Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH IMUNOLOGI

MATA KULIAH FARMALOGI


Dosen Pengampu : Ajad Adesuadi, S. Farm

OLEH KELOMPOK III :


Maria Florentina Jaji
Maria Imakulata Bili
Soba Beina
Indah Fitriani
Ririn Arisanti Januarti

PRODI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRIYA HUSADA SUMBAWA
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Dan tak lupa ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing kami Bapak "Ajad Adesuadi" dan semua pihak yang turut
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah
membantu kami dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan
pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang
ada dalam pelajaran Farmakologi.

Sumbawa, 21 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Maafaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian System Imun
B. Sel T Dan Sel B
C. Antigen Dan Jenis – Jenis Antigen
D. Antibodi
E. Macam – Macam Antibody
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
B. Fungsi System Imun
C. Mekanisme Kerja Antigen
D. Mekanisme Pembentukan Antibody
E. Mekanisme Kerja Antibody
F. Interkasi Anti Gen Dan Antibody
G. Hipersensitivas
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunologi adalah spesialisasi medis yang berkaitan dengan kekebalan dan
semua aspek dari kemampuan tubuh untuk melewan infeksi dan penyakit yang
disebabkan oleh patogen ( organisme penyebab penyakit yang biasanya adalah
mikroorganisme).Imunitas atau kekebalan adalah sistem pada organisme yang bekerja
melindungi tubuh terhadap pengaruh antigen yang dapat bersifat patogen bagi tubuh.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan
siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga dan
stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat
lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda
banyak yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern
serta polusi, diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga menurunkan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh
seringkali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada
usia dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Antigen dan Antibodi?
2. Bagaimana mekanisme dari Antigen dan Antibodi?
3. Apa saja klasifikasinya?
4. Apa perannya dalam suatu penyakit?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori Imunologi yang didapat dari perkuliahan.
2. Mahasiswa mendapat wawasan lebih mengenai Imunologi khususnya tentang anti
bodi dan antigen.

D. Manfaat Penulisan
1) Mahasiswa dapat memahami ilmu tentang Imunologi khususnya Antigen dan
Antibody.
2) Mahasiswa dapat memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Farmakolog.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Imun


Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak
berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Adapun fungsi sistem imun adalah sebgai
berikut :
a) Pembentuk kekebalan tubuh.
b) Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
c) Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.
d) Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh. Sistem imun membentuk
beberapa lapisan pertahanan tubuh.

Dalam mengenali zat asing, Respon imun terbagi menjadi :


1. Respon imun non - spesifik ( system imun alami )
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan
memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu
yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi
infeksi dan tidak perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik
karena tidak ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada
dan berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan
mampu melindungi tubuh terhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon
imun alamiah dapat berupa kulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia
saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung. Pertahanan
humoral non spesifik berupa komplemen, interferon, protein fase akut dan
kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan
akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon
inflamasi. Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak hanya
komplemen, kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang
dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman. Interferon adalah sitokin
berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK
dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons
terhadap infeksi virus. Satu Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah
dan Mannan Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan komplemen
terjadi saat mengalami infeksi akut.
2. Respon imun spesifik ( system imun adaftif )
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda
yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang
sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.
Satu respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi
oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang
sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang
berasal dari sel progenitor limfoid. Pada keadaan normal, mekanisme
pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B
dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan.

B. Sel T dan Sel B


a. Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui
sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T
mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang
waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini
dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan
kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang
mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi
tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses
vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.Respon yang
dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptorsel T (bahasa
Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut
oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi
memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel.[2] Sebuah fragmen peptida
kecil yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke
antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing
dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon
kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau
penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan
tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.Sel T memiliki prekursor
berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum tulang menuju
kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada
rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut pre-
TCR, pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan
dari kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan
menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui
mempunyai fungsi yang berbeda - beda.
b. Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun
humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T.
Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B
adalah komponen sistem kekebalan tiruan. Pencerap antigen pada sel B, biasa
disebut pencerap sel B, merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi
oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi
molekul antibodi dari antigen yang terikat pada pencerapnya.

C. Antigen
Antigen adalah zat - zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida
atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000 yang dapat
merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen merupakan
bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel,tetapi dalam keadaan
normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga
dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun,
terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi
dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke
protein-pembawa. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Dalam faktanya
kekuatan antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam
tubuh seseorang.

Jenis – Jenis Antigen


Ada beberapa jenis antigen, yaitu jenis antigen berdasarkan determinannya, jenis
antigen berdasarkan spesifiktasnya, jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel
T, dan jenis antigen menurut berdasarkan kandungan bahan kimianya.
1) Jenis antigen berdasarkan determinannya, yaitu:
o Unideterminan multivalen merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya,
o Multideterminan univalen merupakan jenis epitop lebih dari satu dan
jumlanya satu,
o Multideterminan multivalen merupakan jenis epitop lebih dari satu dan
jumlanya lebih dari satu.
2) Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya, yaitu:
 Heteroantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh banyak spesies,
 Xenoantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh spesies tertentu,
 Alloantigen yaitu antigen yang dimiliki oleh satu spesies,
 Antigen organ spesifik yaitu antigen yang dimiliki oleh organ tertentu,
 Autoantigen yaitu antigen yang berasal dari tubuhnya sendiri.
3) Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T, yaitu:
o T dependen adalah antigen yang perlu pengenalan terhadap sell T dan sel
B untuk merangsang antibodi,
o T independen adalah antigen yang dapat merangsang sel B tanpa perlu
o mengenal sel T terlebih dahulu.
4) Jenis antigen menurut berdasarkan kandungan bahan kimianya, yaitu:
 Karbohidrat adalah antigen yang imunogenik
 Lipid adalah antigen yang tidak imunogenik namun hapten
 Asam nukleat adalah antigen yang tidak imunogenik
 Protein adalah antigen yang imunogenik

D. Antibody
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh
vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus.
Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki
dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah
yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi,
dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang
berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi
yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang
berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda
asing yang berbeda yang ditemui.Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang
bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul
yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin,
hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya
disingkat penulisaanya menjadi Ab.Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum
globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody
umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk
epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut.
Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai
berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik,
yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul
berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V)
rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini
sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.
Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk
suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat
pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya:
ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing
molekul.

E. Macam Antibodi Imunoglobulin G


Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Terbanyak dalam serum
(75%). Antibodi ini dengan mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki
cairan jaringan. IgG juga menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi
ibu ke janin. Ig G melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam
darah dan limfa, dan memicu kerja sistem komplemen.Mempunyai sifat opsonin
berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas
seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K,
eosinofil dan neutrofil.
a) Imunoglobulin A
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dua monomer Y (suatu dimer)
oleh sel-sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Jumlah dalam
serum sedikit. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata,
keringat,ludah dan air susu. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah
pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. Fungsinya menetralkan
toksin dan virus, mencegah kontak antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan
mengumpalkan/mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
b) Imunoglobulin M
Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus
antigen. Konsentasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostic
bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi
baru oleh patogen yang menyebabkan pembentukannya. Sintesis imunoglobin
M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat melawan
plasenta,maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda
infeksi intrauterin.Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen,
memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap antigen.
c) Imunoglobulin E
Antibodi IgE berukuran sedikit besar dibandingakan dengan molekul IgG dan
hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Ig E
disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung
IgE terpicu oleh antigen, akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang
menyebabkan peradangan dan reaksi alergi. Mudah diikat oleh sel mastosit,
basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing,
skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
d) Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Antibodi IgD tidak mengaktifkan system
komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada
permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen
yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan
sel B memori. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai aktifitas
antiboditerhadap makanan dan autoantigen.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar sampai
dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang berhubungan
dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, lergi dan penolakan
jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh melemah, kemampuan melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Fungsi System Imun


Melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, virus, parasit, jamur
serta tumor) yang masuk kedalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yang mati
atau rusak untuk perbaikan jaringan, menggenali sel atau jaringan yang abnormal.
Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama
(disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).
Macam - Macam Imun, yaitu :
 Imunitas Pasif
Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah
dibentuk sebelumnya didalam tubuh penjamu yang lain . pemberian secara
pasif antibodi (dalam antiserum) terhadap bakteri menyebabkan antitoksin
tersedia dengan cepat dalam jumlah berlebih untuk menetralkan toksin.
Keuntungan utama imunitas pasif dengan antibodi yang telah dibentuk
sebelumnya (siap pakai) adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak
secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu antibody yang pendek dan
reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diiberikan antibodi
(imunoglobulin) dari spesies lain.
 Imunitas Aktif
Imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Kontak ini
dapat berupa Infeksi klinis atau sub klini, imunisasi dengan agen infeksius
yang masih hidup atau sudah mati atau antigennya, paparan terhadap hasil
mikroba atau transplantasi se lasing. Pada semua keadaan ini, tubuh penjamu
aktif membentuk antibodi dan sel limfoid yang mampu merespon antigen.
Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang.
Kerugiaanya adalah onset imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan
antigen lebih lama atau kontak ulangan.

C. Mekanisme Kerja Antigen


Antigen ( imunogen ) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam tubuh
dapat membangkitkan respons imun baik respons imun seluler maupun humoral.
Karaktristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah
sebagai berikut :
a) Asing ( berbeda dari sself) : pada umumnya, molekul yang bersifat self tidak
bersifat imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal
sebagai nonself.
b) Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya asam
amino) tidak bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi imunogenik
hanya jika bergabung dengan protein pembawa.
c) Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas kmiawi
diperlukan. Contohnya: homo polimer lebih imunogenik dibanding
heteropolimer.
d) Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks yang
dapat diikat oleh antiboddi isebu antigen atau epitop.
e) Tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama
dapat merespon secara berbeda terhadap antigren yang sama karena perbedaan
komposisi gen respon imun.
f) Dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan dengan
cara menentukan dosis antigen denga cermat .

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil


yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila
dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi
antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari
barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut
masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan
antibodi.Contoh hapten diantaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat
(seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa efek alergik.

D. Mekanisme Pembentukan Antibodi


Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
teraktifasi oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan
dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Antibodi
mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B) akibat
kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan
IgD.
Antibodi dibentuk oleh sel plasma yang yang berasal dari diferensiasi sel B akibat
adanya kontak dengan antigen. Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma, limfosit B
membengkak karena retikulum endoplasma kasar (tempat sintesis protein yang akan
dikeluarkan) sangat berkembang. Sel-sel plasma menghasilkan sampai dua ribu
molekul antibodi per detik.
Mekanisme pembuatan antibodi sebagai reaksi atas masuknya antigen masih belum
diketahui secara pasti. Sehingga ada beberapa teori yang memberi gambaran
mengenai sintesis antibodi ditinjau dari beberapa sudut.

 Teori Selektif
Permukaan setiap sel pembentuk antibodi di dalam tubuh memiliki
gugusan – gugusan kimia yang khas (side chain), semacam reseptor yang
berfungsi seperti antibodi dan dapat mengikat antigen yang sesuai untuknya.
Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan dan dilepaskan oleh sel ke
dalam serum sebagai antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan karena
dianggap tidak masuk akal.
 Teori Instruktif
Antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan persediaan
gammaglobulin di dalam badan yang bentuknya menyesuaikan bentuk
komplementer dari antigen. Bentuk ini kemudian dapat dipertahankan dengan
ikatan-ikatan disulfida, ikatan-ikatan hydrogen dan sebagainya. Teori ini tidak
dapat dipertahankan setelah diketahui bahwa sifat khas antibodi ditentukan
oleh urutan asam amino di bagian variabel FAB (Fragment Antigen Binding),
yang pembentukannya ditentukan oleh suatu messenger RNA dan perubahan
RNA tidak dapat terjadi secepat kontak dengan antigen.
 Teori Seleksi Klonal
Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel
tertentu di dalam tubuh sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman.
Sel yang berperan dalam reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat
satu jenis antigen. Kemampuan ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifat
bawaaan.Dengn demikian maka sel-sel limfosit di dalam tubuh merupakan
kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat bereaksi dengan satu antigen dan
ada yang bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen masuk ke dalam tubuh ia
diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang cocok, dan sel limfosit itu
akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian dari sel
clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar
melalui aliran darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel
yang sensitif terhadap antigen itu (memory cells). Antigen yang sama apabila
masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya akan bertemu dengan sel cadangan
ini dan mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih
banyak.

Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder , kadar antibodi yang
dibentuk, lamanya lag phase dan lain - lain sangat bergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
 Jenis antigen
 Dosis antigen yang diberikan ke darah
 Cara masuk antigen ke tubuh
 Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibody.
Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme
control yang mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi
berlebihan. Beberapa di antara mekanisme control itu adalah berkurangya
kadar antigen, pengaturan oleh idiotip, dan penekanan oleh sel T penekan.

E. Mekanisme Kerja Antibodi


Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk
melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-
sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan
menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang sistem pertahanan tubuh
manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada
sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi
antigen tersebut lalu menghancurkannya.Berada dalam aliran darah dan cairan non-
seluler, antibody mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit.
Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan
demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya.Antibodi
bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya
yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.Tubuh manusia mampu memproduksi
masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya.
Antibodi bukan berjenis tunggal.Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh
menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi musuh. Hal ini
karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu berhasil bagi
penyakit lainnya. Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan
proses yang luar biasa dan proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal
struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen).Satu
sel B yang sedemikian kecil, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan
dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.
Tersimpannya jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan
keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah
bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan
manusia.Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke
permukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial
yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu
yang bias mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai
berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Setelah digandakan sampai
jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang
bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain
membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat
oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan
diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang
membuat antibody "menempel" di bagian luar makrofag.

F. Interaksi Antigen Dengan Antibodi


Antibodi adalah molekul protein (immunoglobulin) yang memiliki satu atau
lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope (Brownlee, 2007).
Antigenadalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit.
Salah satucara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara
mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Istilah antigen
sendiri merupakan singkatan antibody-generator (pembangkit antibodi). Masing-
masing antigen mempunyai bentuk molekuler khusus dan merangsang sel-sel B
tertentu untuk mensekresi antibody yang berinteraksi secara spesifik dengan antigen
tersebut (Campbell, 2004). Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi
yang dapat dianalogikan dengan interaksi enzim dengan substratnya. Spesifitas kerja
antibodi mirip dengan enzim.Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel
limfosit. Terdapat dua jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya
berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B
terjadi di Bursa Fabricius pada unggas,sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus,
tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T
terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim
kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal
humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalamtubuh, maka limfosit B berubah
menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral.Antibodi humoral yang
terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin.Antibodi humoral ini
memerangi bakteri dan virus di dalam darah.Sistem humoral merupakan sekelompok
protein yang dikenal sebagai imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T
bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di dalam tubuh,
misalnya sel kanker atau jaringan asing,maka limfosit T akan berubah menjadi
limfoblast yang menghasilkan limphokin(semacam antibodi), namun tidak dilepaskan
ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim
kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”.Aktifitas Sel B dalam
Reaksi Antigen-antibodi (Soegiri, 1988).Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi
adalah seperti bagan berikut:Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi
tingkat primer, sekunder, dan tersier.
 Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibody pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
 Sekunder : terdiri atas beberapa jenis interaksi di antaranya :
Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan
mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi
dengan sel yang rentan.
Aglutinasi
jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga
memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi
serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa
dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel
sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui
proses lisis membran plasmanya.
 Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi
antigenantibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

G. Hipersensitivitas
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif.
Pada individu yang rentan , reaksi tersebutv secara khas terjadi setelah kontak yang
kedua dengan antigen spesifik. Kontak yang pertama kali merupakan kejadian yang
diperlukan untuk menginduksi sanitasi terhadap allergen tersebut. Reaksi hipersensitif
merupakan salah satu respon system imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan
kerusakan jaringan maupun penyakit yang serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi
hipersensitif dikelompokkan menjadi empat kelas.
 Hipersensitivitas tipe 1( Anafilaksis )
Tipe ini disebut juga tipe cepat. Mekanisme umum dari tipe ini meliputi
langkah-langkah berikut: antigen menginduksi pembentukan antibodi IgE,
yang terikat kuat dengan reseptor pada sel basofil dan sel mast melalui bagian
Fc antibody tersebut. Beberapa saat kemudian kontak yang kedua dengan
antigen yang sama mengakibatkan fiksasi antigen kee IgE yang terikat ke sel
dan pelepasan mediator yang aktif secara farmakologis dari sel tersebut
ddalam waktu bebrraopa menit. Mediator tipe ini adalah histamine dan
prostaglandin .
 Hipersensitivitas tipe II
Tipe ini melibatkan pengikatan antibody (IgG atau IgM) ke antigen
permukaan sel atau molekul matriks ekstraseluler. Antibody yang ditujukan ke
antigen permukaan sel dapat mengaktifkan komplemen untuk menghancurkan
sel tersebut. Obat - obat sepeerti penisilin, fenasetin san kinidin sapat melekat
pada protein permukaan sel darah merah dan mengawali pembentukan
antibody. Antibody autoimun ini ini kemudian dapat bergabung dengan
peermukaan ssel yang mengakibatkan hemolisis.
 Hipersensitivitas tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi yang terjadi
bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/
dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi yang bisa
digunakan sejenis IgM atau IgG sedangkan komplemen yang diaktifkan
kemudian melepas faktor kemotatik makrofag. Faktor kemotatik yang ini akan
menyebabkan pemasukan leukosit-leukosit PMN yang mulai memfagositosis
kompleks-kompleks imun. Reaksi ini juga mengakibatkan pelepasan zat-zat
ekstraselular yang berasal dari granula-granula polimorf, yakni berupa enzim
proteolitik, dan enzim-enzim pembentukan kinin. Antigen pada reaksi tipe III
ini dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten (malaria), bahan
yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis alergik ekstrinsik)
atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi dapat disertai dengan
antigen dalam jumlah berlebihan, tetapi tanpa adanya respons antibodi yang
efektif.
 Hipersensitivitas tipe IV (hipersensitivitas lambat)
Hipersensitivitas tipe lambat merupakan fungsi dari limfosit T terrsensitosasi
secara spesifik, bukan merupakan fungsi antibody. Respon imun ini lambat,
yakni respon ini dimulai beberapa jam atau beberapa hari setelah kontak
dengan antigen berlangsung selama berhari-hari.

Hubungan Hipersensitivitas Dengan System Imun


Reaksi hipersensitivitas atau alergi menunjukan suatu kondisi respon imunitas
yang menimbulkan reaksi yang berlebihan atau reaksi yang tidak sesuai.
Hipesensitivitas termasuk dalam penyakit autoimun.Autoimun adalah respon imun
terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh kegagalan mekanime normal
yang berperan mempertahankan self tolerance sel B sel T atau keduanya. Potensi
autoimunditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengekspresikan
reseptor spesifik untuk banyakl antigen. Automunitas terjadi karena self antigen yang
dapat menimbulkan aktivasi, prolifirasi serta diferensiasi sel T. autoreaktif menjadi sel
efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dari berbagai organ, baik antibody
maupun sel T atau keduanaya dapat berperan dalam pathogenesis automun. Antigen
disebut auto antigen sedangkan antibody disebut autoantibody. (kamen, 2006).
Autoimun secara teori berkembang sewaktu tolernsi terhadap self antigen belum
terbentuk atau sewaktu toleransi terhadap sel antigen hilang. Kebanyyakan dari
kesalahan tersebut kemungkinan karena factor genetic. Kegagalan dalam
mendapatkan toleransi disebabkan sebagai berikut: kegagalan clononal detection dari
sel autoreaktif (kegagalan dari sel Tpusat), kegagalan anergi klononal (kegaglan dari
sel T perifer). Pelepasan antigen, pemisahan dimana toleransi bbelum berkembang,
perubahan dari self anti gen dimana tidak diknal sebagai antigen sendiri. Tiruan
molekul antarra antigen dari lingkungan dan self antigen. Penyimpangan ekspresi
MHC , rangsangan super antigen dari klonal anergi autoreaktif rangsangan sel B
poliklonat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu


meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan menjalankan gaya
hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam infeksi. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau
hipersensitivitas.

Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh Antibodi adalah protein yang dapat
ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh
sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing
seperti bakteri dan virus.
Salah satu cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara
mengaktifkan sel B untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Interaksi antigen
antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat dianalogikan dengan interaksi
enzim dengan substratnya.

B. Saran

Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan mampu


meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan menjalankan gaya
hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologipedia.blogspot.com/2011/03/antigen-dan-antibodi.html
http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/interaksi-antigen-antibodi-dan-pengamatanjenis-

jenis-leukosit/http://filzahazny.wordpress.com/2008/10/31/antigen-dan-antibodi/

http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodi-danantigen.

Html Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba Kimbal,1983. Biologi,


Jakarta : erlangga Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic
presshttp://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdfhttp://muhaiminrifai.lecture.
ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif
diktat1.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.pdf
Kasus Tentang Penggunaan Obat Analgetic Dan Obat Antiperetic Yang Biasa
Digunakan Oleh Ibu Hamil

Kasus :
Pada saat kehamilan terjadi beberapa keluhan salah satunya adalah nyeri. Nyeri
selama kehamilan baik yang disebabkan oleh kehamilan ataupun keadaan akut perlu
ditangani secara memadai. Berbagai analgesik dan antipiretik diresepkan untuk mengobati
rasa sakit pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengetahuan,
penggunaan, dan pengaruh usia serta hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil
terhadap obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil. Penelitian dilakukan secara cross
sectional di wilayah Surabaya Timur di beberapa puskesmas dan praktik bidan swasta pada
tanggal 11-14 September 2019. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Sampel penelitian adalah ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi. Variabel bebas dalam penelitian adalah umur dan pendidikan,
serta variabel terikat adalah pengetahuan tentang penggunaan analgesik dan antipiretik. Pada
hasil pengetahuan, diperoleh total skor rata-rata 6,3 yang tergolong sebagai tingkat
pengetahuan sedang dan hasil penggunaan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil
sudah dipahami dengan baik. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh p-value>α sebesar
(0,373>0,05) dan uji Fisher diperoleh p-value>α sebesar (0,469>0,05). Sehingga, variabel
usia dan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap variabel pengetahuan ibu hamil
tentang obat analgesik dan antipiretik selama kehamilan.

Pembahasan :
Pengetahuan Obat Analgesik dan Antipiretik Pada Ibu Hamil Skor kuesioner
menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil terkait efek obat terhadap janin, keamanan,
indikasi, tempat memperoleh dan aturan pakai obat analgesik dan antipiretik. Ibu hamil
masih kurang pengetahuan tentang nama-nama obat yang aman dikonsumsi selama
kehamilan, khususnya obat aspirin hanya memiliki persentase jawaban benar sebesar 24%
(n=24). Aspirin merupakan obat yang digolongkan tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil
yaitu masuk kategori kehamilan C (trimester 1, 2), D (trimester 3). Aspirin dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan risiko hemoragi, menunda persalinan dan memperlama
proses persalinan dengan peningkatan risiko pendarahan. Dosis analgesik pada minggu-
minggu terakhir sebaiknya dihindari (dosis rendah mungkin tidak berbahaya). Pada dosis
tinggi, terjadi penutupan ductus arterious janin dengan kemungkinan timbul hipertensi paru
yang menetap pada bayi (BPOM, 2017). Ibu hamil sebanyak 82 responden (82%) sudah
paham mengenai tempat memperoleh informasi penggunaan obat anti nyeri dan anti demam
untuk ibu hamil yang aman selama kehamilan. Tidak benar jika bertanya pada penjual
warung ataupun penjaga minimarket mengenai informasi tentang obat. Pemberian informasi
obat (antinyeri dan antidemam) harus ditanyakan pada tenaga medis terutama apoteker
(Menkes, 2002). Hasil rata-rata total skor pengetahuan yang diperoleh sebesar 6,3 yang dapat
dilihat pada tabel 5. Skor tersebut menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil di Wilayah
Surabaya Timur berada pada range tingkat pengetahuan sedang. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian pengetahuan mengenai penggunaan obat selama kehamilan di Puskesmas Denpasar
Utara II Bali (Aprilia dan Artini, 2017) yang menyatakan sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak 57 responden (59, 4%). Penggunaan Obat
Analgesik dan Antipiretik pada Ibu Hamil Hasil penggunaan tentang obat analgesik dan
antipiretik pada ibu hamil. Obat terbanyak yang dipilih oleh ibu hamil ketika merasakan
nyeri dan demam adalah parasetamol dengan persentase sebanyak 32% (n=32) untuk
nyeri dan dengan persentase sebanyak 70% (n=70) untuk demam. Parasetamol
merupakan obat nyeri ringan sampai sedang nyeri sesudah operasi cabut gigi dan
pireksia (BPOM RI, 2014). Obat parasetamol masuk dalam kategori B yang berarti
berisiko kecil atau bahkan tidak berisiko sama sekali pada sejumlah kasus.
Parasetamol aman digunakan pada semua tahap kehamilan untuk menghilangkan rasa
sakit dan untuk menurunkan suhu tubuh. Dalam dosis terapeutik, parasetamol aman
digunakan untuk penggunaan jangka pendek. Namun dosis harian yang terus menerus
tinggi pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan anemia berat dan penyakit ginjal
fatal pada bayinya (Briggs et al., 2015). Ibu hamil dengan persentase 52% (n=52)
mengonsumsi obat antinyeri sesuai aturan pakai hingga nyeri yang dirasakan hilang.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Obat
dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan
dikarenakan banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada
wanita hamil perlu berhati-hati (Depkes RI, 2006).
Pengaruh Usia dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Analisis regresi linier
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel usia ibu hamil terhadap pengetahuan
ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik pada saat kehamilan. Berdasarkan uji
ANOVA diperoleh p-value sebesar 0,373 dimana p-value lebih besar daripada taraf
signifikansi (α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian pengaruh usia, pendidikan, dan pengetahuan terhadap
konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil di Puskesmas Maron, Kabupaten
Probolinggo (Shofiana et al., 2018) yang menyatakan hasil analisis menunjukkan tidak
ada pengaruh usia ibu terhadap konsumsi tablet (p=0,914>0,05) terhadap konsumsi
tablet tambah darah. Ibu hamil yang memiliki usia lebih tua belum tentu memiliki
tingkat konsumsi tablet tinggi. Begitu pula sebaliknya, ibu hamil yang berusia lebih
muda belum tentu memiliki tingkat konsumsi tablet yang rendah. Pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Maron, usia bukanlah variabel yang berpengaruh terhadap
konsumsi tablet tambah darah. Ibu hamil berusia lebih tua belum tentu memiliki
tingkat konsumsi tablet tambah darah tinggi, namun sebaliknya ibu hamil berusia
lebih muda juga belum tentu memiliki tingkat konsumsi tablet tambah darah rendah
(Shofiana et al., 2018).

Kesimpulan
Pengetahuan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil di wilayah Surabaya Timur
dilihat berdasarkan hasil rata-rata skor total yaitu 6,3. Hasil skoring tersebut
memberikan kesimpulan bahwa ibu hamil kurang paham tentang obat analgesik dan
antipiretik yang aman dikonsumsi selama kehamilan. Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan penggunaan obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil masih
tergolong kurang tepat. Sedangkan, dari hasil pvalue meliputi pengujian ANOVA,
usia tidak berpengaruh pada pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan
antipiretik. Selain itu, uji Fisher eksak juga membuktikan bahwa pendidikan tidak
berpengaruh pada pengetahuan ibu hamil tentang obat analgesik dan antipiretik. Hasil
penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa diperlukan adanya solusi untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai obat analgesik dan antipiretik yang
aman dikonsumsi selama kehamilan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan edukasi yang tepat sasaran. Edukasi yang dilakukan juga dapat ditunjang
dengan menggunakan media promosi kesehatan terkait obat analgesik dan antipiretik
pada ibu hamil, mengingat beberapa obat analgesik dan antipiretik ada yang
menyebabkan efek buruk pada janin.

Anda mungkin juga menyukai