Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOLOGI

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

Dosen :
Rani Handriani,S.Si.,M.Kes

Disusun Oleh :

Bryan Wishnu Oktavian A.J.P 1811E2006


Dainur Putri Sigalingging 1811E2007
Fara Shahnaz Syarif 1811E2014
Luthfi Dwiyana 1811E2021
Ria Fuji Lestari 1811E2024
Siti Naziah 1811E2048
Sri Utami Rahayu 1811E2050
Utami Wuriandini 1811E2054

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG

TAHUN AJARAN 2018 / 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini yang
membahas tentang “Sistem Imun Non Spesifik.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Imunologi. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Di dalam makalah ini kami
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A.      Latar Belakang ........................................................................................1
B.       Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian .................................................................................................3
B. Sifat – Sifat ...............................................................................................4
C.      Faktor –Faktor Determinan Yang Mempengaruhi ...................................4
D.      Macam – Macam Dan Fungsi Dari Pertahanan Humoral Dan Seluler.....5
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan ................................................................................……….10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen
disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba
patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik
mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon
imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan
polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh,
sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan
tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai
macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling
berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan
non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan
terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus
untuk antigen tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH

Ada beberapa hal yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian sistem imun nonspesifik.
2. Sifat-sifat sistem imun nonspesifik.
3. Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi sistem imun nonspesifik.
4. Macam-macam dan fungsi dari pertahanan humoral dan seluler dari sistem imun
nonspesifik.

C. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :


1. Menjawab semua permasalahan yang ada pada rumusan masalah di atas.
2. Menambah pengetahuan tentang sistem imun khususnya sistem imun nonspesifik.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Imunologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk
mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-
spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis
dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat
pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi
dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal.
Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi
fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag,
sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak,
repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah
untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki
jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu
substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan sistem
yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk meningkatkan
fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang menyebabkan
inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme pertama yang
akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi mikrobia, dan terjadi
antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan terdiri dari berbagai sel dan
mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari infeksi organisme lain, secara
non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun turunan mengenali dan merespon patogen dalam
cara yang umum, namun tidak seperti sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak
menyediakan kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya.
Sistem imun turunan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan
pada semua tumbuhan dan hewan.
Sedangkan menurut Sherwood (2001) sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik
adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi
benda asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon ini
membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen
infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka bakar
termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut nonspesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002). Selain itu
sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat.

B. SIFAT – SIFAT SISTEM IMUN NONSPESIFIK

Sistem imun nonspesifik memiliki sifat:


1. Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
2. Umumnya efektif terhadap semua zat asing
3. Terjadi pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan
infeksi
4. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
5. Tidak ada memori imunologikal
6. Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba

C. FAKTOR – FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI SISTEM


IMUN NONSPESIFIK

Berbagai faktor yang disebut determinan berpengaruh terhadap sistem imun nonspesifik sebagai
berikut :

1.    Spesies
Perbedaan spesies memiliki perbedaan kerentanan yang jelas terhadap mikroorganisme
asing. Misalnya, tikus sangat resisten, sedang manusia sangat rentan terhadap difteri.

2. Keturunan dan usia


Peranan heriditer yang menentukan resistensi terhadap infeksi terlihat dari studi
tuberkolosis pada pasangan kembar. Bila satu dari kembar homozigot menderita
tuberkolosis, pasangan lainnya menunjukkan resiko lebih besar untuk juga menderita
tuberkolosis dibanding dengan pasangan kembar yang heterozigot. Infeksi sering terjadi
lebih berat pada anak usia balita dan binatang muda dibanding usia dewasa. Hal tersebut
disebabkan karena sistem imun yang belum matang pada usia muda. Yang berarti:
a. Peran hereditas menentukan resistensi terhadap infeksi
b. Usia muda (anak) lebih rentan terkena infeksi karena system imun yang belum
matang
c. Usia lanjut disertai dengan penurunan resistensi terhadap infeksi

3. Hormon
a. Sebelum pubertas sistem imun pada pria dan wanita sama
b. System imun berkembang pada usia dewasa
c. Hormon estrogen pada wanita membantu meningkatkan system imun bayi
d. Pada diabetes melitus, hipotiroidisme dan disfungsi adrenal ditemukan resistensi
yang menurun terhadap infeksi. Sebabnya belum diketahui. Steroid yang
merupakan antiinflamsi berefek menurunkan kemampuan fogositosis, tetapi juga
menghambat efek tosik endotoksin yang dihasilkan kuman.

4.    Suhu
Kelangsungan hidup banyak jenis mikroorganisme tergantung pada suhu.
a. Pada suhu normal beberapa mikroorganisme tidak menginfeksi manusia
b. Suhu mempengaruhi tingkat infeksi tergantung karakteristik mikroorganismenya

5.      Faktor nutrisi


Nutrisi yang baik dapat meningkatkan system imun, begitu juga sebaliknya.

6.      Flora normal


Flora normal kulit dapat memproduksi berbagai bahan anti microbial.

7. Stress
Stress juga dapat mempengaruhi katahanan tubuh menjadi kurang baik.

D. MACAM – MACAM DAN FUNGSI DARI PERTAHANAN HUMORAL DAN


SELULER DARI SISTEM IMUN NONSPESIFIK

Sistem imun nonspesifik dibagi menjadi :


1. Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin,
merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.  Kulit yang rusak misalnya oleh luka
bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
2. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga,
spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara
biokimiawi. Asam HCL dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan
air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan
menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam
neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal
tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat
zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.

3. Pertahanan Humoral

Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu yang
diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida antimikroba (defensin,
katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga ada faktor larut lainnya yang
diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi
seperti komplemen dan PFA (Protein Fase Akut).

Pertahanan humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C Reaktif


Protein / protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin):

a. Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
1) Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
2) Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
3) Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan
makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi).

b. Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron
mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi
virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat
mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas
akan menunjukkan perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh
sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat
dicegah.

c. Reactive Protein (CRP)


Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk
oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat
(100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non
spesifik, karena dengan bantuan
Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.

d. Kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin)


Lektin mannose-binding (MBL), juga disebut protein mannose-binding protein atau
mannan-binding (MBP), merupakan lektin yang berperan dalam kekebalan bawaan. MBL
milik kelas collectins dalam tipe C lektin superfamili, yang fungsinya tampaknya
pengenalan pola pada baris pertama pertahanan dalam host pra-imun. MBL mengakui
pola karbohidrat, ditemukan pada permukaan sejumlah besar patogen mikro-organisme,
termasuk bakteri, virus, protozoa dan jamur. Pengikatan MBL ke mikro-organisme hasil
di aktivasi jalur lektin dari sistem komplemen . Fungsi penting lain MBL adalah bahwa
molekul ini mengikat pikun dan apoptosis sel dan meningkatkan terperosok keseluruhan,
sel apoptosis utuh, serta puing-puing sel oleh fagosit.

4. Pertahanan Selular
Sel-sel sistem imun nonspesifik ini dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.
Contoh sel yang dapat ditemukan di sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil. basofil, monosit, sel
T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Contoh sel yang dapat ditemukan di jaringan
adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK.
Pertahanan selular diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, sel makrofag,
sel dendrik, sel mastosit, sel mast, sel NK (Natural Kiler).

a. Fagosit

Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang
berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi
dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa
tingakt sebagai berikut: Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan
mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap
berbagai factor sperti produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi
komplemen. Antibody seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan
fagosistosis (opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit
untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi
Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit. Yang termasuk sel fagosit adalah
makrofag, sel dendrit, dan neutrofil.

1) Makrofag
Makrofaga berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pemakan sel yang besar”. Makrofaga
adalah leukosit fagositik yang besar, yang mampu bergerak hingga keluar system vaskuler
dengan menyebrang membran sel dari pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang
sedang diincar oleh patogen. Di jaringan, makrofaga organ-spesifik terdiferensiasi dari sel
fagositik yang ada di darah yang disebut monosit. Makrofaga adalah fagosit yang paling efisien,
dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel lainnya. Pengikatan molekul bakteri ke
reseptor permukaan makrofaga memicu proses penelanan dan penghancuran bakteri melalui
"serangan respiratori", menyebabkan pelepasan bahan oksigen reaktif. Patogen juga
menstimulasi makrofaga untuk menghasilkan kemokin, yang memanggil sel fagosit lain di
sekitar wilayah terinfeksi.

2)      Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil dikenal dengan nama
granulosit karena keberadaan granula di sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil mengandung
berbagai macam substansi beracun yang mampu membunuh atau menghalangi pertumbuhan
bakteri dan jamur. Mirip dengan makrofag, neutrofil menyerang patogen dengan serangan
respiratori. Zat utama yang dihasilkan neutrofil untuk melakukan serangan respiratori adalah
bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Neutrofil adalah tipe fagosit yang berjumlah cukup banyak, umumnya mencapai 50-60% total
leukosit yang bersirkulasi, dan biasanya menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di
suatu tempat. Sumsum tulang normal dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil
sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.

3)      Sel dendritik


Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang terhubung dengan
lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum disebut sel Langerhans) dan lapisan
mukosa dalam dari hidung, paru-paru, [lambung], dan usus. Mereka dinamai sel dendritik
karena dendrit neuronal mereka, namun mereka tidak berhubungan dengan sistem syaraf. Sel
dendritik sangat penting dalam proses kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara antara
sistem imun turunan dan sistem imun adaptif. Fagositosis dari sel dari organisme yang
memilikinya umumnya merupakan bagian dari pembentukan dan perawatan jaringan biasa.
Ketika sel dari organisme tersebut mati, melalui proses apoptosis ataupun oleh kerusakan akibat
infeksi virus atau bakteri, sel fagositik bertanggung jawab untuk memindahkan mereka dari
lokasi kejadian. Dengan membantu memindahkan sel mati dan mendorong terbentuknya sel
baru yang sehat, fagositosis adalah bagian penting dari proses penyembuhan jaringan yang
terluka.

b. Natural Killer cell (sel NK)

Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai cirri sel
limfoid dari siitem imun spesifik, maka karena itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel
poplasi ketiga. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma
dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.
Sel NK memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan limfosit B. Sel ini dinamakan
sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami
(natural) digunakan karena sel-sel ini siap membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa
perlu melewati proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK juga
menghasilkan beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan
makrofag.
BAB III
KESIMPULAN

1. Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia
untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan
kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi
tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu.

2.   Sistem imun nonspesifik memiliki sifat:.


a. Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
b. Umumnya efektif terhadap semua zat asing
c. Terjadi Pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau
mengendalikan infeksi
d. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
e. Tidak ada memori imunologikal
f. Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba.

3. Berbagai faktor yang disebut determinan berpengaruh terhadap sistem imun


nonspesifik sebagai adalah spesies, keturunan dan usia, hormon, suhu, faktor nutrisi,
flora normal dan stress.

4. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama
dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi
dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan
flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan
mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, Adik. 2008. Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh Terhadap Konfigurasi Asing Yang
Masuk Kedalam Tubuh. (Online: http://aman-hidayah.blogspot.com/2008/01/mekanisme-sistem-
kekebalan-tubuh.html, diakses pada tanggal 22 April 2013)

Gina. 2010. Sistem Imun. (Online: http://ginaangraeni10.wordpress.com/2010/06/04/sistem-


imun/, diakses pada tanggal 23 April 2013)

Lazy. 2010. Innate Imune (Kekebalan Bawaan). (Online: http://lazy-


innateimunekekebalanbawaan.blogspot.com/, diakses pada tanggal 24 April 2013)

Muhammad, Akbar. 2012. Sistem Imun Nonspesifik. (Online: http://akbar-


muh.blogspot.com/2012/11/makalah-sistem-imun-nonspesifik.html, diakses pada tanggal 21
April 2013)

Muluc, Mulki .2012. Jenis-Jenis Sistem Imunologi dan Sistem Imun Spesifik atau Adaptasi. 
(Online: http://susanblogs18.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-sistem-imunologi-dan-
sistem.html, diakses pada tanggal 22 April 2013)

Ramdany, Fitria. 2012. Mekanisme Sistem Imun Dalam Tubuh. (Online:


http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/mekanisme-sistem-imun-dalam-tubuh/, diakses pada
tanggal 21 April 2013)
Wikipedia. Mannan-binding lectin. (Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Mannan-
binding_lectin, diakses pada tanggal 21 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai