Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN MUHAMMAD ILHAM SYARIF,


M.Pd

MAKALAH

“Mengidentifikasi kegiatan pengembangan kurikulum sekolah"

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Disusun Oleh :

SRI WAHYUNI 120111


SYARA PERTIWI 12011121365

PROGRAM STUDI TADRIS IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan lancar.
Penulisan tugas ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen.
Tugas ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku
panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan materi.

Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan tugas ini.Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya tugas ini.Penulis berharap, dengan membaca
tugas ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
khususnya bagi penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tugas ini memanag masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan tugas ini.

Penulis

Pekanbaru, 8 April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Kebijakan umum dalam kegiatan belajar mengajar...............................................2


B. Rencana pengembangan program sekolah.............................................................7
C. Organisasi dan struktur kurikulum........................................................................8
D. Proses adopsi pengetahuan dan niali...................................................................13
E. Analisis kompetensi, penetapan kemampuan keterampilan dan sikap................14

BAB 3
PENUTUP

A. kesimpulan...........................................................................................................19
B. Saran ...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman
untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya
kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar,
maka dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud
dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri
yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan guru disekolah.

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui
bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam suatu
zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan
kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan
kurikulum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Kebijakan Umum Dalam Kegiatan Belajar Mengajar?
2. Apa Rencana Program Pengembangan Sekolah?
3. Bagaimana Rencana Program Pengembangan di Sekolah?
4. Bagaimana Proses Adopsi Ilmu pengetahuan dan nilai?
5. Apa saja Analisis Komptensi, Penetapan Kemampuan Keterampilan Dan Sikap?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Kebijakan Umum Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
2. Untuk mengetahui Rencana Program Pengembangan Sekolah
3. Untuk mengetahui Rencana Program Pengembangan di Sekolah
4. Untuk mengetahui Proses Adopsi Ilmu pengetahuan dan nilai
5. Untuk mengetahui Analisis Komptensi, Penetapan Kemampuan Keterampilan
Dan Sikap

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Umum Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak .
Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor
swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum.Kebijakan
pendidikan merupakan kebijakan yang berhubungan dengan bidang pendidikan dalam
proses penjabaran visi misi pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan melalui
langkah strategis pelaksanaan pendidikan. Berikut adalah beberapa kebijakan umum
dalam proses belajar mengajar yaitu:

1. Penggantian kurikulum

Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang bisa kami lihat pertama


ialah penggantian kurikulum pendidikan dalam beberapa tahun.
Pemerintah meperbuat hal ini bukan tanpa tujuan, pemerintah menerpakan
kebijakan publik ini agar pendidikan yang ada di Indonesia ini rutin maju.
Pemerintah juga bahkan mengatur kebijakan pendidikan ini berdasarkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Indonesia yang diarahkan salah satunya ialah
melakukan pembaharuan kurikulum berupa diversifikasi kurikulum untuk
melayani kebergaman peserta didik & penyusunan ini diperbuat dengan
cara nasional.

2. Bantuan dana operasional sekolah (BOS)

Contohnya yang kami ketahui, pentingnya pendidikan bagi manusia tidak


bisa diabagusan. Oleh sebab itu pemerintah pasti saja ingin
mengembangkan pendidikan di Indonesia sebab pendidikan merupakan
salah satu sudut yang bisa menambah taraf bangsa & bisa menyejahterakan
masyarakatnya.

Oleh sebab itu pasti saja pemerintah ingin membuat pendidikan di


Indonesia ini lebih berkembang jadi membuat kebijakan publik di bidang
pendidikan yaitu dengan dibutatnya bantuan dana operasional sekolah
ataupun yang selagi ini kami kenal sebagai Dana BOS. Dana BOS ini ialah
salah satu wujud kebijakan publik yang berfungsi untuk membangun
sekolah menjadi lebih bagus demi keenjoyan para siswa. Selain itu saja,

2
tetapi kebijakan publik ini juga mencakup serta bantuan peralatan praktik
di sekolah.

3. Penerapan pendidikan adat & karakter di sekolah

Contoh kebijakan publik di bidang pendidikan yang selanjutnya ialah


pemerintah membuat kebijakan publik berupa penerapan pendidikan adat
& karakter di sekolah dengan maksud & tujuan agar kebijakan publik yang
satu ini bisa mencapai tujuan yaitu generasi penerus bangsa memperoleh
pengetahuan tentang adat Indonesia yang bagus & juga pendidikan
karakter yang bisa mempengaruhi & mengubah moral anak bangsa
menjadi lebih bagus.

