Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 8

Model Kurikulum muatan lokal berbasis akhlak

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengembangan kurikulum PAI

Dosen pembimbing :

Listiyani siti romlah, M.Pd

Disusun oleh:

Alya ramadhani :1811010351

Eri paiza irawan : 1811010381

Salamah indah purnamasari :181101030509

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/F/SEMESTER

1442 H/2021 M

i
Kelompok 8

Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur kami haturkan yang telah memberikan limpahan kesehatan jasmani
maupun rohani, sehingga kami kelompok 8 bisa menyelesaikan makalah dari mata
kuliah pengembangan kurikulum PAI ini dengan judul “,Model Kurikulum muatan
lokal berbasis akhlak” insya allah diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam pula kami haturkan kepada nabi muhammad saw.
Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir kelak amin. Atas tersusunnya
makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada selaku dosen kami ibu Listiyani siti
romlah, M.Pd

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar kami bisa memperbaikinya untuk yang kedepan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca memahami dan yang
mengamalkannya.

Bandar lampung, Mei 2021

Penulis

ii
Kelompok 8

DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................

Daftar isi ..............................................................................................

BAB 1 Pendahuluan .............................................................................

Latar belakang .....................................................................................1

Rumusan masalah ................................................................................2

Tujuan makalah ...................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum ....................................................................3


B. Pengertian kurikulum muatan lokal ..............................................4
C. Model-model kurikulum muatanlokal berbasis akhlak ................6

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................10

Daftar pustaka

iii
Kelompok 8

iv
Kelompok 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak pemikir dan praktisi pendidikan mengungkapkan bahwa
pendidikan telah turut memberi pengaruh terhadap terjadinya alienasi
peserta didik dari konteks sosial-budayanya. Politik pendidikan Orde Baru
yang menganut pespektif homogenisasi yang tercermin pada pendekatan
sentralisasi pengelolaan pendidikan dalam berbagai aspeknya, telah
berdampak pada reduksi keragaman masyarakat Indonesia.
Berbagai upaya untuk menjembatani pendidikan formal peserta didik
dengan lingkungan sosio-kulturalnya telah diupayakan. Sejak tahun 1980-
an akhir, dalam upaya peningkatan relevansi pendidikan, pemerintah telah
melakukan serangkaian terobosan, di antaranya melalui penerapan
kurikulum muatan lokal. Melalui penerapan kurikulum ini, maka tuntutan
untuk mewujudkan diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik
dan potensi daerah yang beragam, sesuai dengan diversifikasi jenis
pendidikan dan menyesuaikan dengan kondisi setempat menjadi sangat
urgen dikembangkan.. Dalam tulisan singkat ini, fokus kajiannya akan
dikhususkan dalam konteks Model Kurikulum Muatan Lokal Berbasis
Akhlak. Pendidikan Akhlak adalah kunci keberhasilan pendidikan secara
keseluruhan. Selama ini, seorang anak sering hanya dibekali pengetahuan
agama berupa kognitif saja, sedangkan penanaman dasar-dasar keimanan
hanyalah slogan semata, ungkapan tanpa realitas. Akibatnya, anak
mempunyai banyak pengetahuan dan cerdas, namun mempunyai prilaku
yang tak sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Untuk merealisasikan harapan
tersebut maka harus ada kuriukulum muatan lokal yang berbasis Akhak.

1
Kelompok 8

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa pengertian dari kurikulum muatan lokal?
3. Apa saja model kurikulum muatan lokal berbasis akhlak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum muatan local.
3. Untuk mengetahui model kurikulum muatan lokal berbasis akhlak.

2
Kelompok 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam
bidang olahraga yaitu curere yang berarti jarak yang harus ditempuh dalam
kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan.1 Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2
Hilda Taba mengatakan bahwa kurikulum merupakan pernyataan
tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus, dan
materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk
kepentingan belajar dan mengajar. 3 Jadi, kurikulum tidak hanya dirumuskan
tentang isi dan tujuan pendidikan yang harus dicapai, tetapi juga
pemahaman belajar yang dimiliki anak. Kurikulum dalam pandangan
modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang
telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman
sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum dalam arti yang lebih luas
lagi yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu”
yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di
sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.4

1
Abdul Manab, Manajemen Perubahan Kurikulum (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 1.
2
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Kalimedia,

2011), 60.
3
ahmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, ,
2011), 8-9.

