Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GANGGUAN IMUNITAS

“Jurnal Hubungan antara Fatigue, Jumlah CD4, dan


Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)”

Angel Novelyeni Cahyaningtyas


17031062

Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKes Hangtuah
Pekanbaru
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan.
Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen yang banyak
membantu dalam penyusunan laporan makalah pada mata kuliah keperawatan
Medikal Bedah II. Kami menyadari didalam penyusunan laporan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari
segi tata bahasa maupun dalam hal perbuatan.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat
laporan makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang akan kami susun ini
bisa memberikan manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, maupun orang lain .

Pekanbaru, 22 Juni 2019

Penulis
Daftar Isi

KATAPENGANTAR……………………………….……..…………………….…… I
DAFTAR ISI………………………………..……………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..………...1
1.1 latar belakang……………………………………………………………...……...1
1.2 Tujuan …………………………………………..………………………….…….1

BAB II Pembahasan……..……………………….………………………….………..2
2.1 Pengertian imunologi ….……………….…………………………………….…2
2.2 Sistem imun ….….……………………………………………………….………..2
2.3 Antigen dan antibodi …..………………………………………………………….4
2.4 Macam-macam penyakit imunitas ..……………………………………………….7
2.5 Respon imun …………………….………………………………………………8
2.6 Patofisiologinya ………………..…………………………………………….….9

BAB III Analisis Jurnal ……………………………………………………………...11


3.1 Judul jurnal………………………………………….………………………...….11
3.2 Penulis jurnal ………………..…………………………………………………...11
3.3 Tujuan penelitian ………………………………………………………………...11
3.4 Jenis penelitian ……………...…………………………………………………...11
3.5 Metode penelitian …………...…………………………………………………...11
3.6 Ringkasan jurnal …………….…………………………………………………...11
3.7 Kelebihan dan kekurangan ….…………………………………………………12

BAB IV Penutup …….………………………………….…………………………...13


4.1 Kesimpulan …….……………………………………………………………...13
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga
tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari
luar maupun dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host)
dari patogen-patogen penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit.
Imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh,
terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi.. Imunologi adalah suatu
cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek
sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.Tubuh manusia akan selalu terancam
oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi.Oleh karena itu
respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
4. Apa saja macam-macam penyakit imunitas?
5. Bagaimana respon imun ?
6. Apa saja patofisiologinya ?

1.3 Tujuan
Tujuan umum :
Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody.
3. Mengetahui penyakit Imunitas.

1
BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Pengertian
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme.Imunologi juga di katakan sebagai suatu
bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis, membahas
masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologik yang bersifat
hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing. Imunologi memiliki berbagai
penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa
subdisiplin seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft), karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.

2.2 Sistem Imun


Sistem Imun adalah mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas adalah mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia,
kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim. Sistem imun spesifik ini
meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T
sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk
mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan
gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling
melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan
rumit.
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan
inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau
abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan

2
suatu antigen
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik seperti kulit, selaput lendir,
dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman patogen
kedalam tubuh sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti :
A. Sistem kompenen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan
dan merusak sel asing atau sel tak berguna.
B. Sitokin dan Kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam
regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan
kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi.
C. Antibodi alamiah didefinisikan sebagai antibodi pada individu normal dan sehat
yang belum distimulasi oleh antigen eksogen .Antibodi alamiah berperan penting
sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk
prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
D. Natural Killer Cells diketahui secara morfologi mirip dengan limfosit ukuran besar
dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15% limfosit yang beredar
pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan
pengaturan imun bawaan.
2. Sistem Imun Adaptif
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat
khusus dan diperantarai oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa
bersifat :
A. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam
inang lain.
B. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif dengan
antigen asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi,
pemaparan terhadap produk mikroba atau transplantasi sel asing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun
untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif
memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai
antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik, kemampuan untuk membedakan
antara antigen asing dan antigen sendiri, dan kemampuan untuk merespon antigen
yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat. Terdapat dua
kelas respon imun spesifik :

3
a. Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferiensasi di
sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan
nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan
urogenital.
b. Imunitas seluler, Sel T mengalami perkembangan dan pematangan dalam organ
timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan
untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan fungsi
dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik
(Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T penolong (Th).

