Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR KURIKULUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


Alifia Nur Zahra 1213311023
Rawiyah Fatimatuz Zahra 1213311022
Tamara Tesalonika Simarmata 1213311032
Nofran Purba 1213311013
Raja Amin Natser 1213311033

Dosen Pengampu Mata Kuliah TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN


PEMBELAJARAN:

Drs. ROBENHART TAMBA, M.Pd

KELAS EKSTENSI J 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Februari 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Makalah
ini. Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs.
ROBENHART TAMBA, M.Pd dalam mata kuliah Telaah Kurikulum dan Perencanaan
Pembelajaran.
Jika dalam penulisan makalah kami terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya, maka kepasda para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-
koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata mata agar menjadi suatu evaluasi dalam
pembuatan tugas ini.
Semoga dengan adanya pembuatan tugas ini dapat di berikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Penulis telah berupaya semaksimal
mungkin dalam menyelesaikan tugas ini, namun penulis sadar bahwa ini sangat jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran yang
membangun guna untuk memperbaiki tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dosen pengampu
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengengetahuan bagi pembaca.

Medan, 14 Februari 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... I


DAFTAR ISI ................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum dan Peran Kurikulum ...................................................... 3
2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kurikulum di Indoensia .....................................4
2.3 Pengertian Kurikulum Lama dan Kurikulum Baru ..............................................8
2.4 Komponen Kurikulum ........................................................................................10
2.5 Kurikulum dan Buku Teks ..................................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................14
3.2 Saran ...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah suatu proses kehidupan yang meliputi membantu manusia mencapai
potensinya secara penuh agar dapat menjalani dan menangani kehidupan secara utuh dan menjadi
manusia yang terdidik pada tataran kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bangsa yang maju dimulai
dari Pendidikan yang maju pula. Potensi setiap orang dapat diwujudkan melalui program pendidikan
yang direncanakan oleh pemerintah maupun swasta. Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa adanya kurikulum. Kurikulum menjadi bagian
integral dari proses pendidikan (Insani, 2019). Sederhananya, kurikulum menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan. Dikatakan demikian, karena kurikulum menjadi dasar pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah. Mau ke mana arah pendidikan di Indonesia jika kurikulum tidak ada.
Wahyuni (2015), kurikulum merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
sehingga bisa dikatakan bahwa kurikulum merupakan rujukan bagi proses pelaksanaan pendidikan
di Indonesia.
Berdasarkan sejarah perkembangan, konsep kurikulum sekurang-kurangnya memiliki tiga
pengertian, yaitu: kurikulum adalah program pendidikan yang terdiri dari beberapa mata pelajaran
yang harus dipelajari oleh anak didik pada suaitu jenjang sekolah. Kurikulum adalah semua
pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah. Dan kurikulum adalah rencana belajar siswa
agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyelenggara pendidikan mulai dari tingkat dasar
hingga pendidikan tinggi akan terarah dalam menyelenggarakan pendidikannya apabila kurikulum
dijadikan landasan yang kokoh. Apa pun tujuan yang kita miliki untuk pendidikan kita, itu akan
terpenuhi di masa depan.
Sudah seharusnya kurikulum harus selalu diperbaharui dan disempurnakan. Hal tersebut
dikarenakan jika ditelisik lebih jauh perubahan atau penyempurnaan kurikulum merupakan cara
pemerintah untuk menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan zaman di abad 21, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat tanpa bisa dikendalikan. Karena itu, tidak ada
1
pilihan lain untuk mengimbangi hal tersebut yaitu dengan menyempurnakan alat yang akan terus
dipakai yakni kurikulum.
Dari latar belakang tersebut maka, kurikulum tentu tidak dapat dipandang sebelah mata yang
hanya bentuk dokumen semata melainkan sebagai alat dan acuan tempat para pelaksana pendidikan
untuk melaksanakan proses pendidikan terbaik demi mencapai tujuan pendidikan nasional.
Bagaimana mungkin pendidikan dapat terlaksana dengan baik, jika para pelaksana pendidikan tidak
paham mengenai kurikulum itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka terdapatlah rumusan masalahnya
yaitu :
a. Bagaimana Konsep Dasar dari kurkulum besrta perannya?
b. Bagaimana sejarah dari perkembangan kurikulum dari zaman ke zaman?
c. Apa konsep dasar dari kurikulum lama dan baru?
d. Apa saja komponen komponen dalam kurikulum?
e. Bagaimana kurikulum dengan buku teks pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah dan didukung oleh latar belakang yang telah kami paparkan
maka dapat di buat tujuannya yaitu:
a. Dapat mengetahui apa itu konsep dari kurikulum besrta perannya.
b. Untuk mengetahui sejarah singkat kurikulum di indonesia.
c. Dapat mengetahui konsep dari kurikulum lama dan baru.
d. Dapat mengetahui komponen komponen dalam kurikulum.
e. Dan terakhir dapat juga memahami bagaimana kurikulum dan juga buku teks
pelajaran

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat dalam penulisan makalah kami ini yaitu:
a. Penulisan makalah ini diharapkan berguna untuk pengembangan pengetahuan bagi
siswa, khususnya guru dalam menerapkan kurikulum pembelajaran.
b. Dan juga penulisan makalah ini dapat menambah wawasan dan keilmuan yang
nantinya akan dialami oleh kami dan calon guru lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum dan Peran Kurikulum


A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan
yang memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah
kurikulum.
B. Pengertian kurikulum menurut para ahli
 J. Galen Saylor dan William M. Alexander
Dalam bukunya Curriculum Planning to better Teaching and Learning mengatakan bahwa
kurikulum ialah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas,
dihalaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi kegiatan
ekstrakurikuler. Menurut pendapat ini kurikulum itu bersipat luas meliputi semua usaha sekolah
yang berhubungan dengan pengalaman siswa belajar dan terjadi bukan hanya dilingkungan sekolah,
akan tetapi juga diluar sekolah dan sipatnya dapat mempengaruhi siswa dalam belajar, maka itu
disebut kurikulum.
 Harold B. Alberty‟s
Dalam Reorganizing The High School Curriculum mengemukakan bahwa kurikulum ialah:
Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi kegiatan-kegiatan lain di dalam
dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Pendapat ini memperkuat bahwa
ruang lingkup kajian kurikulum itu bersipat luas, artinya bukan hanya terbatas pada kumpulan mata
pelajaran yang diajarkan di dalam kelas akan tetapi kegiatan-kegiatan di luar kelas yang dapat
dipertanggung jawabkan baik oleh sekolah mapun guru.
 B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
Mengemukakan bahwa kurikulum ialah: sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat
diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapa berfikir dan berbuat sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh masyarakat. Pendapat ini memberikan pemikiran kepada kita bahwa
kurikulum itu harus menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan
dikemudian hari, sehingga setiap siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengamalaman belajar yang
dibutuhkan ketika meraka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat.

3
 William B. Ragan,
Dalam buku Modern Elementary Curriculum menjelaskan bahwa kurikulum adalah: seluruh
program dan kehidupan dalam sekolah yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab
sekolah, kurikulum tidak hanya mengikuti batas pelajaran, tetapi seluruh kehidupan dalam kelas,
jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk
kurikulum.
C. Peran Kurikulum
Kurikulum memiliki beberapa peranan yang penting dalam kehidupan. Di antaranya adalah
peranan konservatif, kreatif, serta kritis dan evaluatif.
 Peranan Konservatif
Peranan konservatif kurikulum artinya kurikulum berperan dalam mentransmisikan nilai-nilai
masa lalu yang masih dianggap relevan dengan masa kini.
 Peranan Kreatif
Di sini, kurikulum berguna untuk menciptakan sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Terlebih lagi di era seperti sekarang ini, kebutuhan masyarakat terhadap suatu hal kian
meningkat pesat.
 Peranan Kritis dan Evaluatif
Kurikulum sekolah memiliki peranan kritis dan evaluatif. Artinya, keberadaan kurikulum bisa
membantu pelajar untuk lebih peka terhadap kondisi dan juga situasi. Di sini, kurikulum adalah
media/pedoman untuk memberikan nilai, ujian, sekaligus evaluasi kepada para pelajar atas hal yang
telah dilaksanakan, terutama dalam proses pembelajaran.

2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Di dalam sistem pendidikan aspek terpentingnya ialah kurikulum. Kurikulum berperan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan yang berupa aturan, tujuan, isi, dan bahan pelajaran
juga metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Di indonesia perkembangan kurikulum
pada awal-awal kemerdekaan Indonesia masih berdasarkan sejarah masa lalu. Di Indonesia sendiri
kurikulum terus mengalami perubahan, hal inilah yang kita sebut sebagai perkembangan kurikulum.
Mulai dari tahun 1947, 1952, 1964, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013.
Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan suatu bentuk penyesuaian sistem pendidikan
dengan perubahan yang terus terjadi baik perubahan dibidang politik, ekonomi, sosial, dan juga
teknologi yg dirombak dan terus diperbaiki sehingga pendidikan benar-benar mampu menjadi alat
untuk mempertahankan negara dengan ilmu pengetahuan yang akan terus berguna hingga kapanpun.
4
Berikut Sejarah Kurikulum di Indonesia yakni:
1. Kurikulum 1947 “Rentjana Pelajaran 1947”
Rentjana Pembelajaran 1947 adalah kurikulum pertama pada indonseia dan dibuat tidak
lama setelah Indonesia memroklamirkan kemerdekaannya yang berarti bebas dari kaum penjajah.
Hal ini berpengaruh pada konteks dan struktur didalam kurikulumnya karena dimana saat jaman
penjajahan Belanda kurikulum dibuat dengan berbasis pada tujuan kolonialisme yang membelenggu
rakyat Indonesia dan pada jaman penjajahan Jepang kurikulum yang mengandung nilai kebarat-barat
dihapuskan dan digantikan dengan pendidikan berbasis militer untuk mendukung pemerintah Jepang
dalam mempertahankan daerah jajahan atau kekuasannya.
Pelaksanaan kurikulum 1947 tidak menekankan pada aspek kognitif namun hanya
mengutamakan pendidikan karakter seperti membangun rasa nasionalisme. Berikut ini ciri-ciri
Kurikulum 1947: a. Sifat kurikulum kurikulum mata pelajaran yang terpisah (1946-1947) b.
Penganar disekolah menggunakan c. Dalam jenjang pendidikan memiliki jumlah mata pelajaran
yang berbeda. Sehingga dapat dipahami bahwa konsep kurikulum Rentjana pelajaran 1947 masih
bersifat sederhana, yaitu hanya sebagai rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan atau di
implementasikan dalam pembelajaran dikelas. Dengan demikian bahwa kurikulum belum mencakup
seluruh pengalaman yang akan diperoleh peserta didik baik dalam kelas maupun luar kelas.
2. Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”
Pada tahun 1952 dilakukan perbaikan pada kurikulum di Indonesa yang kemudian dikenal
dengan kurikulum 1952. Kurikulum ini lebih memerinci setiap mata pelajaran yang kemudian di
beri nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952” dan belum menggunakan istilah kurikulum.
Bagaimana cara hidup yang baik sangat penting untuk di hubungkan dengan karakter yang menjadi
pintu tujuan sebuah perbaikan kurikulum. Dan kehidupan nyata di masyarakat (tematik) menjadi hal
yang paling menonjol dan sekaligus menjadi ciri khas kurikulum 1952 ini. Dalam konteks Rentjana
Pelajaran Terurai 1952, mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang study, yaitu :
1) Moral, 2) Kecerdasan, 3) Emosionalistik / artistik 4) Keterampilan dan 5) Jasmani.
3. Kurikulum 1964 Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum di Indonesia pada tahun 1964 mengalami penyempurnaan kembali. Konsep
pembelajaran aktif, kreatif dan produktif menjadi isu-isu yang dikembangkan pada Rentjana
Pendidikan 1964. Konsep tersebut mewajibkan setiap sekolah membimbing anak agar mampu
memikirkan sendiri pemecahan pemecah masalah (problem solving) terhadap berbagai masalah
yang ada. Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep kurikulum pada era ini lebih bersifat
bagaimana peserta didik bersikap aktif, kreatif dan produktif menemukan solusi terhadap berbagai
5
masalah yang berkembang dan ada di masyarakat. Cara belajar yang digunakan kurikulum 1964
adalah sebuah metode yang disebut dengan gotong royong terpimpin.
4. Kurikulum 1968
Sifat politis melekat erat pada awal munculnya kurikulum 1968, mengganti kurikulum 1964
yang dicitrakan sebagai hasil dari pemerintahan “Orde Lama”. Jika dilihat dari aspek tujuannya,
upaya untuk meningkatkan rasa cinta tanah air, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan
dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinan beragama lebih di tekankan pada
kurikulum 1968. Correlated subject curriculum menjadi ciri khas struktur kurikulum 1968, artinya
bahwa materi pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untuk jenjang pendidikan pada
jenjang selanjutnya.14F 15 Kurikulum 1968 identik dengan muatan mata pelajaran teoritis, tidak
berkaitan dengan ketentuan obyektif dilapangan atau kehidupan nyata (tematik) adapun metode
pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum ini sangat tergantung oleh ilmu pendidikan dan
psikologi pada akhir tahun 1960-an.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19755 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. latar
belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan
pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi :
tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984 Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 merupakanpenyempurnaan dari kurikulum 1975 dan mengunakan
pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan tetap penting messkipun sudah menggunakan
pendekatan proses. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan".
Subjek belajarnya adalah siswa. Model seperti ini yang dinakan aktif learning karena siswa yang
akan selalu aktif dalam pembelajaran. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Namun banyak sekolah yang menerapkan dengan baik dan alhasil siswa tidak
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hanya gaduh di kelas.
7. Kurikulum 1994 (Separate Subject Curriculum)
Kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi kurikulum 1994. Kurikulum 1994
dilaksanakan sesuai dengan UndangUndang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
6
Pada kurikulum ini terjadi perubahan dari sistem semester ke sistem catur wulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran
kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada materi pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan masalah.
8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Salah satu rujukan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia adalah kurikulum KTSP.
Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari KTSP, maka dari itu KTSP sering di sebut dengan
KBK yang disempurnakan. Unsur standar kompetensi dan kompetensi dasar yang melekat pada
KBK serta adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan. KTSP mempunyai karakteristik yang sama
dengan KBK yaitu guru bebas untuk melakukan perubahan, revisi dan penambahan dari standar
yang sudah di buat pemerintah, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan sampai pengembangan silabus.
10. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah diujicobakan
pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai
suatu kriteria keberhasilan.

7
2.3 Pengertian Kurikulum Lama dan Kurikulum Baru
Pengertian Kurikulum dalam Pandangan lama, (pandangan tradisional), merumuskan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.
Sementara Pandangan baru (modern), memaknai kurikulum sebagai seluruh kegiatan sekolah yang
ditawarkan kepada peserta didik sebagai pengalaman belajar di bawah bimbingan atau bantuan
pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku. Salah satu pandangan yang paling mutakhir
terhadap dimensi kurikulum adalah pandangan yang menjadikan peserta didik sebagai rujukan,
seperti Bagaimana proses pendidikan dapat mengaktualisasikan seluruh potensi dasar (gharizah)
peserta didik secara optimal. Bagaimana peserta didik belajar melibatkan jiwa raganya. Bagaimana
peserta didik belajar menggunakan penglihatan, pendengaran, seluruh indra dan hatinya, pikiran dan
perasaan serta emosi mereka.
Secara tradisional, kurikulum berarti materi pelajaran (subject matter/al-maddah), sedangkan
secara modern, kurikulum tidak hanya berarti materi pelajaran, tetapi juga semua rangkaian kegiatan
pendidikan yang terprogram dan terencana dengan baik, dan dianggap sesuatu yang nyata yang
terjadi dalam proses pendidikan di suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menurut pandangan
modern ini sebenarnya adalah pengalaman belajar (learning experience/al-khibrah al-ta‘limiyyah).
Pengalaman belajar banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan interaksi sosial di
lingkungan lembaga pendidikan, dan pengalaman bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi
yang penting adalah pengalaman hidup (life experience).
Dari pengertian tersebut terdapat beberapa perbedaan diantara Kurikulum Lama dan
Kurikulum Baru, diantaranya adalah:
1. Kurikulum Lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-
pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah di alami sebelumnya.
Di lain pihak, kurikulum baru berorientasi pada masa sekarang. Pengajaran berdasarkan
unit atau topik dari kehidupan masyarakat serta sesuai dengan minat dan kebutuhan para
siswa.
2. Kurikulum lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami, dan tidak
ada kesatuan pendapat diantara kalangan guru tentang filsafat pendidikan yang dianut
tersebut. Akibatnya, setiap guru memiliki tafsiran sendiri tentang berbagai hal yang akan
diajarkan kepada siswa, sehingga pengajaran tidak konsisten dengan pengalaman yang
diperlukan siswa. Di lain pihak, kurikulum baru berdasarkan pada filsafat pendidikan yang
jelas, yang dapat diajarkan ke dalam serangkaian tindakan yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
8
3. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang mengutamakan perkembangan
segi pengetahuan akademik dan keterampilan, dengan mengabaikan perkembangan sikap,
cita-cita, kebiasaan, dan sebaganya.“Belajar” lebih ditekankan pada unsur mengingat dan
latihan-latihan belaka. Adapaun penguasaan pengetahuan dan keterampilan tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh ijazah atau kenaikan kelas. Sebaliknya, kurikulum baru
bertujuan untuk mengembangkan keseluruhan pribadi siswa. “Belajar” bukan untuk
memperoleh ijazah, melainkan agar mampu hidup didalam masyarakat.
4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, yang diajarkan secara terpisah.Terkadang
memang diadakan semacam korelasi, tetapi korelasi tersebut hanya dilakukan diantara
unsur-unsur tertentu saja dalam beberapa mata pelajaran. Gagasan untuk memadukan
beberapa mata pelajaran telah ada, namun masih merupakan suatu broad-field (bidang study)
yang sempit.Dalam kurikulum lama, mata pelajaran hanya berfungsi sebagai alat.
Sebaliknya, kurikulum baru disusun berdasarkan masalah atau topik tertentu. Siswa belajar
dengan mengalami sendiri, sehigga tejadi proses modifikasi dan penguatan tingkah laku
melalui pengalaman dengan menggunakan mata pelajaran.Oleh karena itu, kurikulum
disusun dalam bentuk bidang study yang luas atau dalam bentuk integrasi dari semua mata
pelajaran.
5. Kurikulum lama hanya didasarkan pada buku pelajaran (text book) sebagai sumber bahan
dalam mengajarkan mata pelajaran. Meskipun buku-buku sumber tersebut sering diperbaiki,
namun sering kali bahan yang terkandung di dalamnya sudah tidak up to date lagi, bahkan
sering kali pemilihan bahan tidak selaras dengan filsafat dan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai. Berbagai permasalahan dalam masyarakat yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa pun tidak pernah disinggung. Sebaliknya, kurikulum baru bertitik tolak dari
masyarakat dalam kehidupan keseharian, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan,
minat, dan kebutuhan individu. Bahkan, sumber yang paling luas adalah masyarakat itu
sendiri, sedangkan buku hanya menjasi sumber pelengkap.

Kurikulum lama dikembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan. Guru yang
menentukan mata pelajaran dalam kurikulum, mereka yang menentukan bahan dan pengalaman
yang akan diajarkan, dan mereka pula yang menentukan sumber bahan. Singkatnya, berhasil atau
tidaknya kurikulum tergantung pada guru secara perorangan, atau dengan kata lain guru merupakan
suatu “cardinal factor” dalam keberhasilan kurikulum sekolah. Di lain pihak, kurikulum baru
dikembangkan oleh sekelompok guru secara bersama-sama atau oleh departemen tertentu. Setiap
9
gru terikat pada konsep yang telah disusun oleh sekelompok atau departemen tersebut, dengan tidak
mengurangi kebebasan guru untuk mengadakan beberapa penyesuaian dalam batastertentu.

2.4 Komponen Kurikulum


Komponen merupakan bagian-bagian yang saling bekerja sama sehingga tercipta suatu
sistem yang utuh. Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang mempunyai peran penting dalam
keseluruhan aspek yang berlangsung dalam suatu proses untuk pencapaian tujuan. Suatu kurikulum
harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara
kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian
antar komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, proses, isi dan evaluasi. Kurikulum
memiliki lima komponen utama, yaitu (a) tujuan; (b) materi; (c) strategi pembelajaran; (d) organisasi
kurikulum, dan (e) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak
bisa dipisahkan. Berikut ini adalah uraian mengenai tiap-tiap komponen kurikulum tersebut.
a. Komponen tujuan
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil
atau tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan seberapa
banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti
dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Tujuan kurikulum biasanya terbagi atas tiga level atau tingkatan, yaitu sebagai
berikut. 1) Tujuan Jangka Panjang (aims) Tujuan ini, menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan
serta didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan langsung dengan
tujuan sekolah, melainkan sebagai target setelah anak didik menyelesaikan sekolah, seperti;
“bertanggung jawab sebagai warga negara”, “bangsa berbangsa Indonesia” dan sebagainya. 2)
Tujuan Jangka Menengah (goals) Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada
jenjangnya, terdapat tujuan sekolah SD, SMP, SMA dan lain-lainnya. 3) Tujuan Jangka Pendek
(objective) Tujuan yang dikhususkan dicapai pada pembelajaran di kelas, misalnya; siswa dapat
mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktekkan sholat, dan sebagainya.
Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua (2) tujuan, yaitu sebagai berikut.
1) Tujuan yang dicapai secara keseluruhan Mata Pelajaran/Bidang Studi Tujuan ini biasanya
meliputi aspek-aspek pengetahuan (pengetahuan), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif), dan
nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki oleh para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Hal tersebut juga disebut tujuan lembaga (institusional). 2) Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
10
bidang studi Tujuan ini biasanya disebut dengan tujuan kurikuler. Pada kurikulum yang sekarang
berlaku, tujuan ini tertulis dalam bentuk Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran, Kompetensi Dasar. Setelah dijabarkan oleh guru diperoleh Indikator dan Tujuan
Pembelajaran.
b. Komponen isi atau materi ajar
Pada hakikatnya, isi / materi kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat
dikelompokan menjadi: a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur
keilmuan. b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral. c. Estetika, pengetahuan
tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya. Kita menyadari bahwa kurikulum merupakan sesuatu
yang bersifat dinamis. Artinya, disain kurikulum yang sudah ditetapkan dan diterapkan harus selalu
dikaji agar relevan dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan jaman. Pengembangan materi
kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Mengandung bahan kajian yang
dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran. b. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan
pendidikan. Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan kurikulum,
yang meliputi teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh atau ilustrasi,
definisi, dan preposisi.
c. Komponen media
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media merupakan perantara untuk
menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu,
pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat terhadap pokok bahasan yang
disajikan pada peserta didik akan mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi
sajian guru dalam pengajaran.
d. Komponen Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa, guru, dan sumber
belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran,
tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh karakteristik substansi yang akan
diajarkan dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu pun strategi/metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengajarkan semua substansi pelajaran secara sama baiknya. Substansi (isi)
pelajaran tertentu memiliki karakteristik tertentu, sehingga hanya cocok untuk diajarkan dengan cara
tertentu pula. Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas hendaknya
11
dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak. Strategi pembelajaran yang
demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan harus mampu melakukan pemberdayaan
terhadap seluruh potensi siswa.
e. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum untuk melihat efektifitas pencapaian
tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi juga digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sementara
itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori,
interview, dan catatan anekdot. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk
penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam
kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu: (1)
pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan campuran
multivariasi. Secara umum pelaksanaan evaluasi tersebut dapat dibagi dua bagian yaitu:
1. Evaluasi hasil, ini dilakukan oleh guru setelah pokok bahasan disampaikan dengan tujuan
untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi
yang disampaikan.
2. Evaluasi yang kedua yaitu terhadap proses pelaksanaan langkah-langkah pembelajaaraan.

2.5 Kurikulum dan Buku Teks


Secara definisi buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah-sekolah dan di
perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. (Buckingham, 1958 :1523). Buku teks
adalah rekaman pikiran rasional yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional
(Hall_Quest, 1915). Buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi” dan dapat
terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. (Lange, 1940). “Buku teks
adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh
para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
sesuai dan serasi.
12
Menurut Tyler, kriteria dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif adalah(1)
berkesinambungan (continuity), (2) berurutan (sequence), dan (3) keterpaduan (integration). Prinsip
berkesinambungan terlihat adanya pengulangan kembali unsur-unsur utama kurikulum secara
vertikal. Prinsip berurutan terlihat pada isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan
pelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasannya. Sementara itu, prinsip keterpaduan
menampak pada tidak adanya pemisahan secara dikotomis antara isi yang satu dengan yang lain
dalam kurikulum. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak
pernah menerapkan secara terpisah keterampilan tertentu dengan keterampilan yang lain. Mereka
selalu menerapkannya secara terpadu. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis kontekstual dan
tematik sangat cocok untuk memenuhi kriteria keterpaduan ini.
Peran buku teks sendiri sangat lah mendominasi, disamping penulis buku teks itu memang
harus memahami dasar-dasar kurikulum yang digunakan juga memudahkan guru dalam proses
pembelajaran. Kita sebagai guru maupun murid begitu sadar bukan, akan pentingnya buku teks
dalam proses pembelajaran karena dengan adanya buku teks akan mempermudah pemahaman pula.
Para guru yang setiap hari berkecimpung dalam dunia pembelajaran akan terasa benar betapa erat
hubungan antara kurikulum dan buku teks. Buku teks dianggap sebagai sarana penunjang bagi
kurikulum tersebut. Walaupun begitu, tidaklah menutup kemungkinan bahwa kurikulum lahir
berdasarkan adanya buku teks yang dianggap relatif baik sehingga perlu disusun programnya secara
bersistem.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan konsep dasar kurikulum yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa konsep kurikulum memiliki tiga pengertian, yaitu: kurikulum adalah program pendidikan
yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik pada suaitu jenjang
sekolah. Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah. Dan
kurikulum adalah rencana belajar siswa agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan
kurikulum di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1947, yang diikuti dengan perubahan atau
penyempurnaan pada tahun berikutnya, yaitu: tahun 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan
2006. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum tersebut disesuaikan dengan situasi perkembangan
zaman dan kondisi masyarakat pada saat kurikulum dikembangkan.
Kurikulum pada dasarnya sangat memerlukan pembaharuan sesuai dengan kemajuan zaman
dan teknologi, dikarenakan apabila tidak adanya pembaharuan yang dilakukan maka, proses
pembelajaran dan pendidikan di Indonesia akan mengalami keterlambatan dengan pendidikan
bangsa lain, dan apabila seiring dengan kemajuan zaman, kita masih menggunakan metode
kurikulum yang lama mungkin akan kurang relevan lagi, sehingga dengan adanya kurikulum yang
baru juga dapat di jadikan acuan untuk proses belajar dalam membuat atau menyusun kurikulum
baru lagi sehingga dapat belajar dari pengalaman.

3.2 Saran
Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan, karena kurikulum
lah yang mengatur dan mnegarahkan agar tujuan pendidikan itu dapat tercapai dan tidak melenceng
dari tujuan yang telah direncanakan. Selain itu dalam implementasinya kurikulum harus dilakukan
pengawasan dan evaluasi untuk meninjau sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari kurikulum
tersebut. Hal ini juga bertujuan agar dapat menjadi perbaikan kurikulum untuk kedepannya. Agar
pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka para pelaksana Pendidikan mesti paham mengenai
kurikulum itu sendiri dan dapat berperan dalam mengimplementasikan kurikulum dalam peroses
kegiatan belajar mengajar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin, A. (2014). Sejarah Kurikulum di Indonesia (Studi Analisis Kebijakan Pengembangan


Kurikulum). Nur El-Islam, 1(2), 48-58.

Angga, C. S. (2022). Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah
Dasar. JURNAL BASICEDU, 5877-5889.

Hakim, L. (2017). ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN


KURIKULUM 2013. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 280-292.

Hidayat,Rakhmat.2017.Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Jakarta: Labsos.

Ibrahim, M. (2014). Hakikat kurikulum dan Pembelajaran. Modul Pembelajaran, 1-42. Mansyur,
Ruhban.2019. Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: Anugrah
Utama Raharja.

Insani, F. D. (2019). Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga
saat ini. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 43-64.

15

Anda mungkin juga menyukai