimiliki siswa (Agustin, P., & Effane, A. (2022)

Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan evaluasi apa saja yang
berguna dalam kehidupan siswa. Selain ketiga peran kurikulum, adapun yang
akan dibahas dari beberapa fungsi kurikulum didalam dunia pendidikan, karena
secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik
untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan, Alexander Inglis
mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian,
pengintegrasian , diferensiasi, persiapan, pemilihan, serta diagnostik.

1) Fungsi penyesuaian, karena individu hidup dalam suatu lingkungan,


meskipun lingkungan selalu berubah dan dinamis, setiap individu harus
mampu beradaptasi secara dinamis. Dan kondisi kerangka juga harus
disesuaikan dengan keadaan individu, di sini fungsi kurikulum sebagai
instrumen pendidikan untuk orang yang menyesuaikan diri dengan baik.

2) Fungsi pengintegrasian, Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi


yang terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari
masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan
sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.
3) Fungsi diferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya
deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan
mendorong kemajuan social dalam masyarakat.
4) Fungsi persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun

10
ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah
tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa
yang menarik minat mereka.
5) Fungsi pemilihan, Ini memberikan kesempatan untuk memilih apa yang
mereka inginkan dan apa yang mereka minati. Kedua hal ini penting bagi
masyarakat yang demokratis. Untuk mengembangkan keterampilan yang
berbeda ini, kurikulum perlu diatur secara luas dan fleksibel.
6) Fungsi diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu
dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan
menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang
dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa (Anggraeni, R.,
& Effane, A.2022).
3.3 Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah


berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-prinsip
baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di lembaga pendidikan
sangat dimungkinkan untuk menggunakan prinsip yang berbeda dari kurikulum
yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga akan ada banyak prinsip
yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Sukmadinata, membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi dua


kelompok, yakni prinsip umum dan prinsip. Prinsip umum dimaknai sebagai
prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas
dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya. Adapun penjabaran
prinsip-prinsip umum ialah sebagai berikut:

1. Prinsip Relevasi
Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada
prinsip relevansi, setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek
internal dan eksternal. Secara internal, kurikulum memiliki relevansi
antara komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan
evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu memiliki relevansi

11
dengan tuntutan sains dan teknologi (relevasi epistemologis), tuntutan dan
potensi siswa (relevasi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan
pengembangan masyarakat (relevasi sosiologis).

Oleh sebab itu, dalam membuat kurikulum harus memperhatikan


kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga
nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja
yang akan datang. Dalam realitanya prinsip di atas memang harus betul-
betul diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
Dan yang tidak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya membangun negara
(Prasetyo, 2020)
2. Prinsip Fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel,
fleksibel, dan fleksibel dalam implementasinya, memungkinkan
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran kurikulum
disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip
fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk
peningkatan mutu pendidikan.
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum
harus memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berisi hal- hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan
untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu
dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini mempersiapkan
anak- anak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di
mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuan yang berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa
dilakukan.
Kurikulum harus menyediakan ruang untuk memberikan
kebebasan bagi pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran.
Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan

12
kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan
bidang lingkungan mereka.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara
berkesinambungan, yang meliputi sinambung antar mata pelajaran, antar
kelas maupun antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses
pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, di mana
pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar
untuk melanjutkan pada kelas dan jenjang di atasnya. Dengan demikian,
akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa
(prerequisite) untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-
pengulangan program dan aktifitas belajar yang tidak perlu dan bisa
menimbulkan pemborosan waktu, tenaga dan dana. Untuk itu, perlu
adanya kerja sama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai
kelas dan jenjang pendidikan. Implikasinya adalah mengusahakan agar
setiap kegiatan kurikuler memiliki kesinambungan dengan kegiatan-
kegiatan kurikuler lainnya, baik secara vertikal (bertahap), berjenjang)
maupun secara horizontal.
Berkesinambungan secara vertikal (bertahap/berjenjang) dalam
artian antara jenjang pendidikan yang satu dengan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi kurikulumnya dikembangkan secara berkesinambungan
tanpa ada jarak di antara keduanya, mulai dari tujuan pembelajaran sampai
ke tujuan pendidikan nasional, termasuk juga komponen lainnya. Dalam
hal ini dituntut adanya kerjasama antara pengembangan kurikulum jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan
berkesinambungan secara horizontal (berkelanjutan) dapat diartikan
pengembangan kurikulum jenjang pendidikan dan tingkat/kelas yang sama
tidak terputus-putus dan merupakan pengembangan yang terpadu
(Ulum,2020)
4. Prinsip Efisiensi