2.3 Antigen Dan Antibodi


1. Antigen
Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida.Antigen merupakan
bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam
keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya
sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang
menstimulasi tanggapan imun.Sistem kekebalan atau sistem imun adalah
sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme.
Antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu
antigen eksogen dan antigen endogen. Antigen eksogen adalah antigen-antigen
yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung
sari,obat-obatan atau polutan.Antigen endogen adalah antigen yang terdapat
didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut : antigen senogeneik
(heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik
(homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka
macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-
antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit.
ciri – ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun :
A. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing
terhadap hospes
B. Ukuran molekul
C. Kekompleksian kimia dan struktural

4
D. Penentu antigen ( epilop )
E. Konstitusi genetik inang
F. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.

2.Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan
virus. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi
terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig).
3.Interaksi Antigen Dan Antibodi
A. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi
silang.
B. Pengabunggan antara antigen - antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali
reversible.
C. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel
D. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung
adalah gugus – gugus spesifik dari kedua regens.
E. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe
reaksi serologic yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul
antibodi yang sama sering merefleksikan yang berbeda.
4.Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Sistem ini terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel
tertentu. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan
merusak sel asing atau sel tak berguna.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
1. Merusak sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
2. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik
fagositosis.
3. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
4. Peningkatan respon imun berperantara antibody.

5
5.Sitokin dan Kemokin
A. Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting
dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan
respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan,
differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ
limfoid. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat
mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Telah dikenal lebih 30 sitokin.
Sebagian besar sel sistem imun dan beberapa sel lainnya melepaskan sitokin.
B. Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin yang
berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik.
C.Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang
defesiensi atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam menanggulangi
defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sistem sel imun dalam respons
terhadap tumor infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan
untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang
terlalu aktif / patologik.
6.Imunologi
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu
antibodi fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama
masuk kedalam tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun
spesifik lainnya lainnya belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit
serta komponen imun nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk
menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan
tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk
sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka
menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor
memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti

6
papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah
protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi
mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut
tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit
(seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Respon utama sistem
imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T
pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada
molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini
menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnorma

2.4 Penyakit imunitas


Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang
terintegrasi sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh
yang sudah merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga
berubah menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak bisa disembuhkan.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons
imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh.
Reaksi tersebut oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan
kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi
itu dapat terjadi sendiri – sendiri, tetapi klinik sering dua atau lebih jenis
tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun
terhadap antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen
sedangkan antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit autoimun
dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ
spesifik.
b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia
hemolitik autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun
melalui kompleks imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui sel T dan
penyakit autoimun melalui komplemen.
3. HIV AIDS

7
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome,
merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV
disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan
kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus
erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam
tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi
yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus
(SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan
Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian
pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan
laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas.
Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti
genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal
menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan
berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen
abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan
trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat
timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh.
Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan
biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang
dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE,
sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila
akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu
bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan
penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita
dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.

8
2.5 Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme
pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme
pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen non adaptif, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk
satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada
sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Mekanisme pertahanan tubuh
spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme
pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat
berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik
adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih
dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non
spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Tahap:
1.    Deteksi & mengenali benda asing
2.    Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3.    Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4.    Destruksi atau supresi penginvasi

2.6 Patofisiologi
1. Usia
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas.Frekuensi dan intensitas infeksi akan
meningkat pada orang yang berusia lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh
penurunan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang
menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit Tdan B dapat terganggu kemungkinan
penyabab lain adalah akibat penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan
bukan diri sendiri.
2. Gender

9
Gender Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi
aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon seks
tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan
dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B).
Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada wanita dari
pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang optimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein. Vitamin
juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel imun. Kelebihan
atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium atau zink)
dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak
merupakan unsur pembangun (building blocks) yang membentuk komponen structural
membrane sel. Lipid merupakan prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir
kolesterol. Jika kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.

10
BAB III
Analisis Jurnal
3.1 Judul Jurnal
Hubungan antara Fatigue, Jumlah CD4, dan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang
Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

3.2 Penulis Jurnal


Kusman Ibrahim, Yusshy Kurnia H, Laili Rahayuwati, Baiq Emi Nurmalisa, Siti
Ulfah Rifa’atul Fitri

3.3 tujuan penelitian


Penelitian bertujuan untuk mengeahui kejadian fatigue pada pasien HIV/AIDS
memiliki hubungan dengan jumlah CD4 dan kadar Hemoglobin

3.4 jenis penelitian


Jenis penelitian deskriptif kuantitatif

3.5 metode penelitian


Menggunakan metode analisis korelasi

3.6 Ringkasan Jurnal


Peran perawat dalam memberikan asuhan kepada pasien HIV adalah dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan biologis, penguatan strategi koping, pemberian
dukungan sosial, dan dukungan spiritual kepada pasien selama menjalani perawatan
untuk mempertahankan kekebalan tubuh yang optimal. Penting untuk diperhatikan
bahwa tujuan dari asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS dalam meningkatkan
imunitas pasien yaitu melalui pemenuhan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual melalui cara menurunkan stress dan meningkatkan relaksasi. Stres
psikososial-spiritual pasien terinfeksi HIV berlanjut dapat mencapai tingkat exhausted
stage stres yang dapat menimbulkan kegagalan fungsi sistem imun, memperparah
keadaan pasien, mempercepat kejadian AIDS, dan bahkan meningkatkan angka

11
kematian. Oleh karena itu, jumlah CD4 dan tanda klinis dapat diajdikan acuan untuk
melihat respons imunitas pasien dan membuat rencana asuhan keperawatan
(Nursalam & Dian, 2007).
Kejadian fatigue pada pasien HIV/AIDS memiliki hubungan dengan jumlah CD4
dan kadar Hb, dimana kadar Hb dan jumlah CD4 yang menurun akan meningkatkan
kejadian fatigue. Adapun kadar Hb memiliki hubungan positif dengan jumlah CD4
pada pasien HIV/AIDS, yang bermakna penurunan jumlah CD4 sejalan dengan
penurunan kadar Hb dalam darah, dan begitu pun sebaliknya. Mengetahui adanya
hubungan tersebut, maka perawat dapat memberikan intervensi atau upaya-upaya
yang tepat kepada pasien HIV/AIDS untuk bisa meningkatkan jumlah CD4 dan kadar
hemoglobin seperti memberikan asupan nutrisi dan vitamin yang cukup, membimbing
melakukan aktivitas fisik secara rutin, memantau dan mendukung tingkat kepatuhan
minum obat yang tinggi. Melalui intervensi tersebut diharapkan mampu menurunkan
kejadian fatigue pada pasien HIV/AIDS.
3.7 kelebihan dan kekurangan jurnal
kelebihan jurnal
1.pengunaan bahasa yang digunakan oleh penulis mudah untuk dimengerti para
pembaca
2.pasien HIV/AIDS usia dewasa, kesadaran compos mentis dan tidak dalam keadaan
sakit berat sangat berpartisipasi dalam penelitian
3.kesimpulan yang dibuat sudah terperinci dan dipaparkan secara jelas
4.Dicantumkannya hasil-hasil penelitian sebelumnya, sehingga dapat memperkuat
hasil penelitian pada jurnal

kekurangan jurnal
1.penulis tidak memaparkan berapa lama penelitian dilaksanakan
2.Tidak ada saran untuk penelitian selanjutnya
3.Tidak dijelaskan bagaimana tahap-tahap pelaksanaan

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan
oleh sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam
tubuh.
Kadar Hb dan CD4 pada pasien HIV/AIDS memiliki hubungan positif yang
signifikan seperti yang ditemukan pada penelitian ini. Hal ini berarti penurunan
jumlah CD4 sejalan dengan dengan penurunan kadar Hb dalam darah, dan begitupun
sebaliknya. Hb dan CD4 keduanya dibentuk dengan memerlukan nutrisi sebagai
bahan bakunya. Pasien HIV yang mengalami permasalahan nutrisi karena dampak
dari infeksi oportunistik seperti candidiasis pada mulut, diare, atau mual muntah
karena efek samping obat ARV, beresiko mengalami penurunan kadar Hb dan CD4
yang akhirnya berdampak juga pada terjadinya fatigue.

13
Daftar Pustaka
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ
transplantation. Springer.
Perry & Potter.2005.Fundamental of Nursing, Edisi 2 Volume 2.Jakarta:EGC
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai