Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROFESIONALISME GURU SEBAGAI JEMBATAN


MENUJU PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
INDONESIA YANG CEMERLANG
Disusun sebagai UAS takehome mata kuliah "Profesi Kependidikan"

Dosen: Dr. Hj. Tati Heriati, M.Pd.

Disusun oleh:

Robby Rivaldo 185050069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

KOTA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini mengulas materi tentang “Profesionalisme Guru Sebagai Jembatan
Menuju Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Yang Cemerlang”. Makalah ini
disusun sebagai UAS takehome mata kuliah "Profesi Kependidikan”. Makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Tati Heriati, M.Pd. selaku dosen Profesi Kependidikan, dan
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif yang sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi semua pembaca sekaligus
penyempurna dalam tahap penyusunan makalah mengenai materi yang akan datang.

Bandung, 17 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Judul Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
LANDASAN TEORI ....................................................................................................... 3
A. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 ......................................... 3
1. Isi dan Maksud Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 ............ 3
2. Tujuan Ditetapkannya Undang-Undang Guru Dan Dosen ................................ 5
B. 4 Kompetensi Dasar Yang Harus Dimiliki Guru................................................... 6
1. Kompetensi Pedagogik ...................................................................................... 7
2. Kompetensi Kepribadian ................................................................................... 8
3. Kompetensi Sosial ........................................................................................... 10
4. Kompetensi Profesional ................................................................................... 10
C. Strategi Guru Untuk Meningkatkan Profesionalismenya .................................... 12
1. Strategi Menurut Para Ahli .............................................................................. 12
2. Secara Umum ................................................................................................... 18
D. Tanggapan Penulis Terhadap Undang-Undang Guru dan Dosen ........................ 19
1. Tanggapan Secara Positif ................................................................................. 19
2. Tanggapan Secara Negatif ............................................................................... 19
E. Guru Dalam Mengajar Harus Mempertimbangkan Standar Isi ........................... 19
F. Pandangan Penulis Terhadap Profesionalisme Guru Selama Ini ......................... 19
BAB III ........................................................................................................................... 21
PENUTUP ...................................................................................................................... 21
A. Simpulan .............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ i

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena diselenggarakannya PPG (Pendidikan Profesi Guru) tidak pernah
menyurut untuk terus dibahas sampai ke akar-akarnya. PPG diselenggarakan oleh
LPTK yang ditunjuk langsung oleh pemerintah guna memproduksi dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas guru-guru menjadi seorang guru profesional.
Guru profesional lahir dari berbagai latihan dan didikan yang sesuai guna
menunjang kompetensi-kompetensi yang terkait dengan profesi guru sebagai
pendidik.
Dalam program PPG, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
kompetensi mereka agar dapat mendidik siswa-siswi secara profesional, terarah, dan
terintegritas sesuai dengan amanat UUD 1945 alinea ke-4, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Kualitas pendidikan Indonesia yang semakin hari semakin kompleks menjadi
tantangan tersendiri bagi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan yang
dimilikinya. Hal inilah biasa disebut sebagai profesionalisme seorang guru. Murid-
murid yang cerdas, terdidik, dan bijaksana akan tercipta dari guru yang profesional
dan memiliki profesionalisme yang baik sesuai dengan pelatihan dan pendidikan yang
dijalaninya.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini, yaitu:
1. Apa maksud dan isi dari UU Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005
2. Mengapa guru harus memiliki 4 kompetensi?
3. Bagaimana strategi guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
4. Bagaimana tanggapan penulis terhadap UU Guru dan Dosen?
5. Mengapa dalam hal mengajar, guru harus mempertimbangkan standar isi?
6. Bagaimana pandangan penulis terhadap profesionalisme guru selama ini?

