Anda di halaman 1dari 23

KURIKULUM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Disusun oleh:
Ayu Permatasari Sihotang (2202411017)

Melly Egidia (2203111008)

Putri Dinda Resta Silaban (2202411010)

Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Drs.Tangson R Pangaribuan,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Penulis berharap Tugas ini dapat diterima dengan baik oleh
para pembaca.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengamou
Drs.Tangson R Pangaribuan,M.Pd. yang telah membimbing Penulis dalam mengerjakan
makalah walaupun dalam situasi daring (tidak tatap muka) dan juga kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberi dorongan sehingga tugas makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu
Dengan kerendahan hati, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini bisa sesuai dengan
materi pembelajaran dalam RPS dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan,5 MARET 2021

Kelompok 4

                                                                         

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4


A.      Latar Belakang ......................................................................................................4
B.       Identifikasi Masalah .............................................................................................4
C.       Tujuan Penulisan ..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5


A.      Pengertian Kurikulum............................................................................... ......5
B.       Fungsi Kurikulum................................................................................. ...........6
C.       Komponen-komponen Kurikulum........................................................ .... .....7
D.      Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia........................... ........14
E.       Silabus dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.................................. .....18
F.        Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia................ .....20

BAB III PENUTUP


A.      Simpulan ...............................................................................................................23
B.       Saran ...................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sedang mensosialisasikan
kurikulum baru lagi yaitu kurikulum 2013. Kita ketahui bahwa perubahan itu sangat perlu
untuk menyikapi tantangan di masa depan yang semakin canggih, kompleks dan menuntut
kesigapan pemerintah kususnya dalam bidang pendidikan untuk membekali para generasi
muda untuk menghadapi perubahan. Respon berupa perubahan kurikulum merupakan
langkah strategis yang dapat ditempuh pemerintah sebagai pengemban amanat undang-
undang. 
Rencana perubahan  kurikulum 2013 tahun lalu yang sempat menimbulkan polemik
pro dan kontra membuat bingung guru-guru sekolah karena wacana perubahan kurikulum
tersebut belum terealisasikan secara jelas. Apalagi dalam perubahan kurikulum tersebut, ada
perampingan beberapa mata pelajaran. Yang saya dengar adanya perampingan atau
pengabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi satu dalam penerapan kurikulum yang
terkesan belum jelas ini Pemerintah terkesan tergesa-gesa dalam menerapkannya.

B.       Identifikasi Masalah
1.        Apa saja fungsi dan komponen dari kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia?
2.        Bagaimana kajian kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia?
3.        Bagaimana implementasi kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia?

C.      Tujuan Penulisan
1.        Menjelaskan fungsi dan komponen dari kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.
2.        Menjelaskan kajian kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.
3.        Menjelaskan implementasi kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
4
A.      Pengertian Kurikulum
1.        Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan
kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah
(alloftheactivitiesthatprovidedforthestudentsbytheschool).
2.        Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya
sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruanagan kelas, di halaman
sekolah, maupun di luar sekolah (The curriculumisthe sun total
ofschool’seffortstoinfluencelearning, whether in theclassroom, ontheplaygound,
oroutofschool).
3.        Hamid Hasan (1998), sebenarnya kurikulum ini bukanlah merupakan sesuatu yang tunggal.
Istilah kurikulum menunjukkan berbagai dimensi pengertian. Ia menunjukkan bahwa pada
saat sekarang istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut sebagai
berikut.
ü  Kurikulum sebagai suatu ide.
ü  Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide.
ü  Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai
suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
ü  Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan.[1]

4.        Menurut UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional “ Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar”.
5.        Dalam pasal 1 Butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
definisi kurikulum dijelaskan sebagai berikut. “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. [2]

Dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum merupakan seperangkat atau sistem


rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.

B.       Fungsi Kurikulum

5
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi
pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,
kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak siswa itu sendiri.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggarakannya proses
pendidikan di sekolah. Bagi siswa, kurikulum, berfungsi sebagai pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa, kurikulum memiliki enam fungsi
menurut Alexander Inglis, yakni: [3]

1.        Fungsi Penyesuaian
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
mengarahkan siswa agar memiliki sifat yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2.        Fungsi Integrasi
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh yang mana siswa merupakan anggota dan bagian
dari masyarakat.
3.        Fungsi Diferensiasi
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
memberikan pelayanan terhadap individual siswa yang memiliki perbedaan, baik dari aspek
fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4.        Fungsi Persiapan
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya dan juga
diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat dalam masyarakat seandainya siswa
tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5.        Fungsi Pemilihan/Seleksi
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
6.        Fungsi Diagnostik
Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan yang harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan dan
kelemahan potensi yang dimilikinya.[4]

6
C.      Komponen-komponen Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bagan diatas ini menggambarkan bahwa system kurikulum terbentuk oleh 4
komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi, pencapaian tujuan
dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu
sama lain. Manakala salah satu komponen yang terbentuk sistem kurikulum terganggu atau
tidak berkaitan dengan komponen lainnya maka sistem kurikulum juga akan terganggu.
1.        Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau system nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :
a.    Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran yang harus
dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan umum biasanya
dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat
suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.[5]
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari system nilai pancasila
dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
b.    Tujuan Institusional (TI)
TI adalah tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga pendidikan. Tujuan
institusional merupan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi
pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
c.    Tujuan Kurikuler (TK)
TK adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan
diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
d.   Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
TP yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu
dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami

7
kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru.[6]

Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul TaxonomyofEducationalObjectives yang


terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat
digolongkan kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotor.
1)   Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual
atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan
masalah.
Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu :
a)         Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali
informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Kemampuan pengetahuan ini merupakan
kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat
berupa: Pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus; pengetahuan tentang fakta.
Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan
yang lebih tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/prosedur atau cara suatu proses tertentu.
b)        Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek
pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh
sejumlah pengetahuan (knowledge). Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi ditingkatkannya
dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan
dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengungkap
makna atau arti suatu konsep. [7]

Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan,


menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan
untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu,
dan pemahaman ekstrapolasi.
c)         Penerapan (application)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur ada
situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan
dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti
teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya kedalam sesuatu yang
lebih konkrit.
d)        Analisis

8
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran
kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis
merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai
oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis
berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis diperuntukan bagi
pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.
e)         Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam suatu
keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan
abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis.[8]

Kalau  analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah


kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan
menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau
menciptakan inovasi dan kreasi baru.
f)         Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif tujuan ini berkenaan
dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria
tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan
dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Untuk dapat memiliki kemampuan
memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan sebelumnya.

Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah; sedangkan tiga tingkatan
selanjutnya, yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat
tinggi.
2)   Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan
bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya, seseorang hanya akan
memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif
tingkat tinggi. Menurut Krathwohldkk dalam bukunya TaxonomiofEducationalObjectives :
Affective Domain, Domain afektif memiliki tingkatan yaitu :
a)      Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi,
keadaan atau suatu masalah.[9]

Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka
memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau kondisi yang ada. Kemudian mereka juga
menunjukan kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memperhatikan gejala, atau kondisi

9
yang diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala
perhatiannya terhadap objek itu.
b)      Merespon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk
mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Respon biasanya
diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran,
setelah itu baru dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.
c)      Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan
kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai
dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak antara laki-
laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran
suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.
d)     Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengembangan nilai
kedalamsystemorganisai tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-
nilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami unsur-unsur
abstrak dari suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian.[10]
Serta mengorganisasi suatu system nilai, yaitu mengembangkan suatu system nilai yang
saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas.
e)      Karakterisasi Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan pengkajian
secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya itu dijadikan pandangan
(falsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

3)   Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan
atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini :
a)         Persepsi (Perception)
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang
dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai
dengan sikapnya.
b)        Kesiapan (Set)
Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan
tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus.
c)         Meniru (Imitation)

10
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam gerakan-gerakan sesuai
dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak selamanya diikuti oleh
pemahaman tentang pentingnya serta makna gerakan yang dilakukannya.
d)        Membiasakan (Habitual)
Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran
dirinya. [11]

e)         Menyesuaikan (Adaptation)
Kemampuan menyesuaikan yaitu kemampuan yang beradaptasi gerakan atau kemampuan itu
sudah disesuaikan dengan keadaan situasidan kondisi yang ada.
f)         Menciptakan (Organization)
Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap mengorganisasikan, yakni kemampuan
seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap
puncak dari keseluruhan kemampuan, yang tergambar dari kemampuanya menghasilkan
sesuatu yang baru.

2.        Komponen Isi /Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi
setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi
maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

3.        Komponen Metode/Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu pula dengan pendapat T. Rakjoni yang
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pula dan urutan umum perbuatan guru-siswa
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
[12]

Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:

11
a.    Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian tindakan ) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
b.    Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu strategi
pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjuk pada a plan ofoperationachievingsomething, sedangkan metode adalah a way in
achievingsomething.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan
(approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi  maupun metode. Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy
Killer ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
guru (teachercenteredapproaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(studentcenteredapproach). Rowntree, strategi pembelajaran dibagi atas
strategi exposition dan strategi discoverylearning serta strategi groups dan individual
learning.

4.        Komponen Evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni diemnsi I
(formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk) dan dimensi III (operasi keseluruhan proses
kurikulum atau hasil belajar siswa). Dengan adanya tiga dimensi itu, maka dapat
digambarkan sebagai kubus.[13]

Oleh sebab ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka keseluruhan
evaluasi terdiri dari enam komponen yang berkaitan satu sama lainnya.
a.       Dimensi I
1)        Formatif
Evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk
menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
2)        Sumatif
Proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu, misalnya pada akhir semester,
tahun pelajaran atau setelah lima tahun untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan
menggunakan semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses
implementasi kurikulum
b.      Dimensi II
1)        Proses

12
Dimensi yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya
ialah untuk mengetahui metode dan proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum.
Metode apakah yang digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau
tidak? Kesulitan apa yang dihadapi?
2)        Produk
Dimensi yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus, satuan
pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh  guru dan hasil-hasil siswa berupa hasil
tes, karangan, termasuk tesis, makalah, dan sebagainya.[14]

c.       Dimensi III
1)        Operasi
Evaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain,
implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya juga biaya, staf
pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu.
2)        Hasil belajar siswa
Evaluasi ialah hasil belajar siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai
berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan
kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar. Pengembangan
kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut meliputi
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi menurut Scriven adalah evaluasi sebagai fungsi
sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokankedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
a)      Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat
penguasai materi pmbelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses
pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau
setelah selesai satu caturwulan atau satu semester.
b)      Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku
termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi,
diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.[15]

D.      Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

13
1.        Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia disuguhkan pada peserta didik bertujuan untuk melatih
peserta didik terampil berbahasa dengan menuangkan ide dan gagasannya secara kreatif dan
kritis. Namun kenyataannya banyak guru terjebak dalam tatanan konsep sehingga
pembelajaran cenderung membahasa teori-teori bahasa. Sebagaimana yang dikemukakan
Slamet, bahwa pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan
pengajaran tentang kebahasaan yang mana teori-teori bahasa hanya sebagai pendukung atau
penjelas dalam konteks yang berkaitan dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan.
a.         Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis
teks bertujuan agar dapat membawa peserta didik sesuai perkembangan mentalnya, dan
menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Dalam penerapannya,
pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki prinsip, yaitu sebagai berikut.
1)        Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah
kebahasaan.
2)        Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasan untuk
mengungkapkan makna.
3)        Bahasa bersifat fungsional, artinya penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dipisahkan
dari konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan mencerminkan ide, sikap, nilai, dan
ideologi pemakai/penggunanya.
4)        Bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir manusia. [16]