3
Kelompok 8

Makna kurikulum dalam pendidikan Islam dinamakan “manhaj”,


mengandung maksud jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh
manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Maksudnya kurikulum
(manhaj) sebagai jalan terang yang dilalui oleh beberapa faktor pendidikan,
dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Meliputi
pengembangan ilmu pengetahuan, kemampuan spiritual, kemampuan
emosional dan kreatifitas hidup.4
B. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Sebelum membahas tentang kurikulum muatan lokal, perlu dipahami
terlebih dahulu pengertian kurikulum. Kurikulum merupakan istilah yang
pertama kali digunakan pada dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno yang
berasal dari kata curir dan curere, yang berarti lintasan atau jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Kemudian, kurikulum digunakan dalam dunia
pendidikan. 5 Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Namun demikian, di dalam dunia pendidikan sendiri ada banyak pandangan
tentang kurikulum. Pandangan tentang kurikulum tersebut secara garis besar
dapat ditinjau dari dua macam pandangan, yaitu pandangan lama dan
pandangan baru.
Kurikulum yang dipandang oleh pandangan lama adalah kurikulum
yang bersifat sederhana. Pandangan lama beranggapan bahwa kurikulum
adalah sebatas sejumlah mata pelajaran yang harus di kusasi dengan
menjadikan ijazah sebagai tujuan. Berbeda dengan pandangan lama
tersebut, muncul pandangan baru yang beranggapan bahwa kurikulum
adalah hal yang kompleks. Pandangan baru beranggapan bahwa kurikulum
bukanlah hanya sebatas sejumlah mata pelajaran. Akan tetapi, kurikulum

4
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 4-5.
5
Andi Murniati. Pengembangan Kurikulum (Pekanbaru: Al-Mujthadah, 2010), h. 18.

4
Kelompok 8

dianggap sebagai pengalaman belajar peserta didik. Kurikulum adalah


seluruh kegiatan yang dilakukan peserta didik baik di dalam maupun di luar
sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab pendidik
dan sekolah. Pandangan baru dalam hal psikologi belajar menganggap
bahwa belajar bukan sekedar mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Akan
tetapi, lebih kepada proses perubahan perilaku. Dengan demikian, peserta
didik dianggap telah belajar apabila telah menunjukkan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi bila peserta didik memiliki
pengalaman belajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar pengalaman
belajar dianggap lebih penting dari pada hanya sekedar menumpukan
sejumlah pengetahuan.
Berdasarkan dua pandangan di atas dapat dikatakan bahwa
kurikulum dibuat dan dirancang dengan tujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam upaya untuk mencapai tujuan, ada beberapa unsur yang
harus disiapkan terlebih dahulu yaitu isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan. Oleh karena itu, kurikulum dapat diartikan sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan yang
berisikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum
yang terdapat pada standar isi. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal
merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai
uapaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih
meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangakutan.
Mulyasa mengatakan bahwa kurikulum muatan lokal adalah
seperangkat rencana dan pengeturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran yang berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik

5
Kelompok 8

untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensinya sesuai dengan


keadaan dan kebutuhan lingkungannya.
Muatan lokal dalam kurikulum dapat menjadi mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal
mempunyai alokasi waktu sendiri. Muatan lokal merupakan mata pelajaran
sehingga sekolah harus mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Sekolah dapat menyelenggarakan satu pelajaran muatan lokal untuk setiap
semester. Ini berarti dalam satu tahun setiap sekolah dapat
menyelenggarkan dua mata pelajaran muatan lokal.
C. Model Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Akhlak
Pendidikan Akhlak adalah kunci keberhasilan pendidikan secara
keseluruhan, baik dalam rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat.
Selama ini, seorang anak sering hanya dibekali pengetahuan agama berupa
kognitif saja, sedangkan penanaman dasar-dasar keimanan hanyalah slogan
semata, ungkapan tanpa realitas. Akibatnya, anak mempunyai pengetahuan
banyak dan berotak cerdas, namun mempunyai prilaku yang tak sesuai
dengan ilmu yang dimiliki. Untuk itu, ajaran agama Islam jangan dijadikan
obyek yang hanya dipelajari dan dipahami serta dihafalkan. Akan tetapi,
ajaran agama Islam harus dijadikan subyek yang harus dipahami, dihafalkan
dan diamalkan. Bahkan kecenderungan anak-anak remaja saat ini lebih
mengedepankan orientasi materialis dan hedonis, sehingga miskin moral
dan spiritual. Dengan demikian akhlak yang dimiliki bukanlah kepribadian
Islami akan tetapi kepribadian instan yang didapatkannya dari tuntunan
tontonan yang menyesatkan. Untuk merealisasikan harapan tersebut maka
harus ada kuriukulum muatan lokal yang berbasis Akhak.
Dalam kurikulum, sering kali digunakan model dengan
menggunakan grafik untuk menggambarkan elemen-elemen kurikulum,
hubungan antar elemen, serta proses pengembangan dan implementasi
kurikulum. Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum berkisar pada
pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu

6
Kelompok 8

diimbangkan dengan perkembangan pendidikan. Manusia, di sisi lain,


sering kali memiliki keterbatasan dalam kemampuan menerima,
menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya diperlukan proses
pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi serta memiliki tingkat
relvansi yang kuat. Dengan demikian, dalam merealisasikannya, diperlukan
suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai. 6
Dalam pengembangan model kurikulum, sedapat mungkin
didasarkan pada factor-faktor yang konstan, sehingga ulasan mengenai ,
model-model yang dibahas dapat dilakukan secara konsisten. Factor-faktor
konstan yang dimaksudkan adalah dalam pengembangan model kurikulum
perlu didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengjar dan
evaluasi yang tergambarkan dalam proses pengembangan tersebut.
Model-model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:
1. Ralph Tyler
Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles curriculum and
Instruction (1949), Tyler mengatakan bahwa Curriculum development
needed to be treated logically and systemically. Ia berupaya
menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara rasional, menganalisis,
menginterpretasi kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga
pendidikan. Lebih lanjut, Tyler mengungangkap bahwa untuk
mengembangkan suatu kurikulum, perlu menempatkan empat
pertanyaan berikut:

a. What educational purposes should the school seek to attain?


(objectives).

b. What educational experiences are likely to attain these objectives?


(instructional strategic and content).

c. How can these educational experiences be organized effectively?


(organizing learning experiences).

6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Cet. I;
Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2013), h. 45.

7
Kelompok 8

d. How can we determine whether these purposes are being attain?


(assessment and evaluation).

2. Hilda Taba

Pada beberapa buku karya Hilda Taba, yang paling terkenal dan besar
pengaruhnya adalah Curriculum Development.Theory and Practice
(1962). Dalam buku ini, Hilda Taba mengungkapkan pendekatannya
umtuk proses pengembangan kurikulum. Dalam pekerjaannya itu, Taba
memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representative terhadap
pengembangan kurikulum di berbagai sekolah.

Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk lebih mempunyai


informasi tentang masukan (input) pada setiap langkah proses
kurikulum. Secara khusus, Taba menganjurkan untuk menggunakan
pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan
individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Untuk memperkuat
pendapatnya, Taba mengklaim bahwa semua kurikulum disusun dari
elemen-elemen dasar. Suatu kurikulum biasanya berisi beberapa seleksi
dan organisasi isi, itu merupakan manifestasi atau implikasi dari bentuk-
bentuk (patterns) belajar dan mengajar. Kemudian, suatu program
evaluasi dari hasil pun akan dilakukan.

Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut


Taba adalah:

Step 1 : diagnosis kebutuhan

Step 2 : formulasi pokok-pokok

Step 3 : seleksi isi

Step 4 : organisasi isi

Step 5 : seleksi pengalaman belajar

Step 6 : organisasi penglaman belajar

Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara untuk
melakukannya.

8
Kelompok 8

Taba memiliki argument untuk sesuatu yang rasional, sebagai


pendekatan berikutnya dalam pengembangan kurikulum.Selanjutnya,
agar lebih rasional dan ilmiah dan suatu pendekatan, Taba mengklaim
bahwa keputusan –keputusan pada elemen mendasar harus dibuat
berdasarkan yang valid.
3. D.K Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, curriculum process,
Wheler (1967) mempunyai argument tersendiri agar pengembang
kurikulum (curriculum developers) dapat menggunakan suatu proses
melingkar (a cycle process), yang mana setiap elemen saling
berhubungan dan saling bergantung. Pendekatan yang digunakan
Wheeler dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki
bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara
logis terhadap model sebelumnya, di mana secara umum suatu langkah
tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya telah
diselesaikan.

9
Kelompok 8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan
tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong
perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sifatnya
berkesinambungan kurikulum tersebut didesain sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi jurang yang memisahkan antara jenjang pendidikan dasar
dengan jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan Akhlak adalah kunci keberhasilan pendidikan secara
keseluruhan. Selama ini, seorang anak sering hanya dibekali pengetahuan
agama berupa kognitif saja, sedangkan penanaman dasar-dasar keimanan
hanyalah slogan semata, ungkapan tanpa realitas. Akibatnya, anak
mempunyai pengetahuan banyak dan berotak cerdas, namun mempunyai
prilaku yang tak sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Untuk merealisasikan
harapan tersebut maka harus ada kuriukulum muatan lokal yang berbasis
Akhak.
B. Saran
Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami
mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan
kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi
yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan, dapat membaca
buku yang menjadi referansi secara lengkap. Dan semoga hasil makalah ini
dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.

10
Kelompok 8

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manab, Manajemen Perubahan Kurikulum (Yogyakarta: Kalimedia,


2015).

Ahmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, ,2011).
Andi Murniati. Pengembangan Kurikulum (Pekanbaru: Al-Mujthadah, 2010),
h.18.

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Cet. I;


Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2013).

Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta:


Kalimedia,2011).
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014).

11

Anda mungkin juga menyukai