Anda di halaman 1dari 16

STUDI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN

LOKAL

MAKALAH

Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Kebijakan Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu:
Dr. M. Fahim Tharaba, M.Pd

Oleh:
Zenudin Muhammad
NIM. 200103220019

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta hidayah˗Nya. Selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
utusan˗Nya Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya dan
menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia. Berkat kasih dan sayang-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Studi Kebijakan
tentang Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal”.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharabkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini agar menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta pengetahuan baru kepada para pembaca.

Malang, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Definisi Kurikulum ......................................................................... 3
B. Kurikulum Muatan Lokal ................................................................ 7
C. Kebijakan Kurikulum Muatan Lokal dalam Satuan Pendidikan ..... 10
D. Analisis tentang Kebijakan Kurikulum Muatan Lokal ................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 berfungsi sebagai sarana dalam pengembangan
kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan
menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah salah satu komponen dalam rangka mengembangkan
potensi, menambah wawasan, pengetahuan dan bakat yang dimiliki setiap anak
didik sehingga memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. 1 Tanpa
adanya pendidikan yang terencana dengan baik, maka akan memberikan pengaruh
buruk bagi setiap individu dalam negara tersebut, maka akan berpengaruh
terhadap kualitas negara itu sendiri.
Indonesia merupakan negara dan bangsa dengan keanekaragaman yang
dimilikinya dalam berbagai aspek sosial, budaya, geografis serta demografis.
Keanekaragaman tersebut tetap dapat disatukan dengan keberadaan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara. Kebhinekaan yang dimiliki Indonesia menjadi
ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia sehingga harus
selalu dilestarikan dan dikembangkan. Mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa
melalui pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
keanekaragaman bangsa Indonesia.
Dalam perkembangannya, sejak akhir tahun 1980-an pemerintah melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memberlakukan kurikulum muatan
lokal di sekolah. Penerapan kurikulum muatan lokal ini memberikan tuntutan
untuk mewujudkan diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan
potensi daerah yang beragam sesuai dengan jenis pendidikan dan kondisi wilayah
setempat. Pada proses pelaksanaannya, sampai saat ini kurikulum muatan lokal
1
Septiana Intan Pratiwi, “Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Karakter Disiplin Siswa
SD”. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan. Vol. 2, No. 1, April 2020, hlm.
63.

1
2

dihadapkan dengan berbagai pesoalan, salah satunya adalah bagaimana


perumusan kurikulum tersebut dilaksanakan sehingga benar-benar mampu
memberi kontribusi nyata terhadap proses pendidikan.
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang pentingnya kurikulum muatan lokal dalam proses
pendidikan dengan judul “Studi Kebijakan Pengembangan Kurikulum Muatan
Lokal”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi kurikulum?
2. Bagaimana konsep kurikulum muatan lokal?
3. Bagaimana kebijakan kurikulum muatan lokal dalam satuan pendidikan?
4. Bagaimana analisis kritis tentang kebijakan kurikulum muatan lokal?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang terdapat dalam
makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan definisi kurikulum.
2. Medeskripsikan konsep kurikulum muatan lokal.
3. Mendeskripsikan kebijakan kurikulum muatan lokal dalam satuan pendidikan.
4. Mendeskripsikan analisis tentang kebijakan kurikulum muatan lokal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata curere yang be-
rarti lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga berasal dari kata curriculum yang
berarti a running course, dan dalam Bahasa Perancis dikenal dengan carter yang
berarti tu run (berlari).2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 butir 19 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi, tujaun dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.3
Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya
oleh guru dan kepala sekolah.
Kurikulum dalam proses pendidikan memiliki fungsi sebagai sarana dalam
mengukur kemampuan pribadi dan konsumsi pendidikan. Hal ini membuat
kurikulum tidak dapat dilepaskan dari pengejaran target yang membuat peserta
didik untuk dapat memahami berbagai materi dengan mudah, selain itu juga
peserta didik bisa melaksanakan proses pembelajaran setiap harinya.
Fungsi kurikulum secara lengkap diartikan sebagai kegunaan atau manfaat
kurikulum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pendidikan. Pihak-pihak
tersebut yaitu sebagai berikut.
 Kepala sekolah. Fungsi kurikulum untuk kepala sekolah sebagai
pemimpin penyelenggara pendidikan di sekolah adalah sebagai pedoman
pengelolaan sistem pendidikan. Kurikulum juga berfungsi sebagai patokan
pengawasan kepala sekolah juga indikator keberhasilan pembelajaran.
 Guru. Fungsi kurikulum untuk guru adalah sebagai pedoman pengajaran
pada siswa. Kurikulum memberikan patokan yang jelas tentang proses
pengajaran serta materi yang harus diberikan pada peserta didik.
2
Dadang sukirman dan Ali Nugraha, Hakikat Kurikulum dalam Modul 1 PGTK 2403, Jakarta, Uni-
versitas Terbuka.
3
Pasal 1 butir 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

3
4

 Siswa. Fungsi kurikulum untuk siswa adalah sebagai acuan belajar,


dengan adanya kurikulum siswa dapat mengetahui materi apa saja yang
harus dipelajari dan dipahami, sehingga peserta didik dapat
memperisapkannya dengan lebih baik. Kurikulum juga berfungsi bagi
siswa dalam rangka menyetarakan atau membentuk suatu standar
pendidikan. Keberadaan kurikulum membuat semua daerah di Indonesia
memiliki standar pelajaran yang sama, sehingga dapat mewujudkan
pemerataan pendidikan di Indonesia.
 Masyarakat atau orang tua. Fungsi kurikulum bagi masyarakat terutama
orang tua adalah sebagai pedoman dalam pengawasan siswa. Pemahaman
orang tua terhadap kurikulum dapat menentukan pola didik dan
tercapainya keberhasilan kurikulum pendidikan sekolah pada seorang
anak.
Kurikulum dibuat dengan tujuan menjadikannya alat pendidikan untuk
menghasilkan siswa yang berintegrasi. Kurikulum juga membuat siswa jadi
mengerti tentang sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga siswa dapat
memutuskan pendidikan yang diinginkan untuk jenjang selanjutnya. Tujuan
disusunnya suatu kurikulum adalah agar terwujudnya pemerataan pendidikan
dalam suatu negara, membimbing serta mendidik siswa agar menjadi pribadi yang
cerdas, berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif, bertanggung jawab dan siap
masuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum terdiri dari empat komponen sebagai berikut.
1) Tujuan, yaitu tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
Bab II pasal 3 undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
wrga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2) Isi (materi), adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar, meliputi apa saja yang berhubungan dengan tujuan
pengajaran.
5

3) Proses belajar mengajar, melibatkan dua subjek pendidikan yaitu guru dan pe-
serta didik. Proses belajar mengajar juga memerlukan media atau sarana lain
yang memungkinkan proses tersebut berjalan efektif dan efisien.
4) Evaluasi, untuk mengetahui hasil dari capaian tiga komponen sebelumnya
yang sangat berguna bagi semua pihak untuk melihat sejauh mana keberhasi-
lan interaksi edukatif.4

B. Kurikulum Muatan Lokal


Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 0412/U/1987, kurikulum muatan lokal adalah
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
dipelajari oleh murid di daerah tersebut. Isi yang dimaksud yaitu materi
pelajaran yang dipilih dan dijadikan program untuk dipelajari oleh peserta
didik di bawah bimbingan guru guna mencapai tujuan muatan lokal.
Media penyampaian yaitu metode dan berbagai alat bantu pembelajaran
yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal. Isi dan media ini
diambil dari lingkungan yang dekat dengan peserta didik.5
Keberadaan kurikulum muatan lokal berpijak pada pandangan
mengenai inter-relasi pendidikan dan budaya, di mana program pendidikan
di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas tentang kekhususan yang
ada di lingkungannya kepada peserta didik. Isi dan bahan pelajaran muatan
lokal ditentukan berdasarkan pada keadaan dan kebutuhan lingkunga, yang
dituangkan dalam mata pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri
sendiri.
Kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan
dari berbagai ciri khas daerah tertentu, yang tidak hanya terdiri dari
keterampilan dan kerajinan tetapi juga manifestasi dari kebudayaan
daerah, legenda serta adat istiadat daerah tersebut.6

4
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Ditjen
Dikti Depdiknas, 2002, hal. 123.
5
Iim Wasliman, Modul Problematika Pendidikan Dasar, Bandung, Sekolah Pascasarjana
Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia, 2007, hal. 209.
6

Muatan local berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai
dengan keragaman potensi daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah
dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedo-
man penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pen-
didikan tertentu.7
Pelajaran muatan lokal ini bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya
serta sikap dan perilaku dalam rangka melestarikan dan mengembangkan
sumber daya alam, kualitas sosial dan kebudayaan yang mendukung
pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Diterapkannya
muatan lokal di setiap satuan pendidikan dapat dibagi menjadi dua tujuan,
yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah
tujuan yang dapat segera dicapai, di antaranaya yaitu bahan pengajaran
lebih mudah diserap oleh peserta didik, sumber belajar di daerah dapat
lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, peserta didik dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk
memecahkan masalah yang terjadi di sekitarnya, peserta didik dapat lebih
mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan budaya yang terdapat di
sekitarnya. Tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang memerlukan
waktu yang relatif lama untuk mencapainya, antara lain yaitu
meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang daerahnya, peserta didik
diharapkan dapat menolong orang tua san dirinya sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, peserta didik menjadi lebih dekat secara
emosional dengan lingkungannya, serta terhindar dari keterasingan
terhadap lingkungannya sendiri.8
Secara lebih khusus lagi, kurikulum muatan lokal memiliki tujuan
sebagai berikut.

6
Achmad Basari, Penguatan Kurikulum Muatan Lokal dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar,
ISBN, Seminar Nasional 2014.
7
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011,
hal. 205.
8
Ibid.
7

a) Mengenalkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan alam,


sosial dan budayanya.
b) Membekali peserta didik dengan kemampuan dan keterampiln serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun
lingkungan masyarakat pada umumnya.
c) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan
pembangunan nasional.
d) Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta
dapat membantu mencari pemecahannya.9

C. Kebijakan Kurikulum Muatan Lokal dalam Satuan Pendidikan


Kurikulum muatan lokal menjadi kewenangan pemerintah daerah
untuk menetapkannya yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan
Lokal Kurikulum 2013. Kearifan lokal dan keunikan budaya yang dimiliki
setiap daerah memungkinkan daerah untuk mengembangkan kurikulum
muatan lokal bagi sekolah-sekolah yang ada di daerahnya.
Dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pe-
merintah Daerah disebutkan bahwa penetapan kurikulum muatan lokal
pendidikan menengah dan muatan lokal pendidikan khusus menjadi
kewenangan pemerintah provinsi, sementara pemerintah kabupaten/kota
diberikan kewenangan menetapkan kurikulum muatan lokal pendidikan
dasar, pendidikan anak usia dini dan pendidikan non-formal.10
Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014, muatan lokal
adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang
berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap
keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Kemendikbud
mendorong kepada pemerintah daerah untuk membuat suatu rancangan
9
Iim Wasliman, Op.Cit., hal. 211.
10
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
8

kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi dari
daerahnya masing-masing.
Muatan lokal berisi materi yang disesuaikan dengan keadaan atau
kondisi pada suatu wilayah yang diusulkan kepada pemerintah
kabupaten/kota setempat, karena tiap daerah memiliki kondisi yang
berbeda-beda. Usulan tersebut oleh pemerintah kabupaten/kota selanjutnya
dianalisis dan diidentifikasi, dilakukan perumusan kompetensi dasar dan
menentukan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap
kompetensi dasar. Pemerintah kabupaten/kota kemudian menetapkan
apakah usulan tersebut dapat menjadi bagian dari muatan pembelajaran
atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Penetapan dari
pemerintah kabupaten/kota tersebut selanjutnya diusulkan kepada
pemerintah provinsi untuk kemudian ditetapkan sebagai kurikulum muatan
lokal yang diberlakukan di daerahnya.
Sejumlah daerah di Indonesia telah menetapkan muatan lokal untuk
diajarkan kepada peserta didik di daerah. Pemerintah Kabupaten
Bulukumba melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan
kurikulum muatan lokal kesenian dankebudayaan daerah yang disahkan
melalui Peraturan Buoati Nomor 20 Tahun 2018. Selain itu pemerintah
Kabupaten Luwu Utara juga memasukkan budaya Tana Luwu dalam
kurikulum muatan lokal di daerahnya. Materi yang diajarkan meliputi
tokoh-tokoh adat Luwu, tokoh pejuang dari Tanah Luwu, dan permainan
tradisional dari Tanah Luwu. Materi-materi tersebut diberikan agar para
peserta didik yang notabene berasal dari generasi muda dapat memiliki
pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dari daerah
aslnya.
Di Jawa Tengah, yaitu d daerah Probolingguo terdapat kurikulum
muatan lokal dalam bidang pertanian. Adapula yang menjadikan bahasa
daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal, seperti beberapa
kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat menjadikan bahasa Sunda sebagai
mata pelajaran Muatan Lokal, selaras dengan wilayah Jawa Tengah dan
9

Jawa Timur yang menjadikan bahasa Jawa sebagai salah satu mata
pelajaran muatan lokal.
Kurikulum muatan lokal yang lainnya yaitu materi pendidikan
lingkungan hidup di Kepulauan Yepen, Papua yang ditetapkan pada 2018.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat
dalam hal ini dimulai dari peserta didik agar memiliki pengetahuan,
kesadaran dan keterampilan mengenai nilai-nilai lingkungan hidup serta
permasalahan yang terjadi di sekitarnya.

