Anda di halaman 1dari 14

Makalah Sistem Pertahanan Tubuh

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Kapita Selekta Biologi II
Dosen Pengampu: Cipta Anto, M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Hanifah Eka S
2. Winda Aristia
IPA-Biologi C/VI

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan nikmatnya itu
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sistem Pertahanan Tubuh”
dengan baik tanpa ada satu halangan apapun.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW, yang telah
menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga kita selalu menjadi pengikutnya hingga
akhir zaman, Amin.
Makalah ini berisikan tentang materi sistem pertahanan tubuh pada manusia. Kami
berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pemahaman bagi pemakalah ataupun
pembacanya. Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir harapan dari penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Cirebon, Maret 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus
disertai dengan pola makan sehat, berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun
ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Ada orang yang mudah sakit,
ada pula orang yang jarang sakit, ini ada kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh seseorang
tersebut. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya
tahan tubuh kebal terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem
kekebalan tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan ASI yang membawa sistem
kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem
kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan
tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit
penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan. Misalnya sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba
tergesa, belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan
stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah
terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit
degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala
menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit
infeksi, dan penuaan dini pada usia produktif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh ?
2. Apa saja komponen sistem kekebalan tubuh ?
3. Bagaimanan mekanisme sistem kekebalan tubuh ?
4. Bagaimanan respon imunitas sistem kekebalan tubuh ?
5. Apa saja gangguan pada sistem kekebalan tubuh ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem kekebalan tubuh
2. Untuk mengetahui komponen sistem kekebalan tubuh
3. Untuk mengetahui mekanisme sistem kekebalan tubuh
4. Untuk mengetahui respon imunitas sistem kekebalan tubuh
5. Untuk mengetahui gangguan pada sistem kekebalan tubuh
BAB II
ISI

A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh


Setiap hari jutaan bakteri, mikroba, virus, dan parasit berusaha masuk ke dalam tubuh.
Untuk mengatasinya, tubuh kita memiliki pertahanan yang berlapis-lapis. Sistem pertahanan
yang berlapis-lapis ini penting untuk menghadapi serangan virus atau bakteri secara bertahap.
Akan tetapi, adakalanya sistem pertahanan ini masih dapat ditembus oleh bibit penyakit
sehingga muncul kondisi sakit.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak
mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain
dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan
flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Komponen Sistem Kekebalan Tubuh


Kemampuan sistem imun dalam memberikan respon pada penyakit tergantung pada
interaksi yang komplek antara komponen sistem imun dan antigen yang merupakan agen-
agen patogen atau agen penyebab penyakit. Antigen merupakan bahan-bahan asing yang
masuk ke dalam tubuh. Jaringan dan organ yang berperan dalam sistem imun berada di
bagian seluruh tubuh. Pada manusia dan mamalia lain, organ-organ pusat sistem imun adalah
sumsum tulang. Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag,
limfosit, reseptor antigen, sel-sel pengangkut antigen, dan antibodi.
1. Makrofag
Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang memerankan fungsinya sebagai
sistem imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau bakteri yang
masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara mengelilingi, kemudian
memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses ini merupakan bagian dari reaksi
peradangan. Untuk mengatasi infeksi terkadang makrofag berinteraksi dengan limfosit.
Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam imunitas adaptif, dalam hal ini
makrofag akan mengambil antigen dan mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-
komponen imun lain dalam sistem imun adaptif. Makrofag dapant mengonsumsi partikel
asing, partikel asbes, dan bakteri. Makrofag terdapat di tempat-tempat strategis tubuh dan
tempat organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar, misalnya di daerah
paru-paru yang enerima udara dari luar.
2. Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang khusus berfungsi untuk mengidentifikasi dan
menghancurkan antigen penyerbu. Semua limfosit dibentuk di sumsum tulang, tetapi mereka
mengalami penuaan di dua tempat yang berbeda. Limfosit yang mengalami penuaan di
sumsum tulang disebut limfosit B atau sel B. Limfosit ini membuat zat antibodi yang beredar
melalui darah dan cairan tubuh lain.
Limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut sitotoksik
(sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat membinasakn sel-sel
yang mempunyai antigen spesifik pada bagian permukaannya yang sudah dkenali oleh sel T
sebelumnya. Limfosit sel T penolong mengontrol kekuatan dan kualitas dari semua respon
imun. Sel-sel limfosit dewasa secara konstan bergerak sepanjang darah meuju kelenjar getah
bening dan kembali ke darah lagi untuk memonitor tubuh terhadap substansi-substansi
penyerbu secara terus-menerus.
3. Reseptor Antigen
Salah satu karakteristik imunitas adaptasi adalah kekhususan spesifikasi. Spesifikasi,
artinya setiap zat anti yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu untuk melawan antigen
tertentu. Setelah dewasa limfosit akan memproduksi satu reseptor antigen, yaitu struktur
khusus yang berada pada bagian permukaan sel limfosit. Reseptor antigen memiliki struktur
yang spesifik untuk berkaitan dengan yang sesuai dengan struktur antigen seperti kunci dan
gemboknya. Limfosit dapat membuat berjuta-juta macam reseptor antigen.
4. Sel-Sel Pengangkut Antigen
Saat antigen memasuki ke sel tubuh tubuh, maka molekul-molekul pengangkut tertentu
yang ada dalam sel akan membawa antigen tersebut ke permukaan sel menuju sel-sel limfosit
T. Molekul-molekul pengangkut ini disebut Major Histocompatability Complex (MHC)
dikenal dengan molekul MHC. Molekul HMC terdidri atas dua kelas. Molekul MHC kelas 1
berfungsi sebagai pengenal antigen untuk sel T pembunuh, dan molekul MHC kelas II
sebagai pengenal antigen untuk sel T pembantu.
5. Antibodi
Zat antibodi merupakaan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang bekerja dengan cara
merespon antigen. Antibodi hanya dibuat oleh plasma sel limfosit B. Antibodi terdiri atas
rantai berat dan rantai ringan yang pada ujungnya terdapat tempat pengikatan antigen
spesifik.

Antibodi terdapat di dalam darah dan cairan tubuh yang dibentuk sebagai respons sistem
kekebalan terhadap antigen asing. Antigen yang dikenali oleh lifosit B, limfosit T, dan
makrofag akan merangsang pelepasan antibodi kedalam darah. Respons sel yng pertama
terhadap antibodi adalah pembentukan antibodi IgM oleh sel, setelah itu baru pembentukan
antibodi tipe lain seperti IgG, IgA, AgD, dan IgE.
a. IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen, contohnya
jika sorang anak menerima vaksinasi tetanus i, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk
antibodi antitetanus IgM (respons antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah,
tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan.
b. IgG adalah jenis antibodi yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. Contohnya
setelah mendapatkan suntikan tetanus ii, maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan
membentuk antibodi IgG. IgG (Respons antibodi sekunder) ditemukan di dalam darah dan
jaringan.
c. IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadap
msuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung,
mata, paru-paru, dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran
pencernaan, hidung, mata, paru-paru, dan ASI).
d. IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi cepat).
e. IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah.
Zat antibodi menghentikan aktivitas antigen penyebab penyakit dengan cara menetralisir dan
opsonisai.

C. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh


Adanya sistem pertahanan tubuh membuat tubuh kita aman dari serangan penyakit.
Diibaratkan sebuah senjata, sistem pertahanan tubuh membunuh semua bibit penyakit yang
menyerang tubuh. Mekanisme yang dilakukan pun amat beragam. Di dalam tubuh, sistem
imun yang kita miliki dapat melakukan mekanisme pertahanan dari berbagai jenis antigen,
seperti bakteri, virus maupun kuman tertentu. Mekanisme pertahanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara membentuk kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam tubuh, karena
tubuh membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk baik secara alami
ataupun buatan. Kekebalan aktif alami (natural immunity) adalah kekebalan tubuh yang
diperoleh tubuh setelah seseorang sembuh dari serangan suatu penyakit. Sebagai contoh,
orang yang pernah terserang penyakit seperti cacar air, campak, dan gondongan tidak akan
terserang penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Sebab, tubuh yang terserang sudah begitu
kenal atau tidak asing dengan antigen yang menyerang. Akibatnya, darah membentuk
antibodi untuk melawan antigen tersebut.
Selain secara alami, kekebalan aktif dapat diperoleh secara buatan. Kekebalan aktif
buatan (induced immunity) diperoleh dari luar tubuh, yakni setelah tubuh mendapatkan
vaksinasi. Vaksinasi merupa kan proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh supaya tubuh
membentuk antibodi sehingga kebal terhadap suatu penyakit. Sementara vaksin ialah kuman
penyakit yang sudah dilemahkan atau dijinakkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.
Tindakan membentuk kekebalan dalam tubuh seseorang dengan memberikan vaksin
disebut imunisasi. Orang yang mengembangkan imunisasi pertama kali adalah dr. Edward
Jenner, seorang dokter berkebangsaan Inggris. Teknik ini seringkali diberikan kepada semua
umur supaya kebal terhadap antigen tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat dilawan
dengan vaksin, misalnya vaksin BCG yang melawan antigen penyakit TBC. Imunisasi
mempunyai beberapa tipe. Imunisasi yang diberikan kepada individu dari spesies yang sama
disebut isoimun. Sedangkan imunisasi yang diberikan pada individu yang berbeda dan dari
spesies yang berbeda pula disebut heteroimun.
b. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi yang
disintesis dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Seperti halnya kekebalan aktif,
kekebalan pasif juga terjadi secara alami dan buatan. Kekebalan pasif alami adalah kekebalan
yang diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri, melainkan dari tubuh orang lain. Misalnya
kekebalan bayi yang diperoleh dari ibunya. Ketika masih dalam kandungan, bayi
mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Kemudian setelah lahir,
bayi mendapatkan antibodi dari ASI eksklusif melalui proses menyusui.
Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang diperoleh dari antibodi yang
sudah jadi dan terlarut dalam serum. Sepintas antibodi ini mirip dengan vaksin.
Perbedaannya yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan serum dapat digunakan dalam
jangka waktu yang relatif lebih lama. Bahkan dapat digunakan seumur hidup. Sebagai
contoh adalah suntikan ATS (Anti Tetanus Serum) dan sun tikan IG (Globulin Imun).
D. Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan dapat menghasilkan dua jenis respons terhadap antigen, yaitu respons
humoral dan respons selular. Respons humoral atau kekebalan humoral melibatkan aktivitas
sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa. Kekebalan
humoral efektif melawan bakteri atau virus yang mencoba masuk ke dalam cairan tubuh.
Adapun respons selular atau kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung
terhadap sel-sel asing atau jaringan yang terinfeksi. Jenis kekebalan ini dapat secara langsung
melawan sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh bakteri atau virus. Akan tetapi, kekebalan selular
ini berperan pula dalam pengenalan jaringan asing dan penolakan atas jaringan hasil
transplantasi.
Secara umum, kekebalan humoral dan selular memberikan tiga fungsi utama sebagai
berikut :
1. Pengenalan
Sistem kekebalan dapat mengenali benda asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh.
Meskipun jenis patogen sangat beraneka ragam, sistem kekebalan dapat mengenali dan
menyusun respon melawan semua jenis organisme secara spesifik.
2. Reaksi
Setelah mengenali antigen yang masuk, sistem kekebalan bereaksi dengan mempersiapkan
respons humoral dan selular.
3. Pembuang
Sistem kekebalan dapat menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Penghancuran
ini dapat dilakukan secara humoral melalui antibodi maupun secara selular, oleh limfosit T.
Ketika sistem kekebalan bekerja secara efektif, antigen akan hancur dan dibuang.

 Kekebalan Humoral
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kekebalan humoral melibatkan aktivasi sel B dan
produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa. Antibodi yang beredar
sebagai respons humoral, bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin yang ada di dalam cairan
tubuh. Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi tertentu akan membelah dan
berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sel plasma dan sel B memori. Sel plasma dapat
memproduksi antibodi dengan kecepatan ±120.000 molekul/menit, dengan umur sel plasma
sekitar 5 hari. Antibodi memiliki dua sisi ikatan (binding site) yang berbeda. Oleh karena itu,
antibodi dapat membentuk suatu formasi ikatan (crosslink) terhadap antigen sehingga
membentuk suatu ikatan kompleks. Antigen yang telah berikatan dengan antibodi, tidak dapat
menginfeksi sel. Selain itu, antigen tersebut menjadi sasaran yang mudah bagi sel-sel fagosit
untuk ditelan dan dihancurkan.
Untuk membuat respons ini lebih efektif, antibodi memberikan “instruksi” kepada
molekul dan sel-sel lain di dalam tubuh untuk mengetahui adanya serangan. Apabila antigen
tersebut berupa protein bebas, antibodi akan berikatan dengan antigen tersebut dan
diekskresikan oleh ginjal. Adapun antigen yang berupa bakteri dan virus, antibodi akan
memberi sinyal kimiawi untuk menarik sel-sel fagosit agar menghancurkannya.
Kemudian, beberapa antibodi akan mengaktifkan sejumlah protein dalam darah atau
protein komplemen. Ketika protein komplemen ini bertemu dengan antibodi yang menempel
pada permukaan sel, protein tersebut akan menempel pada membran sel dan membentuk
pori-pori. Pori-pori ini akan membuat sel menjadi lisis (pecah).

Keterangan: (a)Antibodi yang membentuk ikatan, (b)fagosit untuk menghancurkan antigen,


dan (c)protein komplemen menempel dan membentuk pori-pori.
Kontak pertama antara sel-sel B dengan antigen beserta reaksi dari sel-sel tersebut
terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh disebut respons kekebalan primer. Pada respons
kekebalan primer, dibutuhkan sekitar 10–17 hari bagi limfosit untuk membentuk respons
yang maksimum. Pada waktu tersebut, sel-sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan
sel B memori. Kondisi ini dapat menyebabkan suatu individu menjadi sakit (contohnya
demam). Akan tetapi, gejala penyakit tersebut akan hilang ketika antigen yang masuk ke
dalam tubuh telah dibersihkan oleh antibodi dan sel T. Apabila suatu individu terpapar lagi
oleh antigen yang sama beberapa waktu kemudian, respons akan menjadi lebih cepat (2–7
hari) dengan respons yang lebih besar dan lama. Proses ini dinamakan dengan respons
kekebalan sekunder. Konsep kekebalan ini sangat kita kenali di dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya apabila kita pernah terserang cacar air, kita tidak mungkin terkena penyakit itu
lagi.

Keterangan: Respons kekebalan primer dan kekebalan sekunder.


 Kekebalan Selular
Kekebalan selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau
jaringan yang terinfeksi. Kekebalan ini merupakan kekebalan yang ditunjang oleh sel T.
Berbeda dengan sel B, sel T tidak memproduksi molekul antibodi. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, terdapat tiga jenis sel T yang berperan dalam kekebalan selular. Tiga jenis sel T
tersebut yaitu sitotoksik, sel T pembantu, dan sel T supressor. Ketika sel T sitotoksik kontak
dengan antigen pada permukaan sel asing, sel T sitotoksik akan aktif untuk menyerang dan
menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Adapun fungsi sel T supressor
yaitu untuk menekan respons kekebalan dengan memperlambat laju pembelahan sel dan
membatasi produksi antibodi. Proses ini berlangsung apabila infeksi telah berhasil ditangani.
Selain itu, sel T lain yang berperan adalah sel T pembantu. Sel T pembantu ini berfungsi
untuk menghasilkan sekret yang dapat merangsang sel B dan juga menghasilkan senyawa lain
yang berfungsi dalam respons kekebalan.

Keterangan: Mekanisme kekebalan yang dilakukan oleh (a) sel T sitotoksik, (b) sel T
pembantu, dan (c) sel Tsupressor.
Kekebalan selular sangat penting dalam menghadapi infeksi oleh virus. Meskipun
antibodi dapat menangkap partikel-partikel virus, antibodi tidak dapat menyerang virus yang
telah masuk ke dalam sel. Sel T sitotoksik dapat mendeteksi protein virus pada permukaan sel
yang terinfeksi dan menghancurkannya sebelum virus tersebut bereplikasi dan menginfeksi
sel-sel yang lain.

E. Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh


Gangguan atau kelainan pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti
alrgi sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi kekebalan, serta
penyakit autoimun.
1. Alergi
Alergi disebabkan oleh respons kebal terhadap beberapa antigen. Antigen-antigen yang dapat
menimbulkan suatu tanggapan alergi dikenal sebagai alergen (penyebab alergi).
2. Penolakan Transplantasi
Sistem kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang secara normal berbeda denga unsur
yang ada di dalam tubuh seseorang, bahkan unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti organ
dan jaringan yang dicangkokkan. Penolakan transplantasi dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu penolakan hiperakut, akut, dan kronis.
3. AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
Suatu penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara fatal adalah HIV (Human
Immunodefiency Virus). Virus tersebut menyebabkan kasus AIDS dengan menginfeksi dan
secara cepat menghancurkan sel-sel T penolong. AIDS adalah suatu sindrom menurunnya
sistem kekebalan tubuh. AIDS termasuk penyakit menular seksual (PMS).
4. Defisiensi Imun
Defisiensi sistem kekebalan (imun) dapat diperoleh dari keturunan. Defisiensi imun yang
diwariskan tersebut umumnya mencerminkan kegagalan pewarisan suatu gen kepada generasi
berikut sehingga dihasilkan makrofag yang tidak mampu mencerna dan menhancurkan
organisme penyerbu, contohnya adalah severe Combined Immunodeficiency (SCID).
Penderita SCID mengalami kekurangan limfosit B dan T sehingga harus tinggal dilingkungan
steril agar tidak terkena infeksi.
5. Penyakit Autoimun
Ketika suatu penyakit autoimun menyerang, sistem kekebalan akan menyerang organ atau
jaringannya sendiri seolah-olah merek adalah unsur asing. Penyakit autoimun sering terjadi
pada kasus kencing manis dan demam rematik.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, sebagai berikut :


1. Sistem kekebalan tubuh adalah kelompok sel, molekul, dan organ yang bekerja sama untuk
mempertahnkan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Komponen sistem kekebalan tybuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor antigen, sel
pengangkut antigen,dan antibodi.
3. Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang menyerang benda asing melalui
mekanisme fagositosis.
4. Sel limfosit terbagi menjadi dua kategori, yaitu sel limfosit B dan sel limfosit T.
5. Sel limfosit T terdiri atas limfosit T pembunuh dan limfosit T penolong.
6. Antibodi bekerja dengan cara menetralisir, opsonisasi, dan melalui fiksasi komplemen untuk
menghancurkan antigen yang masuk kedalam tubuh.
7. Imunisasi adalah upaya membangkitkan kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu
dengan menggunakan mikroorganisme.
8. Imunisasi terdiri atas dua jenis. Yaitu imunisai aktif dan imunisasi pasif.
9. Kelainan pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti alrgi sampai yang
serius seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi kekebalan, serta penyakit autoimun.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia Purna
Inves
Priadi, Arif. 2009. Biology 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira
Rachmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Ricardo CV
Widayari, Sri, dkk. 2009. Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Pustaka Insan Madani

Anda mungkin juga menyukai