13
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting
dan bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal
dalam perencanaan pembelajaran agar lebih optimal dan efektif. Dewasa
ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan
kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk
mecapai sebuah cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-
anak generasi penerus bangsa untuk memilki akhlak mulia dan berbudi
pekerti yang luhur.
Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program pembelajaran
dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan
yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat
mengimplementasikan program pembelajaran lain karena upaya itu
diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum dapat memanfaatkan
sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat, dan tepat
sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip Efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan
prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh
mana rencana program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan.
Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas
mengajar guru dan efektivitas belajar siswa.
Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam
mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam
mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan
pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas
belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan
metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi pembelajaran.

14
Sementara prinsip khusus berhubungan dengan prinsip yang hanya berlaku
pada tempat-tempat tertentu dan pada situasi tertentu saja. Prinsip khusus ini lebih
mengarah pada prinsip digunakan pada saat pengembangan kurikulum yang
secara khusus (tujuan, isi, metode dan evaluasi). Misalnya pada salah satu jenis
dan jenjang pendidikan yang ada dengan jenis dan jenjang pendidikan yang
lainnya memiliki karakteristik yang berbeda pada beberapa aspek aspeknya
(Setiyadi,2020). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Penentuan Tujuan Pendidikan

Tujuan dari pendidikan yang dimaksud adalah tujuan yang bersifat


umum (jangka panjang), jangka pendek (khusus), dan juga jangka
menengah. Perumusan dari tujuan pendidikan ini bersumberkan dari
ketentuan- ketentuan dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang dapat
ditemukan pada dokumen lembaga negara mengena tujuan dan juga
strategi dalam pembangunan yang juga termasuk didalamnya pendidikan;
survei terhadap persepsi orang tua dan juga masyarakat mengenai apa
yang mereka butuhkan dengan cara mewawancarai mereka maupun
melalui angket; survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang
tertentu yang dihimpun melalui angket, melalui wawancara, melalui
observasi, maupun dari berbagai media masa; survei tentang sumber daya
manusia; pengalaman pihak dalam masalah yang sama; serta hasil-hasil
dari penelitian.

2. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.

Memilih isi pendidikan sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang


telah ditentukan oleh para perencana kurikulum yang memerlukan
pertimbangan beberapa hal :

a. Memerlukan penjabaran tujuan dari pendidikan dan pengajaran ke


dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit
menciptakan pengalaman belajar.

15
b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan

c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan juga
sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.
Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan
penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secra lebih
mendetail.

3. Prinsip Pemilihan Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar, hendaknya memperhatikan hal-hal


berikut ini; kecocokan metode/teknik belajar mengajar untuk mengajarkan
bahan pelajaran, variasi metode/teknik dalam proses belajar mengajar
terhadap perbedaan individu siswa, serta keefektifan metode/teknik dalam
mengaktifkan siswa dan mendorong berkembangnya kemampuan baru.

4. Prinsip Pemilihan Media dan Alat Pengajaran

Dalam proses pemilihan media dan alat pengajaran, hendaknya


memperhatikan hal-hal berikut ini; kegiatan perencanaan dan inventaris
terhadap alat/media apa saja yang tersedia, serta pengorganisasian alat
dalam bahan pembelajaran, baik dalam bentuk modul atau buku paket.

5. Prinsip Berkenaan dengan Penilaian

Penilaian merupakan proses akhir dalam kegiatan belajar mengajar.