D. Analisis tentang Kebijakan Kurikulum Muatan Lokal


Penetapan kebijakan tentang kurikulum muatan local pada setiap satuan
pendidikan menurut penulis dapat menjadi salah satu alternative dalam penge-
nalan dan penguatan peserta didik terhadap kebudayaan local di tempatnya ting-
gal. Adanya mata pelajaran muatan local dapat membuat peserta didik lebih men-
genal bagaimana budaya local di daerahnya, sehingga menanamkan rasa cinta
akan tanah air. Hal ini juga sebagai upaya dalam mengimplementasikan semboyan
bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu jua. Kurikulum muatan local yang berbeda-beda di tiap daerahnya men-
jadi wujud keanekaragaman yang dimiliki Indonesia. Dalam hal ini pendidikan
juga memiliki peran yang penting dalam memberikan pengetahuan kepada peserta
didik mengenai budaya local setiap daerah.
Mata pelajaran muatan lokal yang disusun dengan kurikulum pendidikan
akan lebih memudahkan bagi pendidik dan peserta didik dalam memahami pola
budaya pada daerahnya masing-masing. Penetapan kurikulum muatan lokal yang
dilakukan oleh setiap pemerintah daerah juga menjadi wujud dari keselarasan
antara komponen pendidikan dengan para penguasa di pemerintahn daerah. Selain
itu juga dalam rangka melaksanakan peraturan otonomi daerah, di mana
pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk secara
mandiri mngurus daerahnya sendiri termasuk salah satunya dalam bidang
pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, kurikulum muatan lokal tidak selalu mulus berjalan
tanpa hambatan. Kendala tentunya tetap ada dalam proses pembelajaran muatan
10

lokal yang diwujudkan dalam bentuk mata pelajaran. Sekolah-sekolah yang


berada di Jawa Tengah memiliki muatan lokal bahasa Jawa, yang bertujuan agar
para peserta didik yang berada di Jawa Tengah bisa memahami dan fasih dalam
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya. Tetapi hal tersebut tidaklah
berjalan lancar, masih banyak peserta didik yang tetap tidak bisa memahami
bahasa daerah dengan benar. Salah satu yang menjadi kendala adalah karena
muatan mata pelajaran bahasa daerah yang diberikan satuan pendidikan terlalu
singkat, yaitu hanya satu jam pelajaran atau sekitar 40-50 menit. Selain itu, isi
materi bahan ajar yang digunakan cenderung terlalu baku sehingga peserta didik
sering merasa jenuh dengan pola belajar bahasa daerah.
Kendala tersebut tentunya masih bisa dipecahkan dengan solusi yang lebih
konkret agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik. Pihak sekolah
bersama dengan organisasi tenaga pendidik dan departemen pendidikan yang ada
di daerah dapat kembali merumuskan kurikulum muatan lokal yang lebih sesuai
dengan keadaan dan situasi saat ini. Keempat komponen dalam kurikulum yang
meliputi tujuan, isi, proses belajar-mengajar dan evaluasi harus diperhatikan
dengan betul-betul agar dapat sampai dengan baik kepada peserta didik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengetahuan yang
digunakan oleh para pengelola dan penyelenggara pendidikan sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menjadi sarana dalam
mengukur kemampuan pribad peserta didik dan konsumsi pendidikan.
Kurikulum muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan
dari berbagai ciri khas daerah tertentu, yang tidak hanya terdiri dari
keterampilan dan kerajinan tetapi juga manifestasi dari kebudayaan
daerah, legenda serta adat istiadat daerah tersebut. Kurikulum muatan
lokal ini berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan
keragaman potensi daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah dan
lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pen-
didikan tertentu.
Kebijkan dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk memutuskan apakah muatan lokal
menjadi materi dalam pembelajaran atau dapat berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran yang mandiri. Pemerintah telah menetapkan regulasi mengenai
kurikulum muatan lokal yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan
Lokal Kurikulum 2013.
Dalam rangka mengenalkan keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia sekaligus untuk menjaga keutuhannya, kurikulum muatan lokal dapat
menjadi salah satu alternatif yang diberikan melalui proses pembelajaran formal
pada tiap satuan pendidikan. Tetapi hal ini dapat dilakukan dengan catatan harus
dilakukan perencanaan yang matang agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
baik dan peserta didik dapat mencerna dengan baik isi dan proses pembelajaran
dari kurikulum muatan lokal tersebut.

15
16
DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.


Bandung:Remaja Rosdakarya.
Basari, Achmad. 2014. Penguatan Kurikulum Muatan Lokal dalam Pembelajaran
di Sekolah Dasar. ISBN. Seminar Nasional 2014.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik Ditjen Dikti Depdiknas.
Pratiwi, S. I. 2020. Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Karakter Disi-
plin Siswa SD. EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2 (1), 63.
Sukirman, Dadang dan Nugraha. TT. Hakikat Kurikulum. Jakarta: Modul 1 PGTK
2403 Universitas Terbuka.
Wasliman, Iim. 2007. Modul Problematika Pendidikan Dasar. Bandung:Sekolah
Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

16

Anda mungkin juga menyukai