Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD ABDUSSALAM (Fisikawan Muslim)

Nama : Sri Wahyuni

Nim : 12011125199

Kelas : TIPA 4A

Abdus Salam adalah penasihat ilmu pengetahuan untuk Kementerian Sains dan Teknologi di
Pakistan dari tahun 1960 hingga 1974, posisi di mana ia memainkan peran utama dan
berpengaruh dalam pengembangan infrastruktur sains negara itu. Abdus Salam berkontribusi
pada perkembangan fisika teoretis dan partikel. Sebagai Penasihat Sains, Salam berperan dalam
pengembangan dalam penggunaan energi nuklir secara damai, dan telah berkontribusi juga
bagi pengembangan proyek bom atom Pakistan pada tahun 1972; untuk ini, ia dipandang
sebagai "bapak ilmiah" dari program ini.Muhammad Abdus Salam ialah seorang tokoh Pakistan
pertama yang menerima Hadiah Nobel Fisika pada 1979 bersama dengan Sheldon Glashow dan
Steven Weinberg.

Ia ilmuwan yang menekuni 'theoretical physics'. Bersama Sheldon Glashow dan Steven
Weinberg, Abdus Salam menemukan teori yang disebut 'Electroweak' pada 1968, yang kelak
oleh panitia Nobel dianggap sebagai temuan penting, membantu umat manusia memahami
jagat raya, sebelas tahun kemudian. Mereka menggagas (secara independen) suatu model
matematika yang mengunifikasi elektromagnetik dengan nuklir lemah (weak force). Teori
mereka inilah yang dinamakan sebagai teori Electroweak (electromagnetic and weak
forces).Selanjutnya “Teori matematika ini terbukti kebenarannya, sepuluh tahun kemudian,
dengan ditemukan partikel-partikel boson W dan Z di FermiLab. Boson W dan Z adalah partikel-
partikel yang memerantarai interaksi elektrolemah tersebut, analog seperti foton (cahaya) yang
memerantarai interaksi elektromagnetik,"

Abdus Salam dilahirkan di Jhang, sebuah kota kecil di Pakistan, pada tahun 1926. Orang tua
beliau bernama Chaudhry Muhammad Hussain dan, Hajira Hussain.Ayahnya ialah pegawai
dalam Dinas Pendidikan dalam daerah pertanian. Kelurga Abdus Salam mempunyai tradisi
pembelajaran dan alim.Ia memiliki dua orang putri dan wafat di usia yang genap 70 tahun.
Beliau besar dalam dua kehidupan yang berbeda dan bertolak belakang. Di satu sisi, dia
menjadi manusia yang sangat taat pada agama dan menemukan pembenaran di dalam Alquran
yang senantiasa mengilhami dasar pikiran karya keilmiahannya.Pada sisi lain, ia adalah seorang
politisi yang menjunjung tinggi asas kemuliaan serta sama sekali tak merendahkan politisi yang
mempraktekkan real politic untuk memperoleh kekuasaan.

Dialah Prof Abdus Salam. Nama besarnya ikut mengangkat derajat dunia Islam. Pria yang arif
menjalani kehidupan itu pernah meraih penghargaan Nobel bidang fisika tahun 1979. Ia
menyediakan tenaganya untuk memperbaiki kondisi kehidupan di Dunia Ketiga dengan
menempatkan dirinya sebagai pejuang dalam hak-hak seluruh bangsa.

Peran Abdus Salam dinilai sangat fundamental dalam pengembangan fisika modern.Pervez
Hoodbhoy, ilmuwan brilian Pakistan dalam bidang fisika nuklir dan matematika, mengatakan
bahwa selain temuan tentang teori Electroweak, Abdus Salam menyelesaikan masalah
mengganggu dalam “overlapping divergences".Abdus Salam juga memiliki minat serius dalam
bidang teori medan kuantum seperti 'renormalizability,' Teori gauge non-abelian, dan Kiralitas.
Abdus Salam termasuk pioner yang mengaplikasikan 'group theory' untuk mengklasifikasi
partikel-partikel yang telah ada dan memprediksi yang baru.Hoodbhoy mengapresiasi dan
menganggap bahwa pengabdian Abdus Salam tak perlu diragukan bagi ilmu pengetahuan,
Pakistan, dan Islam.

Pria ini dilahirkan di saat Pakistan masih dalam cengkeraman penjajah Inggris. Salam
menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di dalam negeri. Pendidikan tingginya
(master dan doktor) ia selesaikan di Inggris. Bahkan, gelar Doctor of Phylosophy (PhD) dalam
bidang fisika teori diperolehnya dari laboratorium Cavendish, Universitas Cambridge, Inggris
dalam usia 26 tahun.Prestasi-prestasi besar yang dicapainya dalam disiplin ilmu fisika
membuatnya banyak menerima penghargaan dari berbagai kalangan. Antara tahun 1957 dan
1982 M saja, lebih dari 18 universitas dari berbagai negara maju dan berkembang silih berganti
menganugerahinya gelar doctor of science honoris causa atas jasa-jasanya dalam dunia ilmu
pengetahuan.

Ia bekerja sebagai guru besar (profesor) fisika teori di Imperial College, Universitas London sejak
tahun 1957. Sejak 1964 menjabat sebagai direktur International Centre for Theoritical Physics di
Trieste. Karya-karya ilmiahnya yang telah diterbitkan lebih dari 200 judul. Di samping menerima
anugerah Nobel, ia juga mendapatkan penghargaan dan keanggotaan terhormat masyarakat
akademis.

Dengan prestasi itu, ia kembali ke Lahore sebagai guru besar pada umur amat muda, kurang
dari 30 tahun. Selama tiga tahun mengabdi di Lahore, rupanya tidak membahagiakannya. Salam
kehilangan kontak dengan sejawat ilmuwan dan peneliti dan aktivitasnya pun kurang
produktif.Menurut dia, inilah penyebab utama atmosfir dunia penelitian amat menyedihkan
dan menggelayuti hampir seluruh negara berkembang. Mereka yang mendapat pendidikan di
luar negeri, bila kembali ke negara asal menghadapi banyak kesulitan dan ketidaksesuaian
untuk berkembang terus.Ia merasa layaknya orang terisolasi. Pengisolasian dalam fisika teoretis
ibarat sebuah kematian. Ini pula yang dihadapi Salam ketika berasosiasi dengan Universitas
Lahore.
Ia merasa tidak bisa "dikubur hidup-hidup" secara perlahan-lahan. Pada 1954 ia kembali ke
Inggris sebagai lektor di Cambridge. Setelah merumuskan teori neutrino pada umur 31 tahun,
Salam menjadi guru besar fisika teoretis selama 30 tahun (1957-1987) di London Imperial
College untuk sains dan teknologi. Dengan usaha Salam, Imperial menjadi salah satu pusat
terkemuka dalam teori fisika. Salam mendorong teoretisi di Imperial ke arah problema simetri
dalam klasifikasi partikel dan teori grup dalam fisika partikel.

Meski berada di negeri orang, dan tak pernah kembali menduduki jabatan akademi reguler di
Pakistan, ia tak pernah kehilangan kontak pribadi dengan tanah airnya. Ia pun merasa bangga
sebagai Muslim pertama mendapatkan Hadiah Nobel.Tentu saja semua keberhasilan itu tidak
datang dengan sendirinya. Selain keteguhan dan jihad sosialnya yang tinggi, hampir seluruh
yang dikerjakan oleh Salam ialah kuatnya keterkaitan kepada agama Islam, dijabarkan dari
tanah airnya Pakistan. Dengan ciri segala kerendahan hati ia menyampaikan bahwa apa yang
telah dicapainya dianggap berasal dari semangat warisan Islam.Ia berkata, "Saya banyak
melibatkan diri pada pemikiran kesimetrian alam, yang datang dari konsep Islam, karena dalam
Islam kita merenungkan universum ciptaan Allah dengan ide keindahan dan kesimetrian serta
keharmonisan, dan diperoleh kepuasan dapat melihat sebagian kecil dari rahasia alam ini."

Berkat kejeniusannya ini, selain Nobel, puluhan penghargaan dan jabatan pernah ia peroleh
dari berbagai universitas ternama dunia, baik yang ada di negara berkembang maupun negara
maju.Salam adalah seorang berhati besar seperti pemikirannya. Ingatan terisolasi dari sumber
informasi ilmiah, ia bertekad menyediakan sarana bagi ilmuwan muda yang berbakat dari
negara kurang berkembang, supaya mereka tidak mati dalam arti intelektual karena
keterasingan dari sumber informasi ilmiah tanpa harus meninggalkan negerinya.

Komitmen dan obsesi Abdus Salam dalam bidang Fisika Teoritik adalah usaha untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik bagi umat manusia. Ia membentuk International
Centre for Theoretical Physics (ICTP), organisasi yang berkomitmen membantu ilmuwan dari
negara berkembang untuk memperoleh akses terbaik bagi penelitian serta mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk negara mereka. Organisasi ini bekerja di bawah pemerintahan Italia,
UNESCO, dan International Atomic Energy Agency (IAEA).Tapi seluruh jasa ini tidak lantas
membuatnya diterima oleh umat muslim. Hingga hari ini pengikut Ahmadiyah di Pakistan masih
dianggap sesat, dituduh dan dipaksa bukan bagian dari Islam. Salam pernah menyatakan protes
ketika pemerintahan Jenderal Zia-ul-Haq mendiskriminasi Ahmadiyah pada 1974 dengan keluar
dari komite sains nasional Pakistan.

Pada 1974 Abdus Salam meninggalkan negaranya, sebagai protes, setelah Parlemen Pakistan
dengan suara bulat mengesahkan undang-undang parlemen yang menyatakan gerakan
Ahmadiyah sebagai golongan minoritas, dimana Salam adalah sebagai anggota gerakan
tersebut.Pada 1998, setelah tes nuklir yang dilakukan negara tersebut, Pemerintah Pakistan
mengeluarkan cap peringatan, sebagai bagian dari "Ilmuwan Pakistan", untuk menghormati
jasa Salam

Salam menghabiskan nyaris seluruh hidupnya untuk fisika, mengerahkan seluruh materi yang ia
punya untuk mengembangkan kualitas pendidikan di Pakistan, dan tetap beragama serta
mempromosikan nilai-nilai Islam meski keyakinannya sebagai muslim Ahmadiyah dianggap
“bukan Islam" oleh negaranya, dan karena itu dinilai “sesat" oleh banyak orang.Bahkan, seusai
Salam wafat pada 21 November 1996, tepat hari ini 24 tahun lalu di Oxford, Inggris, ia masih
mewariskan banyak hal penting dalam bidang pendidikan dan pengembangan fisika.Warisan ini
yang kemudian membuat Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengusulkan untuk
memulihkan nama baik dan citra Abdus Salam di dalam negeri.

Jasa Salam tak bisa terlupakan. Ia telah meninggalkan warisan paling berharga (karya
intelektual) bagi generasi penerus. Usaha kerasnya pun tak dapat ia teruskan, ketika stroke
menyerang Salam. Sesudah tak sanggup lagi berkomunikasi selama tiga tahun terakhir oleh
penyakit melumpuhkan itu, akkhirnya ruh meninggalkan jasadnya pada 20 November 1996 di
Oxford, Inggris diiringi oleh doa Salam sendiri, jauh dari tanah air yang dicintainya.

Rujukan:

Gordon Fraser. 2006. Cosmic Anger: Abdus Salam-The First Muslim Nobel Scientist.

Abdus Salam, Ahmed Ali. 1994. Selected Papers of Abdus Salam:(with Commentary). World
Scientific

S Randjbar-Daemi, Abdus Salam, J Strathdee.1983. Spontaneous compactification in six-


dimensional Einstein-Maxwell theory. Nuclear Physics.

Anda mungkin juga menyukai