Anda di halaman 1dari 14

LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pembelajaran Tematik MI/SD
Dosen Pengampu : Ummu Jauharin Farda, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nur Asiyah Zen 21106051086

PGMI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang , Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah Nya kepada Penulis, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik MI/SD dengan
judul Landasan Pembelajara Tematik.
Makalah ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan. Khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Aamiin.

Semarang, 23 November 2022

Penyusun.

1
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................... 1
Daftar Isi .......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Yudiris Pembelajaran Tematik .............................. 5
B. Landasan Psikologos Pembelajaran Tematik .......................... 7
C. Landasan Filosofis Pembelajaran Tematik ............................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 12
B. Saran ..................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum untuk sekarang ini masih memegang peran penting
dalam suatu pendidikan sebab sebagai penentuan arah isi dan proses
pendidikan yang menentukan kualitas lulusan kelak. Dari taun ketahun
kurikulum mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian
menteri yang selama ini difikirkan oleh masyarakat. Perkembangan
kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek
pendidikan serta variasi aliran-aliran atau teori pendidikan yang dianut
pada masanya.
Belakangan ini santer terdengar mengenai kurikulum 2013. Respon
berupa perubahan kurikulum merupakan langkah strategis yang dapat
ditempuh pemerintah sebagai pengemban amanat undang-undang.
Perubahan kurikulum 2013 yang sempat menimbulkan polemik pro dan
kontra membuat bingung guru-guru sekolah karena wacana perubahan
kurikulum tersebut belum terealisasikan secara jelas. Apalagi dalam
perubahan kurikulum tersebut, ada perampingan atau penggabungan
beberapa mata pelajaran dalam satu tema yang sering kita sebut sebagai
model pembelajaran tematik terpadu.
Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada peserta
didik, memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, pemisahan
antar mata pelajaran tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Landasan
pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: filosofis, psychologis, dan yuridis.
Prinsip pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan lingkungan,
bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema, dan
efisiensi. Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan,

3
memberikan pengalaman, hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan
bermakna, mengembangkan keterampilan berfikir anak, menumbuhkan
keterampilan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan
tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. Pembelajaran model ini
akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran
ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
peserta didik. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan pembelajaran
lebih berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri. Maka dari itu penulis
akan membahasan sedikit tentang landasan pembelajaran tematik yang di
gunakan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan
dibahas merupakan tentang apasaja landasan pemeblajaran tematik di
Indonesia.

C. Tujuan Penulisan
Sedangkan tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah Juga bertujuan untuk memahami landasan-landasan
pembelajarn tematik yang berlakudi dunia pendidikan sekarang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau Integrated Thematic


Instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an.
Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif
(highly effective teaching model), karena mampu mewadahi dan menyentuh secara
terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik di dalam kelas atau di lingkungan
sekolah. Model PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu
percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning
and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang
panjang.
Pembelajaran tematik terpadu yang sering juga disebut sebagai
pembelajaran tematik terintegrasi (Integrated Thematic Instruction) aslinya
dikonseptualisasikan tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya
dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented),
anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar
cepat. Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang
tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan
waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
Pada sisi lain, model PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan
kualitatif lingkungan belajar. Model PTP diharapkan mampu menginspirasi
peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.

A. Landasan Yudiris Pembelajaran Tematik


Kurikulum dikembangkan mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UUD 1945. Selanjutnya
dijabarkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dan UU terkait dengan
pendidikan. Lalu dijabarkan lagi kedalam berbagai peraturan Pemerintah
seperti peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan

5
Pemerintah lebih lanjut dijabarkan kedalam berbagai peraturan menteri seperti
peraturan menteri tentang SKL, SI, Standar Proses dan Standar Penilaian.
Akhirnya Peraturan pemerintah juga dijabarkan kedalam Rencana Strategis
Kementrian, yang kemudian dirumuskan kedalam program-program
kementrian.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyempurnaan kurikulum di Indonesia yang
menjadi lndasan utamanya justru landasan Yuridis. Misalnya, kurikulum 2004,
landasan utamanya adalah diberlakukannya UU Nomor 22tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah dan peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom,
serta UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sementara itu kurikulum 2013 landasan utamanya adalah diberlakukannya
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan.
Sehubungan dengan landasan-landasan pengembangan kurikulum diatas,
pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan mengantisipasi hal-hal
berikut:
1. Perubahan/ Pengembangan Kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan, bahkan diperlukan.
2. Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan. Kurikulum
baik bagi zamannya
3. Kurikulum masa lalu sering bagian-bagian tertentunya masih terdapat
kesamaan dengan perubahan kurikulum masa berikutnya.
4. Perunbahan/pengembangan kurikulum akan berhasil jika ada perubahan
pandangan pada masyarakat.
5. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok
6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan
dari sekian alternatif yang ada.
7. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah
berakhir.

6
8. Pengembangan kurikulum akan berhasil bila dilakukan secara
komprehensif-holistik, bukan aktifitas yang parsial, bagian demi bagian
yang terpisah.
9. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses
yang sistematis.
10. Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.