b.         Secara Rinci Tahapan Pembelajaran Bahasa Indonesia


1)        Membangun konteks
Membangun konteks, yaitu melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan
menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah
membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami  nilai spiritual, nilai
budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Dalam proses ini peserta didik mengeksplorasi
kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di samping itu, peserta didik dapat
mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.
2)        Membentuk Model (Pemodelan)
Pemodelan yaitu melalui kegiatan mencoba dan menalar merumuskan model strukur
fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya.
Dalam langkah ini peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan
memperhatikan (1)  simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis fakta
dan data pada teks yang dipelajarinya peserta didik memperoleh model imbuhan, struktur
kata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf.

14
Semua kegiatan tersebut peserta didik pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan
ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-
cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan
sebagai awal kegiatan untuk mengembangkan daya cipta.
3)        Membangun Teks Bersama-Sama
Membangun teks bersama/berkelompok, yaitu menyusun teks bersama masih dalam
kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan
menyaji. [17]  

Peserta menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks  untuk membangun teks


dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua peserta
didik   dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan
kompetensi individu.
4)        Mengembangkan Teks Secara Mandiri
Mengembangkan teks secara mandiri, yaitu dengan titik tekan pada peserta didik dapat
menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Oleh karena itu, dimensi
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah dasar, enam
langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik, dua model  kegiatan
kolaboratif dan individual, dan berdimensi beraktivitas dan berkarya.
Untuk implemetasi dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan model
pembelajaran, antara lain model inkuiri based learning, discovery based learning, problem
based learning, dan project based learning. Model-model tersebut masing-masing memiliki
langkah kerja yang sistematis dalam penerapannya. Dalam penerapan model tidak ada satu
model yang unggul dari model lain, namun guru perlu mencocokkan dengan lingkup materi
dan strategi pembelajaran yang digunakan. [18]

c.         Kompetensi Inti Mata pelajaran Bahasa Indonesia


Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk
kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama
yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
 Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hardskills dan softskills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organisingelement) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar
satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip
belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari
peserta didik.

15
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata
pelajaran dengan konten Kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
d.        Ruang Lingkup
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. [19]
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirectteaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan
(kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti kelompok 4).
e.         Kompetensi Dasar Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari Kompetensi Inti.  Kompetensi dasar adalah kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran di kelas tertentu. Kompetensi dasar setiap
mata pelajaran di kelas merupakan jabaran lebih lanjut dari kompetensi inti, yang memuat
tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Acuan yang digunakan untuk
mengembangkan kompetensi dasar setiap mata pelajaran pada setiap kelas adalah kompetensi
inti.
1)        Kompetensi Dasar Domain Sikap Ketuhanan
Kompetensi dasar (KD) domain sikap dipilah menjadi dua aspek, yaitu aspek
ketuhanan dan aspek sosial. KD domain sikap aspek ketuhanan untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia difokuskan pada perwujudan rasa syukur terhadap keberadaan bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia di tengah beragaman bahasa dan budaya, rasa
syukur karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana untuk memahami dan sekaligus
menyajikan informasi secara lisan dan tulis.
Wujud rasa syukur ini dalam praktik pembelajaran di kelas ditandai dengan
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam memahami, menelaah, menilai,
dan menyajikan informasi baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, KD domain sikap
aspek ketuhanan ini tidak diajarkan tetapi diintegrasikan dalam KD domain kognitif dan
psikomotor. [20]
Rumusan KD domain sikap aspek ketuhanan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut: (1) Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk mempersatukan bangsa Indonesia di tengah
keberagaman bahasa dan budaya, (2) Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa
Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan
dan tulis (3) Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah
Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.
2)        Kompetensi Dasar Domain Sikap Aspek Sosial

16
KD domain sikapaspek sosial mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk tiap kelas
memiliki rumusan berbeda. KD ini difokuskan pada pemilikan karakter jujur, peduli, cinta
tanah air, semangat kebangsaan, demokratis, kreatif, santun, percaya diri ketika
mengungkapkan aktivitas berbahasa baik secara lisan maupun tulis. Rumusan KD domain
sikap aspek sosial ini dipilah sesuai dengan jenis teks yang hendak dikompetenkan kepada
peserta didik.
Sikap jujur, tanggung jawab, santun, dan lain-lain menjadi acuan ketika melaksanakan
aktivitas berbahasa sesuai dengan jenis teks. Rumusan KD domain sikap aspek sosial tersebut
memuat dua komponen penting yaitu aspek sikap/perilaku (jujur, tanggung jawab, santun,
dll) dipadu dengan aktivitas berbahasa dalam jenis teks tertentu (menanggapi hal-hal atau
kejadian berdasarkan hasil observasi, dll.). Dari rumusan tersebut tampak jelas bahwa KD
domain sikap aspek sosial ini tidak diajarkan dalam materi tersendiri tetapi diintegrasikan
dalam pembelajaran pada domain pengetahuan dan keterampilan. [21]

3)        Kompetensi Dasar Domain Pengetahuan


Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia selalu diawali dengan teori pengetahuan.
Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan itu harus bermakna dalam bentuk produk/
keterampilan. Dan terakhir dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki diharapkan
bisa mengubah sikap para peserta didik.
4)        Kompetensi Dasar Domain Keterampilan
Rumusan KD mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk domain keterampilan: (1)
Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik secara lisan maupun tulisan, (2) Menyusun teks hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan
dibuat baik secara lisan maupun tulisan.
(3) Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan
maupun tulisan, dan (4) Meringkas teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan. [22]  

E.       Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


1.        Pengertian silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran memuat identitas
mata pelajarana atau tema pelajaran, kegiatan pelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan satuan isi (SI) dan
standar kompetensi lulusan (SKL). [23]

17
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh guru serta mandiri
atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa kelompok dalam sebuah
sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) atau pusat kegiatan guru (PKG) dan dinas pendidikan pengembangan silabus
disusun dibawahsupervise dinas kabupaten /kota yang bertanggungjawab dibidang
pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintah
dibidang agama untuk MI, MTs, MA dan MK.
Silabus dalam kurikulum berbasis kompetensi berisi uraian program yang mencantumkan
mata pelajaran, tingkat sekolah, semester, pengelompokan kompetensi dasar (KD), materi
pokok, indikator, tema, strategi pembelajaran, alokasi waktu dan strateginya. [24]
2.      Komponen-komponen Silabus
Silabus dalam KBK mengandung beberapa komponen, antaralain :
a.       Kompetensi dasar yaitu kompetensi yang akan dicapai;
b.      Hasil belajar yaitu kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam suatu kompetensi;
c.       Indikator hasil belajar yaitu ciri penanda ketercapaian kompetensi dasar;
d.      Tema materi pokok;
e.       Media pembelajaran yang meliputi antara lain sarana dan sumber belajar;
f.       Strategi pembelajaran;
g.      Adanya alokasi waktu;
h.      Adanya penilaian.
3.      Prosedur Penyusunan Silabus
Prosedur penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahapan berikut ini: (1)
identifikasi mata pelajaran, (2) perumusan standar kompetensi, (3) perumusan kompetensi
dasar, (4) penentuan indikator, (5) penentuan materi pokok, (6) pemilihan pengalaman
belajar, (7) perkiraan alokasi waktu. [25]

Uraian tahapan dalam penyusunan silabus sebagai berikut.


a.       Identifikasi
Tahap identifikasi dalam penyusunan silabus ini meliputi: identitas, sekolah, kelas/program,
dan semester.
b.      Perumusan standar kompetensi
Perumusan standar kompetensi ini dirumuskan oleh pusat berdasarkan struktur keilmuan
mata pelajaran dan kompetensi.
c.       Perumusan kompetensi dasar

18
Seperti pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan rumusan oleh pusat sesuai dengan
kewenangannya. Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk setiap mata pelajaran.
d.      Penentuan indikator
Indikator merupakan penjabaran kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan
ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata
kerja operasional yang dapat diukur. Seperti halnya pada perumusan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sebagai indikator juga telah ditentukan oleh Depdiknas.
e.       Pemilihan pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi ajar baik dilakukan di dalam maupun diluar kelas untuk
menguasai kompetensi dasar yang telah di tentukan. Agar pengalaman belajar ini dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka metode pembelajaran
harus bervariasi. Selanjutnya pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup
(lifeskill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dan kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya. [26]

f.       Perkiraan alokasi waktu


Perkiraan alokasi waktu dimaksudkan agar materi ajar yang akan dipelajari oleh siswa
seluruhnya dapat dipelajari. Tentu saja alokasi tiap-tiap materi pokok ini berbeda-beda
disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi pokok.[27]

F.       Implementasi Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Dalam implementasi kajian kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai
dengan buku Implementasi Pembelajaran Aktif Dalam Kurikulum 2013 yakni menggunakan
pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya. Pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti peserta didiklah yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Peserta didik menggunakan otak secara aktif, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru peserta didik pelajari
ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Belajar aktif meliputi berbagai
cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas-aktivitas yang membangun
kerja kelompok, dan dalam waktu yang singkat, membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran.
Pembelajaran aktif dapat mengoptimalkan kecerdasan ganda siswa dimana pendidikan
merupakan proses pengembangan potensi individu melalui diharapkan potensi yang dimiliki
ini akan diubah menjadi kompetensi yang mencerminkan kemampuan dan kecakapan
individu dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan.

19
Pembelajaran aktif dan menyenangkan di kelas dapat juga mengoptimalkan
kompetensi siswa maka pembelajaran harus benar-benar dapat meningkatkan bermacam-
macam kecerdasan yang dimiliki siswa. Implementasi pembelajaran aktif ini dalam
mengoptimalkan jenis-jenis kecerdasan siswa sebagai berikut. [28]
1.        Kecerdasan bahasa/verbal. Pembentukan lingkungan pembelajaran secara konkret
dengan cara memberi kesempatan untuk menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan
mata pelajaran, diberi kesempatan untuk memimpin diskusi, mengarang sajak atau puisi,
presentasi suatu materi pokok bahasan, menyusun laporan, menghubungkan suatu artikel
dengan realitas.
2.        Kecerdasan logika matematika. Pembentukan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menterjemahkan atau merekam informasi yang kaitan dengan rumus matematika,
merencanakan dan memimpin eksperimen, mengkategorikan fakta-fakta, menjelaskan grafik
dan diagram, menganalisa data, mengajukan pertanyaan logis dan sebagainya.
3.        Kecerdasan visual/spasial. Pembentukan lingkungan pembelajaran diupayakan dengan
cara menciptakan suatu pertunjukan, merancang poster dan buletin, menciptakan hasil karya,
membuat sketsa dan denah dari suatu objek, menggunakan proyeksi/internet.
4.        Kecerdasan kinestetik tubuh. Pembentukan lingkungan belajar yang diupayakan dengan
cara bermain peran, menciptakan suatu gerakan, menciptakan suatu model, merancang suatu
produk, merancang perjalanan lapangan, membuat permainan di ruang kelas.
5.        Kecerdasan musik. Pembentukan lingkungan pembelajaran yang diupayakan dengan cara
menyajikan pertunjukan dengan permainan musik, menyajikan belajar dengan musik,
menulis suatu lirik lagu, membuat lagu, mendengarkan rekaman, mengubah tempo dan
sebagainya.
6.        Kecerdasan interpersonal. Pembentukan lingkungan belajar yang diupayakan dengan
cara merangkai dan menetapkan serta mengajar suatu pribadi, menggambarkan perasaan
tentang sesuatu, membuat suatu jurnal, mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya,
mengatur kecepatan sendiri dalam bekerja, bekerja sendirian/individu. [29]

7.        Kecerdasan interpersona. Pembentukan lingkungan belajar yang diupayakan dengan cara


bermain peran berbagai perspektif, memimpin suatu rapat, mengatur dalam suatu kelompok,
mengajarkan orang lain tentang suatu hal, berlatih memberi dan menerima umpan balik,
membandingkan informasi dengan orang lain, mewawancarai seorang ahli, melakukan
proyek kerjasama, berkaitan dengan pengalaman pribadi.
8.        Kecerdasan natural. Pembentukan diupayakan dengan cara belajar diluar ruangan dan
langsung berkaitan dengan alam, mengamati fenomena alam, berkaitan dengan
membangkitkan kepedulian dengan alam, menerapkan pembelajaran pertanian dan perikanan
dan sebagainya.
9.        Kecerdasan emosional. Pembentukan lingkungan belajar yang dilakukan dengan sikap
lemah lembut saat mengawali pelajaran dengan cara bertahap, meningkatkan antusias,

20
suasana kelas seperti yang diinginkan siswa, dan hendaknya guru mengembangkan rasa
humor yang dapat menurunkan ketegangan.
10.    Kecerdasan spiritual. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya memperluas cakupan dari
ayat-ayat Al-quran serta makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di
dalam jiwa dan pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa.[30]

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas
belajar mengajar. Fungsi kurikulum bagi siswa yakni penyesuaian, integrasi, diferensiasi,
persiapan, pemilihan/seleksi, dan diagnostik. System kurikulum terbentuk oleh 4 komponen
yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi, pencapaian tujuan dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama
lain.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis
teks bertujuan agar dapat membawa peserta didik sesuai perkembangan mentalnya, dan
menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Kurikulum 2013 mata 
pelajaran bahasa indonesia dirancang KI berkenaan dengan sikap keagamaan, sikap sosial,
pengetahuan, dan penerapan pengetahuan. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran di kelas
dapat memuat tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor.
Silabus sebagai acuan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran memuat
identitas mata pelajarana atau tema pelajaran, kegiatan pelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang mana dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
satuan isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL). Prosedur penyusunan silabus dan
sistem penilaian meliputi tahapan identifikasi mata pelajaran, perumusan standar

21
kompetensi, perumusan kompetensi dasar, penentuan indikator, penentuan materi pokok,
pemilihan pengalaman belajar, dan perkiraan alokasi waktu.
 Dalam implementasi kajian kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia ini bisa
menggunakan pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dimana pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif berarti
peserta didiklah yang mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik dapat
menggunakan otak secara aktif, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran,
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru peserta didik pelajari ke dalam
suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran aktif dapat mengoptimalkan kecerdasan ganda yakni diantaranya
kecerdasan bahasa/verbal, kecerdasan logika matematika,
kecerdasan visual/spasial, kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan interpersona, kecerdasan natural, kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual.

B.       Kritik dan Saran


Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya pada materi ”Kajian Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Pemakalah
mengharapkan apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan untuk makalah kami
silahkan disampaikan demi perbaikan ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agusrida. 2013. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013: SEBUAH


KAJIAN DALAM MATA DIKLAT PENERAPAN KURIKULUM 2013.  diakses dari
https://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=674:agusridadsember&catid=41:top-
headlines&Itemid=158. Padang: Widyaiswara BDK.

Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif Dalam Kurikulum 2013. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Ekojuniarto. 2004. Pengembangan Silabus. Bangkabelitung: LPMP.

Hernawan, Asep Herry dkk. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

22
Rosdiani, Dini. 2013. Perencanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung :Alfabeta.

Suparlan. 2012. tanya jawab pengembangan kurikulum dan materi


pembelajaran:curriculumandlearning material  development. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryaman,Maman. 2009. Panduan pendidikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia


SMP/MTS(Pdf).     diakses dari
http://mamansuryaman.staff.pusatpembukuandepartemenpembukuan.ac.id/metopen/modul/
6-daftarpustakapdf.

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: PT.Grafindo Persada.

23

Anda mungkin juga menyukai