Dalam proses penilaian belajar, setidaknya mencakup tiga hal dasar yang
harus diperhatikan, yakni; pertama, merencanakan alat penilaian. Hal yang
harus diperhatikan dalam fase ini ialah penentuan karakteristik kelas dan
usia, bentuk tes/ujian, dan banyaknya butir tes yang disusun. Kedua,
menyusun alat penilaian. Langkah-langkahnya adalah dengan merumuskan
tujuan pendidikan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,
mendeskripsikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati,
menghubungkan dengan bahan pelajaran, serta menuliskan butir-butir tes.
Ketiga, mengelola hasil penilaian. Prinsip yang perlu diperhatikan ialah

16
norma penilaian yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes serta
penggunaan skor standard.

3.4 Stakeholders Kurikulum

Stakeholder berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu stake
dan holder. Secara umum kata stake dapat diartikan sebagai
“kepentingan”,sedangkan kata holder diartikan sebagai “pemegang”. Jadi
stakeholder berarti pemegang kepentingan. Dalam konteks sekolah, Stakeholder
adalah masyarakat sekolah yang merupakan warga atau individu yang berada di
sekolah dan di sekitar sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung. terhadap manajemen sekolah, memiliki kesadaran sosial dan
mempunyai pengaruh terhadap sekolah.Stakeholder sekolah adalah segenap
komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam
merencanakan,melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap program
pendidikan.

Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pasal 56


menjelaskan bahwa stakeholder, yaitu:

a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang


meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan tenaga sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi,dan kabupaten/
kota yang tidak mempunya hubungan hierarkis.
c. Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan
pada tingkatan satuan pendidikan.

Stakeholder juga memiliki arti kelompok atau individu di dalam atau di luar
organisasi yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi oleh pencapaian misi,
tujuan dan strategi organisasi.Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai

17
orang atau badan yang berkepentingan menjadi pemegang sekaligus pemberi
dukungan terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung.Pembagian Stakeholder

Stakeholder pendidikan dibagi menjadi 2, yaitu stakeholder internal dan


stakeholder eksternal.

1) Stakeholder Internal
Stakeholder internal adalah orang atau badan yang berkepentingan
menjadi pemegang sekaligus pemberi dukungan terhadap pendidikan atau
lembaga pendidikan yang terlibat secara langsung yang berada di dalam
suatu sekolah.Adapun komponen-komponen yang termasuk dalam
stakeholder internal adalah :
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah terdiri dari dua kata, yaitu ‘kepala’ dan ‘sekolah’.
Kata‘kepala’ dapat diartikan ‘ketua’ atau ‘pemimpin’ dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan ‘sekolah’ adalah sebuah
lembaga di mana menjaditempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian, secara sederhanakepala sekolah dapat didefinisikan
sebagai “seorang tenaga fungsional guru yangdiberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang memberi pelajaran.56 Sebagai
pemimpin suatu lembaga maka kepala sekolah memiliki beberapa
peran yang harus dijalani, antara lain ada tiga peranan pemimpin
dilihat dari otoritas dan status formal seorang pemimpin, yaitu:
a) Peranan Hubungan antarperseorangan
Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer,
antara lain:
(-) Lambang
Dalam pengertian sebagai lambang kepala sekolah
mempunyaikedudukan yang selalu melekat dengan sekolah.
Kepala sekolahdianggap sebagai lambing sekolah. Oleh sebab itu,
seorangkepala sekolah harus selalu dapat memelihara integritas

18
diri agarperanannya sebagai lambing tidak menodai nama baik
sekolah.
(-) Kepemimpinan
Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung
jawabkepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya
yang ada di sekolah. Selain berperan sebagai penggerak juga
berperanuntuk melakukan control segala aktivitas guru, staf dan
siswa dan sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang
timbul dilingkungan sekolah.

(-) Penghubung
Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan menjadi penghubung
antara kepentingan sekolah dengan lingkungan di luar sekolah.
b) Peranan Informasional
Dalam fungsi informasional inilah kepala sekolah
berperansebagai pusat urat syaraf sekolah. Ada tiga macam peran
kepalasekolah sebagai pusat urat syaraf, yaitu:
(-) Sebagai Monitor
Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan
terhadaplingkungan, yaitu kemungkinanadanya informasi-
informasi yang berpengaruh terhadap penampilan sekolah.
(-) Sebagai Disseminator
Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menyebarluaskan
danmembagi-bagi informasi kepada para guru, staf, siswa dan
orang tua murid.
(-) Spokesman
Kepala Sekolah menyebarkan informasi kepada lingkungan
diluar yang dianggap perlu.
c) Sebagai Pengambil Keputusan
Dalam peran ini kepala sekolah selalu berusaha dan
bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang tepat
untukmenanggapi berbagai permasalahan yang terjadi

19
b. Guru
Menurut Drs. H.A. Amentembun dalam buku Akmal Hawi, guru
adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid,baik secara individual atau pun klasikal,baik itu di
sekolah maupun di luarsekolah.Tugas guru adalah mendidik dan
mengajar. Mendidik artinya mendorong dan membimbing peserta didik
agar maju menuju kedewasaan secara utuh yang mencakup intelektual,
emosional, spiritual, fisik, sosial dan moral.Sedangkan mengajar
adalah membantu dan melatih peserta didik agar mau belajara untuk
mengetahui sesuatu dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain
mendidik dan mengajar, guru juga memiliki tugas sebagai motivator,
fasilitator dalam proses pembelajaran, dan lain-lain.
c. Siswa
Siswa atau peserta didik khususnya adalah orang-orang yang
belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan,
pengarahan, nasehat, pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan
dengan proses kependidikan
d. Karyawan/ Tata Usaha
e. Pengawas
f. Dinas Pendidikan
g. Menteri Pendidikan Nasional
Seperti yang kita ketahui, di dalam sekolah terdapat berbagai pihak
diantaranya kepala sekolah, pendidik/ guru, dan peserta didik. Kepala
sekolah bertanggung jawab tentang perkembangan prestasi peserta
didiknya, suasana lingkungan kerja guru dan karakter keseluruhan
sekolah. Kepala sekolah juga memegang peranan penting lain yaitu
penghubung antara guru, orang tua, dan para stakeholder lainnya.
Peserta didik di masa globalisasi semakin membuat mereka beragam
dengan kehadiran teknologi sebagai tempat-tempat belajar mereka,
mereka mulai belajar dan mendapatkan informasi/ pengetahuan dengan
memanfaatkan teknologi- teknologi yang ada. Guru sebagai kunci
utama pendidikan semakin dituntut untuk beradaptasi dan bertanggung

20
jawab atas halhal yang dialami peserta didik. Pemerintah, yang
diwakili oleh Menteri pendidikan nasional, Dinas Pendidikan dan
pengawas selaku pembuat kebijakan juga harus bersinergi dengan
stakeholder lain. Peran pembuat kebijakan baik tingkat daerah hingga
pusat yang mana setiap kebijakan yang mereka putuskan diharapkan
dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh stakeholder
pendidikan lain serta mendukung kinerja antar stakeholder.

2) Stakeholder Eksternal
Stakeholder eksternal adalah orang atau badan yang
berkepentingan menjadi pemegang sekaligus pemberi dukungan terhadap
pendidikan atau lembaga pendidikan secara tidak langsung yang berada di
luar sekolah. Komponen-komponen yang termasuk ke dalam stakeholder
eksternal adalah:
a. Orang Tua Siswa
Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, suami istri (seorang laki-
laki dan seorang perempuan) yang terikat dalam tali pernikahan,
kemudian melahirkanbeberapa orang anak, maka suami istri tersebut
adalah orang tua bagi anak-anak mereka.
b. Komite Sekolah
Menurut Keputusan Mendiknas Nomor: 044/U/2002 dikemukakan
komite sekolah merupakan badan mandiri mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan
efesiensi pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan baik pada
pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
c. Toko Buku
d. Kontraktor Pembangunan sekolah
e. Penyedia Alat Pendidikan, dan lain-lain.

