Anda di halaman 1dari 19

IMUNOLOGI

“PEMERIKSAAN IMUNO-KIMIA”

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Meiriza Djohari, M.Kes

Disusun Oleh :
Aisyah Azzahra Faraini (20011)
Azila Febrianti (2001098)
Denisyah Fitri Yuti (20011)
Ica Winanda Anggraeni (20011)
Mifza Azizah (20011)
Salsabila Zahirah Ananda (2001127)
Selviani Putri (20011)
Wekis Raya Amnan (20011)

Kelas : S1-4C

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.

Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Imuno-


kimia”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Imunologi. Kami
menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar perbaikan
dapat dilakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 18April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

D. Manfaat...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

A. Definisi Sistem Kekebalan Tubuh (Sistem Imun)..............................................4

B. Jenis-Jenis Sistem Kekebalan Tubuh.................................................................4

C. Definisi dan Peran Imunokimia..........................................................................7

D. Analisa Imunokimia dan Prinsip Reaksi Imunokimia........................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................15

A. Kesimpulan.......................................................................................................15

B. Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan
jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk
ke dalam tubuh. Sistem Imunitas adalah salah satu sistem yang sering
dilupakan oleh manusia, padahal Imunitas merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup bagi semua makhluk. Kita dapat
menikmati kehidupan tanpa harus merasa sakit, tidak perlu mengeluarkan
biaya berobat yang saat ini. Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki
sistem pertahanan yang saling mendukung.

Sewaktu mikroorganisme patogen masuk ke dalam tubuh, mekanisme


pertahanan spesifik diaktifkan. Mekanisme spesifik ini dibagi menjadi sistem
humoral (diperantarai antibodi) dan sistem seluler (diperantarai sel). Sistem
humoral terkait dengan sel-sel yang disebut limfosit-B yang merupakan
prekursor sel plasma. Sel plasma inilah yang akan menghasilkan dan
menyekresikan molekul protein yang disebut antibodi atau imunoglobulin.
Sistem seluler terkait dengan limfosit-T yang dapat berinteraksi dengan benda
asing dan menghancurkannya.

Peran sistem imun adalah sebagai pertahanan tubuh. Sistem imun


memiliki mekanisme nonspesifik maupun spesifik untuk mengenali dan
merespons mikroorganisme yang dianggap asing dan berpotensi
menyebabkan penyakit (patogenik). Sawar (barrier) fisis atau mekanis, seperti
kulit dan membran mukosa, berperan sebagai sistem imun nonspesifik, yang
mencegah masuknya berbagai patogen ke dalam tubuh. Penghalang-
penghalang ini biasanya sangat efektif, tetapi beberapa patogen dapat
menembusnya dan masuk ke dalam tubuh. Patogen-patogen yang berhasil
masuk ini akan segera dihancurkan oleh berbagai fagosit di dalam tubuh,

1
seperti makrofag.. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.

Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.

Antibodi terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap
antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua rantai ringan. Antibodi
diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe
yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang
berbeda, yang dimasukan kedalam isotipe yang berbeda berdasarkan pada
tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotipe antibodi yang berbeda diketahui
berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan
menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing
yang berbeda yang ditemui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh ?
2. Apa saja jenis-jenis dari sistem kekebalan tubuh ?
3. Apa yang dimaksud dengan imunokimia ?
4. Apakah fungsi dari imunokimia ?
5. Bagaimana prinsip teknik imunokimia ?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

2
1. Untuk mengetahui defenisi dari sistem kekebalan tubuh
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari sistem kekebalan tubuh
3. Untuk mengetahui definisi dari imunokimia
4. Untuk mengetahui fungsi dari imunokimia
5. Untuk mengetahui Bagaimana prinsip teknik imunokimia

D. Manfaat

Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi penbaca, layaknya penyusun
makalah ini dan dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan
makalah inikedepannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Kekebalan Tubuh (Sistem Imun)


Tubuh manusia diciptakan dengan segala kelebihan yang dimilikinya.
Lingkungan tempat tinggal, di mana pun itu, kerap dihinggapi virus dan
bakteri. Namun, tubuh memilki sebuah mekanisme pertahaan untuk
menghalau atau menangkal bakteri dan virus itu masuk ke dalam tubuh. Ini
dinamakan dengan sistem imun tubuh Sistem kekebalan tubuh (imunitas)
adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindngi tubuh terhadap
pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen
serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis
luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkanmereka dri sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa (Irianto, 2012).

B. Jenis-Jenis Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :

1. Sistem Kekebalan Tubuh Non Spesifik


Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam
menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya,
bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau
mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya
tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap
patogen yang potensial. Sistem imun non spesifik ini dapat dibagi lagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Mekanis atau Fisis
Merupakan sistem pertahanan tubuh yang pertama dan
umumnya terletak di bagian permukaan tubuh. Sistem imun non

4
spesifik mekanis ini terdiri atas :
 Kulit, terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudah
ditembus oleh benda asing kecuali jika kulit dalam
keadaan terluka.Asam lemak dan keringat yang dihailkan
oleh kelenjar di kulit juga akan mencegah benda asing
masukke dalam tubuh.
 Selaput Lendir, merupakan hasil sekresi dari sel yang
terdapat di sepanjang saluran pernapasan dan saluran
pencernaan.Pada saluran pernapaan, selaput lendir
berfungi dalam menangkap bakteri / benda asing yang
masukke dalam tubuh melalui saluran pernapasan.Contoh
: Selaput lendir pada hidung. Selaput lender pada saluran
pencernaan berfungsi sebagai rintangan yang
melindungi sel diluar system pencernaan.
 Rambut-rambut halus, sebagian besar terdapat pada
saluran pernapasan. Contoh : di hidung,rambut-rambut
halus berfungsisebagaipenyaringudarayangmasukmelalui
hidung.
b) Larut
 Biokimia = lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam
lambung, laktoferin, asam neuraminik.
 Humoral = komplemen, interferon, CRP
c) Seluler
 Fagosit = mononuklier dan polimorfonuklier
 Sel NK (natural killer)
 Sel mast
 Basofil
2. Sistem Kekebalan Tubuh Spesifik

5
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenalibenda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali
muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun
tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal
lebih cepat dan kemudian dihancurkan.1 Respon sistem imun spesifik
lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun
memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem
imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari
sel progenitor limfoid.
a) Sistem imun spesifik humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik
humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami
proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama
antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus
dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.1 Sel B memiliki
reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat
dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19,
CD21 dan MH
b) Sistem imun spesifik selular
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada
orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi
dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T yang
matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%.
Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan
terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan.
Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-
beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel
Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8

6
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran
protein sel.

C. Definisi dan Peran Imunokimia


Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada level
kimia/biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci molekulmolekul
dan reaksi-reaksi yang terlibat dalam sistem kekebalan, ini berkembang pesat
dengan adanya teknik laboratorium canggih.
Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda
asing. Contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. setelah itu, dibahas juga
reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya. Misi sistem ini adalah mengenali dan
menghancurkan para penyusup asing sebelum kerusakan terjadi pada tubuh.
Organisme yang menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit, dideteksi ketika masuk, ditandai untuk dibasmi, dan dimakan oleh sel
sel sistem kekebalan tubuh yang lapar.

D. Analisa Imunokimia dan Prinsip Reaksi Imunokimia


Analisa menggunakan teknik-teknik imunologi dengan metode fisiko
kimia. Analisis yang berdasarkan reaksi spesifik antara Antigen (Ag) dan
Antibodi Ab. Analisis dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan penggunaan senyawa “label” untuk visualisasi reaksi Ab).
Semua metode imunokimia didasarkan pada reaksi spesifik dansensitif
antara antigen dan antibodi, antigen dapat menginduksi antibodi yang
dihasilkan dalam sistem imun pada hewan vertebrata ataumanusia sebagai
reaksi pertahanan tubuh (Koivunen dan Krogsrud, 2006).
Prinsip reaksi imunokimia adalah reaksi antigen – antibodi (Ag- Ab)
yang spesifik untuk antigen tertentu.Supaya dapat ditentukan dengan analisa
imunokimia maka Ag harusmemiliki sifat :
1. Imunogenitas yaitu mampu menstimulasi responimun.
2. Antigenitas yaitu memiliki epitop (bagian Ag yang bereaksidenganAb)
atau determinan antigenik.

7
Reaksi antara antigen-antibodi dapat digolongkan menjadi 3
kelompok,yaitu :
1. Uji pengikatanprimer
Uji-uji pada kelompok ini berbasis pada pengukuran-langsung
reaksi pengikatan awal antara antigen dan antibodi. Uji ini merupakan
uji yang sangat sensitif dan memerlukan suatu label (zatpelacak) untuk
mendeteksi reaksi pengikatan. Uji-uji yang termasuk dalam kelompok
ini meliputi :
a) Radioimmunoassay (RIA)
Pada radioimmunoassay, antigen ataupun antibodi diikat
oleh zat pelacak radioaktif dan radioaktivitasnya diukur dengan
scintillation counter. Metode ini sudah jarang dikerjakan karena
relatif susah dan memerlukan zat radioaktif.

b) Enzyme Immunoassay (ELSA)


Pada enzyme immunoassay, antigen atau antibodi diikat oleh
enzim berlabel, menghasilkan perubahan warna sewaktu enzim
tersebut bereaksi dengan substratnya. Perubahan warna ini terlihat
kasat mata atau terdeteksi dengan spektrofotometer. Pengikatan ini
dapat bersifat kompetitif ataupun non-kompetitif.

8
Selanjutnya, sampel uji yang mengandung antibodi atau
antigen yang sesuai dilekatkan di atasnya. Terakhir, antibodi atau
antigen berlabel (konjugat) dilekatkan,membentuk lapisan-atas.
Sewaktu pengukuran antibodi, konjugat akan mengikat
antiirnunoglobulin yang spesifik; sewaktu pengukuran antigen,
konjugat akan mengikat antibodi yang spesifik untuk antigen
tersebut.

c) Immunofluoresence
Fluoresein, seperti isotiosianat dan tetra-metilrodamin
isotiosianat, dapat berkopel dengan antibodi tanpa mengganggu
spesifisitas antibodi tersebut. Pendaran-cahaya (fluoresens) terjadi
ketika molekul, yang sudah tereksit.asi ke tingkat energi yang
lebih tinggi, kembali ke tingkat energi normal. Ekses em!rgi
dibebaskan dalam bentuk cahaya. Pendaran-cahaya ini dapat
diamati dengan mikroskop fluoresens, yang merupakan hasil
pemodifikasian mikroskop cahaya. Terdapat dua jenis teknik
immunofluorescence yang lazim dipakai, yaitu

 Immunofluoresence Direct

Immunofluoresence Directdipakai untuk mengukur


kadar antigen. Pada teknik ini, fluoresein berikatan dengan
salah satu komponen pada antiserum yang mengandung
antibodi terhadap komponen sel atau jaringan yang spesifik.

9
Antiserum ini ditambahkan langsung pad a spesimen
jaringan. Setelah antigen berinteraksi dengan antibodi,
spesimen jaringan tersebut"dicuci". Spesimen jaringan
diperiksa di bawah mikroskop; pendaran-cahaya tampak
ketika antibody berikatan dengan antigen.

 Immunofluoresence Indirect

Immunofluoresence Indirectdipakai untuk mendeteksi


antibodi dalam serum pasien. Serum ditambahkan langsung
pada specimen jaringan yang mengandung antigen-spesifik
terhadap antibodi yang dicari. Setelah antigen dan antibodi
bereaksi, spesimen jaringan tersebut "dicuci". Selanjutnya,
anti-imunoglobulin berlabelfluoresein ditambahkan pada
specimen jaringan, lalu diinkubasi dan "dicuci" lagi.

Anti-imunoglobulin berlabel akan melekat pada


antibodi yang sudah berikatan dengan antigen spesimen
jaringan, tampak berupa area-area fluoresens di bawah
mikroskop.Metode indirek ini lebih sensitif dibandingkan
metode direk; pada metode indirek, terjadi "amplifikasi",
dalam arti setiap antibodi tak-berlabel dapat berikatan
dengan dua antibody berlabel.

10
2. Uji pengikatansekunder
Reaksi sekunder terjadi setelah reaksi primer yang sudah diuraikan
di atas, menghasilkan perubahan yang bisa dilihat langsung; perubahan
ini yang akan dideteksi pada uji pengikatan sekunder. Pada uji ini,
pemeriksa dapat melihat langsung reaksi pengikatan yang terjadi tanpa
bantuan zat-pelacak (label). Teknik-teknik yang dipakai untuk uji ini
meliputi :
a) Aglutinasi
Aglutinasi melibatkan reaksi antara antibodi dan antigen
yang berupa partikel-partikel (tak-larut), memicu terjadinya
penggumpalan partikel-partikel tersebut dan dapat dilihat
langsung.
 Aglutinasi Direct (Active)
Aglutinasi aktif melibatkan lengan-antigenik yang
mempakan konstituen intrinsik partikel (antigen) tersebut.
Contohnya adalah reaksi herriaglutinasi yang dipakai untuk
penentuan golongan darah.

 Aglutinasi Indirect (Passive)

11
Aglutinasi pasif melibatkan lengan-antigenik yang
bukan merupakan konstituen jntrinsik partikel (antigen)
tersebut.

b) Inhibisi
Reaksi inhibisi aglutinasi dipakai untuk mendeteksi antigen.
Teknik ini berbasis pada kompetisi antara antigen yang tak larut
(berupa partikel) dan antigen yang larut untuk berikatan dengan
antibodi tertentu.

12
c) Presipitasi
Reaksi presipitasi melibatkan interaksi antara antigenyang
larut dan antibodi yang larutjuga, tidak seperti reaksi aglutinasi,
yang antigennya tak-larut (berupa partikel). Kalau antibodi yang
larut diinkubasi bersama-sama dengan antigen yang larut,
keduanya akan membentuk kompleks ikatan-silang (cross-link)
dan menghasilkan presipitat. Metode presipitasi dapat berupa
metode kualitatif ataupun kuantitatif dan interaksi yang terjadi
bergantung pada kekuatan ikatan ionik, pH, dan konsentrasi.

3. Uji pengikatan tersier


Reaksi tersier biasanya terjadi in vivo, setelah berlangsungnya
reaksi sekunder.Reaksi tersier ini terbagi menjadi 2,yaitu :
a) Opsoniasi
Opsonisasi adalah pelapisan antigen oleh antibodi,
komplemen, fibronektin, yang berfungsi untuk memudahkan
fagositosis. Opsonisasi ada dua yaitu opsonisasi yang tidak
tergantung antibodi dan yang ditingkatkan oleh antibodi.
Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein
pengikat manose dapat terikat pada manose terminal pada

13
permukaan bakteri, dan akan mengaktifkan C1r dan C1s serta
berikatan dengan C1q. Proses tersebut akan mengaktivasi
komplemen pada jalur klasik yang dapat berperan sebagai
opsonin dan memperantarai fagositosis.
b) Degranulasi
Degranulasi adalah peristiwa pecahnya sel mast yang
menyebabkan pelepasan berbagai mediator inflamasi.Degranulasi
ini terjadi pada reaksi hipersensitivitas dimana disebabkan
interaksi antara alergen dengan antibodi (IgE).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan
jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk
ke dalam tubuh. Peran sistem imun adalah sebagai pertahanan tubuh.
Sistem imun memiliki mekanisme nonspesifik maupun spesifik untuk
mengenali dan merespons mikroorganisme yang dianggap asing dan
berpotensi menyebabkan penyakit (patogenik). Sawar (barrier) fisis atau
mekanis, seperti kulit dan membran mukosa, berperan sebagai sistem imun
nonspesifik, yang mencegah masuknya berbagai patogen ke dalam tubuh.
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada level
kimia/biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci molekulmolekul
dan reaksi-reaksi yang terlibat dalam sistem kekebalan, ini berkembang
pesat dengan adanya teknik laboratorium canggih. Imunokimia berfungsi
menerangkan reaksi kimia masuknya benda asing.

B. Saran
Semoga dengan pembelajaran ini, bias meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang Imunokimia. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.Penulis juga mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
melengkapi makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Guide,Suide,MD. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi.3. Jakarta: BinarupaAksara.

Guyton & Hall.2007.Fisiologi Kedokteran ed III. Jakarta ; Buku Kedokteran. EGC.

Irianto, K. 2012. Anatomi dan fisiologi. Bandung: Alfabeta.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Imunologi. Yogyakarta:Kanisius

Koivunen ME, Krogsrud RL. 2006. Principles of immunochemical techniques used in


clinical laboratories. Labmedicine.

16

Anda mungkin juga menyukai