Pentingnya pendidikan karakter merupakan salah satu faktor


diterapkannya pendidikan adat & karakter sebagai wujud kebijakan publik
di dalam bidang pendidikan. Dengan adanya pendidikan karakter,
diinginkan sekolah bisa mengajar & membekali anak-anak dengan moral
& juga budi pekerti yang bisa berfungsi bagi masa depan mereka & masa
depan bangsa.

4. Penerapan muatan lokal & juga keterampilan sebagai mata pelajaran

Tidak hanya pelajaran penting saja contohnya umpama matematika, ipa,


ataupun Bahasa Indonesia yang dipelajari saat kami duduk di bangku
sekolah. Tetapi ada juga pelajaran keterampilan & muatan lokal yang juga
kami pelajari saat kami bersekolah. Penerapan muatan lokal & juga
keterampilan sebagai mata pelajaran ini sebetulnya ialah salah satu
kebijakan publik di bidang pendidikan.

Muatan lokal sendiri ialah kegiatan ekstrakulikuler ataupun pelajaran yang


berfungsi untuk mengembangkan kompetensi & itu disesuaikan dengan
ciri khas daerah masing-masing & materinya tidak bisa dikelompokkan
pada mata pelajaran yang ada. Ini berfungsi agar siswa mempunyai
performa untuk mengembangkan potensi daerah & adat daerah mereka
sebab kami tahu fungsi kebudayaan bagi masyarakat itu penting adanya.

Sejak menduduki kursi kepemerintahan sebagai Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia, Nadiem Anwar Makariem mulai
merancang berbagai gebrakan untuk kemajuan dunia pendidikan
Indonesia. Ia mencetuskan sistem pendidikan bernama Merdeka Belajar.
Hal ini mengacu kepada visi pendidikan Indonesia 2035 yang dirumuskan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia yaitu:

“Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup


yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan
menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila.”

3
Rancangan sistem pendidikan ini terdiri dari bermacam strategi yang
memasukkan peran seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk
menjadi agen perubahan. Mulai dari institusi pendidikan, guru, siswa,
keluarga, dunia usaha / industri, serta masyarakat yang tergabung dalam
organisasi penggerak, perusahaan teknologi edukasi, dan lainnya.
Harapannya adalah agar terciptanya pendidikan berkualitas bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Strategi-strategi yang disusun untuk mendukung gebrakan Merdeka


Belajar ini terdiri dari 10 kebijakan pendidikan baru hasil pembaharuan
dari sistem sebelumnya. 10 kebijakan tersebut tertuang dalam Peta Jalan
Pendidikan Indonesia 2020 – 2035.

10 Kebijakan Pendidikan Baru pada Sistem Pendidikan Merdeka Belajar

1. Menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah (TK – SD – SMP –


SMA, informal)

Kebijakan pertama pada sistem pendidikan Merdeka Belajar yaitu


menerapkan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah. Sebelumnya,
pemangku kepentingan bekerja dengan sistem mereka sendiri atau sistem
yang tertutup. Sekolah-sekolah juga terlalu fokus kepada administrasi dan
peraturan yang terlalu membebani.

Penerapan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah menjangkau berbagai


tingkatan sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA, hingga sekolah informal.
Ada 4 poin yang coba untuk diwujudkan dalam kebijakan ini, yaitu adanya
sekolah penggerak, program pembelajaran sebaya, pengelolaan
administrasi bersama, dan pendidikan informal yang berbasis nilai.
Penerapan 4 poin ini akan mengubah sistem yang sebelumnya tertutup
menjadi sistem terbuka dengan adanya kerjasama antarpemangku
kepentingan.

2. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah

Menurut Pak Nadiem, sekolah-sekolah terlalu memfokuskan diri pada


urusan administrasi pada sistem pendidikan sebelumnya. Program-
program untuk pengembangan instrumen sekolah seperti guru dan kepala
sekolah pun kurang diperhatikan. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan
baru yang diusung Pak Nadiem ini salah satunya adalah meningkatkan
kualitas guru dan kepala sekolah.

Peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah diwujudkan dengan


memperbaiki sistem rekrutmen, meningkatkan kualitas pelatihan,
penilaian, serta mengembangkan komunitas / platform pembelajaran.

3. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi

4
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 3 yaitu membangun platform
pendidikan nasional berbasis teknologi. Platform yang dibangun terdiri
dari 5 kriteria: berpusat pada siswa, interdisipliner, relevan, berbasis
proyek, dan kolaboratif. Ketika platform tersebut sudah mulai digunakan,
sekolah juga akan didukung dengan sarana dan prasarana teknologi.
Rencana dukungan tersebut mengenai tiga hal seperti biaya paket internet
(data cost), ketersediaan perangkat belajar (equipment availability), dan
konektivitas internet dan listrik untuk daerah 3T (connectivity &
electricity)
4. Memperbaiki kurikulum nasional, pedagogi, dan penilaian

Perbaikan kurikulum nasional, pedagogi, dan sistem penilaian menjadi


fokus pada kebijakan pendidikan yang baru dari Pak Nadiem. Hal ini
bertujuan untuk menanamkan kompetensi yang tepat dalam diri generasi
masa depan. Perbaikan-perbaikan yang dimaksud terdiri dari
penyederhanaan konten materi, fokus pada literasi dan numerasi,
pengembangan karakter, berbasis kompetensi, serta fleksibel.