21
Berbeda dengan stakeholder internal yang terlibat langsung dalam
sistem pendidikan, stakeholder eksternal termasuk ke dalam bagian di
luar lingkaran sistem pendidikan tetapi berkaitan secara tidak langsung
pada komponen pendidikan di dalamnya. Stakeholder eksternal
pendidikan tidak mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
stakeholder internal dalam menghasilkan perubahan
pendidikan.Stakeholder eksternal yang dimaksud terdiri dari berbagai
macam,diantaranya adalah orang tua murid, komite, toko buku,
Penyedia Alat Pendidikan, dan lain-lain.

3) Peran Stakeholder di Sekolah


Adapun peran stakeholder di sekolah (kepala sekolah, guru dan
komite sekolah) adalah untuk:
a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua siswa,
b. Memberikan pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah
melalui bermacam macam media komunikasi,
c. Mencari dukungan dari masyarakat untuk kemajuan lembaga sekolah,
d. Mempersiapkan anak agar berani berinteraksi dengan masyarakat,
e. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa, dan lain-lain.

22
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses pembelajaran.


Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan, mampu dan tidaknya
peserta didik menyerap materi pembelajaran, tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan bergantung pada kurikulum yang digunakan. Jika kurikulumnya
didesain dengan baik dan sistematis. Jika kurikulumnya didesain dengan baik dan
sistematis, komprehensip, dan integral dengan segala kebutuhan pengembangan
dan pembelajaran peserta didik untuk mempersiapkan diri menghadapi
kehidupannya, tentu hasil atau output pendidikan itupun akan mampu
mewujudkan harapan (Suparman, 2020).

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting itu sudah disadari dalam
sistem pendidikan nasional. Karena kurikulum merupakan alat utama dalam
pelaksanaan program pendidikan baik formal maupun informal, gambaran sistem
pendidikan terlihat jelas dalam kurikulum. Dengan kata lain, sistem pengajaran
pada hakekatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Kurikulum merupakan alat
yang sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai
dan tepat, sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
(Erni dan Anne, 2023).

23
4.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis sadar akan kodrat manusia yang tak
luput dari kesalahan, maka dari itu untuk lebih menyempurnakan penyusunan
makalah kedepan, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang
membangun dari pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, P., & Effane, A. (2022). Model Pengembangan Peningkatan Mutu


Pendidikan dan Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah.
KARIMAH TAUHID, Vol.1.No.(6), 903– 907.

Ainy, F.Z., dan Effane, Anne. 2023. Peran Kurikulum dan Fungsi Kurikulum.
Karimah Tauhid. Vol. 2. No. 1. 153-154.

Anggraeni, R., & Effane, A. (2022). Peranan Guru dalam Manajemen Peserta
Didik. KARIMAH TAUHID, Vol.1. No. (2), 234–239.

Marisa, Mira. 2021. Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” di Era Society 5.0.
Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora. Vol 5, No.1, 67-68.

Permanan, F, Fendy., Chamisijatin, Lise. 2020 Telaah Kurikulum. Malang :


UMMPress.

Prasetyo, A. R., & Hamami, T. (2020). Prinsip-prinsip dalam Pengembangan


Kurikulum. PALAPA, 8(1), 42-55.

Ramadani, Fitra., dan Desyandri. 2022. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar


terhadap Pandangan Filsafat Progresivisme. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar. Vol 7, No. 2, 1239-1240

Rusdiana., Ratnawulan, Elis. 2022. Manajemen Kurikulum :Konsep Prinsip dan


Aplikasinya di Sekolah/Madrasah. Bandung : Arsad Press

Setiyadi, B., Revyta, R., & Fadhilah, A. (2020). Prinsip-prinsip pengembangan


kurikulum. Khazanah Pendidikan, 14(1).

Suparman, Tarpan. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran. Purwodadi : CV. Sarnu


Untung.

Ulum, M. (2020). Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum: Relevansi dan


Kontinuitas. Attanwir: Jurnal Keislaman dan Pendidikan, 11(1), 67-75.

Anda mungkin juga menyukai