1
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan maksud dan isi dari UU Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005
2. Memberikan pandangan mengenai alasan guru harus memiliki 4 kompetensi.
3. Menjelaskan strategi yang harus dibuat oleh guru dalam rangka meningkatkan
profesionalisme.
4. Memberikan opini berupa tanggapan penullis terhadap UU Guru dan Dosen.
5. Menjelaskan tentang standar isi yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam
proses belajar mengajar.
6. Memberikan opini tentang profesionalisme guru yang selama ini diketahui oleh
penulis.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005


1. Isi dan Maksud Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Undang-undang ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan
dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta.
Undang-Undang Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara
detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan,
fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dll. Namun
sayang, masih ada sejumlah kelemahan dan kekurangan yang ada pada Undang-
Undang Guru dan Dosen, dan masih menjadi permasalahan serta perdebatan yang
tak kunjung usai.
Dimulai dari bunyi pasal yang tidak jelas, sampai pada beberapa peningkatan
mutu dan kesejahteraan pendidikan yang dituangkan dalam undang-undang
tersebut. Masih banyak kalangan pesimis yang berpendapat bahwa pemerintah
tidak akan rela merogoh uangnya untuk menukarnya dengan mutu pendidikan,
apalagi mensejahterakan guru yang sudah akrab dengan penderitaan itu. Selain itu
proses pelaksanaannya pun masih belum optimal, sasaran yang dapat dicapai
hanya beberapa hal dari seluruh pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang
tersebut.
Pada BAB I ketentuan umum, dibahas tentang pengertian-pengertian yang
terkait pendidikan, seperti pengertian guru, pengertian dosen, guru besar,
profesional, dan sebagainya. Pada BAB II, dibahas tentang kedudukan, fungsi dan
tujuan guru dan dosen. BAB III, pembahasan terkait prinsip profesionalitas
bahwasanya profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

3
b. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab,
c. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
d. Memiliki jaminan perlindungan hukum,
e. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Masalah guru dan dosen dibahas pada BAB IV dan V dengan cakupan hampir
sama meliputikualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi; hak dan kewajiban; wajib
kerja dan ikatan dinas; pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian;
pembinaan dan pengembangan; penghargaan; pelindungan; cuti; dan organisasi
profesi dan kode etik.
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa
Hak Guru dan Dosen antara lain:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
f. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
h. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
i. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Mengenai kewajiban guru dan dosen di jelaskan perbedaan kewajiban antara
lain:
a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

4
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;
Adapun kewajiban yang harus dijalankan oleh dosen, yaitu:
a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Tujuan Ditetapkannya Undang-Undang Guru Dan Dosen
Tujuan ditetapkannya undang-undang guru dan dosen tidak lain adalah untuk
mengatur tentang kepentingan-kepentingan pendidikan terkait mekanisme sistem
pendidikan, dan terkait juga dengan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Lebih jauh lagi undang-undang tersebut juga untuk memperjelas hak serta
kewajiban para pendidik terkait dengan tugasnya sebagai pendidik profesional.
Masalah dalam UU Guru dan Dosen:
a. Masalah kewenangan
b. Masalah kesejahteraan
c. Masalah Sertifikasi
d. Masalah Gelar akademik

5
e. Diskriminasi guru non-PNS
Keluarnya UU guru dan dosen menegaskan bahwa profesi guru dan dosen
sangat dihargai dan keberadaannya dijamin. Artinya, guru dan dosen telah
dilindungi oleh satu payung hukum yang tidak gampang untuk diubah. UU ini
menjamin kewenangan, pengembangan diri, kesejahteraan, rekrutmen dan
perpindahan guru dan dosen. Meskipun demikian, ada suatu kekhawatiran
mendalam yaitu menyangkut implementasinya. Banyak faktor yang akan
mempengaruhi implementasi UU ini seperti organisasi pelaksana, kemampuan
aparat pelaksana, tingkat kepatuhan, anggaran publik dan lingkungan.
Perlunya pemecahan masalah secara signifikan merupakan tugas yang
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kita agar dikemudian hari tidak lagi
muncul kepermukaan lantaran pemecahan masalah yang tertunda/belum tuntas.
Pemerintah harus lebih banyak belajar dari pengalaman.