Luaran dari perbaikan kurikulum yaitu terbentuknya karakteristik pelajar


pancasila pada generasi masa depan. Pada pedagogi dan penilaian akan
digunakan tiga sistem yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM),
Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

5. Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan


distribusi yang merata

Kebijakan pendidikan baru yang ke – 4 yaitu meningkatkan kolaborasi


dengan pemerintah daerah untuk pendistribusian yang merata. Nantinya
pemerintah pusat akan bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui
pendekatan yang bersifat personal dan konsultatif serta memberikan
penghargaan berdasarkan prestasi. Pengawasan terkait anggaran,
infrastruktur, penerimaan siswa (zonasi), dan guru, akan diawasi demi
pendistribusian yang merata di setiap daerah.

6. Membangun sekolah / lingkungan belajar masa depan

Kemendikbud juga merencanakan untuk dimulainya pembangunan sekolah


atau lingkungan belajar untuk masa depan. Pembangunan ini mencakup 5
aspek yaitu aman dan inklusif, memanfaatkan teknologi, kolaboratif,
kreatif, dan sistem belajar berbasis pengalaman.

Aman dan inklusif meliputi fasilitas darurat / tanggap bencana, bebas


kerusakan, ramah disabilitas, dan bebas dari perundungan / diskriminasi.
Pemanfaatan teknologi meliputi kelas digital dengan akses internet,
komputer untuk setiap anak, serta akses pembelajaran daring. Kolaboratif

5
berarti kemudahan mengatur ruang kelas menjadi kelompok – kelompok
untuk membangun kerja tim, empati, dan kepemimpinan. Aspek kreatif
memungkinkan pengaturan ruang kelas sesuai kebutuhan / preferensi siswa
atau guru untuk mengasah kreativitas. Sistem pembelajaran berbasis
pengalaman dilakukan melalui eksplorasi, interaksi dengan lingkungan dan
masyarakat untuk menyelesaikan masalah dunia nyata.

7. Memberikan insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak swasta di bidang


pendidikan

Pemberian insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak swasta di bidang


pendidikan juga menjadi salah satu kebijakan pendidikan baru. Pemberian
insentif meliputi dana CSR, insentif pajak, kemitraan swasta publik,
otonomi, dan keuntungan yang lebih besar lainnya berupa insentif
keuangan dan penyederhanaan regulasi. Penyederhanaan regulasi
dilakukan karena persyaratan nirlaba dan kepemilikan tanpa aset untuk
yayasan dan proses perizinan yang kompleks, selama ini menjadi
penghalang signfiikan bagi sektor swasta atau mitra global untuk
berpartisipasi dalam sistem pendidikan Indonesia.

8. Mendorong kepemilikan industri dan otonomi pendidikan vokasi

Kebijakan pendidikan baru yang ke – 8 yaitu mendorong kepemilikan


industri dan otonomi pendidikan vokasi. Pihak industri atau asosiasi akan
terlibat dalam penyusunan kurikulum, mendorong pembelajaran, dan
pembiayaan pendidikan melalui sumbangan sektor swasta atau CSR. Pada
pendidikan vokasi, pemerintah pusat akan membentuk program magang
dan penempatan langsung dengan pemain industri. Pelatihan guru dan
mempekerjakan praktisi industri juga menjadi rencana pada kebijakan ini.
Pemerintah akan mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan
untuk menarik keterlibatan industri dan memungkinkan otonomi /
fleksibilitas yang lebih besar.

9. Membentuk pendidikan tinggi kelas dunia

Kebijakan pendidikan baru yang ke – 9 yaitu membentuk pendidikan


tinggi kelas dunia dengan diferensiasi misi pendidikan tinggi sebagai pusat
– pusat unggulan serta mempererat hubungan dengan industri dan
kemitraan global. Ada tiga target diferensiasi misi perguruan tinggi: 1)
Membangun PT bereputasi dunia di setiap bidang sebagai pusat inovasi
untuk daya saing bangsa, 2) Membangun 1 PT unggul di setiap provinsi
sebagai motor pembangunan daerah & nasional, 3) Perluasan akses PT dan
membentuk ekosistem life-long learning.

6
Menurutnya, kegiatan belajar menggunakan teknologi merupakan hal yang
mendasar, di mana teknologi memberikan manfaat dan kesempatan pada
sekolah untuk melakukan metode kegiatan belajar yang beragam.

10. Menyederhanakan mekanisme akreditasi dan memberikan otonomi lebih

Selama ini, mekanisme akreditasi terbilang rumit karena kewajibannya


untuk memperbaharui akreditasi setiap 4 tahun dan berfokus pada aspek
administratif. Pada kebijakan pendidikan yang baru ini, mekanisme
akreditasi akan bersifat otomatis dan berbasis data dengan
mengkombinasikan standar pemerintah dan komunitas sehingga berfokus
pada hasil.

B. Rencana Program Pengembangan Sekolah

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari salah satu
fungsi manajemen sekolah yang amat penting, yang harus dimiliki sekolah untuk
dijadikan sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah, baik
untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun pendek (satu tahun).
Perencanaan sekolah adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya
yang tersedia.RPS adalah dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah di masa depan
dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) memiliki fungsi amat penting guna memberi
arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka pencapaian tujuan sekolah
yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk
mengurangi ketidakpastian masa depan

Standar Nasional Pendidikan ( standar kelulusan, kurikulum, proses, pendidikan dan


tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian
pendidikan) merupakan substansi penting dalam sistem pengelolaan sekolah yang
harus direncanakan sebaik-baiknya dan diakomodir dalam penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah.

RPS penting dimiliki untuk memberi arah dan bimbingan para pelaku sekolah dalam
rangka menuju perubahan atau tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan,

7
pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa
depan.

Tujuan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). RPS disusun dengan tujuan untuk:
(1) menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; (2) mendukung
koordinasi antar pelaku sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi baik antar pelaku sekolah, antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota,
dan antarwaktu

Tahap-tahap Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), mencakup: (a)


Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah; (b) Melakukan analisis situasi untuk
mengetahui status situasi pendidikan sekolah saat ini (IPS); (c) Memformulasikan
pendidikan yang diharapkan di masa mendatang; (d) Mencari kesenjangan antara butir
2 & 3; (e) Menyusun rencana strategis; (f) Menyusun rencana tahunan; (g)
Melaksanakan rencana tahunan; dan (h) Memonitor dan mengevaluasi

Terdapat 5 (lima) Aspek Program Pengembangan Sekolah:

1.Pengembangan Institusi

2.Pengembangan Kepala Sekolah & Guru

3.Pengembangan Siswa

4.Keterlibatan Komite Sekolah & Orang Tua

5.Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur

C. Organisasi dan Struktur Kurikulum

Pengembangan kurikulum seringkali hanya difokuskan pada pengembangan mata


pelajaran. sedangkan komponen lainnya dibiarkan. Komponen yang sangat
menentukan kesuksesan dalam penerapan kurikulum adalah organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya
memiliki dampak terhadap masalah administratif pelaksanaan proses pembelajaran.
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan atau isi kurikulum yang
tujuannnya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.Dari penjelasan ini, menunjukkan bahwa
tujuan utama dilakukannya pengorganisasian dan pengembangan kurikulum secara
umum adalah agar peserta didik mudah menyerap keseluruhan mata pelajaran dan
pada akhirnya tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan undang-
undang dasar 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai lewat
pendidikan nasional.

8
Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki
gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan
cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian
pembelajaran. Oleh karena itu sangatlah penting mempelajari tentang organisasi
kurikulum karena langsung dengan proses pembelajaran disekolah.

a. Organisasi kurikulum

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka


umum program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan. Sejalan dengan
pengertian diatas, Burhan Nurgiyantoro memandang organisasi kurikulum adalah
struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan
disampaikan kepada murid. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
atau isi kurikulum yang tujuannnya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari
bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Dari pengertian organisasi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi


kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program
pengajaran yang disusun dalam pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah
siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan bisa tercapai. Dengan demikian, organisasi kurikulum berkaitan dengan
pengaturan bahan pelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti
jadwal pelajaran, alokasi waktu dan lain sebagainya.

Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode


untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar
yang diselenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru,
peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan
kurikulum.Untuk melakukan organisasi kurikulum, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas,
keseimbangan dan keterpaduan (integrated).

