Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ANALISIS KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN DI


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Analisis Kurikulum dan Pembelajaran di Sekolah
Menengah Pertama” ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam yang mengantarkan
manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kurikulum dan pembelajaran. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr.
Rita Mariyana, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini terutama kepada keluarga dan teman-
teman semua yang telah ikut berkontribusi baik secara langsung ataupun secara
tidak langsung.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya akan segala
kekurangan dan kelemahan yang masih jauh dari kata sempurna, kami memohon
maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan juga
mengharapkan segala saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandung, Desember 2020

Penulis.

ii
ABSTRAK
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang
diselenggarakan oleh guru. Kurikulum senantiasa bersifat dinamis dan fleksibel
guna untuk menyesuaikan dengan berbagai perkembangan pengetahuan dan
tuntutan zaman. Hal ini sejalan dengan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan
Pendidikan Nasional. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kurikulum di jenjang
Sekolah Menengah Pertama. Masalah khusus dari makalah analisis ini adalah
bagaimana kurikulum yang tertulis dengan pelaksanaan kurikulum di jenjang
Sekolah Menengah Pertama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dengan cara studi dokumen. Subjek
penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan kesimpulan
siswa SMP. Dari makalah ini, pelaksanaan kurikulum rencana pembelajaran
jengjang SMP telah terlaksana dengan cukup baik. Dengan demikian diperlukan
adanya kesiapan lembaga pendidikan khususnya di jenjang Sekolah Menengah
Pertama dalam melaksanakan kurikulum.
Kata Kunci : SMP, Kurikulum, Pembelajaran, Analisis.

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2

BAB II DESKRIPSI KAJIAN KURIKULUM........................................................4

2.1 Perkembangan Kurikulum SMP................................................................4

2.2 Fungsi Kurikulum SMP..........................................................................18

2.3 Komponen Kurikulum SMP....................................................................21

BAB III ANALISIS HASIL KAJIAN KURIKULUM.........................................24

3.1 Kesiapan SMP dalam Melaksanakan Kurikulum 2013...........................24

3.2 Kegiatan Belajar Mengajar di SMP........................................................26

3.3 Proses Evaluasi yang dilakukan di SMP.................................................27

3.4 Tantangan dan Hambatan Pelaksanaan Kurikulum di SMP...................28

BAB IV PENUTUP...............................................................................................31

4.1 Kesimpulan..............................................................................................31

4.2 Rekomendasi...........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. Jika diibaratkan
kurikulum tidak ada didalam sistem pendidikan atau kurikulum tersebut tidak
berjalan dengan baik, maka dapat berpengaruh juga terhadap sistem pendidikan
yang ada. Berjalan baik atau tidaknya pendidikan, akan memiliki keterkaitan
dengan susunan kurikulum yang ada. Menurut Taba (1962), kurikulum diartikan
sebagai a plan of learning yang berarti bahwa kurikulum ialah sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta
didik. Ini berati bahwa kurikulum merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai
suatu rencana agar peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran. Jika
perencanaan kurikulum itu baik, maka tujuan pendidikan yang hendak dicapai pun
akan baik pula.
Kurikulum akan terus terjadi perubahan secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan yang ada. Perubahan ini terjadi karena menyesuaikan dengan
keadaan pada periode tertentu yang dilakukan secara sengaja untuk mengubah
isinya agar menuju kearah yang lebih baik. Ini juga sejalan dengan sifat
kurikulum yang harus bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi didalam
lingkungan yang cenderung bersifat dinamis. Tujuan utama adanya kurikulum
yaitu untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi pribadi yang lebih kreatif,
inovatif, beriman dan juga afektif ketika nantinya berada didalam lingkungan
masyarakat.
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 yang menjelaskan mengenai Standar Nasional,
bahwa setiap pendidikan berkewajiban menyusun Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang mengacu kepada Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang
Standar  Isi (SI) dan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP). Kemudian kurikulum tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang ada di
berbagai jenjang pendidikan, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kondisi objektif kurikulum pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama?
2) Bagaimana penerapan dan perkembangan kurikulum pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama?
3) Bagaimana kesiapan lembaga Sekolah Menengah Pertama dalam
implementasi kurikulum?
4) Bagaimana kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah Menengah Pertama?
5) Bagaimana hambatan yang terjadi dalam penerapan kurikulum di Sekolah
Menengah Pertama?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui peningkatan seberapa besar kurikulum di Sekolah
Menengah Pertama dapat terlaksana dengan baik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui perkembangan kurikulum pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama.
2) Untuk mengetahui fungsi dan komponen kurikulum Sekolah Menengah
Pertama
3) Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam implementasi kurikulum
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat berguna dan menjadi rujukan positif untuk
melakukan penelitian selanjutnya. Mengenai kurikulum Sekolah Menengah
Pertama, khususnya meningkatkan karakter siswa dalam implementasi kurikulum
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi anak, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar baru.
2) Bagi guru, diharapkan dapat memperbanyak wawasan dan menambah
pengetahuan mengenai kurikulum di sekolah, khususnya pada Sekolah
Menengah Pertama.

2
3) Bagi sekolah, sebagai bahan rujukan untuk dapat menyempurnakan kurikulum
jikalau banyak hambatan yang terjadi di pelaksanaannya.

3
BAB II
DESKRIPSI KAJIAN KURIKULUM
2.1 Perkembangan Kurikulum SMP
2.1.1 Istilah Kurikulum sebagai Pengganti LEERPLAN (Rencana Pelajaran)
Istilah kurikulum merupakan istilah baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Sebelum mengenal kata kuriulum, Indonesia menyebutnya dengan
rencana pelajaran dan daftar mata pelajaran sebagai terjemahan dari bahasa
Belanda, yaitu leerpan dan leervak. Penyebutan ini berlaku dari zaman
Indonesia menyatakan kemerdekaan hingga tahun enam puluhan Istilah
kurikulum baru digunakan di Inggris pada awal abad ke 19 (1820) oleh Galsgow
University dari bahasa Latin yaitu curere (pelari) dan Curere (tempat berpacu),
dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, tetapi pada awal abad ke 19
berubah maknanya menjadi daftar mata pelajaran. Istilah kurikulum mulai
mendapatkan tempat yang luas pada awal abad ke 20 (Tanner dan Tanner,
1980:4) setelah mengalami perubahan makna yang sangat berbeda dari
pengertian kurikulum sebagai daftar mata pelajaran.
Pada saat sekarang, secara resmi kurikulum diartikan sebagai “seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu” (UU RI nomor 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat
(19)). Rumusan pengertian kurikulum yang digunakan dalam UU RI nomor 20
tahun 2003 tersebut menyatukan tiga dimensi utama kurikulum yaitu dimensi
rencana (curriculum as intended, planned, document) dan dimensi proses
(implementasi) dan kurikulum sebagai hasil (product) dalam satu
kesinambungan.
1) Kurikulum SMP Gymnasium (1900)
Sekolah Menengah Pertama mulai ada pada zaman penjajahan Belanda dan
didirikan pada tahun 1960 yang bernama Gymnasium. Lamanya belajar tiga
tahun, dan siswa-siswinya hanya terbatas pada orang barat atau ningrat. Hal ini
didasarkan atas kebutuhan akan pegawai-pegawai yang terdidik, baik untuk
jabatan-jabatan pemerintah maupun organisasi-organisasi.

4
Pemerintahan Belanda menyelengarakan sekolah dengan tujuan untuk
mendidik orang-orang Belanda yang dilahirkan di Indonesia untuk menjadi
pegawai-pegawai menengah/ tinggi/kline. Bentuk sekolah dan kurikulumnya
disesuaikan untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Kurikulum SMP Bumiputera (1900-1914)
Situasi politik dunia pada akhir abad ke-19 mengalami perubahan yang
disebabkan oleh adanya revolusi sosial, industri, dan karena semakin
berpengaruhnya pandangan atau aliran humanisme. Hal ini juga berlaku bagi
negara Belanda, sehingga timbul paham yang disebut politis etnis atau erschuld.
Aliran ini menuntut agar pemerintahan penjajah untuk memerhatikan rakyat
jajahannya, sehingga dibukalah sekolah-sekolah untuk penduduk pribumi
(Bumiputera) agar mendapat pekerjaan yang lebih tinggi.
Hal ini juga terjadi karena pengaruh kemajuan negara Asia lainnya. Karena
itu, tahun 1893 Gymnasium dipisahkan dengan sekolah untuk pegawai pamong
praja. Sekolah yang mendidik calon pegawai yang disebut OSVIA. Di samping
itu, didirikan HBS (Hogere Burgere School), yaitu Gymnasium yang khusus
untuk orang-orang Belanda dari golongan tinggi. Sedangkan OSVIA adalah
sekolah menengah yang didalamnya telah ada beberapa anak ningrat Bumiputera
yang menunjukan persamaan dengan SMP sekarang yaitu dengan lama belajar
tiga tahun.
3) Kurikulum SMP MULO (Meer Uitgebreid Onderwijs) (1914-1945)
Dengan dilatarbelakangi oleh meluasnya paham humanitas di kalangan
orang Belanda, akhirnya pemerintah di desak untuk memperluas pendidikan bagi
kaum pribumi. Oleh sebab itu didirikanlah sekolah MULO. Rencana pelajaran
MULO ini tidak berbeda jauh dari HBS dan Gymnasium, tetapi lama belajarnya
ditanbah satu tahun. Hal ini mengingat anak-anak Bumiputra dianggap terlalu
sukar dan untuk mempermudah pemerintah serta anak-anak pribumi dalam
memahami pelajaran.
Lama belajar MULO yang semula 2 tahun ketika masih menjadi kursus dan
bagian dari ELS, dikembangkan menjadi 3 tahun setelah menjadi MULO yang
lepas dari ELS. MULO terbuka bagi anak Indonesia yang sudah menyelesaikan
HIS (Hollandsch Inlandsche School = Sekolah Pribumi berbahasa Belanda). Sejak

5
berdiri sendiri, Mulo menjadi lembaga/sekolah resmi sesudah sekolah dasar dan
menjadi persyaratan untuk memasuki AMS (Algemeene Middlebare School) yang
setelah Indonesia merdeka disebut SMA.
Tujuan pendidikan MULO adalah untuk menghasilkan tamatan yang
mampu bekerja dalam administrasi pemerintahan Kolonial Belanda, melanjutkan
pendidikan ke sekolah kejuruan (Sekolah Pertanian, Sekolah Pamong Praja,
Sekolah Guru, Sekolah Hukum, Sekolah Kedokteran), dan ke sekolah menengah
umum yang lebih tinggi (AMS).
Bahasa instruksional yang digunakan dalam proses belajar di MULO adalah
bahasa Belanda. Oleh karena itu tamatan HIS diterima di MULO karena HIS
menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa instruksional. Selain digunakan
sebagai bahasa instruksional, bahasa Belanda adalah mata pelajaran yang harus
dipelajari setiap peserta didik. Keseluruhan mata pelajaran yang terdapat pada
Rencana Pelajaran Mulo adalah:
Tabel 2.1. Leerplan (Rencana Pelajaran) MULO
KELAS DAN JAM
MATA PELAJARAN
I II III
Membaca 3 3 2
Bahasa Belanda (Taal) 5 4 4
Aljabar (Algebra) 6 7 5
Ilmu Ukur (Geometri, Stereometri) 2 2 2
Ilmu Alam (Natuurkunde) 3 3 4
Ilmu Hayat (Plant-en Dierkunde) 3 3 3
Sejarah (Volks geschiedenis, Vaderlanse
1 1 2
geschiedenis)
Sejarah Umum 1 1 1

KELAS DAN JAM


MATA PELAJARAN
I II III
Ilmu Bumi (Aarderijkskunde) 3 3 3
Olahraga (Gymnastik) 2 2 2
Menggambar (Tekenen) 2 2 2
Bahasa Perancis 2 2 4
Bahasa Inggris (Engels) 4 4 3
Bahasa Jerman (Deutch) 4 3 4
Bahasa Melayu (elektif) 1 1 1
Menyanyi (zingen/elektif) 1 1 1
Sumber: Perkembangan Kurikulum SMP (2010)
2.1.2 Kurikulum Shoto Chu Gakko (SMP) pada Masa Pendudukan Jepang

6
Pada masa penjajahan Jepang, kurikulum yang diterapkan bertujuan agar
rakyat dapat membantu pertahanan Jepang. Karena itu, pelajaran yang diajarkan
pada masa pemerintahan Belanda diubah sesuai dengan keinginan bangsa Jepang.
Mulai dari perubahan bahasa, dari bahasa Belanda menjadi bahasa Jepang, mata
pelajaran ilmu pasti, ilmu alam, ilmu hayat dijadikan pengetahuan dasar, seperti
yang diberikan di MULO, yaitu pada bagian ilmu pasti alam.
Mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Shoto Chu Gakko
mencerminkan kebijakan pendidikan Pemerintahan Pendudukan Militer Jepang
untuk menjepangkan bangsa Indonesia. Selain mata pelajaran yang bersifat
eksakta, materi mata pelajaran lain disesuaikan dengan kepentingan pendudukan
Jepang di Indonesia termasuk menarik hati bangsa Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Belanda dihapus dan digantikan oleh mata pelajaran
Bahasa Jepang. Selain mengganti bahasa Belanda dengan bahasa Jepang, dalam
kurikulum Shoto Chu Gakko ditambahkan mata pelajaran Pendidikan Semangat
(Moral) dan bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran resmi. Mata pelajaran
Gymnasium atau pendidikan jasmani diberikan setiap hari sebelum masuk
sekolah, sedangkan latihan dasar kemiliteran diberikan pada murid-murid sekolah.
Musik nyanyian Belanda diganti menjadi musik nyanyian Jepang Asian Jaya dan
diajarkan di sekolah Gayo, serta dilaksanakan pula semacam SAPTA USAHA
TAMA, di mana murid diharuskan menanami halaman sekolah dan rumahnya
dengan tanaman yang berguna. Jadi, kurikulum pada masa penjajahan Jepang
banyak mengalami perubahan
Tabel 2.2. Shoto Chu Gakko
KELAS DAN JAM
MATA PELAJARAN
I II III
Pendidikan Semangat (Moral) 1 1 1
Bahasa Jepang (Nippon) 9 9 9
Bahasa Indonesia 6 6 6
Ilmu Pasti 6 6 6
Ilmu Bumi 2 2 1
Latihan Badan (Pend. Jasmani) 5 5 5
Sejarah 2 1 1
Gambar Tangan (Menggambar) 2 2 2
Ilmu Alam - 2 3
Kesenian 1 1 1
Kaligrafi (Jepang) 2 2 2

7
Jumlah Pelajaran 36 37 37
Sumber: Perkembangan Kurikulum SMP (2010)
2.1.3 Kurikulum SMP Pada Masa Awal Kemerdekaan
1) Kurikulum Rentjana Peladjaran (1947)
Lahirnya kurikulum SMP 1947 – yang pada saat itu lebih dikenal dengan
sebutan Rentjana Peladjaran – tidak terlepas dari perubahan situasi politik saat itu.
Deklarasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 berdampak langsung pada
dunia pendidikan. Sistem pendidikan pada awalnya berbasis pada penjajah, baik
Belanda maupun Jepang, berubah menjadi sistem pendidikan yang disesuaikan
dengan keadaan Bangsa Indonesia. Perubahan yang terjadi dalam bidang
pendidikan merupakan perubahan yang mendasar, yaitu perubahan yang
menyangkut landasan idiil, tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan
kesempatan betajar bagi rakyat Indonesia.
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) sebagai badan
vang bertanggungjawab atas pendidikan mengusulkan sembilan butir pemikiran
pendidikan kepada kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Indonesia pada tanggal 29 Desember 1945, sebagai berikut:
a. Untuk menyusun masyarakat diperlukan adanya perubahan pendidikan dan
pengajaran. Paham perseorangan diganti dengan paham kesusilaan dan peri
kemanusiaan. Pendidikan pengajaran harus membimbing murid-murid
menjadi warga negara yang mempunyai tanggung jawab
b. Pendirian semacam sekolah untuk segala lapisan, yang tidak memandang
status sosial dan jenis kelamin, sangat diperlukan guna memperkuat
persatuan
c. Metodik yang berlaku di sekolah-sekolah hendaknya berdasarkan sekolah
kerja agar aktivitasnya kepada pekerjaan dapat berkembang. Selain itu
diperlukan perguruan yang diperuntukan bagi orang dewasa yang bertujuan
memberantas buta huruf dan seterusnya hingga bersifat Taman llmu Rakyat
dengan tetap memperhadkan isi pada butir 1. Di samping perguruan
semacam itu, diperlukan juga semacam pusat pelatihan di setiap
Departemen untuk tiap-tiap lapangan usaha yang penting.
d. Pengajaran agama hendaknya mendapat tempat yang teratur dan seksama,
hingga cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak

8
mengurangi kemerdekaan golongan-golongan yang berkehendak mengikuti
kepercayaan yang dipeluknya. Tentang cara melakukan ini, sebaiknya
Kementerian mengadakan perundingan dengan Badan Pekerja. Selain itu
Madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat jelata
hendaknya mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntutan dan
bantuan material dari pemerintah.
e. Pengajaran tinggi hendaknya seluas-luasnya dan jika perlu dengan
menggunakan bantuan bangsa asing sebagai guru besar. Selain itu
diusahakan pula pengiriman pelajar ke luar negeri untuk keperluan negara.
f. Kewajiban belajar dengan lambat laun dijalankan dengan ketentuan bahwa
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya paling lama 10 tahun dapat berlaku.
g. Pengajaran dan ekonomi temtama pengajaran pertanian, industri, dan
perikanan hendaklah mendapat perhatian khusus.
h. Pengaiaran kesehatan dan olahraga hendaknya diatur sebaik-baiknya untuk
menciptakan kecerdasan rakyat yang seimbang.
i. Disekolah rendah tidak dipungut uang sekolah. Untuk Sekolah Menengah
dan Perguruan Tinggi hendaknya diadakan aturan pembayaran dan
tunjangan yang luas sehingga tidak menjadi penghalang bagi pelaiar-pelaiar
yang kurang mampu.
Istilah kurikulum saat itu disebut dengan Rentjana Peladjaran 1947 Oleh
karena itu disebut sebagai Kurikulum 1947. Kurikulum ini merupakan kurikulum
pertama yang diciptakan oleh bangsa Indonesia dengan dasar landasan hukum
yang berlaku di lndonesia. Pendidikan sebelumnya berdasarkan kepentingan dan
tujuan pendidikan dirumuskan oleh penjajah.
Landasan idiil adalah Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Pancasila tidak hanya sebagai dasar dan falsafah negara
Indonesia, tetapi juga sebagai landasan idiil pendidikan di Indonesia.
Landasan konstitusional adalah adalah UUD l945. Berlakunya UUD 1945
di negara Indonesia meniadi acuan semua produk hukum yang ada pada saat itu,
tak terkecuali semua peraturan yang ada kaitannya dengan pendidikan.
Isi kurikulum yang berlaku pada saat Jepang menjajah tahun 1942 diubah
dan disesuaikan dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan

9
kemerdekaan. Beberapa perubahan dilakukan, di antaranya bahasa Inggris
menjadi pelajaran wajib, bahasa daerah mulai diajarkan, bahasa Belanda dan
Jepang dihapus, pendidikan agama yang sebelumnya tidak ada dimunculkan
sebagai konsekuensi bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, isi materi mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah berpusat pada negara Indonesia. Berikut ini isi
kurikulum yang dimaksud:
1. Bahasa Indonesia 9. Sejarah Taranegara
2. Bahasa Daerah 10. Pengetahuan Dagang
3. Bahasa Inggris 11. Seni Suara
4. Berhitung 12. Menggambar
5. Ilmu Ukur 13. Pekerjaan Tangan
6. Ilmu Alam 14. Pendidikan Jasmani
7. Ilmu Hayat 15. Budi Pekerti
8. Ilmu Bumi 16. Agama

Struktur kurikulum SMP tahun 1947 adalah sekolah menengah hasil ciptaan
Jepang diubah menjadi SMP dengan masa studi tiga tahun. Mereka yang telah
menempuh 3 tahun dan lulus berhak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Perubahan kedua adalah pada kelas 3 diadakan deferensiasi lagi menjadi dua
jurusan, yaitu bagian A bagi jurusan Bahasa dan Pengetahuan Sosial, dan bagian
B untuk jurusan Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam. Proses pembelajaran yang
dilakukan lebih ditekankan pada pemahaman materi yang berpusat pada wilayah
Indonesia.
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan beberapa kali melalui ulangan
harian, ulangan catur wulan, dan Ujian Penghabisan. Ulangan harian dan ulangan
umum catur wulan dilakukan oreh guru dan dijadikan sebagai dasar untuk
pemberian nilai dalam rapor dan penentuan kenaikan kelas, sedangkan Ujian
Penghabisan dikoordinasikan oleh rayon (karesidenan) untuk menentukan
kelulusan siswa. Bentuk soal adalah uraian (esai). Ulangan harian dan ulangan
umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa
naik atau tinggal kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6
dalam ulangan catur wulan, yang bersangkutan mengikut, ulangan perbaikan.

10
Ujian penghabisan digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa
SMP dapat dinyatakan lulus jika memperoleh nilai rata-rata 6 untuk semua mata
pelajaran, diperkenankan maksimal ada nilai 5 (nilai kurang) Tidak boleh ada nilai
lebih kecil dari pada 4 (nilai 3 disebut angka mati). Ujian penghabisan
diselenggarakan oleh rayon dengan soal yang dibuat oleh Pusat (Inspeksi pusat
SMP, Jawatan Pengajaran, Kementrian Pengajaran dan Kebudayaan).
2) Kurikulum Rencana Pembelajaran Terurai 1952
Pada tahun 1950, lahirlah UUD Pendidikan dan Pengajaran di sekolah yang
berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1950 yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1945.
Jadi, kurikulum ini lahir karena tuntutan kelahiran UU Nomor 4 Tahun 1950
tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah.
Pada Bab II pasal 3, diungkapkan tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah yakni “membentuk manusia susila yang cakap dann warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
Bab III pasal 4 berbunyi “Pendidikan dan Pengajaran berdasarkan atas asas-
asas yang termaktub dalam Pancasila, UUD 1945 dan atas Kebudayaan
kebangsaan Indonesia”.
Kurikulum ini masih relative sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Istilah
kurikulum masih belum digunakan. Istilah yang dipakai adalah Rencana
Pelajaran. Kurikulum ini merupakan kurikulum masih dengan mata pelajaran
terpisah-pisah (separated curriculum). Namun, lebih merinci setiap mata
pelajaran, silabus lebih jelas, satu guru mengajar satu mata pelajaran.
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah
dan tujuan kurikulum diarahkan pada penyiapan pelajar ke pendidikan tinggi serta
mendidik tenaga-tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus, sesuai dengan
bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.
3) Kurikulum SMP Gaya Baru (1962)
Kurikulum SMP mengalami perubahan pada tahun 1962 sampai 1969.
Kurikulum SMP 1962 disebut pula Kurikulum SMP Gaya Baru yang terdiri atas:
a. Kelompok Dasar
b. Kelompok Cipta

