LOKAL
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Dr. M. Fahim Tharaba, M.Pd
Oleh:
Zenudin Muhammad
NIM. 200103220019
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta hidayah˗Nya. Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
utusan˗Nya Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya dan
menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia. Berkat kasih dan sayang-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Studi Kebijakan
tentang Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal”.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharabkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini agar menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta pengetahuan baru kepada para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 berfungsi sebagai sarana dalam pengembangan
kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan
menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah salah satu komponen dalam rangka mengembangkan
potensi, menambah wawasan, pengetahuan dan bakat yang dimiliki setiap anak
didik sehingga memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. 1 Tanpa
adanya pendidikan yang terencana dengan baik, maka akan memberikan pengaruh
buruk bagi setiap individu dalam negara tersebut, maka akan berpengaruh
terhadap kualitas negara itu sendiri.
Indonesia merupakan negara dan bangsa dengan keanekaragaman yang
dimilikinya dalam berbagai aspek sosial, budaya, geografis serta demografis.
Keanekaragaman tersebut tetap dapat disatukan dengan keberadaan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara. Kebhinekaan yang dimiliki Indonesia menjadi
ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia sehingga harus
selalu dilestarikan dan dikembangkan. Mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa
melalui pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
keanekaragaman bangsa Indonesia.
Dalam perkembangannya, sejak akhir tahun 1980-an pemerintah melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memberlakukan kurikulum muatan
lokal di sekolah. Penerapan kurikulum muatan lokal ini memberikan tuntutan
untuk mewujudkan diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan
potensi daerah yang beragam sesuai dengan jenis pendidikan dan kondisi wilayah
setempat. Pada proses pelaksanaannya, sampai saat ini kurikulum muatan lokal
1
Septiana Intan Pratiwi, “Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Karakter Disiplin Siswa
SD”. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan. Vol. 2, No. 1, April 2020, hlm.
63.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi kurikulum?
2. Bagaimana konsep kurikulum muatan lokal?
3. Bagaimana kebijakan kurikulum muatan lokal dalam satuan pendidikan?
4. Bagaimana analisis kritis tentang kebijakan kurikulum muatan lokal?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang terdapat dalam
makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan definisi kurikulum.
2. Medeskripsikan konsep kurikulum muatan lokal.
3. Mendeskripsikan kebijakan kurikulum muatan lokal dalam satuan pendidikan.
4. Mendeskripsikan analisis tentang kebijakan kurikulum muatan lokal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata curere yang be-
rarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga berasal dari kata curriculum yang
berarti a running course, dan dalam Bahasa Perancis dikenal dengan carter yang
berarti tu run (berlari).2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 butir 19 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi, tujaun dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.3
Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya
oleh guru dan kepala sekolah.
Kurikulum dalam proses pendidikan memiliki fungsi sebagai sarana dalam
mengukur kemampuan pribadi dan konsumsi pendidikan. Hal ini membuat
kurikulum tidak dapat dilepaskan dari pengejaran target yang membuat peserta
didik untuk dapat memahami berbagai materi dengan mudah, selain itu juga
peserta didik bisa melaksanakan proses pembelajaran setiap harinya.
Fungsi kurikulum secara lengkap diartikan sebagai kegunaan atau manfaat
kurikulum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pendidikan. Pihak-pihak
tersebut yaitu sebagai berikut.
Kepala sekolah. Fungsi kurikulum untuk kepala sekolah sebagai
pemimpin penyelenggara pendidikan di sekolah adalah sebagai pedoman
pengelolaan sistem pendidikan. Kurikulum juga berfungsi sebagai patokan
pengawasan kepala sekolah juga indikator keberhasilan pembelajaran.
Guru. Fungsi kurikulum untuk guru adalah sebagai pedoman pengajaran
pada siswa. Kurikulum memberikan patokan yang jelas tentang proses
pengajaran serta materi yang harus diberikan pada peserta didik.
2
Dadang sukirman dan Ali Nugraha, Hakikat Kurikulum dalam Modul 1 PGTK 2403, Jakarta, Uni-
versitas Terbuka.
3
Pasal 1 butir 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
3
4
3) Proses belajar mengajar, melibatkan dua subjek pendidikan yaitu guru dan pe-
serta didik. Proses belajar mengajar juga memerlukan media atau sarana lain
yang memungkinkan proses tersebut berjalan efektif dan efisien.
4) Evaluasi, untuk mengetahui hasil dari capaian tiga komponen sebelumnya
yang sangat berguna bagi semua pihak untuk melihat sejauh mana keberhasi-
lan interaksi edukatif.4
4
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Ditjen
Dikti Depdiknas, 2002, hal. 123.
5
Iim Wasliman, Modul Problematika Pendidikan Dasar, Bandung, Sekolah Pascasarjana
Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia, 2007, hal. 209.
6
6
Achmad Basari, Penguatan Kurikulum Muatan Lokal dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar,
ISBN, Seminar Nasional 2014.
7
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011,
hal. 205.
8
Ibid.
7
kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi dari
daerahnya masing-masing.
Muatan lokal berisi materi yang disesuaikan dengan keadaan atau
kondisi pada suatu wilayah yang diusulkan kepada pemerintah
kabupaten/kota setempat, karena tiap daerah memiliki kondisi yang
berbeda-beda. Usulan tersebut oleh pemerintah kabupaten/kota selanjutnya
dianalisis dan diidentifikasi, dilakukan perumusan kompetensi dasar dan
menentukan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap
kompetensi dasar. Pemerintah kabupaten/kota kemudian menetapkan
apakah usulan tersebut dapat menjadi bagian dari muatan pembelajaran
atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Penetapan dari
pemerintah kabupaten/kota tersebut selanjutnya diusulkan kepada
pemerintah provinsi untuk kemudian ditetapkan sebagai kurikulum muatan
lokal yang diberlakukan di daerahnya.
Sejumlah daerah di Indonesia telah menetapkan muatan lokal untuk
diajarkan kepada peserta didik di daerah. Pemerintah Kabupaten
Bulukumba melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan
kurikulum muatan lokal kesenian dankebudayaan daerah yang disahkan
melalui Peraturan Buoati Nomor 20 Tahun 2018. Selain itu pemerintah
Kabupaten Luwu Utara juga memasukkan budaya Tana Luwu dalam
kurikulum muatan lokal di daerahnya. Materi yang diajarkan meliputi
tokoh-tokoh adat Luwu, tokoh pejuang dari Tanah Luwu, dan permainan
tradisional dari Tanah Luwu. Materi-materi tersebut diberikan agar para
peserta didik yang notabene berasal dari generasi muda dapat memiliki
pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dari daerah
aslnya.
Di Jawa Tengah, yaitu d daerah Probolingguo terdapat kurikulum
muatan lokal dalam bidang pertanian. Adapula yang menjadikan bahasa
daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal, seperti beberapa
kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat menjadikan bahasa Sunda sebagai
mata pelajaran Muatan Lokal, selaras dengan wilayah Jawa Tengah dan
9
Jawa Timur yang menjadikan bahasa Jawa sebagai salah satu mata
pelajaran muatan lokal.
Kurikulum muatan lokal yang lainnya yaitu materi pendidikan
lingkungan hidup di Kepulauan Yepen, Papua yang ditetapkan pada 2018.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat
dalam hal ini dimulai dari peserta didik agar memiliki pengetahuan,
kesadaran dan keterampilan mengenai nilai-nilai lingkungan hidup serta
permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengetahuan yang
digunakan oleh para pengelola dan penyelenggara pendidikan sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menjadi sarana dalam
mengukur kemampuan pribad peserta didik dan konsumsi pendidikan.
Kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan
dari berbagai ciri khas daerah tertentu, yang tidak hanya terdiri dari
keterampilan dan kerajinan tetapi juga manifestasi dari kebudayaan
daerah, legenda serta adat istiadat daerah tersebut. Kurikulum muatan
lokal ini berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan
keragaman potensi daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah dan
lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pen-
didikan tertentu.
Kebijkan dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk memutuskan apakah muatan lokal
menjadi materi dalam pembelajaran atau dapat berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran yang mandiri. Pemerintah telah menetapkan regulasi mengenai
kurikulum muatan lokal yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan
Lokal Kurikulum 2013.
Dalam rangka mengenalkan keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia sekaligus untuk menjaga keutuhannya, kurikulum muatan lokal dapat
menjadi salah satu alternatif yang diberikan melalui proses pembelajaran formal
pada tiap satuan pendidikan. Tetapi hal ini dapat dilakukan dengan catatan harus
dilakukan perencanaan yang matang agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
baik dan peserta didik dapat mencerna dengan baik isi dan proses pembelajaran
dari kurikulum muatan lokal tersebut.
15
16
DAFTAR RUJUKAN
16