Ruang lingkup (scope) merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang
akan diberikan dari suatu mata pelajaran atau dari suatu pokok bahasan tertentu.
Urutan Bahan (sequence) meliputi penyusunan bahan pelajaran harus urut dan
sistematis. Kontinuitas merupakan keberlanjutan materi pelajaran. Artinya materi
pelajaran tidak boleh terjadi loncatan sehingga mengakibatkan materi terputus,
sehingga sulit dicerna oleh siswa. Keseimbangan yang dimaksud adalah
keseimbangan organisasi kurikulum baik terkait dengan keseimbangan bahan

9
kurikulum atau keseimbangan proses belajar. Keterpaduan yang dimaksud adalah
keterpaduan komponen kurikulum utamanya mata pelajaran.

b. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.Pengertian ini sejalan dengan
pendapatnya A. Hamid Syarief, yang menyatakan bahwa struktur kurikulum adalah
suatu kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada
siswa.Dari pengertian diatas, sudah jelas sekali bahwa muatan struktur kurikulum
tersebut adalah mata pelajaran. Bentuk penyusunan mata pelajaran itulah yang disebut
struktur kurikulum. Struktur kurikulum ada dua, yaitu, stuktur horizontal dan struktur
vertikal.

1. Struktur Horizontal

Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan


bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan
tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya.Sejalan dengan
pendapat A. Hamid Syarief yang menyatakan bahwa struktur horizontal suatu
kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diorganisasi atau bagaimana
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid.Dari dua
pendapat itu dapat dipastikan bahwa struktur horizontal adalah struktur yang berkaitan
dengan penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.
Adapun bentuk-bentuk struktur horizontal dalam oragnisasi kurikulum meliputi
Separated Subject Curriculum, Correlated Subject Curriculum dan Integrated Subject
Curriculum.. Sebagian pakar ada yang langsung menyebut Separated Curriculum,
Correlated Curriculum dan Integrated Curriculum, kata Subject dihilangkan karena
bentuk ini merupakan bentuk organisasi kurikulum yang didasarkan mata pelajaran
(subject).

a) Separated Curriculum

Separated curriculum (mata pelajaran yang terpisah-pisah) merupakan organisasi


kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan secara terpisah antara mata
pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.Mata pelajaran disini bukan hanya
mata pelajaran seperti IPA, IPS dan lain-lain. Akan tetapi, itu adalah hasil
pengalaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang
dikumpulkan oleh umat manusia sejak dulu kala. Dari pengalaman tersebut kemudian
disusun secara logis dan sistematis yang pada akhirnya disajikan kepada peserta didik
sesuai usia. Misalnya, untuk pelajaran berhitung 1-20 diberikan kepada anak berusia
4-5 tahun.

Dari penjabaran diatas, terkesan bahwa bentuk kurikulum ini, ingin memudahkan
pemahaman siswa dalam mempelajari mata pelajaran. Adapun tujuan dari organisasi
kurikulum bentuk ini, menurut S. Nasution dalam Rusman adalah bertujuan agar

10
generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang
telah dikumpulkan selama berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan
menemukan kembali apa yang yang telah diperoleh generasi terdahulu. Dengan
demikian bentuk organisasi kurikulum ini sifatnya tidak aktual karena semua mata
pelajaran hanya didasarkan kepada pengalaman terdahulu dan juga karena tidak
sesuaikan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan masyarakat.

Dari kurikulum yang hanya berdasarkan per mata pelajaran ini, sudah sangat jelas
bahwa kurikulum bentuk ini hanya ditujukan pada pembentukan intelektual dan
kurang mengutamakan pembentukan pribadi anak sebagai keseleruhan.

b) Correlated Curriculum

Correlated curriculum (mata pelajaran terhubung) adalah organisasi isi kurikulum


yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, atau satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Sejalan dengan
pengertian diatas, Hamid Syarief mengartikan kurikulum ini sebagai organisasi
kurikulum yang mengorelasikan berbagai mata pelajaran yang mempunyai kesamaan,
antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain, tanpa menghilangkan esensi
dari tiap-tiap mata pelajaran.Contoh, sejarah, ekonomi, geografi merupakan mata
pelajaran yang mempunyai kesamaan, sehingga digabungkan menjadi mata pelajara
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Biologi, Fisika dan kimia digabung menjadi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).

Korelasi atau keterhubungan antara mata pelajaran satu dengan lain, menurut Nana
Sudjana dalam Hamid Syarif, meliputi: korelasi faktual, deskriptif dan normatif.
Korelasi faktual merupakan bentuk korelasi yang mengaitkan antara fakta dalam mata
pelajaran tertentu dengan fakta yang terdapat dalam mata pelajaran lain. Misal,
korelasi antara ilmu sejarah dan ekonomi. fakta tentang krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1998 di Indonesia merupakan kajian tentang sejarah sekaligus menjadi
bahan mata pelajaran ekonomi.

Korelasi deskriptif adalah korelasi yang menitikberatkan pada penggunaan


generalisasi yang berlaku dua atau lebih dari mata pelajaran. Misal, mata pelajaran
psikologi dikorelasikan dengan ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan
pendekatan generalisasi psikologi sehingga muncul ilmu psikologi sosial, psikologi
agama dan lain sebagainya. Sedangkan korelasi normatif adalah korelasi yang
menekankan moral sosial antara dua atau lebih dari mata pelajaran. Misal, sejarah
dikorelasikan dengan prinsip moral dan etika masyarakat.

Organisasi kurikulum yang menekankan kepada keterhubungan mata pelajaran satu


dengan lainnya ini tentunya mempunyai kelebihan disamping juga mempunyai
kelemahan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan dari organisasi
kurikulum ini menurut Syafruddin Nurdin.

11
c) Integrated Curriculum

Integrated curriculum arti sederhananya adalah integrasi kurikulum atau kurikulum


terpadu. Menurut S. Nasution, kata integrasi berasal dari kata integer yang
mempunyai arti unit. Sehingga integrasi yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi,
harmoni, kebulatan keseluruhan.

Jenis organisasi kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran
dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Semua mata
pelajaran harus menyajikan mata pelajaran yang padu. Dalam organisasi diharapkan
bisa membawa siswa pada pengetahuan yang bulat terkait masalah tertentu. Selama
ini, kita ketahui bersama bahwa mata pelajaran yang ada di sekolah masih
menujukkan ketidakpaduan antar mata pelajaran.

Integrasi kurikulum ini bisa dilakukan melalui pengajaran unit atau pelajaran yang
terpadu. Menurut Caswell yang dikutip S. Nasution, yang dimaksud pengajaran unit
disini adalah a series of related activities engaged in by children in the process of
realizing a dominating purpose which is compatible with the aims of education.
Untuk memadukan semua mata pelajaran ini bisa dilakukan dengan cara pemusatan
mata pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui
berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas
antara antara mata pelajaran dapat ditiadakan.

Dengan menerapkan studi masalah dalam mengembangkan kurikulum, maka dengan


muda bisa dilakukan pemaduan pelajaran. Misalanya, pelajaran agama islam kelas XII
jurusan IPA memasuki bahasan tentang Isra’ Mikraj, maka peristiwa itu bisa
diterangkan dalam pelajaran fisika tentang kecepatan. Kecepatan Nabi Muhammad
ketika isra’ mikraj itu sangat tinggi sehingga seakan-akan tidak masuk akal, dalam
ilmu fisika terdapat yang namanya kecepatan yang tak terhingga. Kecepatan yang tak
terhingga hanya bisa terjadi kalau bendanya itu tidak mempunyai massa jenis. Massa
jenis ini bisa diterangkan dalam pelajaran kimia. Atau masalah itu bisa diterangkan
dalam mata pelajaran lainnya.

2. Struktur Vertikal

Struktur vertikal kurikulum berkaitan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum


di sekolah, termasuk didalamnya adalah sistem pengalokasian waktu. Struktur
vesrtikal kurikulum meliputi: sistem kelas, sistem tanpa kelas, kombinasi antara
sistem kelas dan tanpa kelas, sistem unit waktu dan pengalokasian waktu.

a. Sistem kelas, yakni sistem pelaksanaan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-


kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Misalnya, kelas 1-6 SD/MI, kelas 7-9 untuk
SMP/MTs dan 10-12 kelas untuk SMA/MA. Sistem ini membawa pada konsekwensi

12
harus dilakukan kenaikan kelas secara terus-menerus setiap tahunnya. Bagi siswa
yang belum mencapai kemampuan yang diharapkan oleh masing-masing pelajaran,
maka siswa tersebut dinyatakan tidak naik kelas. Adanya pengklasifikasian kelas ini,
didasarkan kepada psikologi anak sehingga bahan mata pelajaran yang akan diberikan
kepada siswa juga harus disesuaikan dengan kondisi kejiwaan siswa. Sehingga mata
pelajaran yang disajikan dari tingkatan kelas itu akan berbeda-beda.

b. Sistem tanpa kelas merupakan sistem yang tidak mengenal yang namanya kelas.
Siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri program studi atau yang akan
dikerjakan, kalau sudah merasa mampu menguasai pelajaran yang telah diambil,
siswa tersebut dipersilahkan untuk mengambil pelajaran lain tanpa harus menunggu
teman-temannya yang masih belum bisa menguasai mata pelajaran.

c. Sistem kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas, ini merupakan bentuk
perpaduan dari dua sistem diatas. Misalnya, ada 20 siswa SD kelas 3, kemudian ada
beberapa siswa yang sudah bisa menguasai mata pelajaran dikelas itu, maka siswa
tersebut diperbolehkan untuk mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas 4,
tetapi siswa tersebut statusnya tetap kelas 3. Sistem pendidikan seperti ini dapat
disebut sebagai sistem pengajaran modul. Dalam sistem modul, di samping disediakan
bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan kepada
siswa yang mampu untuk mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program
pengayaan. Dengan sistem modul, anak yang memang mampu mempunyai
kemungkinan untuk dapat lebih dahulu menamatkan sekolah dibandingkan
temantemannya.