Dapat disimpulkan bahwa agar kurikulum selalu relevan dengan tuntutan


zaman, harus selalu disempurnakan dengan mengacu pada landasan Yuridis,
disamping landasan filosofis, psikologis, sosial budaya, perkemangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta empiris. 1
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah
dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

B. Landasan Psikologis Pembelajaran Tematik


Pada hakikatnya, setiap anak merupakan pribadi yang unik, khas, yang
memiliki bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan belajar berbeda satu sama
lain. Akan tetapi, setiapa anak juga memiliki kesamaan secara universal. Oleh
karena itu, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis perkembangan
dan psikologis belajar anak.2

1
Dr.Herry Widyastono, PU, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah,
Jakarta:PT Bumi Aksara, 2014, Hal 36-37
2
Ibid, Hal.27

7
Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya
dengan lingkungan. Perilaku tersebut merupakan man investasi dari ciri-ciri
kehidupannya baik yang nampak maupun tak nampak, prilaku kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Kondisi psikologis tiap individu berbeda, karena
perbedaan tingkat perkembangannya, latar belakang sosial budayanya, juga
karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini
pun berbeda-beda tergantung pada konteks, peran, atau status individu
diantara individu lainnya. Interaksi yang tercipta didalam situasi pendidikan
harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik.3
Pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku
manusia atau peserta didik, akan tetapi tidak semua perubahan perilaku
manusia mutlak sebagai akibat dari intervensi program pendidikan.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan
kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual peserta didik serta
kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi yang berasal dari
psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan
peserta didik, serta bagaiman peserta didik belajar. 4
Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang
diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan
kontribusi dalam hal bagaimana isi / materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

3
Dr. Nana Syaodiq Sukmadinata, Primsip dan Landasan Pengembangan
Kurikulum, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 1988, Hal 50
4
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan pembelajaran, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, Cet.ke-II,2012, Hal 26

8
C. Landasan Filosofis Pembelajaran Tematik
Pengembangan kurikulum memiliki dasar yang memungkinkan
pengambilan keputusan yang sehat dan kosisten. Akan tetapi dalam
pengembangan kurikulum tidak hanya menonjolkan falsafah pribadinya,
akan tetapi harus mempertimbangkan falsafah negara, pendidikan dan staf
pengajarannya. Selain itu seseorang tak perlu mendalalmi semua bidang
filsafat agar dapat mengembangkan kurikulum. Pendidikan pada dasarnya
bersifat normatif, jadi ditentukan oleh sistem nilai-nilai yang dianut.
Tujuan pendidikan adalah membina warga negara yang baik. Norma-
norma yang baik terkandung dalam falsafah negara, bagi kita dalam
pancasila.
Pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat merupakan
pandangan dan wawasan dalam pendidikan, atau dapat dikatakan bahwa
filsafat yang hidup dalam masyarakat merupakan landasan filosofis
penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu landasan filosofis
pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas, ilmu pengetahuan,
sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakikat ikira yang ada dalam
masyarakat.
Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan,
pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan
yang harus dilakukan pendidik atau peserta didik senantiasa harus sesuai
dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu pancasila.Keberadaan aliran
filsafat dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan
sebagai acuan, akan tetapi perlu dipertimbangkan dan dikaji karena tidsk
semua konsep aliran fisafat dapat diterapkan dalam sistem pendidikan
kita.5
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi manusia
termasuk masalah-masalah pendidikan ini disebut filsafat pendidikan.

5
Ibid, Hal.21-22

9
Walaupun dilihat sepintas filsafat pendidikan ini hanya merupakan
aplikasi dari pemikiran filosofis untuk pemecahan masalah pendidikan,
tetapi antara filsafat dengan filsafat pendidikan terdapat hubungan yang
sangat penting. Menurut Donald Butler, Filsafat memberikan arah dan
metodologi terhadap praktek pendidikan, sedangkan praktek pendidikan
memberikan bahan bagi pertimbangan filosofis.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan
penting dalam proses pengembangan kurikulum. Kurikulum pada
hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat yang
dapat mempertahankan, mengembangkan, dan hidup dalam sistem nilai
masyarakatnya. Oleh sebab itu, dalam proses pengembangan kurikulum
harus mencerminkan sistem nilai masyarakat. Dengan demikian, isi
kurikulum yang disusun harus memuat dan mencerminkan nilai-nilai
pancasila. Pengetahuan yang harus dikembangkan, keterampilan yang
harus dikuasai, sikap yang harus ditanamkan oleh peserta didik tidak
terlepas dari nilai-nilai pancasila.6
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu progresivisme, konstruktivisme, dan
humanisme.
1. Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman
siswa.
2. Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa
sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan
adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus

6
Op.Cit (Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah) Hal.25

10
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh
rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya.
3. Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan /
kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum di Indonesia
secara cepat dan tepat kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupakan
falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni pancasila.
Dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Agar kurikulum selalu relevan dengan kondisi tuntutan zaman,
harus selalu disempurnakan dengan mengacu pada landasan yuridis,
disamping landasan-landasan lainnya.
Model kurikulum pembelajaran tematik menurut beberap ahli
kurikulum menyatakan bahwa yang termasuk di dalam pembelajaran
tematik meliputi pengorganisasian dan Kualifikasinya.

B. Saran
Penulis sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak
memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis
akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

0
DAFTAR PUSTAKA

Widyastono Herry, 2014, Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah,


Jakarta : Bumi Aksara
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2012, Kurukulum &
Pembelajaran, Jakarta : Rajawali Pers
Sukmadinata N.S, 1988, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum,
Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai