PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI.
1. Istirahat.
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan. Namun
tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding,
klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula
dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh
karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana
yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat,
diantaranya yaitu :
1. Merasa segala sesuatu berjalan normal.
2. Merasa diterima.
3. Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung.
4. Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan.
5. Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna.
6. Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
2. Tidur.
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai
peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan,
(Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan
istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu
memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana
terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan
keadaan terjaga.Seorang ahli menyebutkan bahwa tidur merupakan kondisi tidak sadar
dimana individu dapat dibangunkanoleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton,
1986). Tidur dipicu oleh sekelompok kompleks hormon yang aktif dalam utama, dan yang
2
merespon isyarat dari tubuh sendiri dan lingkungan. Sekitar 80 persen dari tidur tanpa
mimpi, dan dikenal sebagai gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010),
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :
1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat
tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.
2. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. Diuretik : menyebabkan insomnia
b. Antidepresan : menyupresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika : menyupresi REM
1. Kelelahan
3. Mudah marah
1. Merokok
3. Mengkonsumsi obat-obatan
c. Imsomnia
Gejala insomnia yang paling umum adalah kesulitan tidur atau sering terbangun pada
malam atau dini hari. Selain itu beberapa gejala lainnya seperti suasana hati yang
mudah berubah, sulit berkonsentrasi di siang hari, dan sering merasa kelelahan.
Insomnia bisa disebabkan karena faktor gaya hidup, keadaan kamar tidur yang tidak
mendukung dan tidak nyaman, gangguan psikologi, gangguan kesehatan fisik, atau
karena efek samping dari obat-obatan.
d. Narkolepsi
2. Berhalusinasi
3. Kelumpuhan tidur
e. Hipersomia
Disebabkan oleh:
2. Narkolepsi
2.6 Komplikasi
Fisiologis tidur
Terganggu