d. Sistem unit waktu merupakan sistem kurikulum yang terbagi dalam beberapa
waktu misalanya, SD/MI mempunyai enam tingkatan kelas ditargetkan dalam waktu
enam tahun, setiap kelasnya membutuhkan waktu satu tahun, dalam satu tahun itu,
masih terbagi dalam program semester atau catur wulan. Dalam catur wulan, waktu
satu tahun dibagi empat sehingga setiap kelas harus melewati tiga kali tes yaitu catur
wulan I,II dan III. Sedangkan sistem semester, waktu satu tahun dibagi dalam dua
semester, sehingga setiap semester membutuhkan waktu enam bulan.

e. Pengalokasian waktu, ini menyangkut pembagian waktu kepada masing-masing


mata pelajaran. Pengalokasian waktu harus memperhatikan bobot dan tingkat
kesulitan dari masing-masing mata pelajaran. Kalau tingkat kesulitannya tinggi maka
alokasi waktu harus lebih kepada mata pelajaran tersebut. Selain itu ada juga hal yang
harus diperhatikan adalah peranan mata pelajaran dalam menyiapkan lulusan, kalau
terdapat pelajaran yang peranannya sedikit dalam menyiapkan siswa ketika lulus,
maka alokasi waktu untuk mata pelajaran tersebut harus diminimalkan.

D. Proses Adopsi Ilmu pengetahuan dan nilai

13
Adopsi adalah suatu proses dimulai dan dikeluarkannya ide-ide dari seseorang,
kemudian disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh pihak
kedua (Samsudin, 2014). Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya
ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik (Suprapto dan Fahrianoor, 2004).
Inovasi merupakan suatu ide, gagasan atau produk yang dianggap baru oleh seseorang
atau suatu grup yang relevan (Simamora, 2003). Inovasi adalah segala sesuatu
mengenai ide, caracara baru, ataupun obyek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai
sesuatu yang baru (Nasution, 2004). Adopsi merupakan suatu keputusan untuk
menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik.
Keputusan inovasi merupakan suatu proses mental, sejak seseorang mengetahui
adanya gagasan baru atau inovasi sampai sesorang tersebut mengambil keputusan
untuk menerima atau menolaknya (Suprapto dan Fahrianoor, 2004).

Terdapat lima tahap proses keputusan adopsi inovasi, yaitu knowledge (pengetahuan),
persuation (kepercayaan), decision (keputusan), implementation (penerapan) dan
confirmation (penegasan/pengesahan) (Rogers, 1983). Terdapat 3 jenis pengetahuan
pada proses keputusan adopsi inovasi, yaitu pengetahuan akan keberadaan inovasi
(Awareness-knowledge), pengetahuan tentang cara menggunakan inovasi (How- 7 to-
knowledge) dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip mendasari bagaimana dan
mengapa suatu inovasi dapat bekerja (Principles-knowledge) (Rogers, 2013).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan nilai seseorang yaitu
seperti pendidikan, usia, pekerjaan dan informasi (Notoadmojo, 2012). Pengetahuan
dibagi menjadi 2 jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge yang disusun
berdasarkan karakteristik. Karakteristik dibagi berdasarkan sifat, formalisasi, proses
pengembangan, lokasi, proses konversi, dukungan IT dan sarana komunikasi dari
kedua pengetahuan tersebut (Tiwana, 2000). Pengetahuan terbagi menjadi dua jenis,
yaitu 8 pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit
knowledge). Pengetahuan tacit merupakan keadaan dimana didalam benak manusia
terdapat pengetahuan yang diam dapat berbentuk intuisi, judgement, ketrampilan dan
kepercayaan. Pengetahuan Eksplisit (explicit knowledge) merupakan pengetahuan
yang sudah tertuang dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga
dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai
media (Polanyi, 2003).

E . Analisis Komptensi, Penetapan Kemampuan Keterampilan Dan Sikap

a) Analisis Kemampuan siswa


1. Pengertian Kemampuan

14
Memahami Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan
demikian karena untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti dengan belajar
dan berpikir. Pemahaman merupakan proses , perbuatan dan cara memahami.

Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan


berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan
individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta
bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam kegiatan
pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan
serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini
dilaksanakan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan
yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni
berkarya di dalam kehidupan masyarakat.

Dalam bahasa indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta
berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam menguasai suatu
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik
dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya
atau didengarnya, memberi contoh lain dariyang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan,


berfikir, berbicara, melihat dan sebagainya. Akan tetapi dalam pengertian sempit
biasanya kemampuan lebih ditunjukan kepada kegiatan yang berupa perbuatan.
Jadi kemampuan adalah kompotensi mendasar yang perlu dimiliki siswa yang
mempelajari lingkup materi dalam suatu pelajaran pada jenjang tertentu.
Kompotensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi
ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terbentuk dalam pola piker dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikusai oleh seseorang yang
telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku- perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan


(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Dengan kata lain,
memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Jadi kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang atau siswa bisa
memahami atau mengerti tentang apa yang telah dipelajari.

b) penetapan kemampuan keterampilan dan sikap

15
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

1. Pengertian Ranah kognitif

Beberapa pengertian kognitif menurut para ahli diantarnya, Drever yang


dikutip oleh Yuliana Nurani dan Sujiono mengatakan bahwa “kognitif
adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni
persepsi, imajinasi, penangkapn makna, penilaian daan penalaran”8
sedangkan menurut Piaget, menyebutkan bahwa “kognitif adalah
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian disekitarnya”. Piaget memandang bahwa anak memainkan
peranan aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak
tidak pasif menerima pasif menerima informasi.

Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah


dimodifikasi yang dikutip oleh Winda Gunarti mengemukakan bahwa
“kognitifadalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.

Dari berbagai penilaian yang telah disebutkan semua diatas dapat


dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh
psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan
lingkungannya.

2. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu kemampuan dasar yang


dimiliki anak usia 5-6 tahun. Apabila kita berbicara kemampuan dasar,
maka kita akan menghubungkannya dengan istilah “potensi”. Dalam
banyak buku psikologis potensi sering diartikan sebagai pembawaan sejak
lahir11. Ketika seorang manusia sejak lahir dia membawa segudang
potensi, namun potensi tersebut harus didukung oleh orang orang dewasa
yang ada disekitarnya agar dapat berkembang secara optimal dan
maksimal. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran.
Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar
, berpikir dan memahami sesuatu. Setiap hari pikiran anak berkembang
ketika mereka belajar tentang orang yang ada disekitarnya. Belajar
berkomunikasi dan membaca mendapatkan lebih banyak pengalaman
lainnya, kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan verbal, kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari

16
pengalaman hidup sehari-hari12. Kemampuan kognitif senantiasa
berkembang dan sering kali kita menyebutkan dengan istilah lebih intelek
dan cerdas. Kemampuan kognitif dapat berkembang dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktorgen (pembawaan) dan lingkungan.

b. Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran Fiqih,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran Fiqih disekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai fiqih yang di terimanya,
penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru Fiqih dan sebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Penerimaan (receiving/Attending) Penerimaan


(receiving/attending)adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang
ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima
stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan
yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai- nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan
mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-
identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang
receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan,
sifat malas dan tidak di disiplin harus disingkirkan jauh-jauh.
2. Tanggapan (Responding) Tanggapan (Responding) mengandung arti
“adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta
didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau
menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
3. Penghargaan (Valuing) Penghargaan (Valuing)Menilai atau
menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

17
4. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi
daripada receiving 16 dan responding. Dalam kaitan dalam proses
belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang
telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.
Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin,
baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
5. Pengorganisasian (Organization) Pengorganisasian (Organization),
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu
sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan
nilai lain.pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
6. Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (characterization by a value or
value complex) Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (Characterization
by value or value complex, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati
tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara
konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini 17
adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta
didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshophy of
life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki
sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.

c. Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)


Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.

18
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam
kurikulum terintregasi filsafat, nila-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum,
ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsur-
unsur masyarakat lainnya.
B. SARAN
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami
harapakan bagi setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat
mempelajarinya lebih detail dari berbagai literature lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rahmah Johar, Latifah Hanum.Strategi belajar mengajar.Deepublish, 2016.

Ahmad Saifuddin. Eksistensi Kurikulum Pesantren dan Kebijakan Pendidikan. Jurnal


Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) 3 (1), 207-234, 2015.

Murni Yanto, Irwan Fathurrochman. Manajemen kebijakan kepala madrasah dalam


meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal Konseling Dan Pendidikan 7 (3), 123-130, 2019.

MA Muhaimin. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah/Madrasah). Prenada Media, 2015.

Wahyu Aprilia. Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum. Islamika 2 (2), 208-226,
2020.

Deni Kurniawan. Model dan Organisasi Kurikulum.Jurnal Pendidikan Luar Biasa 21, 2011.

20

Anda mungkin juga menyukai