Anda di halaman 1dari 24

1

SISTEM IMUN SPESIFIK


Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Imunologi
Dosen
Prof. Atiek Soemarti

Disusun Oleh Kelompok 3


1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sonia Warda Qistia


Adha Dastu Illahi
Aliyatul Himmah
Giyan Ramdan
Shella Desilia Pratiwi
Ayu Gustida Fajrin
Nadzifah Rizqiani Putri
Aziza Nurul Amanah
Nuri Zayanah

11151020000054
11151020000062
11151020000067
11151020000070
11151020000071
11151020000080
11151020000084
11151020000095
11151020000097

KELAS 3 BD
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Imunologi
tentang Sistem Imun Spesifik. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk
menambah wawasan tentang pengetahuan Imunologi secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Atiek soematik selaku dosen
Imunologi, yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 20 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Imun Spesifik
a) Sistem Imun Spesifik Humoral
b) Sistem Imun Spesifik Selular
B. Pengertian Limfosit
a) Sel Limfosit B
b) Sel Limfosit T
c) Sub Set Sel T
C. Persamaan dan Perbedaan Sel Limfosit B dan Sel Limfosit T
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh
dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari
dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen

penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem
imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta
sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada
derajat selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas
humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas
selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme
terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek
biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau
kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem
pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe
pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen
yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang
didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe
yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara akt if dan didapat
secara pasif.

B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa Pengertian Sistem Imun Spesifik?


Apa saja Macam-macam Sistem Imun Spesifik?
Apa Pengertian Limfosit?
Apa yang dimaksud Sel Limfosit B?
Apa yang dimaksud Sel Limfosit T?
Apa saja yang termasuk SubSet Sel T?
Apa Persamaan dan Perbedaan Sel Limfosit B dan Sel Limfosit Sel T?

C. TUJUAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Imun Spesifik


Untuk Mengetahui Macam-macam Sistem Imun Spesifik
Untuk Mengetahui Pengertian Limfosit
Untuk Mengetahui Sel Limfosit B
Untuk Mengetahui Sel Limfosit T
Untuk Mengetahui Macam macam Subset Sel T
Untuk Mengetahui Persamaan dan Perbedaan Sel Limfosit B dan Sel Limfosit Sel T

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SISTEM IMUN SPESIFIK
Sistem Imun Spesifik adalah kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya. Benda asing yang pertama timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun
spesifik, akan mensensitasi sel-sel imun tersebut. Bila set sistem tersebut terpajan ulang dengan
benda asing yang sama, yang akhir akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu
sistem tersebut disebut spesifik. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerja

sama yang baik antara antibodi, komplemen, fagosit dan antara set T-makrofag. Oleh karena
komplemen turut diaktifkan, respons imun yang terjadi sering disertai dengan reaksi inflamasi.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri
dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu
cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan
gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi
secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus
dan diperantarai oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.
a) Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain.
b) Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif dengan antigen asing

yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap produk
mikroba.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun spesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal
benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa karakteristik,
meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan pola yang
spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan
kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon
memori yang kuat.
Berdasarkan sel yang terlibat dalam mekanisme, kekebalan adaptif dibagi menjadi dua,
yaitu kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantai sel (cell mediated immunity).
a) Sistem Imun Spesifik Humoral

Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau set B. Set B
tersebut berasal dari set asal multipoten. Pada unggas set asal tersebut berdiferensiasi menjadi set
B di dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang letaknya dekat kloaka. Bila set B dirangsang
benda asing, set tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi set plasma yang dapat
membentuk antibodi. Antibodi ditemukan dalam humor (cairan) tubuh, misalnya darah dan cairan

limfa dan berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri, serta menandai virus untuk dihancurkan
lebih lanjut oleh sel darah putih.
b) Sistem Imun Spesifik Selular

Yang berperan dalam sistem imun spesifilk selular adalah limfosit T atau set T. Set
tersebut juga berasal dari set asal yang sama seperti set B, tetapi proliferasi dan diferensiasinya
terjadi di dalam kelenjar timus. Berbeda dengan set B, set T terdiri atas beberapa subset set yang
mempunyai fungsi yang berlainan.
Untuk mengetahui perbedaan sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik dapat di
lihat dalam tabel berikut.
Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Non spesifik

Spesifik

Resistensi

Tidak berubah oleh infeksi

Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas

Umumnya efektif terhadap semua

Spesifik untuk mikroorganisme yang

mikroorganisme

sudah mensintesis sebelumnya

Fagosit, Sel NK, Sel K

Limfosit

Lizosim, Komplemen, Protein fase

Antibody sitokin

Sel yang penting


Molekul yang
penting

akut, Interferon ( sitokin )

Sel yang berada di

didominasi sel polimorfonuklear

didominasi selT dan sel B

bersifat general/ umum

bersifat memori / diperlukan pajan

dalamnya
Sifat

pertama dan efektik untuk pajanan


berikutnya dengan antigen yang sama
Cara kerja

cara kerja cepat

cara kerja kualitas meningkat karna


memiliki sifat memory

B. LIMFOSIT
Limfosit adalah jenis sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Peran limfosit melibatkan mengenali partikel berbahaya, atau antigen, dan melaksanakan
proses untuk menghadapi mereka.
Limfosit terdiri atas Limfosit B dan Limfosit T. Seperti telah diketahui perkembangan
limfosit terjadi dalam sumsum tulang. Limfosit yang meneruskan pematangannya dalam sumsum
tulang berkembang menjadi limfosit B. Adapun limfosit yang bermigrasi ke timus dan
meneruskan pematangannya di sana berkembang menjadi limfosit T.
1. Sel Limfosit B
Sel B merupakan 5-25% dari limfosit dalam darah yang berjumlah sekitar 1000-2000
sel/mm3. Terbanyak merupakan limfosit asal sumsum tulang (hampir 60%) sisanya sekitar 1/3nya berasal dari KGB, li,fe dan kurang dari 1% di timus.
a) Pematangan Sel B
Pada unggas, sel B berkembang dalam bursa fabricius yang terbentuk dari epitel kloaka.
Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut dan pematangan terjadi
di sumsum tulang atau di tempat yang belum diketahui. Setelah ,atang, sel B bergerak ke organorgan seperti limpa, kelenjar getah bening dan tonsil.
Sel B di produksi pertama selama fase embrionik dan berlangsung terus selama hidup.
Sebelum lahir yolk sac, hati dan sumsum tulang janin merupakan tempt pematangan utama sel B
dan setelah lahir pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Pematangan sel B terjadi dalam
berbagai tahap. Fase-fase pematangan sel B berhubungan dengan Ig yang diproduksi.
Pematangan limfosit terjadi melalui proses yang disebut seleksi (positof dan negatif).
Seleksi pematangan primer terjadi dalam organ limfoid primer yaitu selama fase perkembangan
yang antigen independen, sel B imatur mengekspresikan IgM membra di sumsum tulang. Sel-sel

tersebut masuk ke dalam sirkulasi darah dan berkembang menjadi sel B naif matang yang
mengekspresikan baik mlgM dan mlgD. Hanya sekitar 10% dari sel B potensial seluruhnya
menjadi matang dan keluar dari sumsum tulang. Sel B naif di perifer akan mati kecuali bila
terpajan dengan protei antigen larut dan diaktifkan sel T. Sel B yang diaktifkan terproliferasi
dalam organ limfoid sekunder. Sel yang membawa mlg afinitas tinggi akan berdiferensiasi
menjadi sel plasma dan sel B memori yang dapat emngekspresikan berbagai isotipe melalui
pengalihan kelas. Sumsum tulang untuk sel B dan timus untuk sel T. Oleh karena beberapa selfantigen tidak ditemukan dalam sumsumtulang, sel B yang mengekspresikan mIg spesifik untuk
antigen tersebut, tidak dapat disingkirkan oleh seleksi negatif dalam sumsum tulang. Untuk
mencegah terjadinya reaksi autoimun, diperlukan proses eliminasi atau yang menjadikan inaktif
di jaringan limfoid perifer.
Sel B dan Sel T berasal dari sel prekursor yang sama, diproduksi dalam sumsum tulang,
termasuk pembentukan reseptor. Pematangan sel B terjadi dalam sumsum tulang, sedangkan
progenitor sel T bermigrasi dan menjadi matang di timus. Masing-masing sel berproliferasi
terutama atas pengaruh sitokin IL-12 yang meningkatkan jumlah sel imatur.
Perkembangan sel B dimulai dari sel prekursor limfoid yang berdiferensiasi menjadi sel
progenitor B (pro-sel B) yang mengekspresikan transmembran tirosin-fosfatase (CD45R).
Proliferasi dan difensiasi pro-B menjadi prekursor B memerlukan lingkungan mikro dari stroma
sel sumsum tulang. Bila sel pro-Bdibiakkan in vivo, tidak akan tumbuh menjadi sel yang matang,
kecuali ada sel sumsum tulang, yang akhir melepas IL-17 yang menolong proses perkembangan
sel.
Pematangan progenitor sel B disertai modifikasi gen yang berperan dalam diversitas
produk akhir dan penentuan spesifisitas sel B. Pematangan dalam sumsum tulang tidak
memerlukan antigen, tetapi aktivasi dan diferensiasi sel B matang di KGB perifer memerlukan
antigen, Aktivasi sel B diawali dengan pengenalan antigen spesifik oleh reseptor permukaan.
Antigen dan perangsang lain termasuk Th yang merangsang proliferasi dan diferensiasi klon sel
B spesifik. Dalam perkembangannya, sel B mula-mula memproduksi IgM atau isotipe Ig lain
seperti IgG, menjadi matang atau menetap sebagai sel memori.

10

b) Reseptor Sel B
BCR yang mengikat antigen multivalen asing akan memacu 4 proses: proliferasi,
diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi, membenuk sel memori dan
mempresentasikan antigen ke sel T. Proliferasi sel B merupakan senter germinal KGB. Seperti
halnya dengan TCR, BCR mengawali sinyal transduksi yang efeknya ditingkatkan oleh molekul
kostimulator yang kompleks. Ada ribuan kopi yang identik pada permukaan sel B tunggal. BCR
merupakan kompleks protein transmembran yang terdiri atas mIg dan disulfida heterodimer yang
disebut Ig- / Ig-. Molekul heterodimer ini nerhubungan dengan molekul mIg yang berbentuk
BCR.

Ig Permukaan
Sel B termuda sudah ditemukan dalam hati janin dan sumsum tulang dan belum

mengekspresikan imunoglobulin atau petanda permukaan. Kebanyakan sel B yang matang dan
belum diaktifkan meniggalkan sumsum tulang. Mula-mula dibentuk IgM dalam sitoplasma sel
yang dapat digunakan sebagai ciri dari sel pre-B. Dalam stadium selanjutnya, IgM bergerak ke
arah membran sel dan kemudian dijadikan reseptor monomerik permukaan sIgM. Sekarang sel
dapat mengenal antigen untuk pertama kali.
Kontak antara antigen dan sel B muda ini tidak menimbulkan ekspansi dan diferenisasi
lebih lanjut. Dalam perkembangan selanjutnya, dibentukan IgD yang kemudian juga bergerak ke
arah membran sel. Sel yang sudah memiliki IgM dan IgD sebagai reseptor dianggap matang.
Perkembangan sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen tetapi
perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan antigen. Sel B dalam keadaan istiraat
berukuran kecil dan memiliki sitoplasma sedikit sekali. Sel B yang diaktifkan akan berkembang
menjadi limfoblas. Beberapa diantaranya menjadi matang/sel plasma yang mampu memproduksi
antibodi bebas dan lainnya berkembang menjadi sel memori.

Reseptor Fc

11

Semua sel B memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgC (Fc-R). Reseptor tersebut dapat
diperlihatkan dengan menambahkan sel darah merah biri-biri yang dilapisi antibodi IgG ke
larutan sel B yang akan membentuk roset. FcR yang menunjukkan afinitas terhadap bagian Fc
dari Ig yang dilepas. Reseptor ini dalah esensial untuk banyak fungsi biologis antibodi. FcR
berperan dalam gerakan antibodi melewati membran sel dan transfer IgG dari ibu ke janin
melalui plasenta. Reseptor teresbut dapat diikat pasif oleh berbagai sel seperti sel B dan sel T,
neutrofil, sel mast, eosinofil, makrofag dan sel NK.
Dengan bantuan antibodi, FcR dapat mengerahkan komponen selular imunitas
nonspesifik seperti makrofag dan sel NK. Ikatan antibodi denagn antigen oleh FcR pada
makrofag atau neutrofil merupakan sinyal efektif untuk fagositisis (opsonisasi atau ADCC)
kompleks antigen-antibodi yang efisien. Diasamping fungsi efektor tersebut, ikatan antigen FcR
antibodi juga dapat memacu sinyal imunoregulator yang mengaktifkan sel induksi diferensiasi
dan pada beberapa hal menekan respon selular.

Reseptor C3
Sel B memiliki pula reseptor untuk komponen komplemen yang diaktifkan C3b. Oleh

karena itu sel B dapat pula diperlihatkan dengan cara coret roset dengan menggunakan sel darah
merah biri-biri yang dilapisi dengan C3.

Reseptor Epstein Barr Virus


EBV dapat diikat sel B melalui reseptor spesifik (RC3d). Infeksi EBV sering

menimbulkan replikasi sel B yang stabil dan terus-menerus.

Determinan antigenik imunoglobulin


Molekul imunoglobulin sendiri, bila disuntikkan ke spesies hewan lain, dapat berfungsi

sebagai imunogen poten yang menginduksi respon imun. Determinan antigen atau epitop pada
imunoglobulin terdiri atas tuga kategori mayor, determinan isotip, alotip, dan idiotip, yamg
terletak dalam bagian khas molekul.

12

c) Aktivasi sel B
Sel B dapat diaktifkan sel T melalui dua cara, yaitu T independen dan T dependen.

Aktivasi sel B yang T Dependen


Setelah antigen diikan mIg, sel B memakan antigen, memproses dan mengekspresikan

epitop antigen di celah MHC, dan mempresentasikannya ke sel T. Sel t memodulasi fungsi sel B
melalui sejumalah cara. Sitokin asal sel T seperti IL-4, IL-5, IL-6, IL-2 dan IFN- meningkatkan
proliferasi sel B dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Interaksi fisik
antara sel B dan sel T memberikan sinyal melalui koreseptor CD40L-CD40 yang atas pengaruh
IL-4 berperan penting dalam imunoregulasi dan pengalihan kelas Ig. Sel B naif
mempresentasikan IgM dan IgD pada permukaannya dan atas pengaruh rangsangan, sel B
mengalihkan kelas Ig yang memproduksi IgD, IgA atau IgE. mIgM dan mIgD memiliki ekor
sitoplasma yang relatif pendek sehingga tidak dapat mentransduksi sinyal. Rangsangan antigen
pertama merangsang sel B untyk memproduksi IgM dan ransangan ulangan antigenyang sama
akan mengalihkan sel B ke produksi IgG atau IgA atau IgE. Semua sel B hanya memiliki satu
jenis molekul Ig saja pada permukaannya, hanya IgM, IgG dan sebagainya.
Aktivasi sel B oleh antigen protein larut memerlukan bantuan sel Th. Tanpa adanya
interaksi dengan TCR dan sitokin, ikatan antigen dengan mIg pada sel B sendiri tidak akan
menginduksi proliferasi dan diferensiasi. Pada waktu yang sama, sebagian sel B akan kembali ke
dalam fase istirahat, sebagian sel menjadi matang, menjadi sel B memori yang dapat
memberikan respon imun dengan lebih cepat pada pajanan ulang dengan antigen yang sama.
Ikatan antigen juga mengawali sinyal melalui BCR yang menginduksi sel B
meningkatkan ekspresi sejumlah molekul membran sel seperti MHC-II dan ligan kostimulator B.
Peningkatan ekspresi kedua protein membran tersebut meningkatkan kemampuan sel B berfungsi
sebagai APC dalam aktivasi sel Th. Pada umumnya diperlukan 30-60 menit untuk memproses
dan mempresentasikan antigen melalui MHC-II pada permukaan sel.
Oleh karena sel B mengenal dan memakan antigen melalui ikatan dengan mIg, sel B
dapat mempresentasikan antigen ke sel T dalam kadar yang 100- 100.000 kali lebih rendah
dibanding kadar yang diperlukan untuk presentasi oleh makrofag atau SD. Bila kadar antigen

13

tinggi, makrofag dan SD merupakan APC efektif, tetapi bila kadar antigen rendah atau turun, sel
B akan mengambil alih dan berperan sebagai APC utama untuk sel Th.
Sel B yang diaktifkan mulai mengekspresikan reseptor membran untuk berbagai sitokin
seperti, IL-2, IL-4, IL-5. Sitokin-sitokin teresbut berkaitan dengan reseptornya pada sel B dan
memacu proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori, pengalihan kelas dan
pematangan afinitas.

Aktivasi sel B yang T Independen


Pada keadaan tertentu sel B juga dapat memberikan respons dan berproliferasi melalui

mekanisme yang tidak memerlukan sel T (T independen), biasanya pada antigen dengan epitop
yang berulang dan panjang sehingga memungkinkan terjadinya ikatan silang dengan reseptor
imunoglobulin pada permukaan sel B.
Kejadian selular dini yang diinduksi kompleks ikatan silang antara antigen-sel B
mengawali proliferasi dan diferensiasi sel B untuk mengawali proliferasi dan diferensiasi sel B
untuk selanjutnya berinteraksi dengan sel Th.
Antigen yang sel T independen dapat dibagi menjadi dua tipe antigen. Antigen tipe 1
berasal dari bagian luar membran bakteri negatif-Gram dan asam nukleat bakteri yang lebih
merangsang sel B melalui TLR dibanding BCR. Antigen tipe 2 adalah polisakarida kapsul yang
mempunyai subunit multipel berulang dan merangsang sel B melalui ikatan silang dengan
beberapa BCR bersama.
Sel B yang T independen lebih memilih hidup di tempat khusus seperti limpa dan
peritoneum dibanding di KGB. Sel B tersebut dirangsang oleh antigen non protein khusus.

Peran Komplemen CR2/CD21 pada aktivasi sel B


Aktivasi sel B ditingkatkan oleh sinyal asal protein komplemen dan CD21 konseptor

yang menunjukkan interaksi antara imunitas non spesifik dan spesifik.

14

Pengalihan Imunoglobulin
Sebagai respon terhadap ikatan CD40 dengan sitokin, beberapa progeni sel B yang

mengekspresikan IgM dan IgD menunjukkan pengalihan isotip (kelas) yang menghasilkan
antibodi dengan rantai berat dari berbagai kelas.
2. Sel Limfosit T
Sel Limfosit T Adalah suatu sel yang sel induknya dari sumsum tulang belakang dan
untuk pematangan limfosit T pindah ke kelenjar timus, mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar timus limfosit T belajar membedakan bahan asing (non-self) dan bahan bukan
asing (self). Limfosit T yang dewasa akan meninggalkan kelenjar timus , masuk kedalam
pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari system pengawasan kekebalan tubuh.
Limfosit T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung.
a) Pematangan Sel T
Sel T di persiapkan dalam timus untuk memperoleh reseptor, sel Tdapat menjadi matang
apabila reseptornya tidak berintegrasi dengan antigen yang ada di tubuh (self antigen). Sawar
darah timus melindungi sel T dari kontak dengan antigen sendiri. Sel T yang self reaktif akan
mengalami apoptosis proses tersebut disebut selektif positif sel T yang menghasilkan sel Tc atau
Th.

Diferensiasi sel berhubungan dengan petanda permukaan dan terjadi proliferasi sel T
subkapsular yang luas. Sebagian besar sel tersebut mati, tetapi sisanya terus berdiferensiasi. Sel
akhir menjadi lebih kecil. Sel T akan berdiferensiasi bila terpajan dengan antigen spesifik
Pematangan sel T melibatkan serangkaian dan ekspresi gen TCR, proliferasi sel, seleksi
yang diinduksi antigen dan prolehan kemampuan untuk berfungsi.

b) Reseptor Sel T

15

Kemampuan limfosit T matang untuk mengenal benda asing di mungkinkan oleh ekspresi
molekul unik pada membrannya yang disebut TCR. Reseptor tersebut memiliki sifat diversitas,
spesifitas, memori dan berperan dalam imunitas spesifik.

Satu sel limfosit hanya mengekspresikan reseptor untuk satu jenis antigen sehingga sel
tersebut hanya dapat mengenal satu jenis antigen saja. Reseptor sel T ditemukan pada semua sel
T yang matang, dapat mengenal peptida antigen yang diikat MHC dan dipresentasikan APC.

Fungsi utama sel T umumnya berperan dalam inflamasi, aktivasi fagositosis makrofag,
aktivasi dan proliferasi sel B dalam produksi antibody. Sel T juga berperan dalam pengenalan
dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri atas sel Th yang mengaktifkan makrofag
untuk membunuh mikroba dan sel CTL/Tc yang membunuh sel terinfeksi mikroba/virus dan
menyingkirkan sumber infeksi.

c) Molekul Asesori
Baik pada fase induksi maupun fase efektor, responsi sel T naik dipacu oleh kompleks
antigen-MHC yang dipresentasikan APC/SD. Sepert sel langerhans di kulit yang menangkap
antigen akan kejadian-kejadian menunjukkansetiap tahap dalam pematangan sel T asal sel induk
di sumsum tulang yang menjadi sel matang di timus.

Ciri-ciri molekul sel T yang mengenal antigen


Ciri Antigen yang dikenal sel T
Keterangan
Sel T terbanyak mengenal peptida dan bukan Hanya peptida diikat MHC
molekul lain
Sel T mengenal antigen yang diikat sel dan Molekul MHC adalah protein membran yang
tidak antigen larut

dapat mengikat peptida dengaan kuaat pada

permukaan sel
Sel CD4+ dan CD8+ memilih untuk mengenal Jalur asembli molekul MHC memastikan

16

antigen yang masing-masing diproses melalui bahwa MHC-II mengikat peptida assal protein
vesikel dan sitokilik

ekstraseluler yang dimakan dan diproses


divesikel

APC,

mempresentasikan

sedang
peptida

asal

MHC-I
protein

sitosilik. CD4 dan CD8 mengikat masingmasing regio monpolimorfik MHC-II dan
MHC-I
Fungsi utama sel T adalah pengikatan antigen melalui TCR. Pada umumnya sel CD4+
berperan sebagai sel helper (A) dan CD8+ sebagai sel sitotoksik (B). CD4+ hanya mengenal
antigen yang diikat oloeh MHC-I.
Sel T yang mengenal fragmen peptida dari kompleks antigen-MHC yang di presentasikan
APC akan berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori. Ciri APC seperti sel , makrofag dan
SD adalah kemampuannya untuk mengekspresikan MHC-II dan memproduksi sitokin yang
mengaktifkan sel T. Interaksi antara APC dan sel T terjadi melalui berbagi molekul
adhesi/asesori dari ligannya, namun untuk aktivassi sel T penuh, masih diperlukan molekulmolekul kostimulator.

d) Fungsi sel T
Sel T umumnya berperan pada inflamasi, aktivasi fagositosis makrofag, aktivasi dan
proliferasi sel B dalam produksi antibody. Sel T berperan juga dalam pengenalan dan
penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri atas sel Th yang mengaktifkan makrofag
untuk membunuh mikroba dan sel Tc yang membunuh sel terinfeksi mikroba/virus dan
menyingkirkan sumber infeksi.

3. Subset Sel T
Paradigma lama mengklasifikasikan T helper menjadi Th1 dan Th2. Dari timus, sel T naif
dibawa darah ke organ limfoid perifer. Sel naif yang terpajan antigen akan berkembang menjadi
Th0 yang selanjutnya dapat berkembang menjadi sel efektr Th1 yang berperan pada infeksi dan

17

Th2 yang berperan pada alergi. Namun dewasa ini, paradigma Th1 dan Th2 diabaikan setelah
ditemukannya berbagai sel T helper seperti Th1, Th2, Th9, Th17, Th22, yang masing-masing
meiliki peran sendiri.

a) Sel T naif (sel T virgin)


Sel T naif (sel T virgin) adalah sel limfosit matang yang meninggalkan timus dan belum
berdiferensiasi, belum pernah terpajan antigen. Sel T naif dapat menetap didalam organ limfoid
seperti KGB untuk bertahun-tahun sebelum terpajan dengan antigen atau mati.

b) Sel T helper / Sel T inducer (Sel CD4+, asal berbagai sel T efektor)
Sel Th yang disebut juga sel T inducer merupakan subset T yang diperlukan dalam
induksi respons imun terhadap antigen asing. Antigen yang ditangkap, diproses dan dan
dipresentasikan makrofag dalam konteks MHC-II ke sel CD4 +. Selanjutnya sel CD4+ diaktifkan
dan mengekspresikan IL-2R disamping memproduksi IL-2 yang autokrin dan merangsang sel
CD4+ untuk berpoliferasi. Sel CD4+ yang berpoliferasi dan berdiferensiasi, berkembang menjadi
beberapa subset, yaitu TFH, Th1, Th2, Th9, Th17, dan Th22.
1) Th1
Perkembangan Th1 diinduksi oleh IL-12 yang dilepas makrofag dan SD. Diferensiasi
Th1 merupakan respons terhadap infeksi mikroba atau atas pengaruh aktivitas sel NK,
rangsangan antigen bakteri intraselular seperti listeria dan mikobakteri, beberapa parasit seperti
leismania dan semua mikroba yang menginfeksi makrofag serta rangsangan virus dan antigen
protein yang diberikan dengan ajuvan.
Perkembangan sel T prekursor menjadi sel Th1 memacu reaksi sitotoksik dan
hipersensitifitas lambat serta mengaktifkan mekrofag yang meningkatkan protekdi terhadap
patogen intraseluler.

18

Infeksi dan imunisasi memacu imunitas nonspesifik yang merangsang makrofag untuk
memproduksi IL-12. Beberapa mikroba diikat reseptor pada makrofag dan SD yang diaktifkan
untuk segera memproduksi IL-12.
2) Th2
Th berkembang menjadi sel Th2 atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang
dilepas sel mast yang terpajan dengan antigen atau cacing. Fungsi sel Th2 adalah untuk
merangsang sel B untuk meningkatkan produksi antibodi. Aktivasi sel B oleh protein larut
memerlukan bantuan sel Th. Ikatan antigen dengan sel B-mlg tidak menimbulkan poliferasi dan
diferensiasi sel menjadi sel efektor tanpa bantuan interaksi dengan molekul membran pada sel Th
dan sitokin yang benar.
3) Th9
Th9 dihasilkan oelh IL-9 dengan bantuan sinyal TGF

dan diduga ikut berperan

dalam patofisiologi penyakit alergi saluran napas.

4) Th17
Sel TH17 merupakan sel yang belum lama diidentifikasi dalam tikus dan manusia. Sel
tersebut terutama memproduksi famili IL-17 (IL-17A dan IL-17F) yang berperan dalam
pengerahan, aktivasi dan migrasi neutrofil. Sel ini berperan dalam inflamasi asma yang lebih
melibatkan neutrofil dibandingkan eosinofil dan juga dalam autoimunitas, tinfeksi berbagai
bakteri dan fungus.
5) Th22
Sel Th22 dapat ditemukan pada lapisan epidermal dan berperan pada penyakit inflamasi
kulit.
6) T folikular (Tfh)

19

Tfh adalah kelas efektor Th yang mengatur perkembangan secara bertahap imunitas sel B
antigen spesifik. Sel Tfh berfungsi khusus untuk perkembangan sel B.
c) Sel T CD8+ (Cytotoxic T)
Sel T CD8+ naif yang keluar dari timus disebut juga CTL/Tc. CD8 + mengenal kompleks
antigen MHC-1 yang dipresentasikan APC. Molekul MHC-1 ditemukan pada semua sel tubuh
yang bernukleus. Fungsi utama sel CD8 + adalah menyingkirkan sel terinfeksi virus,
menghancurkan sel ganas dan sel histoin kompatibel yang menimbulkan penolakan pada
transplantasi. Dalam keadaan tertentu, CTL/Tc dapat juga menghancurkan sel yang terinfeksi
bakteri intraselular. Sel Tc menimbulkan sitolisis melalui perforin/granzim, FasL/Fas (apoptosis),
TNF

dan memacu produksi sitokinin Th1 dan Th2.

d) Sel Treg atau sel Ts


Sel Th kelas lainnya yaitu Treg/Tr/Ts atau Th3 diduga berperan dalam toleransi oral dan
regulator imunitas mukosa, imunoregulasi dengan menekan sejumlah respons imun seperti
respons terhadap self-antigen, aloantigen, antigen tumor dan patogen. Treg yang dibentuk dari
timosit di timus mengekspresikan dan melepas TGF

dan IL-10 yang diduga merupakan

petanda supresif. IL-10 menekan fungsi APC dan aktivasi makrofag sedang TGF
menekan proliferasi sel T dan aktivitas makrofag.

e) Sel T

dan T

Ada 2 jalur diferensiasi sel T yang dapat dibedakan dari ekspresi CTR yang berlainan
yaitu terbanyak T

dan T

yang merupakan populasi minor dan terutama ditemukan di

kulit dan mukosa jaringan saluran cerna. Struktur domen

dan

TCR adalah sama

dengan imunoglobulin dan digolongkan sebagai anggota super famili imunoglobulin.

20

Sel T

mengenal kompleks antigen yang diproses dengan MHC yang

dipresentasikan APC. Sel T

tertentu dapat bereaksi dengan antigen protein yang tidak

diproses atau dipresentasikan oleh MHC. Oleh karena itu, kedua reseptor tersebut diduga
mempunyai fungsi yang berlainan. Sel T

melalui MHC untuk dapat dikenal. Fungsi T

tidak memerlukan proses dan presentasi antigen

sebenarnya belum jelas dan peran dalam

imunitas terhadap patogen asing atau dalam autoimunitas masih perlu diteliti lebih lanjut.

Jumlah sel T

dalam sirkulasi adalah kecil dibanding sel T . Kebanyakan sel T

dalam sirkulasi mengenal antigen fosfolipid mikroba. Oleh karena itu diduga bahwa T

berperan dalam imunitas nonspesifik yang dapat memberikan respons dengan cepat tanpa

diproses terlebih dahulu.

Sel T

berperan dalam pertahanan terdepan untuk mengenal mikroba yang masuk

kulit dan di lamina propria saluran cerna dan diduga membantu proteksi terhadap
mikroorganisme yang masuk tubuh melalui permukaan mukosa epitel. Sel tersebut melepas
sitokin yang mengawali respons inflamasi, menolong sel B, mengaktifkan makrofag dan
menghancurkan sel terinfeksi virus. Secara fungsional hal itu sama dengan sel T .
Perbedaan yang mencolok, sel T

dapat mengenal antigen nonpeptida seperti fosfolipid

dinding bakteri tanpa memerlukan presenatsi dan proses terlebih dahulu oleh APC. Respons T

terhadap antigen adalah terbatas yaitu terhadap antigen mikobakterium dan heat shock

protein. Sel tersebut juga memproduksi sitokin seperti halnya sel T .

21

f) Sel NKT
Dewasa ini diketahui adanya sel NKT yang memiliki ciri-ciri sel NK dan sel T. Sel NKT
memiliki TCR yang tidak seperti pada kebanyakan sel T. TCR pada sel NKT berinteraksi dengan
molekul serupa MHC yang disebut CD 1 (bukan MHC-I atau MHC-II). Seperti halnya dengan
sel NK, sel NKT memiliki berbagai tingkat CD 16 dan reseptor lain yang khas untuk sel NK dan
dapat membunuh sel sasaran. Sel NKT yang diaktifkan dapat dengan cepat melepas sejumlah
besar sitokin yang diperlukan untuk membantu produksi antibodi, inflamasi, dan ekspansi sel T.

C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SEL LIMFOSIT B DAN SEL LIMFOSIT T

Persamaan Sel Limfosit B dan Sel Limfosit T


Meskipun sel-sel T dan sel B kerja dalam cara yang berbeda, mereka memiliki tujuan

yang sama untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan penjajah seperti bakteri. Mereka
mengkhususkan diri dalam bagaimana mereka melakukan hal ini, mengenali penyerbu dengan
bentuk molekul antigen asing tertentu pada permukaannya. Sistem kekebalan tubuh dapat
membuat sel-sel T dan sel B untuk menyesuaikan antigen permukaan, sehingga hanya sel-sel T
dan sel B tertentu

yang bereaksi terhadap penyerbu tertentu. Sel-sel ini kemudian

memperbanyak diri untuk menghasilkan sejumlah besar sel yang identik dan siap untuk
menyerang penyerang yang sama.

Perbedaan Sel Limfosit B dan Sel Limfosit T

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan perbedaan antara Limfosit B dan T ( Sel B dan sel T):
Limfosit B (sel B)
Mereka muncul dari sumsum tulang, bursa

Limfosit T (sel T)
Mereka muncul dari sumsum tulang timus.

22

dari Fabricus (di unggas), usus terkait


jaringan limfoid
Sel B membentuk sistem kekebalan humoral

Sel T membentuk sistem kekebalan yang

atau antibodi yang dimediasi

diperantarai sel

Mereka mempertahankan terhadap virus dan


bakteri yang masuk ke darah dan getah

Mereka mempertahankan terhadap patogen

bening

dan jamur yang masuk ke dalam sel


Limfosit T yang dirangsang menghasilkan

Limfosit B yang dirangsang menghasilkan

empat jenis sel T: sel helper T, pembunuh,

plasmablast dan plasma sel

penekan dan pengingat

Sel plasma tidak lebih ke tempat infeksi

Beberapa sel bermigrasi ke tempat infeksi

Sel plasma tidak bereaksi terhadap

Sel-sel pembunuh bereaksi terhadap

transplantasi dan sel-sel kanker

transplantasi dan kanker sel.

Sel plasma tidak memiliki efek

Sel penekan menghambat sel-sel

penghambatan pada sistem kekebalan tubuh

kekebalan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Jenis-jenis Sistem Imun adalah Sel-Sel Imun Non Spesifik dan

23

Sistem Imun Spesifik. Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan
inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal
dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu
antigen. Sedangkan Sistem Imun Spesifik adalah kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan
selular. yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau set B. Limfosit
B dibentuk dan mengalami pematangan dalam sumsum tulang (bone marrow). Sementara yang
berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau set T. Limfosit T berkembang
di timus, mereka baik bergerak kesekitar dalam darah atau sistem limfatik atau bermigrasi ke
berbagai organ dalam tubuh.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatankesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna & Iris Rengganis. Imunologi Dasar, edisi ke-11.
FKUI. Jakarta.2014
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ transplantation.
Springer.
http://biomedia.begotsantoso.com/teori-biologi/limfosit-sel-b-dan-sel-t
http://www.sridianti.com/peran-limfosit-dalam-sistem-kekebalan-tubuh.html
http://smpsma.com/perbedaan-antara-limfosit-b-dan-t-sel-b-dan-t.html

24

http://fungsi.web.id/2016/03/perbedaan-fungsi-sel-b-dan-sel-t-dalam-sistem-imunitas.html

Diakses : Selasa, 19 September 2016 Pukul 18.30 WIBt

Anda mungkin juga menyukai