B. 4 Kompetensi Dasar Yang Harus Dimiliki Guru


Kompetensi adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu competency
yang mempunyai arti kecakapan atau kemampuan dan wewenang. Jika seseorang
menguasai kecakapan bekerja pada bidang tertentu, maka ia dinyatakan kompeten.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemmapuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. (UU Guru dan Dosen Tahun 2005 Pasal 8)
Kompetensi juga sesuatu yang menggambarkan kemampuan seseorang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dan kompetensi juga merupakan kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan dan melakukan profesinya.
Kompetensi merupakan kemampuan yang diperoleh dari pendidikan dan
pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi mencakup
tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14 Tentang Guru dan Dosen
Tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
social, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

6
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi, pelatihan dan pengalaman profesional.
Pada pasal 5, masing-masing kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik
Pada dasarnya, kompetensi pedagogik adalah kemmapuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik juga akan
menentukan tingkatan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bagi peserta
didik.
Kompetensi pedagogik sendiri meliputi kemampuan merancang, mengelola,
dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kompetensi pedagogik tidak diperoleh secara mendadak atau tiba-tiba, tapi
melalui proses atau upaya secara terus emnerus dan sistematis, baik pada masa
pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang
didukung oleh bakat, minat, potensi keguruan lainnya dari masing-masing
individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru, terdapat 7 aspek dan 45
indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik.
Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta
indikatornya:
a. Menguasai karakteristik peserta didik,
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
c. Pengembangan kurikulum,
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
e. Pengembangan potensi peserta didik,
f. Komunikasi dengan peserta didik, dan
g. Penilaian dan evaluasi.
Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
b. Pemahaman terhadap peserta didik,

7
c. Pengembangan kurikulum/silabus,
d. Perancangan pembelajaran,
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f. Evaluasi hasil belajar, dan
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) UU Guru dan
Dosen merupakan kemampuan kepribadian yang:
a. Mantap,
b. Stabil,
c. Dewasa,
d. Arif dan bijaksana,
e. Berwibawa,
f. Berakhlak mulia,
g. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
h. Mengevaluasi kinerja sendiri, dan
i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi kepribadian meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, berwibawa, teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap, nilai-nilai, kepribadian
sebagai elemen perilaku dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai
dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan,
pendidikan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar.
a. Pengertian
Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi guru tersebut yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan
falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang
memiliki nilai-nilai luhur.
Di Indonesia, sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila. Yang
mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian

8
bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi dalam kepribadian guru.
Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus
dimaknai sebagai wujud sosok manusia yang utuh. (Depdiknas. 2006:73)
b. Fungsi
Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai
ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah
psikologi yang dihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan,
motivasi dan kebutuhannya. Semuanya memerlukan bimbingan guru yang
berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh, dan dapat
menolong peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri.
Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri
teladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru sebagai
contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. (Sudarwan.
2002:89)
Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem amongnya, yaitu
guru harus:
 Ing Ngarso Sungtolodo
 Ing Madyo Mangun Karso
 Tut Wuri Handayani
c. Ruang Lingkup
Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk menatap dirinya dan
memahami konsep dirinya sendiri. Seorang guru harus mampu berkaca pada
dirinya sendiri, bila ia berkaca maka ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi
ada tiga pribadi, yaitu:
1) Aku dan konsep diriku (self concept),
2) Aku dengan ide diriku (self idea), dan
3) Aku dengan realita diriku (self reality)
Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah
hidup, nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada
beberapa hal yang bersifat universal yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang
terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya.

9
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial meliputi kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru membimbing
peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam
Standar Kompetensi Nasional. Guru harus mampu memahami dan menguasai
materi ajar yang terdapat di kurikulum, memahami struktur, konsep, dan metode
keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar
mata pelajara yang terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guur juga diharapkan dapat menguasai
langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan
dan materi bidang studi. (Tim Dosen FKIP UNTAN, 2010:52)
Kompetensi naisonal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) UU Guru dan
Dosen merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi:
a. Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar,
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum skeolah,
c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait,
d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan
e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Agar guru mampu membimbing peserta didik, mereka hendaknya memenuhi
Standar Nasional Pendidikan. Untuk memenuhi kualifikasi standar nasional, guru
perlu diuji kompetensinya. Uji kompetensi tersebut adalah uji kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
4 kompetensi tersebut dilakukan melalui prosedur baku dengan menggunakan
instrument yang terstandarisasi yang dilakukan oleh maisng-masing Perguruan
Tingi atau beberapa perguruan tinggi penyelenggara yang bekerja sama dengan

10
lembaga penjaminan mutu pendidikan dan/atau pusat pengembangan penataran
guru.
Kompetensi profesional adalah sesuatu yang berkenaan dengan penampilan
menjalankan jabatan sesuai dengan profesi orang yang mempunyai kemampuan
sesuai dengan tuntutan profesi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kompetensi profesional perlu memiliki
kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, penguasaan bahan,
program pengajaran, dan pelaksanaannya serta penilaiannya yang dijelaskan
sebagai berikut.
a. Menguasai landasan kependidikan. Meliputi mengenal tujuan pendidikan,
mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, mengenal prinsip-prinsip
psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
b. Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
serta menguasai bahan pengayaan,
c. Menyusun program pengajaran. Meliputi: menetapkan tujuan pembelajaran,
memilih, dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan
mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih dan mengembangkan
media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
d. Melaksanakan program pengajaran. Meliputi: menciptakan iklim belajar
mengajar yang teat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar
mengajar,
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yan telah dilaksanakan. Meliputi:
menilai prestasi murid untuk kepentingan penagjaran, menilai proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. (Soetjipto, dkk. 1999:16-18)
Kompetensi profesional terdiri dari berbagai jenis, diantaranya:
a. Kemampuan menyampaikan/menyampaikan
b. Kemampuan berpikir/intelektual
c. Kemampuan menjaga hubungan antar pribadi
Kompetensi profesional meliputi kemampuan merancang, melaksanakan, dan
menyusun laporan penelitian, kemampuan mengembangkan dan
menyebarluaskan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

11
seni, kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada
masyarakat.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

C. Strategi Guru Untuk Meningkatkan Profesionalismenya


1. Strategi Menurut Para Ahli
a. John Dewei
Guru yang profesional adalah yang menguasai karakteristik bahan ajar dan
karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip,
teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta didik meliputi
potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik. Penguasaan
karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk menentukan
metode dan strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik guru sebagai
pendidik harus dapat menyesuaian dengan bahan ajar dan peserta didik.
Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu
meningkatkan minat pda mata pelajaran dan meningkatkan motivasi belajar.
Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui pengamatan terhadap prilaku
guru ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan ketika di luar
kelas di skeolah.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas guru harus mendorong
peserta didik untuk bertanya. Menurut John Dewey (2001), kemampuan
individu untuk bertanya berdasar pengalaman merupakan hal yang penting
dalam pendidikan. Pengalaman membantu untuk membentuk pemikiran atau
pengetahuan seseorang.
Peserta didik yang tidak pernah bertanya tidak akan bertambah
pengetahuannya. Apalagi apabila peserta didik tidak tahu apa yang akan
ditanyakan dan tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Untuk itu guru yang
professional harus mendorong peserta didik untuk bertanya.
Guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Tingkat perhatian peserta
didik terhadap pemeblajaran di kelas bervariasi. Untuk itu guru harus terampil

12
memilih metode pembelajaran yang tepat agar tingakt perhatian peserta didik
tidak turun.
Aspek lain dari profesionalisme guru adalah kemampuan berkomunikasi,
yaitu ucapannya jelas dan mudah dipahami peserta didik. Kalimat yang
diucapkan harus jelas dan kalau menyampaikan konsep yang sulit harus
diulang-ulang. Kalau bertanya juga harus jelas, demikian pula kalau memberi
tugas baik kelompok maupun individu.
Kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran juga
bervariasi, ada kalau ceramah menarik dan ada yang kurang menarik, ada yang
kalau bertanya juga menarik sehingga membangkitkan motivasi belajar
peserta didik. Guru juga harus mampu membangun minat peserta didik pada
mata pelajaran yang diampunya. Kalau peserta didik semula tidak berminat
kemudian menjadi berminat. Kemampuan ini tidak mudah dicapai, namun
bisa dicapai melalui pengalaman yang selalu dianalisis melalui refleksi diri
atau melalui magang pada guru senior yang sukses dalam mengelola proses
pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif menurut Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996)
adalah melalui prosedur sebagai berikut:
1) mereview pelajaran yang lalu,
2) menyajikan pengetahuan atau keterampilan baru,
3) memberikan latihan, aplikasi konsep,
4) memberi umpak balik atau koreksi,
5) memberi latihan mandiri.
6) melakukan review mingguan atau bulanan.
Hal yang penting dalam melaksanakan pembelajaran di kelas adalah
aplikasi dari konsep atau teori yang diajarkan. Setiap akhir pembelajaran, guru
harus melakuan refleksi terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Hasil
refleksi digunakan untuk perbaikan yang akan datang. Kualitas pembelajaran
di kelas merupakan salah satu indikator tingkat profesionalisme guru.
Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan profesionalisme guru
seperti yang dibahas di atas adalah

13
1) melalui pelatihan yang efektif, setelah pelatihan harus ada umpan balik
berupa ujian,
2) magang pada guru yang profesional,
3) membaca buku atau hasil penelitian tentang guru yang profesional,
4) melakukan refleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan,
5) melakukan refleksi diri terhadap prilaku yang ditampilkan di depan kelas
dan di sekolah,
6) melakukan evaluasi diri terhadap kinerja yang telah dicapai.
Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah harus
mamantau kinerja guru melalui obervasi di kelas dan menggali informasi dari
peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran, dan menganalisis hasil ujian
sekolah dan hasil ujian nasional. Kepala sekolah harus bekerja sinergis dengan
pengawas sekolah dalam membangun guru yang profesional. Untuk itu
pengawas harus memiliki kemampuan dalam membantu guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Kerja yang sinergis antara
kepala sekolah dengan pengawas pendidikan mutlak diperlukan dalam
meningkatkan kinerja guru. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan berkala
membahas pencapaian kinerja guru dan cara untuk meningkatkannya.
Faktor lain yang penting dalam meningkatkan profesionaslisme guru
adalah pemberian pelatihan secara berkala. Setiap tahun guru harus diberi
kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan yang
terprogram dan sistematik. Pelatihan ini juga merupakan arena untuk
penyegaran dan tukar menukar pengalaman antar guru. Kinerja guru
ditentukan oleh banyak faktor, namun yang paling utama adalah
profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah yang menguasai bahan
ajar, menguasai peserta didik, trampil dalam memilih dan menggunakan
metode pembelajaran, dan menjadi teladan dalam penampilan maupun ucapan
di kelas dan di sekolah maupun di masyarakat.Trigatra adalah aspek-aspek
suatu negara yang memang sudah melekat pada negara itu dan tidak pernah
sama spesifikasinya untuk setiap negara.
b. Maister