11
c. Kelompok Rasa/ Karsa
4) Kurikulum SMP 1968
Perubahan politik yang mendasar terjadi pada tahun 1965 terutama
diakibatkan oleh peristiwa Pemberontakan G30S/PKI. Peralihan kekuasaan dari
pemerintah Presiden Soekarno berdasarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)
kepada Major Jenderal Soeharto dan kemudian pengangkatan beliau sebagai
presiden Republik Indonesia oleh MPRS mengubah banyak kebijakan pendidikan
masa sebelumnya. Ajaran Manipol dan ajaran komunis dilarang, kurikulum
sekolah harus bebas dari upaya memperkenalkan dan menyebarkan ajaran-
ajaran tersebut.
Pada tahun 1966, MPRS mengeluarkan ketetapan TAP XXVII/MPRS/1966.
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk ”menghasilkan manusia
Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki
oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar
1945”. Arah dan tujuan pendidikan Indonesia berubah dari menghasilkan
”manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis” menjadi manusia
Pancasila sejati.
Kurikulum SMP 1968 tidak mengenal adanya penjurusan pada kelas III
SMP. Pendidikan SMP adalah pendidikan umum dan oleh karenanya
kurikulum SMP tidak perlu menyiapkan peserta didik dalam spesialisasi
pendidikan keilmuan (disiplin ilmu) yang khusus. Pandangan bahwa pendidikan
di jenjang SMP ini merupakan bagian dari pendidikan umum bagi banga
Indonesia dianut sampai sekarang bahkan diperkuat posisinya dalam program
Wajib Belajar 9 Tahun (WAJAR 9 Tahun) yang dicanangkan Pemerintah sejak
1984.
Tabel 2.3. Kurikulum SMP 1968
A B C
KELOMPOK Pembinaan Jiwa Pembinaan Pembinaan
Pancasil Pengetahuan Dasar Kecakapan Khusu
Mata Pelajaran 1. Pendidikan 1. Bahasa 1. Administrasi
Agama Indonesia 2. Kesenian
2. Pendidikan 2. Bahasa Daerah 3. Prakarya
Kewarga- 3. Bahasa Inggris 4. Pend.
negaraan 4. Ilmu Aljabar Kesejahteraan
3. Bahasa 5. Ilmu Ukur Keluarga
Indonesia 6. Ilmu Alam

12
4. Olahraga 7. Ilmu Hayat
8. Ilmu Bumi
9. Sejarah
10. Menggambar
Sumber: Sejarah Kurikulum SMP, 18 Desember 2017
5) Kurikulum SMP 1975
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 008-D/ U/1975 tertanggal 17 Januari 1975 tentang Pembakuan
Kurikulum Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (Depdikbud, 1978).
Setelah Kurikulum SMP Tahun 1968 berjalan selama kurang lebih 6 tahun,
kurikulum tersebut perlu disesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan
perubahan zaman dan masyarakat. Tema pengembangan Kurikulum 1975 adalah
untuk menyelaraskan Kurikulum SMP/SMA dengan kebijaksanaan baru di bidang
pendidikan nasional, dan inovasi di bidang sistem belaj ar mengajar dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan nasional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
sedang membangun. Kurikulum SMP 1975 tersusun atas 3 (tiga) macam program
pendidikan:
Tabel 2.4. Kurikulum SMP 1975
PENDIDIKAN
PROGRAM UMUM AKADEMIK
KETERAMPILAN
1. Bahasa
Indonesia
2. Bahasa Daerah 1. Pendidikan
1. Pend. Agama 3. Bahasa Inggris keterampilan
2. Pend. Moral 4. Ilmu pilihan terikat
Pancasila Pengetahuan 2. Pendidikan
Bidang Studi
3. Olahraga dan Sosial Keterampilan
kesehatan 5. Matematika Bebas
4. Kesenian 6. Ilmu
Pengetahuan
Alam

6) Kurikulum SMP 1984


Kurikulum SMP pada tahun 1984 ditetapkan berdasarkan Surat keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02091U/1984 tanggal 2 Mei 1984
yang disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0486/U/1984 tanggal 26 Oktober 1984, dan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0261a/U/1985 tanggal 29 Juni 1984.

13
Pengembangan Kurikulum 1984 SMP berpedoman pada 1) Pancasila dan
UUD 1945, 2) Relevansi, 3) Pendekatan Pengembangan, 4) Pendidikan Seumur
Hidup, dan 5) dikembangkan dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya. Lama pendidikan
pada SMP adalah tiga tahun. Program pendidikan pada kurikulum 1984 SMP
terdiri atas Program Inti wajib diikuti oleh semua siswa dan Program Pilihan.
7) Kurikulum SLTP 1994
Pada tahun 1994 Pemerintah memberlakukan kurikulum baru menggantikan
Kurikulum SMP 1984. Sesuai dengan tradisi penamaan kurikulum di Indonesia,
kurikulum baru yang diberlakukan mulai tahun 1994 dinamakan Kurikulum SMP
1994. Pemberlakuan kurikulum baru ini disebabkan paling tidak oleh tuntutan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1954, TAP MPR nomor
II/MPR/1988 dan TAP MPR nomor II/MPR/1993.
Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam UU nomor 2 tahun 1989 tidak
pernah pula diketahui pencapaiannya. Evaluasi terhadap pencapaian hasil
pendidikan lebih diarahkan pada ketentuan mengenai kelulusan seseorang dari
suatu unit atau lembaga pendidikan tertentu. Kualitas yang harus dikuasai seorang
peserta didik tidak pula didasarkan pada tujuan pendidikan nasional sehingga alat
evaluasi nya pun tidak dikembangkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
pencapaian tujuan pendidikan. Soal-soal yang dikembangkan untuk Evaluasi
Belajar Tahap Akhir (EBTA), Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional
(EBTANAS), Ujian Akhir Nasional (UAN) atau pun Ujian Nasional (UN) adalah
untuk menentukan kelulusan seorang siswa, bukan untuk mengukur pencapaian
tujuan pendidikan nasioanal. Oleh karena itu sifat tujuan pendidikan yang mendua
itu pun seolah-olah tidak menimbulkan masalah kependidikan.
Kurikulum SMP 1994 tetap menggunakan filosofi perenialisme yang masih
dalam kelompok pendidikan disiplin ilmu tetapi memperoleh organisasi
“broadfield” yaitu mata pelajaran IPS dan IPA. Artinya secara filosofis tidak ada
perubahan antara Kurikulum SMP 1994 dari Kurikulum SMP 1984 walaupun
haru diakui bahwa Kurikulum SMP 1994 menerapkan filosofi perenialisme lebih

14
utuh dibndingkan Kurikulum SMP 1984. Dalam Kurikulum SMP 1994 mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak dipecah menjadi Biologi dan Fisika
seperti yangg dilakukan Kurikulum SMP 1984.
Struktur Kurikulum SLTP 1994 lebih sederhana dibandingkan struktur
kurikulum sebelumnya. Tabel berikut, tabel 2.5. memperlihatkan Struktur
Kurikulum SMP 1994:
Tabel 2.5. Struktur dan Mata Pelajaran Kurikulum SLTP 1994
KELAS DAN JAM
MATA PELAJARAN
I II III
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
Pendidikan Agama 2 2 2
Bahasa Indonesia 6 6 6
Matematika 6 6 6
Ilmu Pengetahuan Alam 6 6 6
Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6
Kerajinan Tangan dan kesenian 2 2 2
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2
Bahasa Inggris 4 4 4
Muatan Lokal (Sejumlah Mata Pelajaran) 6 6 6
Jumlah 42 42 42
Sumber: Perkembangan Kurikulum SMP (2010)
8) Kurikulum SMP pada Masa Reformasi (Otonomi Daerah)
Pada awal tahun 2000, Pemerintah mulai merintis pengembangan kurikulum
baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Mereka belajar
tentang kurikulum berbasis kompetensi dan landasan pemikiran kurikulum
berbasis kompetensi untuk kurikulum SD, SLTP, SLTA dan SMK. Kurikulum
berbasis kompetensi direncanakan untuk menggantikan kurikulum sebelumnya
yaitu Kurikulum SMP 1994 walau pun rencana tersebut tidak dapat direalisasikan
karena adanya perubahan kebijakan mengenai wewenang penyelenggaraan
pendidikan yang diberikan kepada pemerintah daerah, sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyempurnakan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Meski pun
demikian, Kurikulum Berbasis Kompetensi perlu dikemukakan sebagai suatu
peristiwa dalam sejarah pengembangan kurikulum di Indonesia.
Dalam kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum 2004, kompetensi
diartikan sebagai “pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

15
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat dikenali
melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan
bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual”. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa “kompetensi dikembangkan secara berkesinambungan sejak Taman
Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal, Kelas I sampai dengan Kelas XII yang
menggambarkan suatu rangkaian kemampuan yang bertahap, berkelanjutan, dan
konsisten seiring dengan perkembangan psikologis peserta didik” (Dokumen
power point, Depdiknas, hal 4). Walau pun tidak dinyatakan secara eksplisit,
pengertian ketrampilan mencakup ketrampilan intelektual, emosional, kinestetik,
sosial, intrapersonal, komunikasi, dan sebagainya. Kurikulum ini mulai
dikembangkan pada tahun 2000.
9) Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum 2004 tidak mendapat dukungan politis karena terjadi perubahan
dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia dari sentralistik ke otononomi daerah.
Naskah terakhir Kurikulum 2004 telah mencoba mengakomodasi perubahan
tersebut tetapi upaya yang dimaksudkan tidak cukup kuat. Pemberlakuan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Undang-Undang Nomor
20 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dan
Undang-Undang Nomor 20 thun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebabkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tidak mempunyai pilihan
lain terkecuali melaksanakan ketetapan dalamundang-undang tersebut.
Pada KTSP, standar Isi dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran
(Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran. Disini kompetensi diturunkan
dari mata pelajaran. Mata Pelajaran yang dirancang berdiri sendiri dengan
kompetensi dasar sendiri, dan berjumlah sebelas mata pelajaran. Proses penilaian
mata pelajaran lebih dominan pada aspek pengetahuan. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
b) Beragam dan terpadu

16
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknoogi, dan seni
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
f) Belajar sepanjang hayat
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
10) Kurikulum 2013
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) segera diganti dengan
kurikulum baru, yang akan mulai diterapkan tahun 2014. Perubahan kurikulum
dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik
mampu bersaing di masa depan. Kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan
peserta didik. Terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta
didik, sehingga malah membuatnya terbebani. Perubahan kurikulum ini juga
melihat kondisi yang ada selama beberapa tahun ini. KTSP yang memberi
keleluasaan terhadap guru membuat kurikulum secara mandiri untuk masing-
masing sekolah ternyata tak berjalan mulus.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan
ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat
menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.
Strategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya
meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis
kompetensi; efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan
kompetensi dan profesionalitas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti
penambahan jam pelajaran.
2.2 Fungsi Kurikulum SMP
Fungsi kurikulum bagi tingkat pendidikan yang bersangkutan adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum merupakan

17
pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan oleh
sekolah. Bagi tingkat pendidikan yang berada di level bawah atau di level atas,
maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian, menjaga kesinambungan dan dapat menghindari keterulangan, baik
dari sisi materi, kegiatan pembelajaran maupun komponen lain dalam proses dan
sistem belajar mengajar.
Kurikulum memiliki fungsi berdasarkan individu yang terlibat dengannya.
Fungsi kurikulum sebagai subjek atau individu yang menggunakannya adalah
sebagai berikut.
1) Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan tertinggi sampai tujuan yang
paling rendah. Di Indonesia ada empat tujuan pendidikan utama yang secara
hierarkis dapat dikemukakan: (1) Tujuan nasional, (2) Tujuan institusional, (3)
Tujuan kurikuler, dan (4) Tujuan instruksional.
Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-tujuan
tersebut mesti dicapai secara bertingkat, yang saling mendukung, sedangkan
keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
(pendidikan).
2) Fungsi kurikulum bagi peserta didik
Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan
mampu menawarkan program-program pada peserta didik yang akan hidup pada
zamannya, dengan latar belakang sosio histories dan cultural yang berbeda
dengan zaman dimana kedua orang tuanya berada.
3) Fungsi kurikulum bagi pendidik
Guru memikul sebagian tanggung jawab yang ada di pundak para orang tua,
dan orang tua berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten, dan
berkualitas. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah:
a. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman
belajar para anak didik.
b. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik
dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

18
Dengan adanya kurikulum, sudah tentu tugas guru/ pendidik sebagai
pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan dan sangat penting dalam proses pendidikan, dan
merupakan salah satu komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik
dalam pendidikan.
4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah
Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai
tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan
para pembina lainnya adalah:
a. Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki
situasi belajar.
b. Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan
situasi untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang lebih baik.
c. Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman
untuk mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.
d. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar
mengajar.
5) Fungsi kurikulum bagi orang tua
Bantuan orang tua murid dalam memajukan pendidikan sangat diperlukan
baik berupa konsultasi langsung dengan guru tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan anaknya, maupun bantuan melalui BP-3. Meskipun orang
tua telah menyerahkan anak-anak mereka kepada kepala sekolah agar diajarkan
ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat, tetapi mereka
dapat turut serta membantu usaha sekolah demi kemajuan putera-puterinya,
alangkah baiknya apabila mereka mengetahui tentang kurikulum yang dijalankan
di sekolah. Dengan demikian partisipasi orang tua dapat menjadi faktor penunjang
dan bukan faktor penghambat.
6) Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat diatasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yakni:
a. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan Pemahaman kurikulum yang
digunakan oleh suatu sekolah pada tingkatan diatasnya dapat melakukan
penyesuaian didalam kurikulumnya.

19
b. Penyiapan tenaga baru Kurikulum juga berfungsi untuk menyiapkan tenaga
pengajar. Bila suatu sekolah atau lembaga pendidikan bertujuan
menghasilkan tenaga guru (LPTK), maka lembaga tersebut harus
mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat dibawahnya tempat calon guru
yang dipersiapkan akan mengajar.
7) Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah
Pada umumnya sekolah dipersiapkan untuk terjun di masyarakat atau untuk
bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu,
kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi
kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah. Untuk keperluan itu
perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal pembenahan
kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat atau para pemakai
lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik atau saran-saran yang berguna
bagi penyempurnaan program pendidikan di sekolah.
2.3 Komponen Kurikulum SMP
Di dalam kurikulum tentunya tersusun dari beberapa komponen yang
berperan sebagai pendukung kurikulum. Dibawah ini ada beberapa komponen
kurikulum pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP):
2.3.1 Komponen Tujuan
Komponen tujuan berkaitan sebagai pembentuk sebuah kurikulum, tujuan
ini berkaitan dengan apa yang akan dipelajari yang dimana hal ini agar mampu
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dan dengan adanya tujuan
kurikulum, hal ini agar dapat menyesuaikan tentang pembuatan perencanaan
pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk siswa. Tujuan Pendidikan
dikelompokkan pada empat, yaitu:
1) Tujuan Pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

20
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
2) Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh
setiap Lembaga pendidikan. Hal ini ditujukkan kepada sekolah dasar dan juga
menengah. Tujuan ini terdapat pada Permendiknas No. 20 Tahun 2007 yang
mengemukakan:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan ini merupakan tujuan harus dicapai atau diraih oleh setiap mata
pelajaran.
4) Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan ini masih termasuk ke dalam tujuan kurikuler. Tujuan ini diartikan
sejauh mana meningkatnya kemampuan peserta didik dalam satu kali pertemuan
apakah ada peningkatan sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak.
2.3.2 Komponen Isi
Komponen isi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang mendukung
kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Komponen isi kurikulum ini berisi tentang jenis mata pelajaran yang
akan dipelajari siswa dan isi dari setiap mata pelajaran tersebut.
2.3.3 Komponen Metode
Komponen ini sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum. Dikarenakan
akan menjadi hal yang disayangkan ketika sudah membuat kurikulum yang bagus,
namun dalam implementasinya tidak sesuai yang diharapkan. Metode ini sangat

21
penting juga karena siswa paham atau tidaknya dalam suatu mata pelajaran itu
pun ada faktor dimana apakah guru itu mampu menjelaskan mata pelajaran
dengan baik atau tidak. Ketika praktiknya alangkah baiknya pendidik
mengembangkan metode variatif, agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan aktif, menyenangkan, kreatif dan efektivitas yang tinggi. Dalam
memilih metode atau strategi belajar itu disesuaikan dengan mata pelajarannya
agar dapat mncapai tujuan pendidikan.
2.3.4 Komponen Evaluasi
Komponen ini bertujuan untuk memeriksa peningkatan dari tercapai atau
tidaknya tujuan pendidikan yang diharapkan dengan menggunakan kurikulum
yang digunakan tersebut. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria.
Komponen evaluasi juga termasuk kedalam komponen yang mendukung
dalam pembentuk kurikulum. Komponen ini memiliki peran dalam mengukur dan
melihat seberapa efektifnya kurikulum yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Dengan adanya evaluasi, sangat berperan dalam
mengetahui apabila ada kesalahan baik dalam materi ataupun metode yang
digunakan dalam melaksanakan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil
dari evaluasi tersebut. Dengan adanya hal itu akan menjadi pertimbangan dalam
memperbaiki kesalahan yang sebelumnya dan juga dalam menetapkan hal-hal
baik yang sekiranya dapat membantu kurikulum agar menjadi lebih baik lagi dan
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

22
BAB III
ANALISIS HASIL KAJIAN KURIKULUM
3.1 Kesiapan SMP dalam Melaksanakan Kurikulum 2013
Dalam melaksanakan kurikulum 2013 sekolah harus mempunyai persiapan
yang matang untuk menghadapi kurikulum yang terbaru. Berikut beberapa
indikator sekolah dalam menghadapi kurikulum 2013, diantaranya :
1) Buku Pelajaran Siswa dan Buku Pedoman Guru
Menurut Surya dalam H.E. Mulyasa (2013: 198), kesiapan diartikan sebagai
sejumlah;
a. Kesesuaian isi : isi buku lengkap dengan ruang lingkup KI dan KD;
keluasan dan kedalaman isi sesuai tuntutan kebutuhan penguasaan
kompetensi oleh siswa; terdapat petunjuk bagi guru sesuai fungsinya sebgai
Buku Pedoman Guru.
b. Kebenaran/akurasi isi : konsep yang disajikan akurat berdasarkan
keilmuannya; materi pendukung pembelajaran meliputi aplikasi konsep,
penumbuhan motivasi, pemecahan masalah sesuai dengan pendekatan
saintifik; sistematika penyajian akurat berdasarkan urutan penguasaan
kompetensi.
c. Kelengkapan: isi buku sesuai dengan lingkup KI dan KD; tersedia
soal/tugas/pekerjaan untuk latihan siswa pada setiap KD; contoh atau
ilustrasi untuk memudahkan pemahaman lengkap pada setiap konsep yang
disajikan.
d. Keterbacaan : isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan pengguna
sasaran; gagasan disajikan secara runtut dan utuh; konsep, soal-soal,
tugas/latihan dan petunjukpengerjaannya disajikan secara komunikatif dan
mudah dipahami
2) Pelatihan Kurikulum 2013 Bagi Guru
Guru harus siap dengan adanya Kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan
saat ini dan akan terus diimplementasikan pada periode-periode selanjutnya.
Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 54), kesiapan adaalah suatu kompetensi,
sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut
memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu. Kesiapan tersebut mulai

23
dari pemahaman, mental, maupun kemampuan guru yang berasal dari dalam diri
guru itu sendiri dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pelatihan
terhadap guru sangat diperlukan untuk melaksanakan Kurikulum 2013, dimulai
dengan persiapan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi, dan pendampingan guru dan
dilaksanakan satu kali. Adapun tujuan pelatihan guru yang tercantum dalam
Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 adalah agar terjadi pola piker
(mindset) guru dalam mempersiapkan pembelajaran,
3) Hakekat Manajemen
Manajemen menurut John M. Echols dan Hassan Shadily merupakan
terjemahan secara langsung dari kata management yang berarti pengelolaan,
ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Manajemen berakar dari kata kerja to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola. (Aldo
Redho Syam, 2017:35)
Menurut Agustinus dalam Hamalik (2008) terdapat empat fungsi
manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan atau pengembangan
kurikulum, yakni: (1) planning (perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian),
(3) staffing (pengstafan), dan (4) controlling (pengawasan).
4) Layanan Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik tidak hanya diberi pembelajaran mengenai
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan, tetapi juga dibutuhkan pelayanan
individual yang menunjang pembelajaran tersebut. Pelayanan individual terkait
dngan faktor sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial terkait dengan hubungan
antarmanusia sedangkan faktor non-sosial terdiri dari hal-hal yang berhubungan
dengan lingkungan maupun kelengkapan.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan lembaga
pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pelaksanaan
kurikulum telah siap menerapkan Kurikulum 2013 baik dari kualifikasi akademik,
penguasaan mata pelajaran, penyusunan kurikulum, pelaksananan pelatihan
kurikulum 2013 pada guru dan pembuatan serta pengembangan RPP sesuai
dengan silabus yang disediakan pemerintah.

24
3.2 Kegiatan Belajar Mengajar di SMP
1) Guru memfasilitasi siswa memunculkan gagasan baru. Dari beberapa
kegiatan yang teramati di lapangan, tampak usaha-usaha yang dilakukan
guru menfasilitasi siswa agar berani memunculkan gagasan baru. Misalnya,
salah satu usaha yang dilakukan dengan mengajak siswa melakukan
observasi di luar lingkungan sekolah dan memberikan keleluasaan kepada
siswa dalam mengembangkan sumber belajar. Usaha ini dilakukan oleh
guru untuk menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang
ditetapkan dan mengembangkan ide-ide secara lebih luas. Siswa dapat
mengembangkan idenya dari internet, jurnal, majalah, dan sumber lainnya
yang lebih variatif. Salah satu upaya lainnya yang dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran ialah dengan mendukung kemandirian siswa belajar
dan berdiskusi, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan
menarik kesimpulan sendiri. Kegiatan ini tampak dari kegiatan siswa
menalar dan mengkomunikasikan hal yang sudah dipelajari. Upaya-upaya
seperti ini jarang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran masa lalu dan
usaha ini sangat berarti terhadap perkembangan siswa kedepannya.
2) Guru menyampaikan materi dengan mudah dipahami, menarik, dan
menyenangkan. Meskipun tidak secara keseluruhan, dari hasil pengamatan
ditemukan banyak guru yang mengusahakan sebuah kegiatan pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan mudah difahami. Usaha ini tampak dari
upaya guru dalam memberikan memotivasi selama kegiatan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan peneliti, guru selalu menggunakan kata-kata motivasi
untuk menambah semangat dan etos belajar siswa. Usaha lainnya untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, tampak dari usaha guru
dalam menghadirkan media dan sumber belajar yang variatif. Salah satu
contohnya ialah usaha yang dilakukan oleh guru IPS ketika memutar video
pembelajaran tentang kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dari hasil
pengamatan, tampak terlihat keseriusan siswa dalam menyimak tayangan dan
mencatat setiap momen yang dianggap penting oleh siswa. Begitupun juga
usaha yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang ditemui di dalam pengamatan. Berbagai

25
sumber belajar yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia seperti halnya Koran, Jurnal, dan Majalah berhasil menarik
perhatian dan motivasi siswa selama kegiatan pembelajaran.
3) Guru menggunakan beragam strategi pembelajaran. Sekolah memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran yang
mereka ajarkan. Sekolah tidak membatasi guru menggunakan strategi
tertentu. Sebab dengan menggunakan pendekatan saintifik, tentunya guru
sudah memahami strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan
tersebut
3.3 Proses Evaluasi yang dilakukan di SMP
Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu langkah yang dilakukan
dengan perencanaan yang terstruktur dan sistematis. Perencanaan dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian mutu pendidikan yang telah dilaksanakan
baik dari segi proses pembelajaran dan hasil belajar. Menghadapi rendahnya mutu
pendidikan dan kurangnya relevansi perlu adanya penyempurnaan terhadap
kurikulum pendidikan. Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan dalam
proses pembelajaran pemerintah telah mengeluarkan kurikulum 2013. Kurikulum
ini dilaksanakan untuk 6.325 sekolah. Untuk pelaksanaannya kurikulum 2013
menyempurnakan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Orientasi
kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap,
keterampilan dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan
menyenangkan. Implementasi kurikulum 2013, perangkat pembelajaran dirancang
dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pembelajaran
dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh pemerintah baik kurikulum
nasional maupun kurikulum wilayah, sehingga guru tinggal mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Salah satu perubahan kurikulum sebagai
berikut:
1) Struktur kurikulum 2013 SMP Negeri pada penambahan jam belajar per
minggu mulanya 32 jam menjadi 38 jam untuk masing-masing jenjang
tingkatan kelas.
2) Pendekatan isi dikembangkan melalui pendekatan mata pelajaran.

26
3) Struktur kurikulum tingkat SMP meliputi: TIK menjadi media semua
pelajaran, jumlah mata pelajaran menjadi 10 . Perubahan yang lain yaitu
menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Materi Pembelajaran IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu
5) Pada kurikulum 2013 Pramuka menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang wajib
diselenggarakan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah.

3.4 Tantangan dan Hambatan Pelaksanaan Kurikulum di SMP


3.4.1 Tantangan dalam Pelaksanaan Kurikulum
1) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana
prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses,
standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya
terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan tantangan internal
pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar
penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang telah
ditetapkan. Di dalam Standar Pengelolaan hal-hal yang dikembangkan antara
lain adalah Manajemen Berbasis Sekolah. Rehabilitasi gedung sekolah dan
penyediaan laboratorium serta perpustakaan sekolah terus dilaksanakan agar
setiap sekolah yang ada di Indonesia mencapai Standar Sarana Prasarana yang
telah ditetapkan. Dalam mencapai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
berbagai upaya yang dilakukan antara lain adalah peningkatan kualifikasi dan
sertifikasi guru, pembayaran tunjangan sertifikasi, serta uji kompetensi dan
pengukuran kinerja guru. Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan
Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan adalah merupakan standar
yang terkait dengan kurikulum yang perlu secara terus-menerus dikaji agar
peserta didik yang melalui proses pendidikan dapat memiliki kompetensi yang
telah ditetapkan.

27
2) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan,
persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan, dan pedagogi, serta berbagai
fenomena negatif yang mengemuka. Tantangan masa depan antara lain terkait
dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan
hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Di era globalisasi
juga akan terjadi perubahan-perubahan yang cepat. Dunia akan semakin
transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas. Hubungan komunikasi,
informasi, dan transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat sebagai
akibat dari revolusi industri dan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Arus globalisasi juga akan menggeser pola hidup masyarakat dari
agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di WTO (World Trade Organization), ASEAN
Community, APEC, dan AFTA.
3.4.2 Hambatan dalam Pelaksanaan Kurikulum
1) Kesulitan dalam proses penilaian dan pemanfaatan media pembelajaran
yang terbatas
2) Sosialisasi mengenai kurikulum 2013 yang belum maksimal.
3) Guru belum memahami isi kurikulum secara utuh
4) Penyusunan RPP kurikulum 2013 tidak mudah dilaksanakan. Guru sulit
untuk mengatur waktu agar materi kebahasaan dan sastra dapat diajarkan
semuanya. Selain itu, guru masih kurang menguasai berbagai jenis strategi
dan metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam setiap pembelajaran.
5) Guru mengalami kesulitan menerapkan lima langkah pada scientific
approach dalam setiap kegiatan pembelajarannya
6) Guru kesulitan bagaimana membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Sebab,
dalam Kurikulum 2013, guru harus menjadi fasilitator agar siswa bertanya.
7) Kondisi guru harus mengikuti dan mengembangkan materi sesuai RPP
Kurikulum 2013,

28
8) Sarana prasarana kurang mendukung karena terbatasnya dana dan situasi
kondisi sekolah,
9) Karakteristik siswa, siswa banyak diarahkan pada pendekatan saintifik.

29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kurikulum adalah rencana agar peserta didik mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi
pribadi yang lebih kreatif, inovatif, beriman dan juga afektif ketika nantinya
berada didalam lingkungan masyarakat. Penyusunan kurikulum ini sesuai dengan
UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No.19 tahun 2005. Pada makalah
ini kami menganalisis kurikulum SMP mulai dari perkembangannya hingga
hambatannya.
Perkembangan kurikulum SMP dimulai dari tahun 1820 yang dimana istilah
kurikulum ini dipakai sebagai pengganti Leerpan (Rencana Pelajaran) dengan
masa pendidikan selama 3 tahun bertujuan untuk menjadi pegawai di Kolonial
Belanda, kurikulum ini meliputi kurikulum SMP Gymnasium, Bumiputera dan
MULO. Setelah itu ada kurikulum Shoto Chu Gakko pada masa pendudukan
Jepang, mata pelajarannya meliuti eksakta disesuaikan dengan kepentingan
pendudukan Jepang yang bertujuan menjepangkan Indonesia.
Kurikulum SMP pada awal kemerdekaan dimulai pada tahun 1947 dengan
adanya Kurikulum Rentjana Peladjaran dengan menghapuskan Bahasa Belanda
dan Jepang sebagai mata pelajarannya. Kurikulum Rencana Pembelajaran terurai
(1952) dimana mata pelajaran dan silabusnya lebih jelas, serta satu guru mengajar
satu pelajaran. Lalu pada 1962 ada perubahan yang disebut Kurikulum SMP Gaya
Baru yang terdiri atas kelompok dasar, cipta, dan karsa. Kurikulum SMP 1968
berubah tujuan menjadi menghasilkan manusia Pancasila sejati, lalu berubah
kembali pada tahun 1975 dengan adanya 3 macam program yang meliputi umum,
akademik, dan pendidikan keterampilan. Kurikulum SMP pada tahun 1984
ditetapkan dengan program pendidikan inti dan pilihan. Kurikulum SLTP 1994
mengadakan evaluasi untuk kelulusan yang disebut EBTANAS). Lalu ada
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dikembangkan tahun 2000. Pada
tahun 2006 ada KTSP yang proses penilaian mata pelajarannya lebih dominan
dari aspek pengetahuan. Kemudian yang terakhir ada Kurikulum 2013 (K-13)
yang lebih mengedepankan kompetensi dan student centered.

30
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian, menjaga kesinambungan dan dapat menghindari keterulangan, baik
dari sisi materi, kegiatan pembelajaran maupun komponen lain dalam proses dan
sistem belajar mengajar. Kurikulum ini berfungsi bagi pencapaian tujuan
pendidikan, peserta didik, pendidik, kepala sekolah, orang tua, dan pendidikan
diatasnya. Komponen kurikulum SMP meliputi komponen tujuan, isi, metode, dan
evaluasi. Kesiapan lembaga pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dalam pelaksanaan kurikulum telah siap menerapkan K-13 baik dari kualifikasi
akademik, penguasaan mata pelajaran, penyusunan kurikulum, pelaksananan
pelatihan K-13 pada guru dan pembuatan serta pengembangan RPP sesuai dengan
silabus yang disediakan pemerintah.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMP meliputi guru memfasilitasi
siswa untuk memunculkan gagasan baru dengan mengajak siswa observasi,
belajar menggunakan beberapa sumber, berdiskusi mandiri, hal ini sangat berarti
terhadap perkembangan siswa kedepannya. Saat menyampaikan materi, guru
menyampaikan meterinya dengan menarik sehingga mudah dipahami dan
menyenangkan, contohnya menggutakan PPT, penayangan video dan games, serta
strategi KBM di SMP ini menggunakan beragam strategi pembelajaran. Proses
evaluasi yang dilakukan di SMP menggunakan sistem tes dan non tes. Evaluasi
menggunakan tes di SMP seperti ujian tulis meliputi Penilaian Tengah Semester,
Penilaian Akhir Semster, Ujian Sekolah, Ujian Nasional, tetapi dalam
keberjalanannya sekarang evaluasi tes in ini sudah menggunakan sistem hybrid.
Evaluasi SMP non tes dinilai melalui sikap, keaktifan, dan kehadiran siswa. Hasil
evaluasi SMP ini berupa raport (nilai akademik dan sikap), ijazah, dan SKHUN.
Tantangan dalam pelaksanaa kurikulum di SMP meliputi tantangan internal
dan eksternal. Tangan internal terkait dengan tuntutan pendidikan yaitu standar
pengelolaan, biaya, sarana prasarana, isi, proses, penilaian, kompetensi lulusan,
pendidik, dan tenaga kependidikan. Sedangkan tantangan eksternalnya berkaitan
dengan masa depan yaitu kompetensi, presepsi masyarakat, pengembangan
pengetahuan, pedagogi, arus globalisasi, dan berbagai fenomena negative yang
mengemuka. Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum yaitu kesulitan dalam

31
penilaian, sosialisasi, perenvanaan, penyusunan, dan pelaksanaan K-13 belum
maksimal, serta sarana prasarana yang kurang mendukung.
4.2 Rekomendasi
Dalam pelaksanaan kurikulum di SMP ini masih belum sempurba, maka
dari itu butuhnya dukungan dari pihak terkait yaitu dinas pendidikan, pendidik
dan peserta didik. Dinas pendidikan bisa mengadakan pelatihan dan
pendampingan kepada pendidik untuk perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan
kurikulum. Pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan
pembelajaran kepa peserta didik. Lalu, peserta didik pun harus lebih inisiatif lagi
dalam mempelajari pelajaran di sekolah dengan memanfaatkan media yang ada
karena sistem kurikulum sekarang student centered yang membuat oeserta didik
harus lebih aktif.
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Namun, setidaknya
kelompok kami telah melakukan pengerjaan makalah ini dengan maksimal. Masih
banyak kesalahan dan kekurangan penulisan makalah pada kelompok kami. Maka
dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran agar bisa memotivasi untuk masa
depan yang lebih baik dari sebelumnya.

32
DAFTAR PUSTAKA
Abrory, M., & Kartowagiran, B. (2014). Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013
pada Pembelajaran Matematika SMP Negeri Kelas VII di Kabupaten Sleman.
Jurnal Evaluasi Pendidikan, 2(1), 50-59. [Online]. Tersedia :
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/jep/article/view/73.
Bisa, A M C. Upaya Guru IPS Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013
Dalam Pembelajaran IPS di SMP Negeri 21 Semarang. [Online]. Tersedia :
http://lib.unnes.ac.id/20928/1/3101411130-S.pdf. Diakses pada 17 Desember
2020.
Hasan, S. H. (2010). Perkembangan Kurikulum SMP (dari Masa Hindia Belnda,
Pendudukan Jepang, dan Zaman Kemerdekaan). Docplayer. [Online].
Tersedia : https://docplayer.info/44544465-Perkembangan-kurikulum-
smp.html
Home Science. (2016). Inilah Alasan Kurikulum KTSP diganti dengan
Kurikulum 2013. Blogspot. [Website Online]. Tersedia :
http://homesciencehealer.blogspot.com/2016/04/inilah-alasan-kurikulum-
ktsp-diganti.html#:~:text=Alasan%20mengapa%20kurikulum%20KTSP
%20diggantikan%20dengan%20Kurikulum%202013%20yaitu
%20%3A&text=Perubahan%20kurikulum%20dilakukan%20untuk
%20menjawab,sebelumnya%20dianggap%20memberatkan%20peserta
%20didik.
Kelas Pintar. (2013). Mengenal Lebih Dekat Kurikulum 2013, Apa Bedanya
dengan yang Lama?. Kelaspintar.id. [Website Online]. Tersedia :
https://www.kelaspintar.id/blog/inspirasi/kurikulum-2013-532/
Marchelin, W. (2015). Kesiapan Sekolah Dalam Menghadapi
Transisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke
Kurikulum 2013 di SMP Negeri 3 Yogyakarta. Spektrum
Analasis Kebijakan Pendidikan 4(1). [Online]. Tersedia :
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/sakp/article/view/1357. Diakses
pada 17 Desember 2020.
Marsellyna. (2017). Sejarah Kurikulum SMP. Wordpress. [Website Online].
Tersedia : https://tpmuda.wordpress.com/2017/12/18/sejarah-kurikulum-smp/

33
Pendidikan, K., & Indonesia, K. R. (2013). Implementasi Kurikulum 2013.
Wordpress. [Online]. Tersedia : Doi https://doi.org/10.21831/jitp.v4i1.10131.
Pujiono, S. (2014). Kesiapan Guru Bahasa Indonesia SMP dalam Implementasi
Kurikulum 2013. LITERA, 13(2). [Online]. Tersedia :
https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/2579/2133. Diakses
pada ada tanggal 14 Desember 2020.
Rachmat, B. (2020). Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan pada SMP Negeri di Kabupaten Klaten. (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Semarang). [Online]. Tersedia :
https://lib.unnes.ac.id/35025/1/UPLOAD_BASUKI_RACHMAT.pdf.
Diakses pada 14 Desember 2020.
Simatupang, H., Simanjuntak, M. P., Sinaga, L., & Hardinata, A. (2019). Telaah
Kurikulum SMP di Indonesia. Pustaka Media Guru. [Buku Online]. Tersedia :
https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=A9zaDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=Telaah+Kurikulu
m+SMP+di+Indonesia&ots=76FZvyqmp1&sig=x5k1KuQE3e2EFdNFecBB8
22d9WI.
Thibatul, M., & Huda, N. (2015). Pengaruh Perubahan Kurikulum
2013 ke Kurikulum 2006 (KTSP) Terhadap Proses
Pembelajaran (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Kapung). Inovatif : Jurnal
Pendidikan, Agama dan Kebudayaan 1(2). [Online]. Tersedia :
http://jurnal.staih.ac.id/index.php/inovatif/article/view/43.
Wijayati, E. C., Degeng, I. N. S., & Sumarmi, S. (2016). Kesulitan-Kesulitan
dalam Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran IPS SMP. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(11), 2241-2247.
[Online]. Tersedia : https://media.neliti.com/media/publications/210252-
kesulitan-kesulitan-dalam-implementasi-k.pdf. Diaskses pada 17 Desember
2020.
Yane, S. (2016). Perkembangan Kurikulum SMP/MTS Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani (Analisis Kurikulum 1975-2006). Edukasi: Jurnal Pendidikan,
11(2), 229-239. 15 Desember 2020. [Online]. Tersedia :

34
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/edukasi/article/view/218. Diakses
pada 15 Desember 2020.

35

Anda mungkin juga menyukai