Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Dan tak lupa ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing kami Bapak "Ajad Adesuadi" dan semua pihak yang turut
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Maafaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian System Imun
B. Sel T Dan Sel B
C. Antigen Dan Jenis – Jenis Antigen
D. Antibodi
E. Macam – Macam Antibody
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
B. Fungsi System Imun
C. Mekanisme Kerja Antigen
D. Mekanisme Pembentukan Antibody
E. Mekanisme Kerja Antibody
F. Interkasi Anti Gen Dan Antibody
G. Hipersensitivas
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunologi adalah spesialisasi medis yang berkaitan dengan kekebalan dan
semua aspek dari kemampuan tubuh untuk melewan infeksi dan penyakit yang
disebabkan oleh patogen ( organisme penyebab penyakit yang biasanya adalah
mikroorganisme).Imunitas atau kekebalan adalah sistem pada organisme yang bekerja
melindungi tubuh terhadap pengaruh antigen yang dapat bersifat patogen bagi tubuh.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan
siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga dan
stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat
lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda
banyak yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern
serta polusi, diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga menurunkan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh
seringkali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada
usia dini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Antigen dan Antibodi?
2. Bagaimana mekanisme dari Antigen dan Antibodi?
3. Apa saja klasifikasinya?
4. Apa perannya dalam suatu penyakit?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori Imunologi yang didapat dari perkuliahan.
2. Mahasiswa mendapat wawasan lebih mengenai Imunologi khususnya tentang anti
bodi dan antigen.
D. Manfaat Penulisan
1) Mahasiswa dapat memahami ilmu tentang Imunologi khususnya Antigen dan
Antibody.
2) Mahasiswa dapat memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Farmakolog.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Antigen
Antigen adalah zat - zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida
atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000 yang dapat
merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen merupakan
bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel,tetapi dalam keadaan
normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga
dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun,
terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi
dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke
protein-pembawa. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Dalam faktanya
kekuatan antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam
tubuh seseorang.
D. Antibody
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh
vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki
dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah
yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi,
dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang
berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi
yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang
berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda
asing yang berbeda yang ditemui.Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang
bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul
yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin,
hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab.Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum
globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody
umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk
epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut.
Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai
berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik,
yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul
berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V)
rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini
sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.
Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk
suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat
pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya:
ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing
molekul.
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai
dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang berhubungan
dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, lergi dan penolakan
jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah, kemampuan melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Teori Selektif
Permukaan setiap sel pembentuk antibodi di dalam tubuh memiliki
gugusan – gugusan kimia yang khas (side chain), semacam reseptor yang
berfungsi seperti antibodi dan dapat mengikat antigen yang sesuai untuknya.
Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan dan dilepaskan oleh sel ke
dalam serum sebagai antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan karena
dianggap tidak masuk akal.
Teori Instruktif
Antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan persediaan
gammaglobulin di dalam badan yang bentuknya menyesuaikan bentuk
komplementer dari antigen. Bentuk ini kemudian dapat dipertahankan dengan
ikatan-ikatan disulfida, ikatan-ikatan hydrogen dan sebagainya. Teori ini tidak
dapat dipertahankan setelah diketahui bahwa sifat khas antibodi ditentukan
oleh urutan asam amino di bagian variabel FAB (Fragment Antigen Binding),
yang pembentukannya ditentukan oleh suatu messenger RNA dan perubahan
RNA tidak dapat terjadi secepat kontak dengan antigen.
Teori Seleksi Klonal
Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel
tertentu di dalam tubuh sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman.
Sel yang berperan dalam reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat
satu jenis antigen. Kemampuan ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifat
bawaaan.Dengn demikian maka sel-sel limfosit di dalam tubuh merupakan
kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat bereaksi dengan satu antigen dan
ada yang bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen masuk ke dalam tubuh ia
diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang cocok, dan sel limfosit itu
akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian dari sel
clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar
melalui aliran darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel
yang sensitif terhadap antigen itu (memory cells). Antigen yang sama apabila
masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya akan bertemu dengan sel cadangan
ini dan mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih
banyak.
Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder , kadar antibodi yang
dibentuk, lamanya lag phase dan lain - lain sangat bergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
Jenis antigen
Dosis antigen yang diberikan ke darah
Cara masuk antigen ke tubuh
Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibody.
Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme
control yang mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi
berlebihan. Beberapa di antara mekanisme control itu adalah berkurangya
kadar antigen, pengaturan oleh idiotip, dan penekanan oleh sel T penekan.
G. Hipersensitivitas
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif.
Pada individu yang rentan , reaksi tersebutv secara khas terjadi setelah kontak yang
kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang pertama kali merupakan kejadian yang
diperlukan untuk menginduksi sanitasi terhadap allergen tersebut. Reaksi hipersensitif
merupakan salah satu respon system imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan
kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi
hipersensitif dikelompokkan menjadi empat kelas.
Hipersensitivitas tipe 1( Anafilaksis )
Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi
langkah-langkah berikut: antigen menginduksi pembentukan antibodi IgE,
yang terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel mast melalui bagian
Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak yang kedua dengan
antigen yang sama mengakibatkan fiksasi antigen kee IgE yang terikat ke sel
dan pelepasan mediator yang aktif secara farmakologis dari sel tersebut
ddalam waktu bebrraopa menit. Mediator tipe ini adalah histamine dan
prostaglandin .
Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke antigen
permukaan sel atau molekul matriks ekstraseluler. Antibody yang ditujukan ke
antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen untuk menghancurkan
sel tersebut. Obat - obat sepeerti penisilin, fenasetin san kinidin sapat melekat
pada protein permukaan sel darah merah dan mengawali pembentukan
antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat bergabung dengan
peermukaan ssel yang mengakibatkan hemolisis.
Hipersensitivitas tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang terjadi
bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/
dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa
digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan komplemen yang diaktifkan
kemudian melepas faktor kemotatik makrofag. Faktor kemotatik yang ini akan
menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis
kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-zat
ekstraselular yang berasal dari granula-granula polimorf, yakni berupa enzim
proteolitik, dan enzim-enzim pembentukan kinin. Antigen pada reaksi tipe III
ini dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten (malaria), bahan
yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik)
atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai dengan
antigen dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa adanya respons antibodi yang
efektif.
Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat)
Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T terrsensitosasi
secara spesifik, bukan merupakan fungsi antibody. Respon imun ini lambat,
yakni respon ini dimulai beberapa jam atau beberapa hari setelah kontak
dengan antigen berlangsung selama berhari-hari.
A. Kesimpulan
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh Antibodi adalah protein yang dapat
ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh
sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing
seperti bakteri dan virus.
Salah satu cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara
mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Interaksi antigen
antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi
enzim dengan substratnya.
B. Saran
jenis-leukosit/http://filzahazny.wordpress.com/2008/10/31/antigen-dan-antibodi/
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodi-danantigen.
Kasus :
Pada saat kehamilan terjadi beberapa keluhan salah satunya adalah nyeri. Nyeri
selama kehamilan baik yang disebabkan oleh kehamilan ataupun keadaan akut perlu
ditangani secara memadai. Berbagai analgesik dan antipiretik diresepkan untuk mengobati
rasa sakit pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengetahuan,
penggunaan, dan pengaruh usia serta hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil
terhadap obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil. Penelitian dilakukan secara cross
sectional di wilayah Surabaya Timur di beberapa puskesmas dan praktik bidan swasta pada
tanggal 11-14 September 2019. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi. Variabel bebas dalam penelitian adalah umur dan pendidikan,
serta variabel terikat adalah pengetahuan tentang penggunaan analgesik dan antipiretik. Pada
hasil pengetahuan, diperoleh total skor rata-rata 6,3 yang tergolong sebagai tingkat
pengetahuan sedang dan hasil penggunaan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil
sudah dipahami dengan baik. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh p-value>α sebesar
(0,373>0,05) dan uji Fisher diperoleh p-value>α sebesar (0,469>0,05). Sehingga, variabel
usia dan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap variabel pengetahuan ibu hamil
tentang obat analgesik dan antipiretik selama kehamilan.
Pembahasan :
Pengetahuan Obat Analgesik dan Antipiretik Pada Ibu Hamil Skor kuesioner
menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil terkait efek obat terhadap janin, keamanan,
indikasi, tempat memperoleh dan aturan pakai obat analgesik dan antipiretik. Ibu hamil
masih kurang pengetahuan tentang nama-nama obat yang aman dikonsumsi selama
kehamilan, khususnya obat aspirin hanya memiliki persentase jawaban benar sebesar 24%
(n=24). Aspirin merupakan obat yang digolongkan tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil
yaitu masuk kategori kehamilan C (trimester 1, 2), D (trimester 3). Aspirin dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan risiko hemoragi, menunda persalinan dan memperlama
proses persalinan dengan peningkatan risiko pendarahan. Dosis analgesik pada minggu-
minggu terakhir sebaiknya dihindari (dosis rendah mungkin tidak berbahaya). Pada dosis
tinggi, terjadi penutupan ductus arterious janin dengan kemungkinan timbul hipertensi paru
yang menetap pada bayi (BPOM, 2017). Ibu hamil sebanyak 82 responden (82%) sudah
paham mengenai tempat memperoleh informasi penggunaan obat anti nyeri dan anti demam
untuk ibu hamil yang aman selama kehamilan. Tidak benar jika bertanya pada penjual
warung ataupun penjaga minimarket mengenai informasi tentang obat. Pemberian informasi
obat (antinyeri dan antidemam) harus ditanyakan pada tenaga medis terutama apoteker
(Menkes, 2002). Hasil rata-rata total skor pengetahuan yang diperoleh sebesar 6,3 yang dapat
dilihat pada tabel 5. Skor tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil di Wilayah
Surabaya Timur berada pada range tingkat pengetahuan sedang. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian pengetahuan mengenai penggunaan obat selama kehamilan di Puskesmas Denpasar
Utara II Bali (Aprilia dan Artini, 2017) yang menyatakan sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 57 responden (59, 4%). Penggunaan Obat
Analgesik dan Antipiretik pada Ibu Hamil Hasil penggunaan tentang obat analgesik dan
antipiretik pada ibu hamil. Obat terbanyak yang dipilih oleh ibu hamil ketika merasakan
nyeri dan demam adalah parasetamol dengan persentase sebanyak 32% (n=32) untuk
nyeri dan dengan persentase sebanyak 70% (n=70) untuk demam. Parasetamol
merupakan obat nyeri ringan sampai sedang nyeri sesudah operasi cabut gigi dan
pireksia (BPOM RI, 2014). Obat parasetamol masuk dalam kategori B yang berarti
berisiko kecil atau bahkan tidak berisiko sama sekali pada sejumlah kasus.
Parasetamol aman digunakan pada semua tahap kehamilan untuk menghilangkan rasa
sakit dan untuk menurunkan suhu tubuh. Dalam dosis terapeutik, parasetamol aman
digunakan untuk penggunaan jangka pendek. Namun dosis harian yang terus menerus
tinggi pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan anemia berat dan penyakit ginjal
fatal pada bayinya (Briggs et al., 2015). Ibu hamil dengan persentase 52% (n=52)
mengonsumsi obat antinyeri sesuai aturan pakai hingga nyeri yang dirasakan hilang.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Obat
dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan
dikarenakan banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada
wanita hamil perlu berhati-hati (Depkes RI, 2006).
Pengaruh Usia dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Analisis regresi linier
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel usia ibu hamil terhadap pengetahuan
ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik pada saat kehamilan. Berdasarkan uji
ANOVA diperoleh p-value sebesar 0,373 dimana p-value lebih besar daripada taraf
signifikansi (α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian pengaruh usia, pendidikan, dan pengetahuan terhadap
konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Puskesmas Maron, Kabupaten
Probolinggo (Shofiana et al., 2018) yang menyatakan hasil analisis menunjukkan tidak
ada pengaruh usia ibu terhadap konsumsi tablet (p=0,914>0,05) terhadap konsumsi
tablet tambah darah. Ibu hamil yang memiliki usia lebih tua belum tentu memiliki
tingkat konsumsi tablet tinggi. Begitu pula sebaliknya, ibu hamil yang berusia lebih
muda belum tentu memiliki tingkat konsumsi tablet yang rendah. Pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Maron, usia bukanlah variabel yang berpengaruh terhadap
konsumsi tablet tambah darah. Ibu hamil berusia lebih tua belum tentu memiliki
tingkat konsumsi tablet tambah darah tinggi, namun sebaliknya ibu hamil berusia
lebih muda juga belum tentu memiliki tingkat konsumsi tablet tambah darah rendah
(Shofiana et al., 2018).
Kesimpulan
Pengetahuan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil di wilayah Surabaya Timur
dilihat berdasarkan hasil rata-rata skor total yaitu 6,3. Hasil skoring tersebut
memberikan kesimpulan bahwa ibu hamil kurang paham tentang obat analgesik dan
antipiretik yang aman dikonsumsi selama kehamilan. Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan penggunaan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil masih
tergolong kurang tepat. Sedangkan, dari hasil pvalue meliputi pengujian ANOVA,
usia tidak berpengaruh pada pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan
antipiretik. Selain itu, uji Fisher eksak juga membuktikan bahwa pendidikan tidak
berpengaruh pada pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik. Hasil
penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa diperlukan adanya solusi untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai obat analgesik dan antipiretik yang
aman dikonsumsi selama kehamilan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan edukasi yang tepat sasaran. Edukasi yang dilakukan juga dapat ditunjang
dengan menggunakan media promosi kesehatan terkait obat analgesik dan antipiretik
pada ibu hamil, mengingat beberapa obat analgesik dan antipiretik ada yang
menyebabkan efek buruk pada janin.