14
Strategi pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan
sebagaimana pendapat Maister (1997) dapat dilakukan dengan berbagai
strategi, antara lain sebagai berikut:
Pertama, berpartisipasi di dalam pelatihan berbasis kompetensi. Bentuk
pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh
guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Pelatihan ini cocok
dilaksanakan pada salah satu bentuk pelatihan pre-service atau in-service.
Model pelatihan ini berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional,
karena penekanannya leibh kepada evaluasi performan nyata suatu
kompetensi tertentu dari peserta latihan.
Kedua, berpartisipasi di dalam kursus dan program pelatihan tradisional
(termasuk di dalamnya pendidikan lanjut). Workshop in-service, seminar,
perkuliahan tingkat sarjana/pasca sarjana, konferensi adalah bentuk-bentuk
pilihan pelatiahn yang sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun
disadari bahwa seringkali bahwa berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional
ini seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan praktis dari pekerjaan guru.
Oleh karena itu, suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman
lapangan akan sangat efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan
trandisional ini. Sementara itu, sebagai bagian dari pelatihan tradisional, guru
juga dapat mengambangkan profesionalismenya melalui pendidikan lanjut di
universitas/LPTK.
Ketiga, membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga
pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah
lainnya tersebut tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar
(perpustakaan, internet, dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal
cenderung singkat, tetapi ia mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep
baru dan pandangan untuk menuju kepada perencanaan dan penelitian baru.
Ia juga memiliki kolom berita yang berkaitan dengan pertemuan, pameran,
seminar, program pendidikan, dan sebagainya yang mungkin menarik bagi
guru. Oleh karenanya, dengan membaca dan memahami banyak jurnal atau

15
makalah ilmiah lainnya dalam bidang pendidikan yang terkait dengan profesi
guru, maka guru dengan sendirinya dapat mengembangkan profesionalisme
dirinya. Selanjutnya dengan meningkatnya pengetahuan seiring dengan
bertambahnya pengalaman, guru mungkin dapat membangun konsep baru,
keterampilan khusus dan alat/media belajar untuk dapat kontribusikan kepada
orang satu profesi atau profesi lain yang memerlukan. Kontribusi tersebut
dimungkinkan dalam bentuk penulisan artikel/makalah karya ilmiah yang
sangat bermanfaat bagi pengembangan profesional guru bersangkutan
maupun orang lain.
Keempat, berpartisipasi di dalam kegiatan konferensi atau pertemuan
ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk
menjaga kemutakhiran (up to date) hal-hal yang berkaitan dengan profesi
guru. Tujuan utama kebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah
menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang
tertentu. Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan
ilmiah setiap tahun akan memberikan kontribusi yang berharga dalam
membangun profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggungjweabanya
penyampaian makalah utama, kegiatan diskusi kelompok kecil, ameran
ilmiah, informasi pertemuan untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru, dan
sebagainya saling berintegrasi untuk memberikan kesempatan kepada guru
untuk memimpin atau menjadi presenter dan bertukar ide-ide dengan lainnya,
sehingga guru akan menjadi lebih aktif di dalam komunitas ilmiahnya. Selain
itu, menghadiri konferensi atau pertemuan ilmiah juga memberikan
kesempatan kepada guru untuk membangunan jaringan kerjasama dengan
orang lain yang seprofesi atau tidak untuk saling bertukar permasalahan dan
mencapai keberhasilan.
c. Supariadi
Dijelaskan bahwa upaya pengembangan guru dapat dilakukan melalui
perkuliahan umum atau presentasi ilmiah. Biasanya perguuan tinggi lokal atau
organisasi profesi sering mengadakan perkuliahan atau presentasi ilmiah yang
dibawakan oleh tenaga ahli yang terbuka bagi umum. Kebanyak dari mereka
berhubungan degnan berbagai isu termasuk pendidikan. Dalam rangkaian

16
perkuliahan umum berbagai inovasi baru dalam pendidikan biasanya
dipresentasikan. Pada kesemaptan tersebut guru akan belajar berbagai
keterampilan baru atau teknik-teknik/metodologi mutakhir dalma proses
penddikan yang tentunya sangat diperlukan untuk mengembangkan
profesinya.
Pengembangan juga dapat dilakukan melalui penelitian (khususnya
penelitian tindakan kelas). Penelitian tindakan kelas yang merupakan studi
sistematik yang dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak denganahli
pendidikan dalam rangka merefleksikan dan sekaligur meningkatkan praktik
pembelajaran secara terus menerus juga merupakan strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Berbagai kajian yang bersifat reflektif
oleh guru yang dilakukan untukmeningkatkan kemantapan rasional,
memperdalam tugasnya, dan memperbaiki kondisi di mana praktik
pembelajarna berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi pendidikan.
Dalam hal ini, guru diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa
profesional secara mandiri dengan penuh percaya diri. Jika proses ini
berlangsung secara terus menerus, maka akan berdampak kepada peningkatan
profesionalisme guru. Secara lebih rinci bagaimana penelitian tindakan kelas
ini dilakukan akan dijelaskan secara aplikatif dalam modul penelitian tindakan
kelas pada masing-masing bidang studi.
Pengembangan guru bisa juga dilakukan melalui kegiatan Magang. Bentu
pre-service atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru
yang profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan
gur bidang studi tertentu. Berbeda dengan pendekatan training yang
konvensional, fokus pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi
akademis dengan suatu pengalaman lapangan di bawah supervisi guru yang
senior dan pengalaman (guru yang lebih profesional).
Menggunakan sumber-sumber media pemberitaan. Pemilihan yang hati-
hati program radio dan TV, dan sering membaca surat kabar juga akan
meningkatkan pengetahuan guru mengenai pengambangna mutakhir dari
proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut seringkali memuat artikel-
artikel maupun program-program yang berkaitan dengan berbagai isu atau

17
penemuan terkini mengenai pendidikan yang disampaikan dan dibahas secara
mendalam oleh para selektif yang terkait dengan bidang yang ditekuni guru
akan dapat membantu proses peningkatan profesionalisme guru.
Berpartisipasi di dalam organisasi/komunitas profesional. Ikut serta
menjadi anggota organisasi/komunitas profesional juga akan meningkatkan
profesionalisme untuk selalu mengembangkan dan memelihara
profesionalismenya dengan membangun hubungan yang erat degan
masyarakat (swasta, industri, dan sebagainya). Dalam hal ini yang terpenting
adalah guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi proesional yang
dapat memberi manfaat untuk bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan
tenaga.
Pilih secara bijak organisasi yang dapat memberikan kesempatan bagi
guru antara lain untuk:
1) secara aktif berpartisipasi di dalam kegiatan yang menantang dan menarik
(misalnya melakukan penelitian, membuat laporan penelitian,
penulisan/penerbitan karya ilmiah, dan sebagainya),
2) membangun hubungan dengan masyarakat secara baik (misalnya
membangun partipasi masyarakat untuk efektivitas proses pembelajaran,
menyediakan forum-forum untuk menyatukan berbagai pandangan
tentang anak didik dan pembinaannya),
3) memiliki kemampuan dan pengalaman dalam rangka pengembangan
pendidikan (misalnya pengembangan kurikulum, penyediaan konsultasi
untuk melakukan inovasi, dan sebagainya). (Supriyadi, 1998:22-24)
2. Secara Umum
Strategi guru dalam meningkatkan profesionalnya yaitu dengan:
a. Menguasai materi, sturktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.

18
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.

D. Tanggapan Penulis Terhadap Undang-Undang Guru dan Dosen


Penulis memiliki 2 tanggapan, yaitu:
1. Tanggapan Secara Positif
Penulis berasumsi bahwa Undang-Undang Guru dan Dosen memiliki sihir
ajaib dalam mengatur kewenangan tentang profesi guru dan dosen yang sudah
profesional. Sudah menjadi hal yang umum untuk diketahui bahwa undang-
undang tersebut menyebutkan tentang hak-hak guru dan dosen yang membuat
profesi tersbeut menjadi special karena memiliki landasan hokum yang kuat.
Selain itu, dijelaskan juga kewajiban yang harus dijalankan dan dilaksanakan
oleh guru dan dosen sebagai landasan berdirinya profesi tersebut.
2. Tanggapan Secara Negatif
Hal yang sangat disayangkan adalah bahwa belum sepenuhnya hak-hak yang
diuraikan secara lengkap tersebut terwujudkan dengan baik dan efisien. Apa
buktinya? Masih banyak guru-guru non-pns yang bahkan jika dibandingkan
seragam harian guru dengan gaji bulanan, ibarat gunung dan lautan, ada
perbedaan mencolok dari nominal biaya yang didapatkan dan dikeluarkan.

E. Guru Dalam Mengajar Harus Mempertimbangkan Standar Isi


Di dalam standar isi, terdapat kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
menjadi pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan untuk
mencapat kompetensi lulusan pada jenjang dna jenis pendidikan tertentu.
Beban belajar yang dialami peserta didik pun dapat menjadi panduan khusus
dalam penyusunan kurikulum di tingkat satuan pendidikan serta harus dilengkapi
kalender pendidikan untuk kelancaran pelaksanaan pendidikan.

F. Pandangan Penulis Terhadap Profesionalisme Guru Selama Ini


Profesionalisme memiliki arti sebagai mutu atau kualitas yang dimiliki oleh
seorang profesional. Artinya adalah profesionalisme guru dapat dilihat dari
kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut. Sudah menjadi rahasia
umum di bidang pendidikan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi dasar,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

19
kompetensi profesional. Artinya adalah guru yang tidak memiliki beberapa dari total
empat kompetensi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai guru yang profesional dan
dapat dikatakan bahwa guru tersebut tidak memiliki profesionalisme dalam
menjalankan profesinya.
Salah satu dari sekian banyak hal yang menjadi penyebab turunnya
profesionalisme guru adalah gaya mengajar yang monoton, tidak mau berinovasi
demi meraih keberhasilan belajar yang baik bagi murid-muridnya, dan tidak melatih
kompetensi yang diperlukan sebagai dasar menjadi seorang guru.

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Setiap negara memiliki tujuan utama yang harus dicapai sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, salah satunya yaitu memiliki bangsa yang cerdas. Hal ini
menjadi amanat dari UUD 1945 alinea ke-4, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, tentu harus diiringi dengan kualitas
tenaga pendidik yang baik. Hal ini di atur dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang tersbeut, dijelaskan secara rinci dan
lengkap tentang hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh guru dan dosen dalam
melaksanakan tugas dan profesinya sesuai dengan pedoman yang berlaku, yaitu
undang-undang tersebut.
Ssalah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk melaksanakan amanat
UUD 1945, yaitu dengan menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru atau biasa
disebut dengan PPG. Diharapkan, melalui PPG dapat terlahir tenaga pendidik yang
berkualitas, bermutu, dan memiliki profesionalisme yang baik guna melahirkan
generasi emas di masa sekarang dan masa mendatang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Albantani, Muhsin. (2013, Oktober). Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru.


(https://muchsinal-mancaki.blogspot.com/2013/10/strategi-meningkatkan-
profesionalisme.html). Diakses pada 20 Januari 2020.
Anonim. (2012, Januari). Makalah “Strategi Meningkatkan Profesionalisme Guru” Prof.
Dr. Djemari Mardapi. (https://pusaka-pendidikan.blogspot.com/2015/02/makalah-
strategi-meningkakan.html?m=1). Diakses pada 20 Januari 2020.
Jayus, Zulyaden. (2012, Mei). Soal Profesi Pendidikan.
(https://profesikguru.blogspot.com/?m=1). Diakses pada 20 Januari 2020.
Kindsvatter, Richard dkk. (1996). Dynamic of Effective Teaching. London: Longman
Group Ltd. Diakses pada 11 Januari 2020.
Lukman. (2018, November). Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. (https://man1bengkalis.sch.id/blog/undnag-undang-no-14-tahun-2005-tentang-
guru-dan-dosen/ ). Diakses pada 20 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai